CP 17 Skull Dragon
Monster yang tinggal di dalam gua Kota Becky akhirnya menampakkan diri. Monster itu memiliki ukuran tubuh besar dan sepasang sayap terdiri dari kerangka tulang.
Levina dan Aizara berhasil ditaklukan oleh monster itu. Kini hanya tersisa Arka seorang diri yang meratapi nasip anggota party-nya.
Arka mencoba melihat informasi musuh yang dihadapinya saat ini. Ia harus cepat sebelum semua menjadi sia-sia.
"Cepatlah!" gumam Arka.
Informasi yang ingin dilihat oleh Arka masih berjalan. Sepertinya monster kali ini begitu kuat. Buktinya hanya satu kali serangan saja, Levina dan Aizara dapat dikalahkan dengan mudah.
"Roaarr!!"
Monster itu memiliki wujud seekor naga. Naga yang tersusun oleh tulang-tulang. Kepakan sayap tulang miliknya mampu menghempaskan pemain.
Arka menancapkan pedang Muramasa di tanah sebagai tumpuan untuk menghindari serangan lawan. Walau Arka mampu bertahan, tetapi HP miliknya turun secara perlahan.
Arka frustasi. Ia tidak bisa melakukan apapun. Untuk mengentahui informasi lawan saja, terbilang sulit. Biasanya akan muncul data monster dari tatapan pertama.
Naga tulang itu mengepakan kedua sayap, ia terbang perlahan. Mulutnya mulai terbuka lebar. Bola api besar siap untuk diluncurkan.
"Oh tidak! Aku harus menyelamatkan Levina dan Aizara. Tapi... bagaimana caranya?"
Arka semakin frustasi. Dulu pernah ia dihadangkan oleh masalah yang sama, namun jika player mati mereka bisa hidup kembali walau meninggalkan item secara acak dan turun beberapa level. Sedangkan disini, jika satu player mati, maka pemain harus mengulangnya dari awal.
Pedang Muramasa Arka cabut. Ia berlari menuju ke tempat Levina. Arka mengeluarkan skill summoner untuk memanggil Wolfy. Kartu diambil dari inventory, muncullah seekor monster serigala biru besar.
"Wolfy, tolong bawa Aizara ke tempat yang aman!" perintah Arka.
Wolfy mengaum kecil tanda mengerti. Sosoknya perlahan menghilang ditelan oleh bayangan. Arka melirik ke arah Aizara.
Wolfy tiba. Ia langsung membawa tubuh Aizara yang tak sadarkan diri masuk ke dalam bayangan pohon. Arka sedikit menghela napas lega. Ia pun beranjak cepat di mana Levina berada.
Arka menggendong tubuh Levina ala bride style. Pedang Muramasa sudah berada di dalam sarung pedang yang terkait di pinggang.
Bola api sudah dilepaskan oleh sang monster. Kobaran api seakan membakar kulit.
Mega Flame!
Duar!!
Arka sedikit terpental sesaat ia ingin menyembunyikan diri di antara bebatuan. Ia melirik ke arah Levina yang berada digendongan. Arka tersenyum kecil bahwa Levina tak terluka akibat serangan tadi.
[Skull Dragon - Level 39]
Tiba-tiba notifikasi pemberitahuan muncul di layar hologram Arka. Kedua mata Arka membelakak.
"Le-level 39," Arka sangat tercengang.
*****
~Sand City, Benua Rune Kuno~
Ruinas kini sudah mencapai level 10. Ia juga mendapatkan beberapa teman selama petulangan. Sekarang Ruina berada di salah satu kota Benua Rune Kuno. Ia berjalan bersama kedua teman yaitu ras Beast Human - Triger, Torao dan Half-Elf Quina.
Torao membawa sebuah pisau dan palu besar yang tersimpan di inventory. Ia memiliki tubuh berotot dan warna kulit belang kuning hitam. Ia menatap player yang melewati dirinya tajam.
"Kau terlalu menyeramkan, Torao." sahut Quina. Quina membawa sebuah tongkat sihir bernama Lepiota.
"Hmm," balas Torao mendengus kasar.
(Torao - Player
Sumber Gambar : Pinterest)
[
Torao - Level 14
Fighter
Beast Human - Triger]
(Quina - Player
Sumber Gambar : Pinterest)
[Quina - Level 13
Mage
Half Elf]
Ruinas hanya tersenyum melihat keakraban keduanya. Ia bertemu dengan mereka di Gurun Merah. Ruinas saat itu tengah melawan monster berbentuk kepiting merah bernama Red Crabs seorang diri.
Ruinas masih berada di level 9. Ia cukup kesulitan melawan Red Crabs hingga menyisakan HP 45%. Ruinas mencoba untuk melarikan diri, namun Red Crabs berlevel 13 terus mengejarnya.
Tiba-tiba sebuah kapak dan serangan berupa jamur muncul menghadap Red Crabs. Salah satu capit Red Crabs terpotong hingga menyisakan satu capit. Dan disitulah ketiga bergabung untuk mengalahkan Red Crabs.
Kembali ke masa sekarang. Ruinas berhenti di salah satu toko senjata. Ia melirik ke dalam mencari sesuatu senjata yang ia inginkan. Ruinas menghela napas lega karena senjata itu masih terpajang rapi dipojokan dinding.
Tring!!
Lonceng berbunyi menandakan bahwa seorang pelanggan masuk. NPC seorang pria berotot menyambut hangat kedatangan Ruinas dan kedua temannya.
"Selamat datang di toko senjata Yogo. Ada yang bisa bantu?" sambut Yogo sang NPC ramah.
Ruinas mendekati meja yang terdapat kasir di sana. "Hmm... Aku ingin membeli sebuah tongkat sihir yang ada di atas sana," jawabnya sambil menunjuk belakang Yogo.
Sebuah tongkat dengan kristal hijau zamrud begitu menyilaukan mata. Sejak awal Ruinas tak sengaja melewati toko senjata ini, ia sudah tertarik dengan tongkat sihir tersebut.
"Aah, kau memiliki mata yang jeli, nak. Baik akan saya ambilkan untukmu." balas Yogo. Ia langsung mengambil tongkat sihir itu, lalu menaruhnya di atas meja kayu besar.
Torao mendekati meja. Ia sempat akan menyentuh tongkat sihir itu, namun tangannya ditepis keras oleh Ruinas.
"Kenapa?" tanya Torao datar.
"Aku saja belum membelinya, kau sudah ingin memegang." jawab Ruinas agak kesal.
Quina tertawa kecil. Ia cukup takjub dengan keakraban antara Torao dan Ruinas yang memiliki dua sifat berbeda.
"Kau jadi ingin membeli tongkat sihir ini?" tanya Quina kembali ke topik pembicaraan. Sedaritadi Torao dan Ruinas berdebat melalui tatapan tajam, seakan keduanya sedang bertelepati.
"Jadi! Berapa Tuan harganya?" jawab Ruinas semangat.
Yogo hanya tersenyum kecil. Ia pun memberitahukan harga satu tongkat sihir barang dagangan miliknya.
"Ini seharga 15.000€, nak."
Ruinas merasa tertohok. Ia tidak mempunyai uang sebanyak itu. Quina mengerti kediaman rekannya. Ia membisikan sesuatu kepada Ruinas.
"Aku tahu, kamu tidak memiliki cukup uang. Bagaimana kalau aku pinjamkan, tetapi kau harus menemaniku kencan seharian besok?" bisik Quina dengan menambah persyaratan yang cukup berat bagi Ruinas.
Ruinas berpikir sejenak. Ia harus mengambil keputusan ini secepatnya. Hanya menemani Quina berkencan cukup mudah menurutnya.
"Baiklah," balas Ruinas pelan.
Quina tersenyum kecil. Ia mengeluarkan sejumlah uang sekitar 5.000€ dari inventory miliknya dan langsung memberikan kepada Ruinas. Jumlah uang yang tak bernilai cukup tinggi bagi pemain seperti Ruinas.
Ruinas mengucapkan terimakasih. Ia membayar tunai tongkat sihir tersebut.
"Baik, nak. Mulai saat ini Mosaik menjadi milikmu. Senang berbisnis dengan anda." ucap Yogo menyerahkan tongkat sihir bernama Mosaik. Ruinas mengambil Mosaik dengan perasaan bahagia.
Ketiga player meninggalkan toko senjata Yogo. Senyum lebar tak pernah lepas dari bibir Ruinas. Ia langsung memeriksa data Mosaik.
[Mosaik - Wand (Rare)
Sebuah tongkat sihir yang terbuat dari bahan-bahan berupa kulit ras titan dan pohon langka Baobab. Kristal yang berada diujung tongkat merupakan batu zamrud pada zaman Mesir Kuno. Tongkat ini menyimpan sesuatu kekuatan hebat dan memiliki efek Int +10.
Note: Pembuat Yogo (hanya satu di dunia)]
"Yeay! Berhasil kudapatkan Mosaik ini!" seru Ruinas.
Beberapa player dan NPC melirik ke arah Ruinas yang tengah berjoget-joget. Torao melangkah sedikit demi sedikit hingga menjauh dari Ruinas menghidar. Quina tertawa kecil melihat kekonyolan rekannya itu.
"Jangan lupa besok, Ruinas!" bisik Quina penuh ancaman. Quina pergi dengan senyum kemenangan meninggalkan Ruinas yang mematung.
Tiba-tiba Torao berdiri di sebelah kanan Ruinas. Ia membisikan sesuatu hal yang membuat Torao menyesal.
"Kau lupa dengan sistem penukaran mata uang negaramu dengan mata uang virtual game TFG ini." ucap Torao pelan. Ia menepuk pelan pundak Ruinas, lalu berjalan cepat menghilang dikerumunan.
Runia ingin rasanya menangis saat itu juga. Ia lupa dengan sistem penukaran uang dan berakhir dengan kencan menegakan esok hari.
*****
Arka berhasil mendapatkan tempat persembunyian. Ia juga berhasil menyelamatkan Levina dan Aizara. keduanya saat ini tengah kritis.
Arka mengambil beberapa botol potion dari bentuk kecil hingga besar. Berbagai macam warna juga terlihat dari masing-masing botol potion.
"Minumlah," ucap Arka. Ia pertama membuka botol potion berwarna merah untuk menambah HP milik Levina. Ia langsung tegukan ke mulut Levina. Secara spontan Levina meminum hingga botolnya habis.
Perlahan HP Levina naik menjadi 80%. Arka menghela napas lega. Ia juga melakukan hal yang sama kepada Aizara. HP Aizara bertambah menjadi 85%. Keduanya berhasil tertolong untuk sementara ini.
Arka melirik ke arah luar gua. Saat ini mereka tengah bersembunyi di gua tak berpenghuni. Tidak ada satupun tanda-tanda Skull Dragon muncul.
"Master," ucap sosok bayangan berbentuk serigala biru. Ia muncul di belakang Arka.
"Bagaimana situasi di luar sana Wolfy?" tanya Arka.
"Skull Dragon masih mencari keberadaan Master. Setiap jalan yang dilewati Skull Dragon telah terbakar habis." jawab Wolfy menjelaskan keadaan di luar.
Arka tersenyum kecut. Ini semua tidak sesuai dengan perkiraannya sebelum datang kemari. Saat ini mereka tengah diburu oleh monster dengan level 39 di luar sana. Ia juga menyesal telah mengajak kedua wanita itu datang kemari.
"Baiklah, kau tetap mengawasi dari luar. Jika terjadi apa-apa langsung kabarkan kepadaku." ucap Arka tegas.
"Baik Master,"
Sosok Wolfy menghilang dari balik bayangan. Saat ini ia bertugas untuk mengintai keadaan di luar.
Arka berjalan ke tempat kedua wanita itu berada. Ia melihat Aizara terlebih dahulu sudah siuman.
"Ah, kau sudah sadar," ucap Arka lega.
Aizara masih terlihat bingung. Ia memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Ini dimana?" tanya Aizara.
"Kita sekarang berada di dalam gua lain. Kalian tak sadarkan diri setelah melawan Skull Dragon." jawab Arka menjelaskan tidak terlalu detail.
Tak lama Levina terbangun. Arka menghela napas lega melihat kedua wanita itu sudah siuman. Ia menjelaskan kembali apa yang terjadi.
"Apa yang harus kita lakukan saat ini?" tanya Aizara. Levina sedang menyembuhkan tulang punggung Aizara yang agak retak akibat terlempar menabrak bebatuan.
"Terimakasih," ucap Aizara.
Arka terdiam. Ia sedang menyusun sebuah strategi untuk melarikan diri dari Skull Dragon. Tiba-tiba ia merasakan sebuah aura misterius dari dalam gua. Ia bangkit berdiri, lalu berjalan memasuki area gua lebih dalam.
Levina dan Aizara mengikuti kemana Arka pergi. Keduanya penasaran dengan sikap Arka yang terlihat berbeda itu.
Mereka menelusuri semakin dalam gua. Pencahayaan di sini cukup terang walau di dalam gua yang tak berpenghuni.
Deg?!
Detak jantung Arka berdebar kencang. Ia pernah merasakan sensasi seperti ini. Di depan mereka terdapat sebuah altair terbuat dari batu-batu yang menumpuk.
Tanpa disadari Arka semakin berjalan menuju altar. Kini ia sudah berada di depan patung altair berbentuk burung.
Levina dan Aizara mencoba masuk, namun terlahang oleh kubah pelindung tak kasat mata.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Levina khawatir. Ia terus mencoba tetapi tak bisa masuk, begitu pula dengan Aizara.
"Kita perhatikan saja dulu," sahut Aizara mulai tenang.
*****
Arka terdiam. Ia mencoba untuk memegang patung burung tersebut. Sebuah cahaya menyilaukan berwarna merah terang muncul dari balik patung.
Kedua mata Arka memicik menghidari kilauan cahaya merah. Perlahan penglihatannya menjadi jelas. Ia melihat seekor burung yang seluruh tubuhnya terbakar api merah tengah terbang di depannya.
"Selamat datang wahai sang terpilih," ucap sang burung api.
"Kau siapa?" tanya Arka.
"Aku adalah penghuni dari patung itu. Aku telah memilihmu sebagai partner. Gunakan kekuatan ini sebaik-baiknya." jawab burung api tersebut.
Perlahan sosok burung api menyerap masuk ke dalam tubuh Arka. Arka merasakan sensasi aura terbakar di dalamnya. Ia juga seperti mendapatkan kekuatan hebat yang menampung.
Pandangan Arka terhalang kembali. Patung burung lenyap secara misterius. Di dekat kaki Arka terdapat tiga item berbentuk kristal.
Arka mengambil ketiga item tersebut. Papan notifikasi muncul tanpa diminta.
(Phoenix Crystal
Sumber Gambar : Pinterest)
[Phoenix Crystal (Rare) :
Sebuah kristal yang terbuat dari tunggu api neraka. Terdapat sebuah makhluk mitologi di dalamnya yaitu Phoenix, salah satu dari 72 Iblis Solomon. Memiliki kekuatan berelemen api.
Note: Hanya ada satu dan tidak dapat dijatuhkan.]
(White Crystal
Sumber Gambar : Pinterest)
[Whiye Crystal (Rare) :
Sebuah kristal yang terbuat dari batu murni dari dalam bagian Bumi terdalam. Berfungsi untuk menyimpan satu monster di dalamnya. Mendapatkan tambahan Luc +50 saat mengurung monster.
Note: Hanya ada satu dan tidak dapat dijatuhkan.]
(Green Crystal
Sumber Gambar : Pinterest)
[Green Crystal (Rare) :
Sebuah batu kristal yang terbuat dari air mata Cleoparta. Ini hanya dapat ditemukan dibagian dalam Piramida Maya, Benua Rune Kuno. Memiliki kemampuan untuk menguasai elemen alam dan pasir.
Note: Tidak dapat dijatuhkan.]
Ketiga kristal di tangan Arka begitu memukau dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Arka sangat beruntung sekali bisa mendapatkan semua ini. Sebuah ide terlintas ketika ia melirik ke salah satu kristal berwarna putih untuk menaklukan Skull Dragon.
*****
Skull Dragon terus membumi hanguskan setiap area yang ia lewati. Monster ini mencari keberadaan seseorang yang telah mengganggu tidur siangnya. Ia akan mencari kemanapun seseorang itu pergi.
Blaarr!!!
Bau hangus dan pohon-pohon terbakar menjadi saksi kemarahan Skull Dragon. Wolfy yang berada disekitar monster itu tetap menyembunyikan hawa keberadaan. Skull Dragon telah sampai di tempat persembunyian Arka dan kawan-kawan.
Wolfy menghilang dari balik bayangan batu. Ia harus memberitahukan hal gawat ini kepada Arka.
Blarr!!
Skull Dragon telat menyadari keberadaan Wolfy. Ia telah membakar tempat Wolfy tertutup bebatuan.
"Roaarr!!"
Di dalam gua...
Arka bersama Levina dan Aizara sedang melakukan diskusi untuk mengalahkan monster itu. Levina tidak setuju. Ia tidak mau Arka harus mengorbankan dirinya demi mereka.
"Tidak! Itu terlalu berbahaya!" tolak Levina tegas. Ada nada khawatir dibalik penolakan.
Aizara mengerti, tetapi itu jalan satu-satunya demi mengalahkan Skull Dragon. Ia perlahan mulai mengganggumi sosok Arka sebagai player hebat. Ia pasti akan terus mendukung keputusan Arka sepenuhnya, walau hati ini sedikit tak rela.
"Dengarkan aku! Ini hanyalah jalan terakhir yang bisa kita lakukan. Aku akan terus maju, meski kalian tetap tak setuju. Aku bertanggung jawab atas keselamatan kalian." ucap Arka tegas.
Levina tak bisa mengelak. Ia hanya diam menangis. Aizara memeluk pelan tubuh wanita itu memberikan kekuatan.
Suara raungan Skull Dragon telah terdengar dari luar gua. Wolfy juga muncul di saat yang tepat.
"Master, Skull Dragon telah sampai kemari," ujar Wolfy menunduk.
"Aku sudah tahu. Terimakasih atas informasimu. Aku punya satu permintaan untukmu. Tolong kamu bawa pergi kedua temanku ini ke tempat lainnya berada." balas Arka.
Wolfy menganggukan kepala kecil tanda mengerti. Ia tidak bisa membantah perintah dari Arka.
Arka menyerahkan sebuah kristal berwarna biru kepada Aizara. Itu adalah kristal di mana Wolfy telah menjadi partnernya yang ia taklukan. Aizara menerima dengan perasaan sedih.
Layar hologram berbunyi. Aizara melihat Arka telah menghapuskan party. Setetes airmata jatuh tanpa ia sadari.
"Semoga kau berhasil. Kami menunggu kedatanganmu di sana, Arka." ucap Aizara lirih.
Levina menatap sejenak Arka. Ia harus tetap memberikan semangat kepadanya. Ia tidak boleh egois. Sebuah ciuman kecil mendarat di bibir Arka ditunjukan sebagai hadiah darinya.
"Aku akan selalu menunggumu, Arka." ujar Levina.
Wolfy memberikan hormat kepada sang master. Ia pun membawa Levina dan Aizara pergi dibalik bayangan kegelapan gua.
Kini tersisa Arka seorang diri. Ia memegang bibirnya bekas ciuman dari Levina. Senyum simpul terlukis di sana.
"Manis seperti buah ceri," gumam Arka.
Arka menatap lurus ke depan. Ia berjalan dengan penuh keberanian dan semangat yang membara. Ia akan menaklukkan Skull Dragon.
"Tunggu aku, Skull Dragon!" seru Arka mengepalkan kedua tangan erat.
*****
Blarr!!!
Bola api berhasil menghanguskan pohon di sekitar gua. Kobaran api dan asap hitam menyelimuti gua. Sosok siluet muncul dibalik kehebohan.
Flame of Phoenix!
Sebuah tebasan pedang yang terselimuti api membelah tubuh Skull Dragon. Kedua sayap Skull Dragon menyatu menutupi seluruh tubuhnya.
Sosok Arka kini terlihat seutuhnya. Ia berlari menerjang lurus ke depan. Pedang Muramasa dipegang erat, ia ayunkan melintang ke atas.
Tubuh Arka terhempas saat kedua sayap Skull Dragon terbuka. Arka menahan diri dengan kedua kaki sebagai tumpuan sehingga tidak terdorong terlalu jauh.
"Terlalu keras," gumam Arka.
Arka memutar otak cepat. Ia harus bisa melemahkan Skull Dragon untuk menjalankan rencananya. Kesempatan hanya ada satu kali.
Darkness dan Fire of Ring mengeluarkan cahaya terang di sela-sela jari tangan kiri Arka. Kedua cincin berbeda elemen memancarkan sinar. Arka bisa merasakan kekuatan ganda menyelimuti dirinya.
"Ini... mengaggumkan,"
Pedang Muramasa menghisap kekuatan ganda itu. Adrenalin Arka seakan memacu cepat bersaaman dengan detak jantung.
Arka menatap tajam Dragon Skull. Mulut besar Dragon Skull sudah siap untuk menyemburkan api kembali. Tekanan aura kuat begitu Arka rasakan dari sang musuh.
Fire Brath!!!
Blaarr!?!
Bola api raksasa telah dimuntahkan oleh Dragon Skull. Serangan itu sudah terfokus kepada satu titik yaitu Arka.
Arka tersenyum kecil. Ia merasa sangat tertantang. Ia akan mengerahkan semua kekuatan yang ia miliki hingga tak tersisa sedikitpun.
Arka berlari sangat kencang menuju bola api raksasa yang juga mengarah padanya. Ia tak gentar. Pedang muramasa ia ayunkan perlahan dari sebelah kanan ke kiri, lalu ke bawah dan ke atas.
Fire of Darkness Impact!!
Kekuatan dua unsur elemen terpancar dari pedang Muramasa. Serangan gabungan terbaru yang ia dapatkan beberapa detik lalu.
Arka melakukan tebasan sekuat mungkin. Panas api ia rasakan saat bertabrakan dengan dirinya.
Tebasan Arka mencoba membelah bola api raksasa. HP Arka semakin lama turun akibat terkena efek serangan Dragon Skull.
Duarr!!!
Kepulan asap dan api, hembusan angin dan retakan tanah menjadi satu. Sekitar area gua maupun lahan Kota Becky kini terlihat sudah tak terbentuk.
Arka dan Skull Dragon masih belum terlihat. Kemenangan sudah di depan mata. Siapakah yang bertahan?
| | * * * * * * | | | * | | | * * * * * * | |
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top