6. Corux
Pemandangan mengerikan kembali menyapa Laudi di Lobby Hotel. Tempat itu tidak lagi tampak estetik seperti sebelumnya. Alih-alih makhluk organisme lain yang lebih menjijikkan rupanya telah menguasai seluruh lobby.
Dinding dan langit-langit Lobby yang setinggi sepuluh meter itu dipenuhi oleh jaringan-jaringan tipis yang mirip seperti jaring laba-laba. Helaian-helaiannya saling bersilang dan menyerupai benang tipis yang nyaris tak terlihat, kalau saja mereka tidak sebanyak ini. talia memotong jaringan-jaringan lengket itu untuk membuka jalan. Ia lantas menghela napas berat ketika melihat di meja resepsionis, kini tumbuh semacam benda besar menggeliat-geliat yang berwarna merah seperti daging mentah.
Tinggi benda itu kurang lebih lima meter, menjulang seperti menara besar yang melambai-lambai seolah diterpa angin sepoi. Puncak menara itu menampilkan semacam wajah manusia raksasa dengan mata tertutup dan mulut terkatup rapat.
Laudi harus sangat berhati-hati melewati jejaring-jejaring benang itu. Ia tidak ingin membangunkan sang makhluk besar yang dia kenal bernama Corux. Makhluk itu adalah jaringan induk, yang melahirkan monster-monster tanpa kepala - Molden - termasuk juga bertanggung jawab atas selaput membran di area tangga darurat. Tujuan utama Corux berada di sana adalah untuk mengonversi tubuh manusia agar bisa terlahir kembali menjadi monster ras Drakonian.
Tidak mudah melawan induk monster raksasa seperti itu. Dan sekarang, nampaknya sang Corux sedang tertidur. Sebisa mungkin Laudi tidak ingin membangunkannya. Sekalipun ia pernah melawan Corux di masa lalu, tetapi saat itu dia tidak sendirian. Ia dibantu beberapa rekannya yang lain dalam satu tim, dan lebih dari itu, Laudi berada dalam kekuatan maksimalknya.
Sekarang, Laudis belum sepenuhnya membangkitkan kekuatannya. Baru ingatannya yang dibangunkan. Tetapi tubuh manusianya belum terbiasa untuk bertarung. Stamina dan energinya bisa cepat terkuras.
Meski begitu, Laudi tetap harus berusaha keluar dari tempat itu, dan satu-satunya pintu keluar adalah melewati area Lobby. Itu adalah jalan tercepat yang bisa dia tempuh saat ini.
Maka, sambil mengendap-endap, Laudi pun melanjutkan perjalanannya tanpa menimbulkan banyak suara. Beberapa kali ia harus menyabetkan belatinya untuk membuka jalan dari jejaring rumit yang keluar dari tubuh organisme tersebut. Namun suara belatinya sama tenangnya dengan suara langkahnya yang berjalan perlahan.
Laudi sudah setengah jalan melalui Lobby ketika mendadak sebuah suara teriakan keras terdengar di seberang ruangan. Sontak gadis itu terkesiap dan segera waspada sembari menoleh ke arah Corux yang menjulang di atas kepalanya. Benar saja, suara teriakan itu rupanya sukses membangunkan sang Corux dari tidur lelapnya.
Kedua mata Corux itu segera terbuka lebar, menampilkan bola mata yang sepenuhnya hitam legan, tanpa sisi putih sama sekali. Corux itu segera menatap nyalang ke segala arah, terlihat begitu marah karena tidurnya terganggu.
Selama beberapa saat tubuh Laudi membeku. Ia berhenti bergerak, semata-mata agar Corux itu tidak menyadari keberadaannya. Sayang, strategi itu ternyata gagal. Hanya dalam beberapa detik kemudian, sang makhluk raksasa itu berhasil menemukan Laudi yang sudah berdiri kaku di bawahnya.
Dengan marah, Corux itu segera meraung hebat dan mengeluarkan jaringan-jaringan benang putih dari mulutnya ke arah tubuh Laudi. Gadis itu berkelit dengan gesit, berhasil menghindari serangan pertama Corux. Namun monster itu tak berhenti sampai di sana. Ia kembali memuntahkan jaringan benang yang luar biasa rumit ke arah Laudi.
Beberapa menit berlalu dan pertarungan Laudi melawan Corux terus berlangsung dengan seru. Meski begitu, Laudi sama sekali tidak punya kesempatan untuk menyerang balik, mengingat senjatanya hanya dua bilah belati kecil. Sementara sang Corux terus memuntahkan jaringan benang, Laudis hanya bisa melompat kesana kemari untuk menghindar.
Kekhawatiran Laudi akhirnya terjadi juga. Energinya tidak sebesar saat ia menjadi petarung dulu. Laudi segera kelelahan dan kehabisan stamina. Dengan terengah-engah, Laudi merasakan bahwa kecepatannya mulai menurun.
Laudi harus berpikir cepat. Ia tidak bisa terus menjadi bulan-bulanan Corux dan mati sia-sia sesaat setelah dibangkitkan. Gadis itu pun akhrnya memutuskan untuk mencoba mengganti senjatanya dengan yang lebih kuat. Ia menfokuskan pikirannya untuk memperoleh sebuah bazooka, atau sub-machince gun. Portal listrik besar kini mulai muncul di hadapan Laudi, nyaris mengeluarkan sepucuk senjata yang dia butuhkan.
Akan tetapi, waktunya terlalu sempit. Kekuatan Laudi belum cukup untuk memanggil senjata besar. Portal listrik itu mulai tidak stabil dan bergerak membuka dan menutup tanpa bisa dikendalikan. Saat tengah berusaha itu, serangan pamungkas Corux akhirnya berhasil mengenai Laudi.
Gadis itu pun terbelit erat oleh jaringan benang sang Corux hingga tidak bisa bergerak. Portal listriknya terpaksa tertutup lagi karena konsentrasi Laudi terpecah. Tubuhnya kini terangkat tinggi, bergerak karena belitan jejaring benang dari Corux.
Talia sudah berada tepat di depan wajah Corux itu, terikat kencang di kedua tangan dan kakinya. Ia mencoba berontak, tetapi ikatan jaringan benang itu sudah terlalu kuat. Sang corux menatap Laudi seperti melihat serangga. Matanya yang hanya berwarna hitam tampak begitu mengintimidasi.
Detik berikutnya, makhluk raksasa itu mulai membuka mulutnya secara perlahan. Laudi menahan napasnya karena tahu apa yang akan dilakukan oleh induk monster tersebut. Sang Corux hendak melancarkan serangannya yang paling mematikan: napas gas beracun. Sekali saja Laudi menghirup gas tersebut, bisa dipastikan organ tubuhnya akan meleleh di dalam. Ia pasti mati!
Laudi tentu saja tidak bisa membiarkan hal tersebut terjadi. Ia harus tetap hidup dan menyelamatkan planet ini! ia tidak ingin hal serupa terjadi di Bumi. Untuk itulah Laudi berada di sini sekarang, dilahirkan sebagai ras manusia untuk melindungi Bumi dari ancaman Drakonian. Ia baru saja dibangkitkan, dan tidak menyenangkan rasanya kalau dia langsung mati lagi.
Maka dengan kekuatan tekadnya, Laudi pun kembali memunculkan portal listrik di hadapannya. Ia memanggil sebuah pelontar misil untuk mengancurkan kepala makhluk memuakkan itu. Pilihannya hanya dua: ia harus berhasil atau mati.
Seluruh sel di tubuh Laudi menyadari kenyataan tersebut. Ia tidak ingin mati! Naluri bertahan hidup yang tinggi itu akhirnya berhasil memunculkan portal listrik yang membesar sedikit demi sedikit. Laudi terus memaksa dirinya hingga melewati batas. Ia benar-benar harus berhasil. Ia tidak mau mati sekarang.
Laudi mengerang keras karena tindakan nekatnya itu kini membuat kepalanya mulai berdenyut-denyut. Migrain hebat menyerang kepala Laudi, membuat gadis itu tidak bisa membuka matanya karena kesakitan. Meski begitu Laudi terus memaksa dirinya untuk memanggil pelontar misil.
Corux itu sudah mulai mengeluarkan napas gas beracun berwarna hijau pekat. Laudi sudah tidak punya waktu lagi! Ia harus meledakkan kepala sialan itu. Tubuhnya sangat kepayahan, dia nyaris pingsan. Di detik-detik terakhir kesadarannya, portal listrik di hadapan Laudi akhirnya berada pada ukuran yang sangat besar. Ia tahu melalui instingnya kalau sebuah misil sudah siap di luncurkan dari dalam portal. Inilah waktunya.
Laudi berteriak keras sambil memerintahkan misil itu melesat dari dalam portal. Sontak, sebuah peluru kendali sepanjang dua meter melesat terbang di depan wajahnya, mengarah langsung ke wajah sang Corux. Benturan misil dengan wajah sang monster itu menghasilkan ledakan hebat yang disusul dengan nyala api yang sangat besar. Api itu menyebar degan cepat karena jaringan-jaringan benang yang memenuhi tempat itu sangat mudah terbakar.
Tubuh Laudi pun segera terhempas jatuh setelah jaringan benang yang mengikatnya turut terbakar dan melonggar. Kini dia sudah berdiri di tengah lautan api yang melalap seluruh bangunan dengan cepat.
Peluh membasahi tubuh Laudi, bercampur dengan zat lengket yang menempel di tubuhnya. Laudi berani bertaruh kalau baunya kini bisa membunuh seseorang. Ia sudah nyaris pingsan, tetapi tetap berusaha untuk berdiri. Laudi harus keluar dari tempat itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top