CP 16 Berburu di Kota Becky

Arka, Skynet, Aizara dan anggota guild Ghost telah berkumpul di markas milik guild Ghost, tepatnya di Kota Curd. Keberadaan guild ini cukup misterius dan berada di area yang susah terjangkau di Benua Darkside.

XieXie mempersilahkan para pahlawan yang telah menolong guild mereka di Kota Hantu dengan ramah dan meriah. Berbagai makanan tersaji di atas meja makan. Arka menatap semua makanan itu dengan pandangan rakus. Skynet sendiri terlihat murung. Ia menjadi seperti itu sejak berbicara dengan Levina.

"Terimakasih kepada Skynet, Aizara dari guild Anima dan khususnya... Arka yang sudah menolong kami. Jika tidak ada kalian... mungkin kami sudah tidak berkumpul di sini," ucap XieXie. Ia melirik ke arah Arka. Rona tipis menghiasi kedua pipi.

Knuppel, Levina dan Killa memberikan salam hormat ala guild Ghost. Mereka akan menari seperti hantu gentanyan. Hal itu cukup menghibur ketiga player.

"Baik. Selamat menikmati hidangannya," sambut XieXie ramah. Ia mulai mengambil satu butir telur angsa. Telur angsa hitam memiliki khasiat yang sangat berlimpah, terbukti dari harganya sekitar 5.000€ sampai 8.000€ untuk satu butir telur.

Arka takkan menolak rezeki yang berlimpah di depan mata. Ia mencoba telur angsa hitam dan rasanya bercampur antara manis dan asin.

"Ini enak," ucap Arka setelah menelan satu penuh telur angsa hitam. Ia mengambil segelas jus anggur merah. Setengah air jus sudah kandas tertelan.

Aizara mulai menikmati hidangan pembuka yaitu daging babi hitam. Aroma dari daging babi hitam sungguh mengayun indah di hidung.

"Aaa... Empuk sekali," ujar Aizara. Ia memegang kedua pipi senang.

Skynet diam. Ia tidak banyak berkomentar, hanya makan dengan tenang dan kondisi hati yang tersakiti.

Arka melirik ke arah Skynet. Ia merasa bahwa pancaran aura kawannya itu berbeda. Ia akan mencari tahu nanti.

Di balik keramaian di meja makan. Seseorang memperhatikan Arka diam-diam. Seorang wanita yang mungkin baru merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama.

Acara makan kemenangan telah berakhir beberapa menit yang lalu. Skynet memilih untuk pergi menuju keluar. Sepertinya ia butuh ketenangan dan sendiri. Diam-diam Arka mengikutinya tanpa menimbulkan suara bising.

*****

~Di Dunia Nyata, Kota Tokyo, Jepang~

Sebuah konser baru saja diselenggarakan di sana. Banyak para penggemar berbondong-bondong hanya untuk melihat idolanya tampil. Rata-rata penonton adalah kaum pria.

Beberapa banner, poster dan lampu virtual menggambarkan satu foto idola. Sang idola yang menitih karir dari umur lima belas tahun. Ia sudah memiliki tiga buah album dan semuanya terjual habis di pasaran.

Lagu terbaru yang berjudul 'Sayonara' menjadi trending topik di berbagai media sosial maupun virtual. Lagu ini juga banyak dinyanyikan oleh berbagai macam usia.

"Huah... Lelah sekali hari ini," keluh seorang gadis cantik. Rambut biru tergurai indah bak gelombang laut.

"Nabila... Kamu sudah melakukan terbaik. Aku bangga denganmu!!"

Seorang wanita berusia sekitar 30 tahun memeluk erat tubuh mungil Nabila. Nabila diam pasrah menerima perlakuan berlebihan dari sang manajer sekaligus Ibu kandungnya itu.

"Ma... Nabila tidak bisa bernapas ini," ucap Nabila melakukan perlawanan sedikit.

Mama Ani melepaskan pelukan kasih sayang seorang Ibu. Ia mengelus lembut rambut biru anaknya. Ia pamit keluar karena ada urusan lain yang belum selesai.

Tinggallah Nabila seorang diri. Gadis ini merupakan seorang Idol bersinar selama lima tahun terakhir. Memiliki nama lengkap Nabila Akino. Kini berusia sekitar 20 tahun.

Nabila melirik ke jam virtual di ruangan. Ia tersenyum penuh arti. "Yosh! Saatnya kita berpetualang!"

Nabila berjalan menuju salah satu cermin virtual. Ia tarik pengait kecil di bawah cermin. Tiba-tiba sebuah anak tangga muncul. Nabila menuruni anak tangga itu menuju ke sebuah ruangan.

Bentuk persegi panjang dengan dominasi warna biru. Sebuah benda berbentuk helm tertata rapi di atas meja kaca. VR Gear alat penghubung untuk bermain ke dalam virtual game.

Nabila meraih VR Gear itu. Ia pasangkan di atas kepala. Ia pun terbaring di kasur dengan seprai bergambar lautan sebagai alas kasur.

"Selamat berpetualang!"

"Fantasy, Link Start!"

Cahaya terang menyambut kehadiran Nabila. Ia menggunakan ID bernama Akino48.

*****

~Kota Becky, Benua Darkside~

Saat ini Arka, Aizara dan Levina berada dikawasan bagian selatan Benua Darkside. Ketiganya melakukan penjelajahan di salah satu gua tak berpenghuni.

Akhir-akhir ini menurut laporan NPC dan anggota Guild Ghost. Setiap malam terdengar suara lolongan monster dari Kota Becky. Beberapa player yang ingin mengalahkan monster itu, keesokan harinya sudah tak terlihat. Kemungkinan besar mereka dikalahkan oleh monster dan kembali dari awal mula permaian di level 1.

Arka ingin mencoba kemampuan untuk menaklukan monster itu. Ia memiliki insting bahwa monster tersebut sangatlah kuat. Ia awalnya mengajak Skynet, namun player itu menolak dan memilih untuk log out.

Aizara merasa tertantang saat si pendekar pedang Arka mengajaknya untuk meneliti. Levina pun mengajukan diri untuk ikut. Ia akan bertugas sebagai supporter kedua ahli pedang tersebut.

Setelah menempuk jarak sekitar 3 kilometer, akhirnya mereka tekah sampai di kota tujuan. Suasana begitu hening dan sunyi. Tidak ada suara monster jangkrik yang biasa terdengar di sore hari.

"Inikah tempatnya?" tanya Aizara. Ia meneliti setiap inchi tempat yang menurutnya berbahaya. Hanya ada satu tempat yaitu mulut gua kira-kira 100 meter dari lokasi mereka saat ini.

"Iya, ini Kota Becky tempat tujuan kita." jawab Levina. Ia tak berani menatap ke arah Arka, jika ia melihat sedetik saja wajahnya langsung memerah sempurna.

"Hmmm... Aku melihat ada beberapa item berseraka di sini," sahut Arka di luar pembicaraan.

Arka mulai mengambil satu persatu item. Ia akan memeriksanya setelah semua berakhir. Aizara menepuk kening. Levina tertawa kecil melihat tingkah laku orang yang ditaksirnya.

"Roaarrr!!"

Muncul suara lolongan keras berasal dari dalam gua. Arka, Aizara dan Levina telah bersiap-siap.

Arka memimpin di depan, diikuti Levina dan Aizara di belakang. Masing-masing memiliki posisi penting untuk mencegah serangan musuh dari manapun.

"Kalian siap?" tanya Arka tegas.

"Siap!" jawab keduanya kompak.

Sebelum mereka sampai, diperjalanan sudah saling mengundang pertemanan sekaligus membuat party kecil. Keuntungan setiap pendapatan akan diakumulasi di akhir nanti secara adil.

Arka menarik pedang Muramasa. Saat ini ia memiliki dua pedang, tetapi ia tidak pakai karena belum mengetahui secara detail efek dan keuntungan memakai pedang tersebut. Levina sudah mempelajari beberapa mantra penyembuhan baru dalam waktu singkat. Aizara mengawasi dari belakang dengan pedang miliknya.

*****

~Kota Lovely, Benua Tekno~

Akino48 berada di sebuah kota yang dipenuhi teknologi canggih. Ia memutuskan untuk berjalan menuju salah satu toko baju. Ia ingin membeli baju terbaru khusus untuk class.

Akino48 telah menemukan toko baju yang menjual pakaian modis. Ia pun langsung masuk ke dalam.

Sekitar satu jam lamanya, akhirnya Akino48 membeli baju yang cocok dan nyaman dipakai. Kira-kira harga yang dijual berkisar 10.000€. Harga ini termasuk murah bagi kaum sultan seperti Akino48.

(Akino48
Player
Sumber Gambar : Pinterest)

Akino48 terlihat sangat cantik dan manis. Ia sengaja memilih tema seperti pakaian suku Indian dengan khas bulu-bulu indah. Warna putih menjadi pilihannya. Sebuah tongkat gangang tipis, ada sejenis kumpulan bola cahaya di ujung tongkat seperti daun maple.

[Akino48 - Level 21
Class : Summoner
Ras : Human]

Beberapa player berjenis kelamin pria menatap dirinya dengan tatapan kagum, sedangkan wanita menatapnya seperti iri dan tak suka. Namun, tidak semua berpendapat seperti itu salah satunya seseorang yang menghampiri Akino48.

"Akino48?" ucap seorang pria, lebih tepatnya bertanya.

Pria itu mengenakan satu set jirah. Warna perak menjadi dominan bercampur dengan warna biru. Sebuah pedang dan tameng ia pegang di kedua sisi tangan.

Akino48 reflek menolehkan kepala. Kerutan di kening membuktikan bahwa ia tak mengenal pria di depannya. "Siapa kau?" tanya Akino48 bingung.

Pria itu tersenyum ramah. Ia mempraktikan gaya hormat ala prajurit. Rambut blonde seakan mengibaskan debu yang berniat untuk berhinggap.

"Maaf atas tidak kesopanan saya. Perkenalkan saya Kevin," jawabnya Kevin sopan.

Akino48 semakin dibuat bingung. Ia memutuskan untuk tidak menanggapi Kevin lebih lanjut. Ada satu hal penting yang harus ia selesaikan sejak kemarin.

Saat Akino48 akan beranjak pergi. Kevin berusaha untuk mencegah, tetapi sebuah tangan menghentikan aksinya.

"Tidak usah mengejar idola sombong seperti dirinya!" cegah seorang wanita berpostur pendek. Jika dipandang lebih teliti lagi, wajahnya tak begitu asing. Ia merupakan salah satu pemain pro di TFG.

"Tapi...," sahut Kevin lemas. Baru saja ia bertemu dengan sang idol, namun telah kehilangan jejak.

"Tch! Kau ini salah memilih idola!" seru wanita ber-class Assassin.

Kevin membalikan badan menatap wanita itu. Ia memegang kedua bahu wanita erat. "Aku takkan salah memilih idola. Nabila atau Akino48 itu merupakan jelmaan seorang dewi bagiku." bantah Kevin tegas.

Wanita itu memutar bola mata malas. Ia melepaskan pegangan Kevin di bahunya, lalu meninggalkannya. Ia tidak mau terlalu berurusan dengan seorang fans fanatik seperti Kevin.

"Hei! Tunggu aku, Sonia!" seru Kevin.

Kevin berlari kecil menyusul wanita yang bernama Sonia. Namun, Sonia memilih menghilang menggunakan kekuatan class Assassin miliknya. Dalam kedipan mata, sosok Sonia telah menghilang.

*****

Arka, Aizara dan Levina sudah memasuki gua. Udara dingin menambah aura ketegangan. Pencahayaan yang minim menggunakan kekuatan elemen cahaya milik Levina membuat pandangan sedikit terganggu.

Semakin mereka masuk ke dalam gua, semakin terang pancaran cahayanya. Levina tidak perlu menggunakan kekuatannya lagi. Batu-batu kristal menjadi pengganti penerangan mereka.

Arka berhenti di tengah jalan. Ia memberikan kode untuk berhati-hati kepada anggota party-nya. Ia merasakan aura kuat berada beberapa ratus meter dari tempatnya berada.

"Ada apa?" tanya Levina berbisik.

"Ada sesuatu di depan sana dan... sepertinya monster itu," jawab Arka pelan.

Aizara siap menarik pedang, tetapi sebuah bola api mengarah kepada mereka dari dalam gua. "Awass!!!" seru Arka.

"Aaaa!!"

Levina berusaha menghidari, namun kakinya tiba-tiba terasa keram. Arka langsung mendorong tubuh Levina untuk merayap di tanah. Aizara sudah terlebih dahulu melakukannya.

Duarr!!

Bola api itu menghantam dinding gua hingga bergetar kuat. Sebelum Arka melihat lebih jauh, bola api berukuran besar kembali datang menghampiri.

"Sial!" geram Arka. Ia bangkit berdiri. Pedang Muramasa telah digenggam erat. Arka berlari cepat mengarah ke serangan bola api. Ia mencoba untuk menebasnya.

Fire Splitter!

Jurus pembelah api milik Arka merupakan jurus baru yang ia dapatkan karena telah mengumpulkan ketiga cincin. Cincin ketiga masih ia rahasiakan. Cincin itu diberikan oleh Skynet sebagai hadiah menyelesaikan pertarungan melawan Rena.

Bola api dan pembelah api saling bertabrakan hingga serangan monster penghuni gua berhasil ditebas. Arka tak menurunkan kewaspadaan. Ia merasakan bahwa akan datang serangan yang lebih kuat dari sebelumnya.

Levina membersihkan debu yang menempel dipakaian. Ia berniat untuk membantu Arka. Kedua tangan Levina bersinar biru.

Blue Support!

Kekuatan Levina kali ini untuk memberikan tambahan dukungan agar si penerima menjadi lebih kuat. Tetapi memiliki kelemahan yaitu hanya dapat bertahan selama dua menit saja.

"Terimakasih," ucap Arka tetap fokus.

Levina tersipu malu. Ia akan menjadi pendukung Arka selama pertarungan, walau nyawa sebagai taruhan.

"Jangan lupakan aku!" kesal Aizara. Butterfly Sword miliknya sudah bercahaya keunguan. Ia melakukan tebasan horizontal.

Butterfly Blade Dance!

Tarian pedang kupu-kupu begitu indah di antara cahaya kristal di dalam gua. Aizara langsung menyerang inti permasalahan.

Slash!!

"Apa yang terjadi?" tanya Levina.

Aizara akan melakukan serangan kembali. Namun, Arka berteriak sangat kencang. Ia menarik salah satu tangan kedua wanita itu untuk menjauh dari dalam gua.

"Eehh!?"

*****

Duarr!!!

Seperti petasan api yang menyembur sampai ke mulut gua. Kepulan asap dan bau gosong langsung memenuhi indera penciuman.

Ketiga player berhasil menyelamatkan diri, walau ada yang terkena luka bakar. Arka mencium bau daging terbakar dari punggungnya.

Levina menangis. Ia tak kuasa melihat luka di punggung Arka. Pria itu mengorbankan dirinya.

"Cepat sembuhkan Arka!" seru Aizara cepat. Kaki kirinya terkilir saat melompat tadi, tetapi ia pura-pura agar tidak membuat suasana menjadi sedih.

Levina mengerahkan semua kemampuannya. Ia rela harus kehilangan HP point demi menolong Arka. Cahaya hijau bersinar terang di kedua tangan Levina. Ia salurkan cahaya itu ke punggung Arka yang terbakar.

Green Health!

Jurus penyembuhan Levina ini menguras sedikit demi sedikit HP miliknya. Ia akan terus memaksakan diri untuk menyembuhkan luka Arka sampai tertutup.

"Jangan memaksakan dirimu, Levina. Aku tidak apa-apa kok." ucap Arka. Ia tahu jurus yang dikeluarkan Levina di salah satu buku.

Hembusan napas api menyembur di mulut gua. Suara dentuman keras mengoyang pijakan tanah. Sosok bayangan monster berukuran besar perlahan menampakan dirinya.

Sepasang sayap berbentuk kerangka tulang terlihat. Kepakan sayap mampu menerbangkan ketiga player dalam sekejap mata.

"Ahhh!"

Levina terbentur pohon cukup keras. HP-nya kini hanya tinggal 20% termasuk sisa saat melakukan penyembuhan.

"Levina!"

Arka takut. Ia langsung berjalan menghampiri Levina, namun monster besar itu malah menyerang Aizara. Arka bimbang.

Butterfly Wave Slash!

Gelombang tebasan kupu-kupu menyerbu monster. Serangan Aizara hanya mengenai sayap kerangka tulang dan mengurangi damage kecil.

"Aizara! Awas!"

Aizara tidak sempat mendengar peringatan dari Arka. Tubuh Aizara terhempas kuat oleh salah satu sayap tulang lawan.

Brakk!!

HP Aizara berkurang drastis hingga mencapai 35% tersisa. Arka terdiam. Ia tidak tahu berkata apa-apa lagi. Kedua anggota party nya dapat dikalahkan dengan mudah. Arka juga belum mengetahui identitas dari monster yang ia lawan.

"Levina... Aizara...," ucap Arka terduduk lemas.

*****

~Sydney, Australia~

Naldo terbangun dari tidur panjang. Kedua mata terbuka pelan membiaskan cahaya lampu kamar. VR Gear Naldo lepas perlahan. Ia menaruh helm itu di atas meja nakas.


"Jadi... Begini rasanya patah hati," ucap Naldo. Ia teringat kejadian di dalam virtual game TFG.

'Kita akan kembali di beberapa waktu yang lalu.'

Setelah mengalahkan musuh, Levina sang priest mengajak dirinya ke sebuah tempat. Naldo aka Skynet yang jatuh cinta pandangan pertama dengan Levina menyetujuinya. Ia tidak merasakan firasat hal buruk yang akan menyakiti hatinya.

Naldo berpikir bahwa Levina mengajak dirinya berbicara empat mata membicarakan perasaan suka. Di tahun 2035 ini, sudah tidak ada perbedaan baik wanita maupun pria untuk mengungkapkan perasaan.


"Hmm," gugup Levina. Ia memainkan kedua jari saat gugup. Hal itu sudah menjadi kebiasaan Levina sejak berumur lima tahun.

Skynet menunggu beberapa menit sampai Levina berbicara terlebih dahulu. Kesabaran menjadi salah satu point untuk tahap pendekatan kepada wanita yang ditaksir.

Levina baru membuka bibir sedikit, langsung ia tutup cepat. Kegiatan itu berulang kali hingga Skynet mulai tertidur.

Plakk!!

Lihatlah tanda merah di pipi Skynet itu karena tamparan dari tangan tak berdosa milik Levina. Levina langsung membungkukan badan meminta maaf.

Skynet baru akan masuk ke dunia mimpi, tiba-tiba mendapatkan hadiah sebuah tamparan. Ia terbangun dengan rasa perih di pipi.

"Maafkan Levina," ucap Levina berulang kali macam kaset rusak.

Skynet tersenyum miris. Ia juga tidak tega melihat pujaan hatinya meminta maaf terus.

"Cukup cukup... Sudah saya maafkan," jawab Skynet.

Levina berhenti. Ia memasang senyum manis menawan. Skynet dibuat sampai tak berkedip.

Plak?!!

Kedua kali pipi Skynet ditampar oleh tangan tak berdosa milik Levina. Skynet rasanya ingin menyembunyikan diri dari tangan halus Levina.

"Kyahh... Maafkan Levina lagi," reflek Levina meminta maaf.

Skynet tetap berpose keren walau dalam hati meringis. Skynet memegang kedua tangan Levina erat untuk menjaga dari perbuatan yang tidak-tidak kembali.

"Oke! Langsung intinya saja. Aku ingin bertanya padamu." ucap Levina berubah menjadi tegas. Ia menatap tajam wajah Skynet dalam-dalam.

"Hmm... Apa?" tanya Skynet gugup. Keringat dingin mulai menyerang dirinya.

Levina mengambil pasokan oksigen perlahan. "Apa kau tahu Arka memiliki seorang kekasih atau wanita yang ditaksir?" tanya Levina tepat sasaran.

Crack!

Seperti bom atom yang meledak. Seperti kembang api yang meletus di langit. Seperti kaki yang terinjak.

Hati Skynet seakan pecah berkeping-keping. Ia tak salah dengar. Itu pasti hanya mimpi.

"Sebenarnya... Aku menyukai Arka, tapi aku malu untuk mengungkapkannya secara langsung. Tolong jangan beritahu Arka tentang pembicaraan ini!"

Levina berhasil mengungkapkan perasaan dan rasa penasaran hatinya. Sejak ia ditolong oleh Arka, ia merasakan debaran jantung yang berpacu cepat. Kupu-kupu yang berterbangan di dalam perut.

"Skynet! Skynet!" panggil Levina berulang kali.

Skynet hanya diam mematung. Ia mengerti rasanya cinta bertepuk sebelah tangan dan itu sangat menyakitkan sekali.

"Ah maaf... Aku tidak tahu Arka memiliki kekasih. Aku pun baru kenal di TFG ini." jawab Skynet cepat. Ia ingin pergi dari hadapan Levina sekarang.

Levina tersenyum manis. Berarti ia masih memiliki kesempatan untuk dekat dengan Arka secara perlahan.

"Terimakasih Skynet. Aku nanti akan mentraktirmu makan di restoran terkenal di kota." ucap Levina membungkukan badan sedikit. Ia pamit meninggalkan Skynet sendirian.

"Hmm.... Arka! Aku iri pada keberuntunganmu!" seru Skynet meluapkan rasa sakit hatinya. Ia langsung mengikuti Levina pergi menyusul rekan lainnya.

'Cerita pun berakhir...'

| | * * * * * * | | | * | | | * * * * * * | |

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top