CP 01 Sebuah Undangan
Tahun 2035
Minggu, 6 Agutus 2035...
Dering alarm jam menggema di sepanjang kamar apartemen nomor 13. Alarm jam terus berdering selama lima belas menit.
Arka terpaksa untuk membuka selimut tipis yang membungkusnya. Satu tangan menjuntang berniat untuk mematikan alarm. Berhasil. Suara bising dari alarm jam telah menghilang bagai ditelan bumi. Medan magnet pada kasur berukuran sedang namun tipis, membuat Arka ingin terus bersantai dalam dekapan selimut yang nyaman.
Tok!
Tok!
Tok!
Kali ini muncul suara yang berasal dari luar apartemen. Di awali ketukan pintu bernada pelan menjadi kencang. Arka dengan sangat terpaksa bangkit dari zona nyaman.
"Mengganggu saja," gerutu Arka.
Rambut acak tak terurus. Kacamata yang bertengger di pangkal hidung baru saja di pakai oleh sang pemilik.
Arka berjalan tertatih seperti zombie. Hari Minggu waktunya untuk bersantai seharian penuh. Namun, di patahkan dengan suara ketukan pintu. Mungkin sekali lagi, pintu apartemen milik Arka akan meninggalkan retakan kecil di sana.
"Huh!"
Hembusan napas kasar mengawali adegan membuka pintu. Terdengar suara 'klik' tanda pintu tak terkunci lagi. Arka membuka kasar pintu itu.
Kosong. Tak ada siapapun di luar sana yang berkeliaran. Kepala Arka menoleh ke arah kanan dan kiri. Hanya ada seorang nenek yang tengah menyirami tanaman hias di depan apartemennya.
Saat Arka akan masuk ke dalam, ia tak sengaja melihat sebuah amplop berwarna pelangi. Arka penasaran, ia meraih amplop itu.
"Amplop?" Arka heran. Ia pun membawa amplop ke dalam.
Arka memilih duduk di sofa. Terlihat sofa warna coklat yang sedikit jebol. Ada beberapa lubang dan terlihat per muncul dari celah-celah.
Arka membuka amplop perlahan. Ia tak ingin merusak seni dalam amplop itu. Selembar kertas terlipat rapi. Arka membuka setiap lipatan dengan hati-hati.
To : Arka Bramasta
"Selamat kamu telah di undang dalam pelelangan VR Gear. Tempat akan di selenggarakan di Hotel Aurora, pukul 19:00 malam.
Salam Fantasy!"
Note: Semoga The Twelve Hero hadir
From: Admin GM
Kedua mata Arka melebar. Ia membolak-balikan surat tersebut. Ia mencari nama asli pengirim. Nihil. Tidak ada tanda apapun selain tulisan yang tertera.
"Bagaimana dia bisa tahu?"
*****
Waktu pertemuan sebentar lagi akan tiba. Arka masih terlihat santai di ruang tamu yang menyatu dengan ruang makan.
Arka bingung, ia harus pergi atau tidak. Cara memilih keputusan seperti memetik kelopak bunga yang ia ambil dari tanaman hias milik Nenek kamar sebelah juga telah ia lakukan. Namun, hasilnya tak sesuai Arka harapkan.
"Argh!"
Arka mengacak-acak rambut frustasi. Ia sudah berjanji kepada seseorang untuk tidak bermain atau berhubungan kembali dengan virtual game. Janji yang mengingatkan tentang masa lalu kelam.
Keputusan yang di ambil Arka cukup berat. Ia harus memutar pikiran sebanyak 180•. Tak berselang lama suara ketukan pintu membuyarkan semuanya.
Arka berjalan menggunakan langkah kaki kanan pertama menuju ke pintu. Di buka pintu perlahan, seseoang bergaya preman menatap Arka tajam.
"Arka Bramasta. Memiliki hutang sebanyak 200 juta."
Pria tersebut telah selesai membacakan sebuah surat di tangan. Ia kembali menatap tajam Arka.
"Hutang? Sejak kapan saya memiliki hutang sebanyak itu?!" Arka bertanya dengan kekuatan emosi mencapai setengah puncak.
Pria itu menyeringai kecil. Ia mendorong pintu apartemen Arka hingga lubang kecil berubah menjadi besar.
"Oh tidak! Pintuku!" seru Arka histeris. Pria itu menarik kerah baju Arka kasar. "Kau harus membayar hutang milik Chris. Dia memberikan alamat ini kepada Bos!"
Chris. Sial! Selama ini Arka selalu menolong sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara sendiri. Ternyata Chris memiliki hutang yang dilempar tanggungjawabkan kepada dirinya. Arka mulai melawan dengan menahan kedua tangan tersebut.
"Baiklah... Aku akan membayar semua hutang itu. Berikan aku waktu sebulan untuk membayar." Arka mengambil pasukan oksigen yang ia bisa. Rasa sesak perlahan mulai menghilang.
Pria tersebut melepaskan pegangan kerah baju Arka. Senyum kemenangan terukir jelas di bibirnya. "Oke! Jika kau sampai melarikan diri... Aku takkan membiarkan kau hidup dengan tenang!"
Pria itu meninggalkan apartemen Arka. Arka menatap kepergian sosok besar seperti beruang hitam. Arka telah mengambil keputusan setelah masalah itu datang. Ia akan mengikuti acara pelelangan VR Gear. Uang tabungan yang tidak seberapa besar jumlahnya, ia keluarkan dengan amat terpaksa.
Arka menutup pintu apartemen pelan. Ia menuju ke kamar mandi. Hanya butuh waktu lima menit saja Arka mandi. Pakaian kemeja ketat dan celana bahan hitam menjadi pilihan terakhir. Memang karena Arka hanya mempunyai satu pakaian yang cocok untuk di gunakan dalam acara pelelangan.
*****
Pukul 19:15
Arka telah sampai di salah satu hotel bintang lima di kota London, Hotel Aurora. Ia telat lima belas menit dan pasti acara telah di mulai. Arka melangkahkan kaki jenjang ke arah ruang administrasi.
"Selamat datang Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang petugas resepsionis ramah. Petugas itu melirik sekilas dari atas sampai ke bawah tubuh Arka.
Arka merinding melihat lirikan agak sensual petugas itu. "Saya ingin pergi ke acara pelelangan VR Gear," jawab Arka. Ia tak nyaman melihat tatapan maut itu seakan ingin menerkam dirinya.
"Bisa Tuan tunjukan surat 'itu'," balas petugas resepsionis. Ia seorang Wanita cantik, bersurai rambut merah merona dan dua buah gunung menggantung indah di sana.
Arka mengeluarkan secarik kertas dari balik saku celana. Wanita resepsionis mengambil surat tersebut, salah satu tangannya mengelus nakal lengan Arka.
Setelah menunggu sekitar lima menit, Arka di berikan sebuah papan nama kosong dan spidol. Arka mengerti maksud kedua benda tersebut. Ia tak sengaja melihat sekilas seorang tamu Wanita memakai papan nama di dada yang bertuliskan 'Withy Girls'.
Arka mengukir dua buah kata di papan. "Selesai," gumam Arka. Ia menempelkan papan nama bertulis 'Arsta'. Sebuah nama yang memiliki kenangan serta sejarah indah pada masanya.
Arka berjalan pelan menuju salah satu pintu yang tadi di tunjukan si petugas. Pintu terbuka, Arka bisa melihat puluhan atau mungkin ratusan orang berkumpul di sana.
Pandangan Arka tertuju pada satu nama yang membuat ia merasa geram. Blue Sky, nama pena Pemuda berambut biru. Seorang sahabat di masa lalu yang menjadi pertemuan terakhir, sebelum Arka berhenti bermain virtual game untuk sampai saat ini. Sebuah alasan kecil namun bermakna besar untuk Arka dan teman-teman lainnya pada masa itu.
*****
Tak ingin lama-lama memperhatikannya, Arka memilih untuk mengambil salah satu makanan yang tersusun rapi di atas meja. Tiba-tiba lampu di ruangan mati seluruhnya.
"Selamat datang wahai para pemain hebat The Fantasy Game!" sambut seorang Pria di atas panggung. Salah satu lampu menyorot Pria tersebut. Pria itu mengenakan sebuah topeng bergambar tengkorak.
Gemuruh tepuk tangan meramaikan suasana. Arka menautkan kedua alis. "Pemain?"
Sejak kapan Arka menjadi pemain virtual game itu, bergabung saja tidak. Tanda tanya besar menghantui Arka.
Lampu kembali menyala terang. Para tamu masih terfokus pada sang pembawa acara bertopeng. Arka tak terlalu peduli lagi, ia menyibukan diri dengan menikmati setiap hidangan yang tersedia. Anggap saja ini adalah rezeki Arka.
Setelah memberitahukan beberapa paragraf, sang pembawa acara bertopeng menampilkan tiga buah VR Gear di depan khalayak publik.
"Kita akan mulai masuk ke tahap akhir pelelangan. Tiga buah VR Gear akan kami berikan secara gratis bagi melalui sistem undian. Dua ratus nama telah di masukan ke dalam benda ini."
Penjelasan pembawa acara membuat para tamu terkejut. Pasalnya harga VR Gear saat ini berkisar 10 juta untuk setiap satu setnya. Malam ini di jual dengan harga sangat murah.
Arka sampai menjatuhkan kue yang sudah berada di dalam mulut. Arka harus bisa mendapatkan salah satu VR Gear tersebut.
"Baik, kita mulai mengundi nama pertama. Siapakah dia?"
Satu nama telah keluar. Pembawa acara menatap satu persatu para tamu undangan.
"Big Bear!"
Pembawa acara kembali mengundi nama kedua dan dia adalah...
"Carl!"
Tersisa satu nama lagi yang belum diketahui. Arka menatap cemas mesin undian tersebut. Kesempatan mendapatkan VR Gear hanya tinggal satu. Mulut Arka berkomat-kamit membaca mantera.
"Arsta!"
Reflek Arka bergaya seakan meninju udara. Para tamu memandang Arka penuh tanda tanya. Insting Arka langsung berkerja cepat. Ia pura-pura mengalami sakit pinggang.
Blue Sky melihat sekilas sosok Arka. Sebuah seringai tipis terukir di bibir. "Rupanya kau mulai menampakan diri, sang legenda," gumam Blue Sky seakan mendapatkan mainan baru.
Pembawa acara menutup acara dengan memberikan satu pengumuman penting. Ketiga nama yang memenangkan VR Gear bisa menghubungi panitia di ruang yang telah di sediakan. Arka langsung bergerak cepat menuju ke tempat uang telah di tentukan.
Petualangan baru Arka di dalam The Fantasy Game akan segera di mulai. Bagaimana aksi Arka di dalam game???
| | * * * * * * | | | * | | | * * * * * * | |
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top