6
---Maaf lama banget gak update.
Maaf juga kalau chapter ini kacau,
intinya aku minta maaf,
aduuhh apaan sih ini hehe,---
Archer
Aku baru saja menendang pintu tertutup di belakangku. Lea masih terus tertawa saat aku mengayunkannya dan membaringkannya di ranjang. Gaun putihnya menyebar di bawah tumbuhnya, hingga dia berhenti tertawa dan duduk untuk melihatku mengawasinya.
"Menikmati sesuatu yang menjadi milikmu?" Dia berdiri, menungguku untuk menghampirinya. Matanya berkedip, menciptakan ilusi seakan cahaya menyala di sana.
"Setiap inci untuk setiap detik yang aku miliki," balasku. Aku mengambil langkah untuk mendekat dan dia mundur hanya untuk menabrak ranjang.
"Tunggu dulu!" Dia mengangkat tangannya, membuat isyarat untuk menghentikanku. "Kau perlu mengambil hadiah pertamamu."
"Bagaimana kalau aku tidak ingin menunggu?" Dia mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana kalau yang aku inginkan hanyalah dirimu? Berada jauh di dalam dirimu."
"Kamu akan menyukai ini, aku janji. Aku terbaru-buru membuatnya tapi kupikir ini akan berhasil."
"Kamu membuatnya?" tanyaku terkejut dan dia terlihat senang dengan reaksiku karena dia menyeringai sekarang.
"Iya. Sangat sulit untuk menemukan sesuatu yang tidak bisa kamu beli jadi aku harus membuatnya sendiri. Sesuatu yang hanya bisa kamu dapatkan dariku, kamu tidak akan bisa mendapatkannya di tempat lain." Ketika ekspresi penasaranku tumbuh lebih banyak. Dia tersenyum lebih cerah dan merona. "Tapi mungkin ini akan sedikit memalukan." Dia menjilat bibirnya, gelisah, dan aku tidak tahu kenapa.
"Aku penasaran dengan apa yang terjadi di dalam kepala cantikmu saat ini. Kenapa kamu memerah?" Dia tidak menjawab tapi menarik laci nakas terbuka. Aku terus memperhatikannya.
Dia mengambil kotak persegi panjang kecil, dibungkus dengan kertas silver dan dililit dengan pita hitam. Ada kartu yang terselip di sana. Dia menarik napas sebelum memberikan itu padaku.
"Apa ini?" Aku sedikit mengguncangnya, tidak ada suara, dan kotak itu ringan.
"Hadiahmu." Dia melihatku, menungguku untuk membukanya. Jadi aku menarik pita dan mengambil catatan dengan tulisan tangannya.
Satu hari untuk satu pengungkapan. Satu hari untuk satu harapan. Istrimu.
Aku meliriknya dari sudut mataku, dan menangkap dia sedang menggigit bibirnya dengan gelisah. Aku merobek bungkus silver, dan membuka kotak, hanya ada satu benda di dalam dan aku masih tidak mengerti. Tidak ada yang istimewa, itu hanya sebuah voice recorder, dengan beberapa tombol, hanya ada satu catatan lain dengan tulisan tangannya. Play Me! Aku mengangkat alisku, dan dia menyeringai.
"Apa yang kamu pikirkan tentang kata itu?" katanya.
Apa yang aku pikirkan? Banyak. Sangat banyak hal. Semuanya berhubungan dengan Lea. Telanjang. Berbaring. Dia sepertinya mengerti dengan baik tentang kata mainkan aku.
"Apa aku harus memutarnya?" aku bertanya.
"Satu hari untuk satu rekaman. Ada tiga rekaman di dalam. Itu semua diriku. Malam ini aku ingin kamu mendengarkan rekaman pertama. Harapanku untuk malam ini dan satu pengugkapan perasaanku tentang dirimu."
"Lalu rekaman yang lain?" Dia mengangkat bahunya dan beralih untuk kembali duduk di ranjang.
"Aku akan memberi tahumu nanti, kapan kamu bisa memutar yang lain." Dia menyilangkan kakinya dan bersandar ke kepala ranjang, menepuk sisinya memintaku bergabung dengannya. "Ayo kita dengarkan Archer."
Memberinya senyum, aku duduk di sisinya seperti yang dia minta. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku, jarinya bermain-main dengan kancing setelanku. Saat aku menekan tombol play, dia menghembuskan napas tajam di sampingku.
Aku tidak percaya aku benar-benar melakukan ini.
Suara diputar, Lea terdengar gugup di rekamam, kemudian berdeham dan dia mulai dengan nada yang ringan.
Jika kamu mendengarkan ini, itu artinya aku tidak lagi menjadi Lea White. Aku akan menjadi Mrs. Black dan aku harap saat itu, aku akan berada di sampingmu, memiliki bahumu untuk sandaranku, mendengar suaraku sendiri dan melihat bagaimana reaksimu.
Helaan napas lain dan Lea masih tetap diam di sampingku, hanya napasnya menjadi lebih dalam.
Ini bukan sesuatu yang rahasia tapi aku ingin mengatakannya padamu. Aku ingin kamu tahu apa yang aku pikirkan tentangmu saat pertama kali kita bertemu. Aku selalu bermimpi untuk menemukan seseorang yang bisa mencintaiku tapi bahkan saat aku melihatmu aku lupa apa yang aku inginkan. Aku hanya merasa bahwa bersama denganmu itu adalah hal yang benar. Sentuhanmu terasa benar, dan untuk waktu yang begitu lama aku ingin menyentuh seseorang.
Ohh, Lea apa yang harus aku katakan tentang ini?
Kemudian saat kita bicara dan bagaimana kamu menginginkanku, aku pikir aku pasti gila saat itu. Aku tidak pernah ingin digunakan lagi, aku tidak akan pernah ingin mencoba sesuatu dengan kekerasan fisik tapi pada akhirnya aku harus mengatakan ya untukmu. Sejak awal aku tidak pernah tahu cara untuk mengatakan tidak padamu. Lalu ciuman pertama kita, itu mengambil lebih banyak lagi dariku. Saat pintu tertutup di antara kita malam itu, aku dapat merasakan bahwa aku tidak akan sama lagi. Aku tahu aku sudah tersesat lebih dalam, aku jatuh padamu.
Aku memeluknya lebih erat, dapat merasakan napasnya yang sedikit terengah. "Sayang, ini sangat manis." Dia tidak membalas kata-kataku.
Archer, malam itu yang aku pikirkan hanyalah menyeretmu ke kamarku. Aku tidak akan ragu, jika kamu tinggal lebih lama malam itu, aku akan memiliki dirimu di dalam diriku. Merasakan apa yang aku miliki sekarang lebih awal. Tuhan! Kau tidak akan pernah tahu betapa kehadiranmu sudah memperbaiki diriku jauh lebih dari apa yang berani aku harapkan. Malam ini, sama seperti malam itu. Aku ingin memilikimu dan aku akan berani bermimpi kebahagiaan yang tidak berani aku mimpikan malam itu.
Rekaman itu berakhir, dan Lea mulai dengan tawanya. "Sial! Aku tidak percaya aku benar-benar merekam itu. Itu konyol, bukan?"
"Konyal tapi manis." Dia memutar matanya. "Jadi kamu ingin menyeretku malam itu? Tapi aku hanya berdiri menunggumu menutup pintu di depan wajahku. Aku pria yang sia-sia."
"Ya, kau pria yang malang, dan karena rekaman itu berakhir, kenapa kamu tidak beralih untuk membuka hadiah ke dua-mu?"
Aku memainkan ikal rambut pirangnya dengan malas. Lea adalah semua hal yang berlawanan denganku. Dia adalah semua hal cerah dan bercahaya sementara aku hitam dan gelap. Sesuatu yang seharusnya tidak bisa dicocokkan. "Jadi, tunjukkan padaku agar aku bisa membukanya."
"Itu ada tepat di depanmu, Archer." Aku menaikkan alisku dan mulai tertawa saat menyadarinya.
"Harusnya aku tahu lebih baik," balasku. Aku menarik pinggangnya, dan berguling untuk menekannya di bawahku. "Bagaimana aku harus membuka hadiahku yang satu ini?"
Dia menarik leherku, mengklem ciuman lain di bibirku. "Lapis demi lapis Archer." Saat dia bicara di atas bibirku aku dapat merasakan bagaimana hangat napasnya terasa di kulitku. "Dan lihat apa yang kamu temukan."
Aku menariknya duduk, hanya cukup untuk menurunkan ritsleting di punggungnya. "Kau tahu? Aku ingin merobek gaun ini sekarang."
"Kau akan membuat Leona marah, dia mencintai gaun ini dengan hidupnya saat dia memilihnya."
Aku mengangkat bahuku tak acuh. "Itu mungkin sepadan. Kau tidak tahu satu minggu sialan tidak menyentuhmu adalah neraka."
Jika aku jujur aku akan mengatakan itu siksaan seksual. Satu minggu hanya dapat melihatnya tanpa menyentuh dapat membuatku gila. Aku bahkan tidak tahu bagaimana aku bisa melaluinya.
Saat aku berhasil menyingkirkan gaun sifon dengan banyak manik dan renda yang membungkus Lea, aku harus mengutuk siapa pun yang punya ide Lea memakai apa yang dia pakai di baliknya. "Tuhan! Kau mencoba membunuhku."
Itu adalah bustier hitam, kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat, tali yang saling silang di bagian depannya hanya membuatku ingin menariknya dan mengekspos lebih banyak kulitnya. Bustier itu memeluk payudaranya dan pinggulnya dengan ketat, tidak meninggalkan banyak fantasi untuk apa yang ada di baliknya. Kakinya masih terbungkus dengan stoking yang ditahan oleh garter, terhubung dengan tali ke bustier sialannya. Oh, Sayang itu seksi.
"Archer?" Dia menyentuh pipiku dengan jarinya. Itu terasa lembut dan hangat. Tuhan, aku menginginkan wanita ini.
"Aku ingin memakanmu," ucapku. Dia tertawa saat jariku berlari untuk melepas simpul dari tali saling sialang dari bustiernya, dan begitu itu berakhir dengan simpul terakhir aku hanya harus mengerang lebih banyak. "Sayang, kamu cantik."
Aku menangkup payudaranya dengan tanganku, merasa senang dengan bagaimana mereka berubah menjadi lebih keras dengan sentuhanku. Lea melengkungkan tubuhnya, mendorong payudaranya ke telapak tanganku. "Lebih banyak, Archer."
Aku menundukkan kepalaku, menghisap putingnya, dan berhasil membawa satu erangan keras darinya. Dan saat aku melakukan itu, tangannya tinggal di rambutku, mencengkeram seolah dia tidak ingin aku menjauh darinya. "Archer, aku menginginkanmu, dan kau masih dengan setelan sialanmu?"
"Aku ingin memakanmu inci demi inci Lea, dan itu hanya akan berhasil jika aku tidak telanjang." Aku turun untuk mengagumi perut datarnya dan saat itulah aku berhenti untuk tarikan napas yang tertahan. "Kapan kamu mendapatkannya?" Aku menyentuh tinta baru di perutnya. Kagum dengan bagaimana warna hitam yang begitu mencolok dengan kulit putihnya.
Tuhan, kapan dia membuatnya? Itu sangat cantik. Itu adalah gambar busur panah dengan warna hitam gelap, berada tepat di sebelah kiri tato lamanya. Anak panahnya mengarah tepat ke jantungnya, berkobar dengan api hitam seolah api itu membalut dan melindunginya. Dan saat aku melihat ke arah yang di tunjuk anak panah itu, aku melihat tato lain yang sebelumnya luput dari mataku. Diukir dengan tinta cokelat muda, hanya sedikit lebih gelap dari warna kulitnya. Itu tulisan yang kecil dan ramping. Huruf-hurufnya berjalin seakan itu ditulis dengan anyaman sempurna. Lea Black.
"Mereka sangat cantik Lea." Aku menelusuri dengan jariku. Kagum dengan apa yang aku rasakan untuk tinta-tinta yang sekarang terukir abadi di kulitnya. "Aku harus mendapatkan satu untuk diriku." Buat namanya juga terukir di kulitku. Buat agar mereka tidak akan pernah pudar.
"Panah dan api hitam. Archer Black yang membawa cahaya untukku. Tuhan sudah menjawab tato pertamaku." Dia menarik kerahku, menciumku lagi tapi kali ini hanya ada hasrat mentah yang bergejolak. Payudaranya, diratakan melawan kain setelanku dan tangannya mencengkeram ranbutku. Lidah membelai bibirku, membujuk lebih banyak ciuman. Dan itu semua, aku tersesat di bibirnya saat lidah kami saling menyentuh. Mengingat bentuk bibir satu sama lain. "Bercinta denganku, Archer! Aku ingin kamu berada di dalam diriku."
Aku tidak tahu bagaimana aku bisa keluar dari semua kain itu dalam waktu sekejap, yang jelas sekarang aku sudah merobek thong renda yang serasi dengan bustier hitam Lea. Itu berakhir dengan menyedihkan di lantai.
Saat aku menekan ke pembukaannya, dia mencengkeram lenganku, kukunya menekan ke kulitku. "Tuhan, kamu terasa sangat baik Lea."
Dia tersenyum dengan lembut, matanya sembab, dan dalam satu tarikan napasnya dia menangis.
"Lea? Apa yang salah? Apa aku menyakitimu?" Aku tahu itu pertanyaan konyol tapi saat kamu bercinta dengan wanita yang kamu cintai dan baru saja nikahi, dan dia menangis. Maka yang dapat kamu pikirkan hanya betapa dia menyesal dengan keputusannya. "Sayang, katakan sesuatu."
Dia menggeleng lebih banyak. Sial! Apa maksudnya itu?
Tidak ada apa-apa atau dia sangat menyesal hingga tidak bisa berkata apa-apa?
Aku mencoba menarik diriku kembali. Tapi bahkan sebelum aku bisa menggeser tubuhku, kakinya mengunci pinggangku. "Maafkan aku, aku tidak bisa menghentikan ini. Ini keluar begitu saja. Aku tidak ingin menangis tapi sialan pada emosi berlebihan ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Aku terlalu bahagia dan aku menangis, betapa bodoh hal itu?"
"Aku tidak menyakitimu?"
"Tidak pernah Archer." Dia mendorong pinggulnya melawanku, membuatku meluncur lebih dalam. "Kamu tidak akan pernah menyakitiku."
"Aku takut aku akan menyakitimu." Kata itu mengalir dari bibirku begitu saja dan aku mulai bergerak, merasakan bagaimana dia terasa menakjubkan saat milikku tenggelam lebih dalam. Menyentuh jauh ke dalam tempat yang tidak ada orang lain yang pernah di sana.
James pria pertamanya. Pikiran bodoh itu mengejekku.
Tapi kemudian saat jari-jari Lea menyentuh wajahku, pikiran itu lenyap. Lea di sini. Aku bodoh jika aku memikirkan hal-hal semacam itu. Dia milikku, dia memilihku, dan tidak ada pertanyaan tentang itu. Aku membaliknya sehingga sekarang dia berada di atasku. "Kamu yang mengambil kendali Sayang. Aku ingin kamu memilikiku," ucapku.
"Aku ingin kamu terikat," gumamnya. Tangannya di dadaku, aku mencengkeram pinggangnya, menyeimbangkan ritme di antara kami.
"Aku terikat tak berdaya, tanganku akan berada di punggungku, kakiku terikat ke tiap sudut, dan kamu akan ada di atasku. Apa yang akan kamu lakukan dengan itu?" Dia mengerang dan memberiku tatapan terbakar yang menyenangkan, aku tumbuh lebih keras di dalam dirinya. Oh, Tuhan, apa aku akan pernah bosan?
"Aku akan memiliki matamu tertutup. Kamu tidak bisa melihatku saat aku melumat bibirmu, mengigit mereka dan membuatmu keras hanya untuk diriku. Pergi dengan itu Archer!" Dia bergerak lebih cepat dam tangannya bergeser untuk berada di lenganku. Payudaranya menampar dadaku.
"Itu gelap tapi aku bisa mencium aroma lavendermu, menghirup mereka seolah itu udara terakhirku. Saat kamu mendorong lidahmu masuk, untuk memiliki mulutku. Rambutmu akan jatuh ke wajahku, aku dapat merasakan bagaimana helaian pirang itu terasa lembut di kulitku. Tuhan, kamu Lea." Dia mengerang dan memejamkan matanya. Terus berusaha untuk menjaga ritme di antara kami.
"Sial Archer! Bibirku akan turun ke lehermu, akan menjilat setiap jengkal kulit lezatmu. Hingga itu berakhir di antara kakimu. Aku akan membawanya ke mulutku, aku akan menghisapnya, membuatnya tumbuh lebih tegang dengan belaian lidahku. Apakah kamu ingin aku membiarkanmu datang, Archer? "
Aku membayangkan semua itu, dan menggeram di tenggorokanku. Bayangan aku terikat dan tidak bisa melihat tidak pernah membuatku bergairah tapi saat itu datang dari Lea, itu jelas menjadi berbeda. "Kamu akan membawanya ke lipatan basahmu, membiarkannya meluncur jauh ke dalam dirimu. Aku tidak akan bisa melihatmu, tidak bisa menyentuhmu. Hanya dapat mendengar suara rintihanmu saat kamu terus bergerak, mencium aroman lavender memabukkan yang bercampur dengan gairahmu, hingga aku merasakan bibirmu menciumku lagi, kamu akan membawaku hingga milikmu meremasku, mendorongku untuk meledak menjadi jutaan keping yang berantakan, jauh di dalam dirimu."
Semua fantasi itu dan Lea berteriak dalam ekstasi orgasme yang akhirnya merobeknya. Dia melemparkan kepalanya ke belakang, membiarkan rambut pirangnya jatuh dengan untaian yang bercahaya. Saat tubuhnya lemas dalam pelukanku, aku kembali membaliknya berada di bawahku, mendorong beberapa kali lagi sebelum aku menyusulnya. Saat aku terpecah di dalam dirinya, aku merasa utuh. Tidak peduli apa pun, itu Lea yang membuatku merasakan semua kesenangan ini. Itu seperti ekstasi yang mengalir di darahmu tapi itu jauh lebih baik, lebih dekaden, dan seakan setiap serat di dalam tubuhku berteriak untuk kesenangan.
"Aku mencintaimu, Mrs. Black." Jatuh di sampingnya, aku membungkusnya ke dalam pelukanku. Mencium rambut yang terasa seperti beludru.
"Aku senang saat kamu memanggilku seperti itu," balasnya. Kakinya membelitku.
"Mmmm," gumamku. Dia tertawa.
"Aku juga senang saat memikirkan fantasi bagaimana mengikatmu," ucapnya. Aku mendekap lebih erat dan gesekan perutnya membuatku kembali hidup, dia tertawa lebih keras. "Aku juga senang merasakan milikmu yang sekarang keras menekan perutku. Apakah itu tentang kamu yang tidak pernah puas atau diriku yang melakukan hal-hal ini padamu?"
"Aku sangat yakin itu yang kedua, dan aku juga sangat yakin kamu adalah penyihir. Kamu memantraiku untuk terus menginginkanmu," balasku. Dia menciumku untuk itu.
"Itu bagus karena aku juga menginginkanmu. Dan aku yakin tidur adalah hal terakhir yang ada di kepalamu saat ini." Oh, Sayang kamu hanya tidak tahu.
***
Pembaca yang budiman vote dan comment kalian sangat berarti bagi saya, jadi jika kalian menyukai cerita ini silahkan klik tanda bintang kecil yang ada di tiap akhir bab. Saya akan sangat menghargainya ....
Arum Sulistyani
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top