Episode 1 Pekerjaan Menantang

Aturan Untuk Diingat Sekretaris CEO

1. Datang tepat pada pukul 07.45 pagi, lalu nyalakan AC di ruangan CEO. Jangan matikan meskipun tidak ada orang di dalam ruangan. JANGAN MATIKAN!

2. Pak Danta hanya memakan croissant dan sandwich untuk sarapan, dengan Americano dengan 2 (dua) sendok gula, suhu kopi harus 70 DERAJAT CELCIUS. TIDAK TERLALU PANAS, TIDAK BOLEH TERLALU DINGIN. Siapkan tepat pada pukul SEMBILAN PAGI, setelah Pak Danta datang.

3. Croissant : tidak boleh yang ada isinya, harus yang hangat dan dibuat oleh Bakery Love Kitchen. Tidak boleh dari bakery yang lain. Isian Sandwich : selada, telur dadar, smoked beef. TANPA KEJU, MAYONAISE, dan SAUS TOMAT. HANYA MUSTARD.

4. Makan siang tepat pada pukul 13.00, tidak boleh terlambat. Menu makan siang akan terlampir di halaman selanjutnya, berikut nama restoran tempat memesan makanan. JANGAN SAMPAI MELENCENG DARI DAFTAR.

5. Pada pukul 16.00, siapkan Darjeeling Tea dengan jeruk nipis dan gula 2 (dua) sendok, dengan snack berupa : 5 (lima) potong macaroon, 2 (dua) potong brownis, 3 (tiga) potong cookies. Jangan berikan snack yang mengandung KEJU.

"This is joking, right?" Shanika mengerutkan kening, kemudian berdecak. "Ada apa dengan orang ini dan keju?" gumam gadis itu lagi. Namun, ia hanya bisa menghela napas dan mengembuskannya perlahan, kemudian mencoba menghapal semua daftar yang diserahkan oleh HRD perusahaan yang bernama Red Cactus padanya lima menit yang lalu. Di tangannya, tak hanya selembar kertas berisi apa saja yang harus diingatnya sebagai sekretaris CEO yang baru, tetapi berlembar-lembar dan cukup panjang. Shanika sendiri berpikir bahwa yang akan menjadi bosnya sepertinya bukan manusia. Tapi setan.

Perhatian Shanika kembali terpusat pada kertas yang ia pegang. Ada deretan daftar restoran, juga makanan yang dikehendaki oleh CEO Red Cactus itu untuk makan siangnya. Semuanya rata-rata tanpa keju. Gadis itu mengernyit heran, ada hubungan apa antara CEO itu dengan keju? Seperti dendam kesumat yang tiada habisnya. Apakah alergi? Intoleransi laktosa? Shanika pernah mendengar kasus seseorang yang menyukai keju dan susu, tetapi pencernaannya menjadi bermasalah karena dua hal itu. Apakah sang CEO juga mengalami hal yang sama?

Shanika memainkan bibirnya, sembari mengetukkan kakinya di atas lantai. Gadis itu selalu melakukannya ketika sedang memikirkan sesuatu yang baginya sungguh mengherankan. Namun, apa pedulinya sih? Ia hanya perlu menghapal semua aturan terkutuk itu agar siap bekerja minggu depan. Benar, berkat kemampuannya yang jenius, ia diterima menjadi sekretaris CEO Red Cactus, yang bernama Ekadanta Narendra. Sebuah prestasi yang membanggakan memang, mengingat ketika Shanika melamar ke semua perusahaan yang bergengsi, ia selalu ditolak karena selalu menekankan ambisinya menjadi artis. Kini, sebuah perusahaan multinasional menjadikannya seorang sekretaris, setelah menampilkan kemampuannya yang terpendam sejak lama.

Gadis berambut ikal itu melangkah menuju pintu keluar gedung setinggi dua puluh lantai itu, kemudian menuju tempat parkir, di mana mobil kesayangan sahabatnya, Chelsea, terparkir di sana. Sedan SUV perak yang terlihat elegan, segera membawanya menuju jalanan macet kota Jakarta.

Shanika tahu, ketika Chelsea memberikannya mobil ini, itu bukan pinjaman cuma-cuma. Ada harga yang harus ia bayar, terutama perjanjiannya dengan gadis berambut panjang yang memiliki apartemen di bilangan Kuningan, yang kini juga ditinggali Shanika. Sekarang, benak gadis berambut ikal itu dipenuhi dengan sejuta rencana, yang entah bagaimana semakin lama semakin aneh kedengarannya. Mungkin ia tidak waras, ketika menyetujui perjanjian itu. Mungkin, ia harus membatalkan perjanjian gilanya dengan Chelsea seminggu yang lalu.

***

"Ini, lengkapi berkas persyaratannya lalu kirim melalui email." Chelsea meletakkan ponselnya, yang kini menampilkan sebuah pengumuman untuk lowongan pekerjaan sebagai sekretaris CEO di perusahaan Red Cactus.

"I've already got a job, remember?" Shanika mengerling ke arah sahabatnya yang kini berkacak pinggang di hadapannya.

"Oh, come on, Shane. Gaji cekak dengan fasilitas pas-pasan, what've you expect?" cemooh Chelsea, hidungnya kembang kempis.

"Hei, jangan pernah rendahin kerjaan gue, ya!" Shanika mendelik. "Lagipula, jika gue jadi artis suatu hari nanti ..."

Chelsea mengangkat tangannya. "Oh ya? Setelah ribuan casting yang lo ikuti gagal? Jujur aja, gue nggak ngehina pekerjaan lo, Sayang. Semua pekerjaan itu bagus, gaji berapapun itu bagus, yang tidak bagus adalah GAYA HIDUP LO, Bestie!"

Mendengar kata gaya hidup, Shanika mendengkus dan mengembuskan napas. Kepalanya segera tertunduk dan jari telunjuknya memainkan ponsel Iphone 13 Pro terbaru milik sahabatnya yang masih menampilkan lowongan pekerjaan itu. "Listen, kalau ini masalah utang, well, I promise I will pay it soon. Soon. Okay?" Kini gadis itu mengangkat wajahnya dan memasang senyum innocent, berharap hati sahabatnya akan luluh. Ia tahu bahwa dengan tidak tahu malu menumpang tinggal di sebuah apartemen mewah milik Chelsea tanpa membayar sewa bulanan, ia harusnya tidak sesumbar mengenai kesanggupannya membayar utangnya yang menggunung.

"Uang belum pernah menjadi masalah buat gue, Shane. Tapi apa lo udah cek tagihan uhm, kartu kredit lo? Juga paylater yang sepertinya tak kunjung usai di akun shopping lo itu?"

Shanika memalingkan wajahnya dan menatap lukisan abstrak yang terpajang di dinding apartemen milik sahabatnya, tempat di mana gadis itu menumpang tinggal setelah ia tak bisa membayar sewa kos-kosan yang menunggak dua bulan.

"Chels, please ... gue beneran janji bakal tobat, gue nggak akan belanja-belanja lagi ..." Mimik muka Shanika segera memelas, dengan wajah seputih kertas.

Mata Chelsea segera memancarkan keraguan. "Oh really? So tell me, untuk apa ada Kate Spade Thalia Small Triple Compartment Satchel Bag yang ada di depan rumah kita? Apa perlu gue kembaliin paket itu ke tokonya dan bilang ada salah kirim?"

"Noooo!" pekik Shanika memegang kepala dengan kedua tangan. "Oh, please, Chels. Oke, gue ngaku, gue ketangkap basah. Tapi tas itu lucu banget dan gue bisa pake pas ..."

"Pas apa? Ada acara apa sampe lo perlu tas itu? Lo nggak lihat di lemarimu sendiri sudah ada banyak tas di sana?" Chelsea bersedekap dan menatap tajam ke arah sahabatnya.

Shanika bergumam panik. "Ya buat ... dipake kerja! Kan gue suka bawa banyak barang dan tas itu ..."

Mata Chelsea melotot. Shanika akhirnya mengangkat tangan dan berkata, "Itu kan harganya masih murah ..."

"Shane, setop. Alibi lo itu nggak masuk akal sama sekali. Kalo tas itu cuma ratusan ribu harganya, nggak papalah. Ini harganya aja separuh gaji lo! Mikir dikit napa!" sembur gadis berambut lurus dan bermata sipit itu berapi-api. "Lo juga nggak perlu pake tas Kate Spade juga kan!"

"Ya paling nggak Kate Spade masih lebih murah daripada ... Prada?" Shanika memamerkan cengirannya.

"For God's sake. Udah. Lo nggak bisa pertahanin gaya hidup hedon lo itu kecuali punya pekerjaan dengan gaji yang lebih gede. Jadi, udah resign aja dari kerjaan lo dan cepet ikut lowongan ini." Gadis berambut panjang itu tersenyum penuh kemenangan. "Lagipula, pekerjaan ini bakalan bikin lo bisa pake semua barang yang cuma lo simpan di lemari!"

Kali ini Shanika mengernyit keheranan. "Kenapa nggak ada angin, nggak ada hujan, lo nyuruh gue buat ikutan lowongan itu?" Gadis itu menatap Chelsea dengan tatapan menyelidik. "Gue kan bukan lulusan akademi sekretaris atau apa."

"Jadi lo mau jadi kasir Omega Mart selamanya? Yang gajinya aja nggak bisa beliin lo tas Kate Spade tiap bulan?" sindir Chelsea telak.

Mendengar sindiran sahabatnya, Shanika mendengkus. "Ini cuma sementara, begitu gue udah lolos casting, gue bakal bayar semua utang gue ke lo! Gue nggak akan hidup kayak gini terus, gue janji!" Shanika bahkan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya di depan wajah, berusaha untuk membuat sahabatnya mengerti. Sebagai seseorang yang ingin menjadi artis untuk bisa hidup bermewah-mewahan, Shanika sendiri kurang beruntung dengan casting yang pernah ia ikuti.

"Kalo gitu, justru ini langkah yang tepat untuk mengasah karir akting lo, oke? Kalo lo bisa diterima di perusahaan ini, terus jadi sekretaris, maka lo bakalan lolos untuk casting apapun, yakin deh."

Shanika terkekeh. Logika sahabatnya kali ini sungguh ngawur bin nyeleneh. Apa hubungannya menjadi sekretaris dengan karir berakting? Memangnya kalau dia memerankan sekretaris yang baik, akan ada sutradara yang meliriknya dan memintanya menjadi karakter utama film?

"Shane, percaya deh. Pekerjaan ini, tidak hanya menuntut lo jadi sekretaris aja." Chelsea tersenyum misterius. "Dan ini membutuhkan kepiawaian lk untuk berakting dengan sungguh-sungguh di sana."

"Terus, emang gue harus ngapain di sana? Koprol?" Mata Shanika berputar, sementara ia kembali duduk di sofa yang berada di sudut ruangan bersantai di apartemen Chelsea. Sementara Chelsea bergabung dengannya di sofa, menatapnya dengan serius dan memelankan suaranya.

"Nope. Tugas utama lo cuma satu, membuat CEO Red Cactus itu jatuh cinta sama lo."

***

Sayangnya, baru di hari pertama kerja, Shanika kini berdiri dengan gemetar, sementara keringat membasahi punggung dan dahinya. Gadis itu yakin ia tak melakukan kesalahan. Ia menyiapkan kopi dan sandwich tanpa keju yang sudah ia pastikan berulang-ulang. Ia menggigiti bibir bawahnya, sementara di seberangnya-sang bos, Ekadanta Narendra-memandanginya dengan dingin dan tak acuh.

"Iya, Pak?" Gadis itu berusaha menampilkan wajah yang lugu, berharap sang bos luluh dan tidak memecatnya saat itu juga.

"Kamu sedang menggoda saya, ya, Sekretaris?" tanya lelaki bermata elang yang bahkan tak mau repot-repot membaca papan nama yang tersemat di dada kiri Shanika.

Gila, lelaki ini tak mungkin tahu rahasianya kan? Ia sudah bertekad melaksanakan rencana gilanya bersama Chelsea dan Danta langsung membabat habis motivasinya bekerja tanpa ampun di hari pertama?

"Ti-tidak, Pak!" sanggah Shanika dengan glabela berkerut. Gadis itu melirik ke arah pakaiannya, yang sama sekali tidak memberikan kesan negatif seperti memperlihatkan belahan payudaranya, misalnya. Shanika juga tidak segila itu mengenakan pakaian yang mengundang dengan pekerjaan yang sudah pasti dikaitkan dengan citra miring penggoda para pimpinan yang notabene suami orang. Meskipun Shanika memang punya misi untuk merayu sang bos.

Namun sepertinya, Shanika berhadapan dengan lelaki yang bahkan kebal dengan pesonanya. Kini gadis itu mulai mempertanyakan kewarasannya karena hendak membuat lelaki yang sepertinya titisan dajjal itu jatuh cinta.

*episode01*

Keliners, pa kabar? Duh, kangen deh nggak nge wattpad selama... em, dua bulan ini 🤭

Ini adalah cerita yang diikutkan Author Got Talent yang diadakan oleh Penerbit Prospec. So, aku berharap naskah ini akan selesai dalam waktu sebulan ini #lombamarathonadalahjalanninjaku

Jadi ya, ini dia episode pertamanya. Gimana? Sudah bete sama Shanika atau benci sama bosnya? Atau rada kesel sama Chelsea? Kasih tahu pendapat kalian di komen ya.

Untuk cast. Hmm. Entahlah. Aku sekarang lebih suka ngambil cast dari satu drama atau film biar nggak ribet. Tapi kalau kalian mau kasih saran, please komen ya.

Ini dia cast dadakan yang aku baru dapet hari ini 🤭

Shanika Nadira

Chelsea

Ekadanta Narendra

Gimana? Cocok nggak? Kalo nggak, boleh spill saran kamu di komen ya

Oke, sampai segitu dulu update hari ini. See ya tommorow 😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top