3

Hari mulai sore ketika mereka sampai di lokasi berburu, setelah menurunkan semua barang yang ada para penjaga langsung bergegas membangun tenda sebelum malam tiba.

Setelah semua selesai mereka lanjut membuat api unggun di tengah-tengah tenda untuk menghangatkan diri dari angin malam sembari memanggang beberapa daging kelinci yang di buru oleh Daiki dan Taiga sebelumnya.

Tetsuya duduk di sebelah Taiga menatap daging kelinci panggang di depannya dengan wajah melamun, hal itu di perhatikan oleh Seijuro dari samping yang entah mengapa terlihat menarik baginya.

"Apakah sudah siap?" tanya Seijuro kepada prajurit yang bertugas untuk memanggang daging kelinci itu.

"Sebentar lagi Yang mulia." balas cepat mereka.

"Kenapa Yang mulia? Apakah anda lapar, makanlah ubi bakar ini dahulu jika anda lapar." kata Taiga mencungkil ubi bakar yang ada di bara apa ke pinggir.

"Aku belum lapar, tapi orang lain mungkin lapar." jawab Seijuro dengan senyuman kecil di bibirnya seraya melirik ke arah Tetsuya yang masih belum menyadari bahwa dirinya di bicarakan.

Mengikuti lirikan Seijuro, Taiga dan Daiki kemudian melihat Tetsuya menatap daging kelinci panggang di depannya dengan fokus tanpa berkedip dimana remaja laki-laki itu sama sekali belum menyadari semua orang menatap ke arahnya.

Butuh beberapa saat sebelum Tetsuya menyadari tatapan semua orang sebelum dengan malu-malu perlahan bergeser ke arah belakang punggung Taiga di mana hanya menyisakan sebagian wajahnya melirik takut ke arah mereka.

Meski Tetsuya hanya memperlihatkan sebagian wajahnya namun hal itu sama sekali tidak dapat menyembunyikan keindahan yang di milikinya, mata besar beriris azure dengan bulu mata panjang berbentuk seperti sayap kupu-kupu sesekali terlihat seolah mengepak ketika ia berkedip.

Tatapan polos tanpa noda dari Tetsuya membuat siapa saja ingin mengelus dan memanjakannya.

"Apakah Tetsuya sudah sangat lapar?" tanya Taiga.

"Tidak saudara, Tetsuya hanya baru pertama kali melihat daging kelinci di panggang langsung seperti ini." jawab pelan Tetsuya dengan suara lembut.

"Oh benarkah?! Apakah Tetsuya takut melihatnya?" kembali bertanya dengan khawatir.

"Tidak, Tetsuya sama sekali tidak takut saudara." balas remaja bersurai biru itu seraya menggelengkan kepalanya.

"Baguslah, kalau begitu tunggu sebentar lagi daging kelinci itu pasti matang."

"Um." angguk patuh Tetsuya.

"Sialan Taiga! Betapa beruntungnya dia memiliki saudara yang begitu patuh seperti Tetsuya." umpat pelan Daiki menatap penuh kebencian Taiga.

Seraya membenci adik-adik nakalnya di rumah yang setiap hari membuat kerusuhan dimana setiap kali dirinya yang harus mendisiplinkannya.

Mengapa ayah dan ibunya tidak memberikannya adik satu saja yang seperti Tetsuya, di jamin pasti hari-harinya tidak akan semenyedihkan seperti ini.

Tidak lama setelahnya daging kelinci panggang akhirnya matang, total ada 6 kelinci gemuk yang tersaji di atas daun tergelar di depan mereka yang sudah di potong lebih kecil.

Seijuro terlebih dahulu meraih paha untuk dirinya sendiri lalu di ikuti oleh Daiki, Taiga dan Tetsuya kemudian barulah para pengawal itu berani makan.

Suasana makan sederhana seperti ini sudah biasa di lakukan oleh mereka ketika berburu dan ketika berada di ketentaraan, sehingga meski Seijuro telah menjadi kaisar hal itu tidak berubah sama sekali.

Ketika Tetsuya mencicipi daging kelinci yang di ambilkan oleh Taiga seketika matanya berbinar dalam kesenangan, memakan daging kelinci panggang bukan pertama kali di lakukan oleh Tetsuya.

Dirinyalah telah memakan daging kelinci panggang yang tersedia di beberapa restoran terkenal di ibu kota sebelumnya namun entah mengapa tidak seenak seperti yang dirinya makan saat ini.

Entah mengapa daging kelinci yang di panggang secara kasar dengan bumbu sederhana lebih nikmat di tambah dengan daging empuk gemuk membuat siapa saja akan merasa tidak cukup bila memakai sedikit.

"Tetsuya suka?" tanya Taiga menoleh ke arah Tetsuya sembari tangannya terus memisahkan daging dan tulang kelinci untuknya.

"Enak, lebih baik daripada yang di masak di restoran ibu kota yang pernah Tetsuya makan."

"Kalau begitu makanlah lebih banyak." kata tiba-tiba Seijuro membuat Tetsuya sejenak tertegun namun dengan segera mengangguk malu-malu.

Melihat tingkah Tetsuya entah mengapa cukup menarik bagi Seijuro sehingga secara tidak sadar ekspresinya sedikit melembut dan senyum tipis terukir di bibir tipisnya.

Namun hal itu sama sekali tidak di sadari oleh orang-orang di sekitarnya kecuali Tetsuya yang masih mengintip ke arah Seijuro sehingga hal itu menyebabkan pipinya sedikit memerah malu.

"Mengapa wajah Tetsuya memerah?! Apakah Tetsuya merasa panas karena apinya terlalu besar?" tanya Daiki ketika melihat wajah tidak normal Tetsuya.

"Apa?! Apa Tetsuya merasa pusing?!" tanya panik Taiga seraya menyentuh wajah halus Tetsuya yang memang di lihatnya memerah.

"Tidak, tidak apa-apa saudara. Tetsuya tidak merasa pusing atau sakit. Tetsuya hanya merasa senang bisa makan daging kelinci panggang seenak ini." balas Tetsuya dengan malu menundukkan kepalanya.

"Benarkah tidak apa-apa?" tanya dengan ragu Taiga takut saudara rapuhnya ini berbohong padanya.

"Benar, kalaupun Tetsuya merasa sakit Tetsuya pasti akan mengatakannya kepada saudara." jawabnya dengan wajah serius agar Taiga berhenti khawatir kepadanya.

"Baguslah, kalau Tetsuya nanti merasa tidak nyaman atau pusing segera katakan kepada saudara." kata Taiga dan di balas anggukan oleh Tetsuya.

Setelah insiden kecil itu semua segera menghabiskan daging kelinci panggang itu dan segera mematikan api yang menyala itu untuk menghindari menarik perhatian binatang buas di sekitarnya mengingat saat ini mereka berada di tengah hutan kemudian istirahat.

Keesokan harinya ketika matahari baru muncul semua orang telah bangun dan sarapan dengan roti kering sisa kemarin yang mereka bawa.

Sementara itu Seijuro dan Daiki masing-masing telah memegang kuda mereka bersiap untuk memulai perburuan, di sisi lain Taiga tengah sibuk memasangkan Tetsuya jubah hitam besar untuk menutupi penampilan dan mengindari bahaya ketika berburu nanti.

"Tetsuya harus patuh bersama saudara nanti, jangan panik. Kalau Tetsuya merasa tidak nyaman segera katakan pada saudara." kata Taiga untuk yang kelima kalinya kepada Tetsuya namun meski begitu Tetsuya dengan sabar tetap mendengarkan dan menganggukkan kepalanya.

"Cepatlah Taiga, kau seperti ibu tua saja." ejek Daiki namun sama sekali tidak dipedulikan oleh Kagami.

Setelah merasa puas dengan pengaturannya Taiga menuntun Tetsuya menuju ke kuda yang telah di siapkan oleh pengawal sebelumnya.

Merasa semua telah siap Seijuro segera memimpin tim untuk mulai berburu.

Di balik jubah yang menutupi dirinya Tetsuya menatap ke arah Seijuro dengan ambisi besar sangat berbeda dengan tatapan takut dan malu-malu yang di perlihatkan sebelumnya.

.....................................

Setelah seharian melakukan perburuan Seijuro memerintahkan semua orang untuk beristirahat di sebuah tepi sungai dengan pemandangan yang cukup indah.

"Saudara, bolehkah Tetsuya merendam sebentar kaki ku di tepi sungai?" tanya lembut Tetsuya sambil menarik ujung pakaian Taiga.

"Oke, tapi jangan pergi terlalu jauh." jawab Taiga mengangguk.

"Terimakasih saudara." ucap Tetsuya lalu dengan segera menuju ke tepi sungai dan langsung melepas sepatu serta kaus kakinya kemudian merendam kakinya yang telah lama terasa panas dengan desahan puas.

Angin semilir beberapa kali menerbangkan helaian rambut biru unik panjang Tetsuya yang tidak terikat namun sama sekali tidak di pedulikan oleh si pemiliknya akibat terlalu nyaman menikmati rasa dingin air yang mengalir di kakinya.

Di sudut tidak jauh dari tempat Tetsuya duduk terdapat Seijuro yang telah memperhatikan apa yang di lakukan oleh remaja bersurai biru itu sejak awal tanpa berniat untuk mengusiknya.

Cahaya matahari sore yang berwarna oranye sesekali terpantul di air mengarah ke arah Tetsuya membuatnya terlihat seperti peri hutan yang tengah menikmati suasana sore hari.

Keindahan yang di tampilkan seperti ilusi yang kapan saja menghilang yang entah mengapa membuat Seijuro ketagihan untuk memperhatikannya.

Sejak kecil Seijuro telah bertemu dengan segala jenis keindahan dan kecantikan yang tak terhitung jumlahnya, namun entah mengapa dirinya merasa semua hal sebelumnya itu terasa seolah di buat-buat dan palsu.

Tetsuya yang tidak memperhatikan tatapan intens dari Seijuro tetap dengan senang hati menikmati suasana alam liat yang tidak pernah dirinya rasakan sebelumnya tanpa menyadari bahaya mengintai dari balik bebatuan sungai dengan tatapan dingin.

Tetsuya yang tidak mengetahui keberadaan seekor ular hitam yang berada tidak jauh darinya masih tengah sibuk asik mengayun-ayunkan kakinya di air sambil memilih baru kecil halus untuk di bawa pulang sebagai suvenir.

Ketika seekor reptil itu bergerak ke arahnya barulah Tetsuya menyadari keberadaan sosok hewan berdarah dingin itu dan seketika dengan panik berdiri bersiap untuk berlari namun karena beberapa ukuran batu yang tidak sama membuat Tetsuya tersandung dan hampir jatuh.

Namun dengan segera sebuah lengan kokoh dan kuat menangkap tubuh rapuh dan halusnya sehingga rasa sakit yang semula di pikirkan oleh Tetsuya tidak terjadi.

"Apakah Tetsuya baik-baik saja?" tanya sebuah suara bariton menyadarkan Tetsuya dari pikiran berantakannya.

"T.terimakasih, sa.saya tidak apa-apa." jawab putus-putusnya masih belum lepas dari ketakutan sebelumnya.

"Ada apa?! Tetsuya kenapa?!" tanya panik Taiga dari belakang panik menghampiri keduanya tanpa menyadari posisi intim antara Tetsuya dan Seijuro.

"Bukan masalah yang besar saudara, Tetsuya hanya terkejut dengan seekor ular yang tiba-tiba mendekati Tetsuya." kata Tetsuya lemah sambil menunjuk ke arah ular yang masih berada di sana dengan kepala terangkat ke atas.

"Jangan takut, saudara akan mengusirnya." kata Taiga langsung dengan cepat menarik pedang dari pinggangnya bersiap untuk mengusir ular tersebut.

"Hati-hati saudara." kata Tetsuya lembut.

Setelah beberapa kali mengayunkan pedangnya ke arah ular itu akhirnya membuat binatang reptil itu berbalik pergi menghilang dalam genangan air sungai.

"Ularnya sudah pergi, jangan takut." ujar Taiga menghampiri Tetsuya yang masih berada di bawah dukungan Seijuro.

Setelah suasana tenang barulah Taiga menyadari keanehan posisi antara keduanya.

"Terimakasih Yang mulia sudah menyelamatkan Tetsuya, saya akan membawanya untuk menenangkannya." kata Taiga mengulurkan tangannya untuk mengambil alih mendukung Tetsuya yang masih terlihat sedikit ketakutan.

"Tidak masalah, tidak terlalu merepotkan apalagi menyelamatkan kecantikan." balas Seijuro sedikit becanda membuat Tetsuya yang mendengarnya sedikit memerah.

Sebaliknya Taiga bereaksi sedikit lebih besar ketika mendengar kalimat gurauan yang di katakan oleh Seijuro, mengingat sangat langkanya Seijuro berminat untuk melakukan candaan seperti itu.

Entah mengapa Taiga tiba-tiba saja merasakan firasat buruk dan benar saja kalimat selanjutnya yang di katakan oleh Seijuro langsung membuatnya pucat.

"Aku cukup terkesan dan kagum dengan reaksi cepat Tetsuya ketika menghadapi bahaya, lain kali ketika masuk istana Taiga bawalah Tetsuya berkunjung untuk berjalan-jalan dan bermain dengan beberapa anak kucing yang baru saja lahir." kata Seijuro tersenyum tipis ke arah Taiga dengan tatapan tidak menerima penolakan apapun.

"Baik, terimakasih atas kemurahan hati Yang mulia kepada saudara menterinya." balas Taiga menundukkan kepalanya menyembunyikan ekspresi enggan dan kepanikannya.

Setelah melihat kepatuhannya yang terpaksa Seijuro mengangguk puas dan sama sekali tidak perduli dengan keengganan yang tersemat di wajah jendral kepercayaannya itu.

Karena bagi Seijuro selama hal itu sesuai dengan apa yang diinginkannya tidak masalah dirinya mendapatkan dengan merampas atau sukarela baginya keduanya sama saja.

Lalu menyerahkan Tetsuya kembali kepada Taiga masih dengan ekspresi tenang yang sama seperti biasa seolah tindakannya memaksa Taiga untuk tunduk sebelumnya sama sekali tidak pernah dirinya lakukan.

"Ayo sebaiknya perburuan kali ini kita akhiri hari ini saja, tidak baik untuk memaksa seorang geer untuk mengikuti kita berburu." ucap Seijuro datar.

"Kembali ke istana!" perintahnya kepada semua.

......................................

Sekembalinya dari berburu Taiga langsung mengamuk di kediaman utama setelah menghantar Tetsuya kembali ke halaman tempat tinggalnya untuk beristirahat, dia sangat marah dengan perilaku yang di lakukan oleh adik perempuannya itu dan memerintahkan pelayan untuk segera membawanya ke hadapannya.

"Berani sekali kau memarahi putri ku Kagami Taiga?!" raung marah dari arah pintu samping.

Saat menoleh Taiga melihat sosok ayahnya datang dengan wajah memerah marah diikuti oleh ibu tirinya di belakang yang diam-diam tersenyum dingin.

"Mengapa aku tidak berani?! Aku ingin melihat siapa yang berani membelanya kali ini." ucap marah pemuda bersurai merah menyala itu seraya mencabut pedang yang ada di pinggangnya membuat semua orang ketakutan.

"Apa yang kau lakukan begitu ganas Kagami, dia adalah saudara perempuan mu dalam darah. Meski kau memiliki ibu yang berbeda kau seharusnya tidak berlebihan seperti ini dalam mendisplinkannya." ucap panik nyonya Kagami ketikan melihatnya sangat marah.

"Apa anda tidak tau perbuatan yang sangat baik apa yang telah dia lakukan?! Dia menjebak Tetsuya dan mengirimnya ke tengah hutan sendirian tanpa pengawal dan pelayanan bersamanya."

"Aku selalu menolerirnya setiap kali dia membuat masalah dan menyulitkan Tetsuya, tapi aku sangat tidak menduga dia sangat berani melakukan perbuatan jahat itu kepada Tetsuya."

"Itu hanya keusilan di antara saudara, mengapa kau harus sebegitu marahnya." tanya marah tuan Kagami.

"Hanya keusilan? Apa anda tidak mengetahui resiko dari hanya  keusilannya itu, dia meninggalkan Tetsuya di hutan sendirian apa dia tidak berpikir jika melakukan itu bisa saja mengancam keselamatannya."

"Bagaimana jika saat di sendirian bertemu dengan bandit atau hewan buas, bukankah itu berati dia sengaja ingin mencelakai Tetsuya." amuk Taiga.

"Tapi bukankah sekarang dia tidak apa-apa, dia kembali dengan selamat."  balas laki-laki paruh baya itu.

"Itu karena keberuntungan ku dapat menemukannya tepat waktu!"

"Mengapa saudara begitu marah, kami hanya sedikit melakukan candaan antara saudara saja." sebuah suara indah menginterupsi perdebatan di antar ayah dan anak itu berjalan masuk dengan ekspresi angkuh dan sombong yang sama sekali tidak di sembunyikan.

"Bagus sekali! Kau bahkan tidak merasa bersalah sama sekali melakukan hal itu kepada Tetsuya dan sekarang berdalih bahwa itu hanya candaan!"

"Kemarilah! Kunci dia di gudang selama 2 malam dan uang bulanan yang dia miliki akan di potong setengahnya." perintah dingin Taiga tanpa segan memberikan hukuman kepada saudara perempuannya sendiri.

"Tidak ada yang boleh membantunya, mereka akan langsung berhadapan dengan ku." peringat Taiga sambil menatap wanita di samping ayahnya itu dengan dingin.

"Berani! Ayo siapa yang berani menyentuh putri ku akan aku bunuh kalian!" marah tuan tua ketika mendengar perkataan Taiga.

"Berhenti membelanya, tingkahnya sudah melewati batas toleransi ku kali ini!"

"Bawa dia!" perintah Taiga mengabaikan raungan marah dari ayahnya dan jeritan sedih dari ibu tiri serta Miho memarahi Taiga karena tidak memiliki belas kasihan.

"Mengapa aku harus di hukum, aku sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun! Salahkan saja jalang itu selalu begitu mengganggu penglihatan ku! Lepaskan aku! Ayah aku tidak mau di kurung!" marah Miho tidak terima.

Meski begitu para pelayan dan pengawal tetap membawa Miho pergi karena mereka tentu saja pintar mengetahui perintah siapa yang harus di turuti, dulu memang tuan tua dan nyonya tua memiliki yang memiliki otoritas terbesar di kediaman keluarga Kagami namun sekarang tuan muda ketiga telah kembali dan memiliki gelar seorang jendral kepercayaannya kaisar serta telah di tetapkan oleh kaisar sendiri bahwa dia akan menjadi pewaris gelar selanjutnya.

"Selidiki semua orang yang terlibat dalam masalah ini, berikan mereka 50 hukuman papan lalu buang mereka. Kediaman Kagami tidak mampu menampung pelayan yang tidak dapat dilindungi majikannya!" perintah Taiga pada kepala pelayan rumah Kagami yang ada di samping kirinya.

"Baik jendral!" jawabnya tegas.

"Kumpulkan semua pelayan yang ada ke aula hukuman, biarkan mereka melihat pelayan yang di hukum sebagai peringatan untuk mereka yang memiliki pikiran buruk dan tidak patuh!" lanjutnya kemudian pergi sambil melambaikan lengan bajunya keluar dari kediaman utama.

"Budak mematuhinya."

.
.
.
TBC

Kulai, Johor Malaysia
06.46 sore
18/07/23


Notes: Halo semua, selamat sore. Maaf selalu gk menepati janji dan selalu lambat update.

Aku juga liat komen dan chat kalian yg masuk 😊 dan ngerasa tersentuh karena merasa kalian sama sekali gk pernah berhenti berharap aku update, terimakasih semua 😭😭🥰😘.

Maaf jga kalau mungkin bab yg aku update kadang gk sesuai dengan apa yg kalian mau🙏🙏😭, tapi jujur aku udah berusaha sebaik mungkin serta berharap kalian suka setiap updatean aku🤣😘. Oke sekian cukup ocehan sampah aku, jumpa di bab selanjutnya. Jangan lupa koreksi iye bestie biar aku perbaiki.

See you, love u all 😘😘😘.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top