8

Lea

"Apa kau marah?" ucapku saat Archer hanya diam di mobil. Dia bahkan tidak menyentuhku sama sekali.

"Mungkin," balasnya, matanya tidak pergi untuk melihatku.

"Dan kau akan menghukumku?" tanyaku. Dia melirikku melalui ekor matanya, sedikit senyum tumbuh di sudut bibirnya.

"Mungkin."

"Apa kau hanya akan terus menjawabku dengan mungkin?"

"Mungkin," jawabnya. Dia tertawa.

"Kau menjengkelkan. Kau tahu itu, 'kan?" balasku.

"Mungkin."

"Hentikan itu! Aku serius!"

"Aku masih tidak percaya kamu memakai semua itu, Lea. Gaunmu sepenuhnya sialan," ucapnya.

"Ya, ini sialan," ucapku. "Apa yang kamu pikirkan saat mimilihnya untuku?"

"Jujur?"

Aku mengangguk, menunggu jawaban darinya.

"Aku pikir kau tidak akan pernah memakai itu untuk alasan apa pun," jawabnya, kemudian dia memandangku dengan mata yang gelap. Tidak banyak kebaikan yang tersisa di sana, itu hasrat gelap yang panas dan kental. Memercikkan api ke dalam tubuhku. "Tetap saja, aku senang bisa melihatmu di dalam gaun itu. Kamu panas."

"Apa aku mengejutkanmu?" Aku menyeringai, menikmati diriku sendiri dan untuk sesaat aku tidak memikirkan apa yang akan dia lakukan nanti.

"Kau selalu mengejutkanku Lea. Ini bukan yang pertama," balasnya.

Tentu saja, karena ini semua juga mengejutkan diriku. "Apa kau juga akan membuat kejutan untukku?"

"Mungkin. Apa yang paling kamu takutkan?" Dia bertanya, mempelajari ekspresi wajahku dengan hati-hati.

Kamu pergi. Tapi aku menahan lidahku untuk tidak mengatakan itu. Dia ingin aku percaya padanya dan aku akan mencoba.

"Tidak yakin, mungkin pisau. James sering menggunakannya padaku. Logam dingin yang menyentuh kulit dan menggigit saat mengambil goresan." Bahu Archer berubah menjadi kaku dan meski dia tidak mengatakan apa pun, itu memberi tahuku cukup banyak bahwa dia benci aku memiliki ingatan semacam itu.

Aku benci diriku karena dulu aku bertahan begitu lama dengan James. Aku percaya dia mencintaiku dan aku haus untuk itu. Haus untuk dicintai. Bahkan meski cinta itu sakit dan merusakku. Bahkan mungkin jika James tidak pernah membiarkan temennya menyentuhku, aku masih akan berdiri untuknya.

"Ada lagi?"

"Aku sudah mengatakan yang lain padamu, anal seks, ingat?" Dia mengangguk. "Dan aku tidak ingin pria lain menyentuhku. Aku tidak ingin dibagi."

Karena itu akan mengingatkanku terlalu banyak pada malam itu.

"Aku tidak membiarkan orang lain menyentuhmu," ucapnya.

"Kenapa menanyakan hal-hal ini padaku?"
"Untuk memastikan seberapa jauh aku bisa pergi," jawabnya.

Aku menatap terkejut dengan jawabannya. "Apa maksudnya itu?"

Aku tidak ingin suaraku gemetar tapi aku tidak bisa menghentikannya. Itu keluar seperti aku putus asa untuk kabur. Aku harap dia tidak menyadari itu.

"Itu artinya aku akan mendorong batasmu," jawabnya.

"Apa itu seperti kau akan menyakitiku? Atau kau akan melakukan sesuatu yang aku takutkan?" Aku bertanya dan keraguan tumbuh pesat di kepalaku. jika dia pergi dengan pisau atau anal. Aku serius tidak bisa.

"Aku mau kamu percaya padaku," jawabnya. Masih tidak memberiku gambaran apa pun.

"Bahkan jika itu bertentangan denganku?"
"Aku pikir kamu yang menginginkan ini," balasnya.

Aku merasa dipukul dengan kata-kataku sendiri. Jadi aku hanya mengangguk.

Dia mendesah. "Aku tidak akan menyakitimu Lea."

Aku mengangguk lagi. Aku tahu itu. "Tentu saja tidak."

"Lalu apa?" Dia bertanya.

Aku mengangkat alisku dengan bingung. "Apa?"

"Kerutan di dahi, meringis, dan mata yang sepertinya ketakutan. Apa itu?"

Yah, dia memperhatikan. "Kau bilang akan mendorong batasku. Itu terdengar seperti kau akan melakukan semua yang aku takutkan."

Matanya kembali ke jalan, menolak untuk melihatku lagi. Aku benar-benar mengacaukan ini.

"Kamu pikir aku akan menggunakan pisau? mengiris kulitmu? Membiarkan orang lain menyentuhmu?" ucapnya sedikit lebih keras dari yang dibutuhkan.

Tidak. Aku tidak berpikir Archer bisa melakukan itu. Dia bukan James dan dia benci menyakitiku.

"Tidak tapi ... kau membuatku memakai semua ini," jawabku. "Gaun, collar, dan semua. Kau tahu aku tidak akan nyaman dengan semua ini tapi kamu tetap membuatku memakainya."

"Apa aku memaksamu untuk memakainya?" balasnya. Aku diam.

Tidak. Sama sekali tidak.

Pakai ini, kita pergi tepat pukul delapan.

Dia hanya memintaku untuk memakainya, tidak ada paksaan. Aku memakainya karena aku pikir itu yang dia inginkan.

"Jawab aku Lea," ucapnya. Aku menggigil dengan nada gelapnya.

"Tidak. Kamu tidak mengatakan apa pun tentang aku harus memakai ini," jawabku.

"Kamu selalu punya pilihan, aku tidak akan memaksakan diriku padamu. Jika kamu memakai itu, itu pilihanmu." Dia menatapku lagi dan aku tenggelam ke dalam intensitas matanya. "Kamu bisa melepas collar jika itu membuatmu tidak nyaman."

Aku menyentuh kekang di leherku dengan jari-jariku tapi tidak melepasnya. "Aku pikir kamu tidak akan membawaku jika aku tidak memakai semua ini."

"Apa hanya itu alasan kamu memakainya?"

Aku memikirkan itu untuk beberapa saat. "Itu, dan aku ingin menyenangkanmu," ucapku menggunakan nada seperti bertanya.

"Dan aku senang," balasnya.

"Jadi kamu tidak marah?"

Dia menyeringai dan menjawab, " Mungkin?"

Aku memukulnya kali ini dan meledak tertawa. "Kamu serius menjengkelkan, Archer!"

***

Ada penjaga di depan pintu masuk, menanyakan id dan kami harus menandatangani beberapa hal karena kami bukan anggota permanen club.

"Aku terkejut kamu tidak menyiapkan semuanya dan membuat kita masuk dengan mudah," ucapku. Telapak tangannya panas di punggungku. Mendorongku untuk melewati lorong yang redup.

"Aku pikir kamu ingin semua pengalaman," balasnya. Seringai cantik di bibirnya.

Lantai linoleum membuat bunyi yang bergema dari ketukkan hak sepatuku. Aroma kopi dan kayu yang terbakar menyebar di udara. Itu seperti rayuan di udara, menggoda untuk banyak hal jahat. Hampir seluruh dinding di koridor itu hitam polos kecuali untuk beberapa seni lukisan abstrak yang digantung dalam jarak yang cukup jauh dari masing-masing. Penerangan berwarna oranye dari bohlam, yang tergantung di dinding tiap beberapa meter, seperti nyala obor yang membuat bayangan menari. Ini seperti melintasi koridor ke ruang tahanan yang mewah.

Kemudian koridor itu berakhir pada ruangan dengan cahaya lembut, putih seperti mutiara. Dinding kosong yang sama ada di sini. Seorang wanita berkulit gelap dengan gaun yang lebih terbuka dari mililkku berdiri di balik meja resepsionis. Dia tersenyum ramah pada kami, dia melihatku dan menyeringai seolah kami berbagi sesuatu lalu matanya pindah ke Archer. "Apa Anda sudah menentukan paket?"

Aku melirik Archer, dia sama sekali tidak memandangku. Aku berharap dia memilih paket dengan ruangan voyeurisme tapi dia tersenyum pada wanita itu dan mengedip seolah mereka berbagi konspirasi. "Apakah ada acara khusus malam ini di aula umum?"

Wanita itu mengangguk dan memeriksa catatan. "Pertemuan bulanan malam ini. Akan ada banyak yang datang. Jika submisive Anda baru dalam hal ini akan bagus untuk membuat dia bertemu beberapa orang dan berbagi pengalaman."

"Apa kami bisa bergabung? Kami bukan anggota," tanya Archer.

Wanita itu tersenyum makin lebar. "Tentu saja." Dia melirikku lagi dan memberiku senyum ibu yang pengertian.

Untuk kali ini Archer melirikku. "Reguler kalau begitu."

Archer menandatangani buku dan wanita itu memanggil gadis dengan rambut coklat bergelombang yang sempurna. "Vee akan mengantar Anda."

Gadis itu mengangguk, melirikku dengan pandangan yang sama dengan wanita di meja resepsionis lalu dia berjalan memimpin kami ke koridor lain.

"Kenapa mereka melihatku seperti itu?" bisikku pada Archer.

"Seperti apa?" balasnya pura-pura bodoh.

"Seolah mereka tahu sesuatu yang tidak aku tahu."

"Kenapa tidak tanya pada mereka?" balasnya masaih dengan seringainya.

"Haruskah?" Archer hanya mengedikkan bahu.

Kami sampai pada pintu ganda yang terlihat berat, gadis itu melihatku lagi, dan aku tidak bisa menahan diriku. "Apa yang salah?"

Pipi gadis itu memerah dia melihatku lalu Archer. "Ini pertama kali untukmu?"

"Iya, ini pertama kali aku pergi ke club semacam ini, kenapa?"

Matanya berlari ke Archer lagi, dan pipinya makin merona. Aku tidak suka dia memerah ketika melihat suamiku! Aku mengerutkan dahi dan menarik Archer lebih dekat. Gadis itu memperhatikan gerakkan itu dan senyumnya mengendur.

"Kamu bukan tipe berbagi," ucapnya pada akhirnya dan dia mendorong pintu terbuka untuk kami. Lalu dia pergi.

"Apa itu tadi?" gumamku. Archer hanya mencium pelipisku.

"Apa menurutmu?"

Kamu bukan tipe berbagi

Apa dia berharap aku akan berbagi Archer?

Mataku melebar dengan tidak percaya. "Itu tidak mungkin yang dia maksud."

"Apa?" ucap Archer. Seolah dia menikmati ekspresiku.

"Dia ingin kamu?" Lidahku terasa pahit saat mengatakan itu. Archer tidak membantah pernyataanku. "Itu gila!"

"Akan lebih gila di dalam." Dia membawaku masuk dan aku dipukul dengan terlalu banyak ketidak teraturan di dalam. Aroma kopi dan kayu yang lebih kuat. Semuanya gila.

"Oh My God! Ini pasti mimpi!"

***

Pembaca yang budiman vote dan comment kalian sangat berarti bagi saya, jadi jika kalian menyukai cerita ini silahkan klik tanda bintang kecil yang ada di tiap akhir bab. Saya akan sangat menghargainya ....

Arum Sulistyani

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top