5

Archer

Setalah semua ketakutanku akan kehilangan dia, kini aku harus merasa terlalu baik. Oh, aku mungkin tidak dapat menggambarkannya. Melihat dia di ujung lorong dengan gaun putih dan tersenyum, itu sangat cantik. Potongan terakhir gaunnya jatuh di belakangnya, terseret di karpet merah. Rambut pirangnya tersanggul di kepalanya, terlihat bersinar ketika cahaya mengenainya. Aku membayangkan dia adalah malaikat tapi kemudian lebih baik, dia istriku. Hanya beberapa saat lagi. Randall berdiri di sisinya, menawarkan lengannya dan Lea mengambilnya. Dia tersenyum lebih banyak, tatapannya tidak pernah pergi dariku, seolah hanya aku yang penting di ruangan ini. Kemudian mereka mulai mengambil langkah ke arahku, langkah yang membawanya lebih dekat padaku. Pada kami. Aku tidak akan pernah membiarkan dia mengambil langkah untuk menjauh lagi. Tidak akan.

Saat mereka mencapai diriku, Randall memindahkan tangan Lea padaku. Kami sempat berbicara sebelum ini, dan sekali lagi dia memperingatkanku untuk tidak menyakiti Lea. Aku bertanya-tanya apakah aku terlihat seperti ingin menyakitinya? Yah, mungkin. Tapi itu cerita lain. Rasa sakit dan kenikmatan ada pada garis yang samar, dan jelas aku tidak akan melakukannya jika Lea tidak menginginkannya. Randall menatapku, menarik senyum tulus untuk yang pertama kalinya padaku. Dia mengangguk mengakuiku dan mundur setelah meletakkan tangan Lea padaku.

Semua terasa seperti mimpi saat itu. Saat aku menggenggam dia di tanganku, di depan pendeta untuk pemberkatan kami, itu luar biasa. Dan saat aku mengucapkan sumpahku, aku tahu tidak akan ada yang bisa membuatku melanggarnya. Aku akan menjaganya sampai aku mati, aku tidak akan pernah punya pilihan lain. "Aku Archer Simon Black, mengambilmu Lea Carla White, menjadi istriku, untuk memiliki dan mempertahankan. Aku berjanji bersungguh-sungguh padamu, dalam keadaan baik ataupun buruk, kaya ataupun miskin, dalam sakit dan juga sehat. untuk mencintai dan menghormatimu sampai maut memisahkan kita. Dan di sini aku berjanji kepadamu kesetiaanku."

Dia memekik kecil, tersedak oleh napasnya saat aku mengucapkan semua itu. Dia menarik napas, menjaga matanya tetap kering. Tidak akan menangis untuk apa yang telah dia mimpikan sejak lama. Kemudian kata-kata tumpah dari bibirnya, mengikat janji kami, mengucapkan namaku seperti doa. Aku tidak tahu apa yang ada di kepalanya tapi milikku adalah kekacauan kembang api. Berantakan tapi terlalu indah. Aku tidak tahu akan terasa seperti ini, saat aku benar-benar memilikinya untuk hidupku. Aku ingin menghentikan waktu dan menangkap momen ini, menyimpannya di kotak sehingga aku dapat melihatnya, mengulangnya, dan merasakan lagi keajaiban saat ini. Sungguh aku tidak bisa meminta lebih dari ini, aku terlalu penuh, terlalu termakan olehnya. Mungkin aku akan terdengar konyol tapi aku tidak peduli, dia yang terpenting untukku, segalanya dalam hidupku.

Saat aku menyelipkan cincin di jarinya, dia menatapku begitu dalam. Seakan dia berusaha menghapus segalanya sekaligus melukis segalanya. Kemudian itu hanya menjadi dia dan diriku, saat bibir kami menyentuh. Saat aku merasakan bibirnya yang hangat dan lembut menekan bibirku. Aku ingin lebih banyak, lebih banyak Lea, lebih banyak cinta untuknya. Dan hanya bisikan dari balik napasnya, pelan dan berat cukup untuk membuatku berantakan. "Aku tidak akan lari lagi. Aku selesai dengan semua itu. Hanya kamu Archer, aku mencintaimu."

Koneksi bibir kami tidak bertahan lebih lama, dan mungkin itu adalah ciuman paling sederhana yang kami miliki tapi bagiku itu berarti banyak hal. Aku tidak bisa membantu diriku, saat itu aku hanya menginginkannya untuk diriku sendiri. Berharap bisa melarikan diri dari ruangan itu. Sendirian bersamanya, menunjukkan padanya bagaimana dia membuatku merasa. "Aku selalu menginginkanmu, Lea, dan sekarang aku menginginkanmu dengan sangat parah," bisikku.

"Tidak masalah, kita punya banyak waktu untuk mengurus itu. Dan ...." Dia memamerkan senyum yang lebih menggoda untukku, satu senyum yang aku tahu khusus untukku. "Kamu perlu melihat hadiahmu."

"Hentikan tatapan itu, kalian! Tidak ada tembok yang mengurung kalian! Semua orang melihat." David menyela, dan tanpa dosa dia menarik Lea dalam sebuah pelukan. Aku tidak tahu mereka sedekat itu tapi kemudian aku melihat Lea yang sama terkejutnya, jadi mungkin itu hanya refleks bodoh David. "Selamat dan jaga dia."

Aku ingin menendangnya untuk kata terakhirnya tapi kemudian tidak, karena Lea mengangguk. Ketulusan, tekad, betapa dia ingin memberikan sama banyaknya untukku. Betapa dia akan berjuang sama kerasnya untuk membuat ini berhasil.

"Aku akan menjaga pria besar itu, aku janji," ucap Lea. Dia mengedipkan matanya dan David terkekeh. Sylvia menyusul di belakangnya, memberi Lea pelukan yang lain.

"Ayah sangat menyesal tidak bisa datang," ucap Sylvia. Lea mengangguk.

"Aku mengerti. Semua ini sangat terburu-buru. Aku tidak akan menyalahkannya," balas Lea.

"Yah, dan aku harus mendapat beberapa foto kalian berdua lagi. Sungguh, aku sangat senang kamu membiarkanku melakukan ini di pernikahanmu, terima kasih."

"Sylvia, tidak ada fotografer sialan yang akan lebih baik darimu. Aku yang berterima kasih di sini."

"Benar, dan mungkin kamu harus mengambil beberapa gambar juga dengan Leona. Di mana dia?" Sylvia menebar tatapannya. Menemukan Leona berdiri bersama Lucas, dia menarik Lea mengikutinya, terlihat bersemangat. Aku tahu dia sudah melewati banyak masalah tapi sekarang dia terlihat cukup baik. Aku melirik David dan menangkap tatapan memujanya untuk istrinya. Orang tolol akan tahu dia tergila-gila pada Sylvia.

"Bagaimana?" Aku mendekati David, dia tersentak.

"Aku tidak tahu tapi mengurus pernikahan kalian sedikit mengalihkannya. Dia lebih baik." Dia tidak melepaskan tatapannya pada wanitanya dan aku beralih memandang Lea. Dia wanitaku, dan sekarang dia tertawa, terlihat bahagia tapi bahkan saat dia tertawa aku tahu dia masih ketakutan. Dia berjanji untuk berhenti lari tapi aku tahu itu juga sulit untuknya. "Lalu bagaimana denganmu?"

"Aku baik. Kami baik," jawabku otomatis.

"Tentu saja," balasnya mencemooh. "Apa yang membuat dia begitu buruk? Sylvia hanya mengatakan tentang masa lalu yang tidak menyenangkan tapi itu harus lebih dari tidak menyenangkan."

"Bukan tempatku untuk bercerita dan bukan urusanmu untuk mencari tahu," balasku. Aku tidak suka David ikut campur lagi, dia orang pertama yang membongkar diriku di depan Lea tapi aku tidak akan mengatakan apa pun tentang apa yang aku tahu. Tentang semua mimpi dan ketakutannya.

"Aku hanya bertanya, tenangkan dirimu."

"Jika kamu melihat milikku buruk maka bayangkan saja miliknya jauh lebih berantakan," ucapku. Dia terlihat menyesal mengangkat topik itu, tahu dia sudah merusak hariku tapi tetap saja itu bagian dari Lea. Aku mencintainya dan aku tidak keberatan merengkuh kekacauan di belakangnya. Bahkan mungkin itu yang membuatku begitu kagum dan memujanya.

"Maaf aku menjadi pengacau hari ini," desisnya.

"Kau selalu melakukannya, dan aku masih berhutang satu pukulan untukmu. Satu pukulan karena kamu menceritakan kotoranku pada Lea." Dia meringis tapi tidak terlihat menyesal.

"Seseorang dari kalian harus memulai. Aku hanya membatu membuat percikan, dan lihat! Kalian bersama sekarang, tidak ada kerugian untukmu. Dan jika kamu ingin membicarakan tentang pengacau itu harusnya Aland. Dia datang bersama Laura, apa ini semacam kegilaan?" David melihat ke arah meja prasmanan. Ke arah Al yang berdiri di dekat Laura. Lea sendiri yang mengundang gadis itu tapi aku tidak punya ide kenapa Al datang bersamanya. Tapi kemudian Al selalu menjadi gila dan tidak rasional dalam banyak hal jadi ini bisa dikategorikan hal wajar untuk Al.

"Bukan urusanku," jawabku.

"Terserah, dan kurasa aku harus berhenti menahanmu dari istrimu, karena lihat dia seperti akan segera dalam masalah," ucap David. Aku melihat ke tempat terakhir dia berdiri. Dia masih ada di sana tapi tidak lagi bersama Leona dan Sylvia. Itu hanya ada ibu dan ayahku, dan aku bertaruh apa pun yang dikatakan ibuku tidak akan baik.

Aku hampir berlari ke sana saat melihat Lea meringis dan kemudian ayahku mencoba menarik ibuku menjauh. Dan ketika aku sudah cukup dekat aku dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Aku berhenti, berdiri diam di sana.

"Maaf, apa yang kau katakan?" ucap Lea. Dia terdengar marah dari pada terluka.

"Jangan salah sangka sayang. Sejak awal aku tidak ingin kamu terluka, tapi itu ada di darahnya. Menurutmu kenapa aku meninggalkan mereka? Sialan itu neraka." Ibuku berpaling ke ayahku. Menatap tajam ke lengannya yang dicengkeram ayahku. "Dan berhentilah menyentuhku Abe. Aku sudah cukup denganmu. Kamu dan putramu, aku hanya mencoba menyelamatkan Aland karena dia yang tersisa." Ayahku menjatuhkan lengannya. Dia tidak pernah marah pada ibuku, dia bahkan tidak pernah menyalahkan pengkhianatannya. Dan aku tidak mengerti semua itu.

"Archer tidak seperti itu," ucap Lea, dia mendesis dan terlihat lebih marah.

"Dia menyakitimu. Dia senang saat menyakiti wanita. Sayang, itu ada dalam darahnya, alasan yang sama aku meninggalkan Abe. Seorang sadokist, katakan jika aku salah."

Lea gemetar tapi aku lebih buruk. Bagaimana dia tahu? Dan aku melihat ayahku, dia hanya diam, tidak membantah. Rumor-rumor tentangnya menyelinap kembali ke kepalaku. Aku tidak pernah percaya itu sebelumnya. Tentang dia menyakiti Mom, itu hanya mustahil. Dia tidak pernah terlihat seperti itu, dia pria yang hangat dan aku tidak pernah melihatnya mengangkat tangannya. Jadi bagaimana itu bisa mungkin?

"Benar, dia pernah menyakitiku tapi itu menyakiti dia lebih banyak. Dia bukan orang seperti itu dan bahkan meskipun itu dia, itu tidak membenarkan kamu meninggalkannya. Dia baru empat tahun saat kamu pergi. Mungkin kamu alasan terbesar dia menjadi seperti itu," ucap Lea. Mom gemetar dan aku menduga dia menangis.

"Aku tidak bisa tinggal lebih lama waktu itu, aku mencoba tapi Abe dan aku. Kami berantakan. Aku tidak bisa menolongnya dan aku tidak bisa menahan lebih dari itu. " Ayahku hanya menepuk bahunya. Menyesal dan dipenuhi rasa bersalah. "Percayalah, aku membenci diriku karena meninggalkan mereka berdua."

Ibuku pergi setelah itu, menghilang tapi aku masih belum dapat bergerak hingga Lea melihatku. Aku mendekat, menutup jarak di antara kami. Hari ini kacau dan aku tidak mengharapkan semua menjadi lebih buruk.

"Archer, apa kamu oke?" tanyanya. Dia terlihat khawatir tapi kurasa aku tidak pantas menerima itu. "Seberapa banyak yang kamu dengar?"

"Aku tidak akan menyakitimu, Lea. Aku bersumpah. Jangan pergi," ucapku. Ayahku masih berdiri di dekatnya.

"Aku tahu itu, tidak ada yang berubah, oke?" Tidak. Sama sekali tidak baik. Semuanya berantakan. "Archer?"

"Maafkan aku," ucapku.

"Untuk apa? Tidak ada yang harus dimaafkan. Kamu memintaku percaya padamu dan aku melakukannya. Jangan membuatku menyesal dengan menjadi bodoh," ucapnya. Matanya memohon padaku jadi bagaimana mungkin aku tidak merasa hancur. Dia membutuhkanku, aku perlu menjadi pegangan untuknya dan aku tidak bisa mulai meragukan diriku lagi. "Archer aku membutuhkanmu, tolong."

"Tidak ada yang berubah. Aku tidak akan lari, aku tahu siapa diriku. Aku tahu aku tidak akan menyakitimu. Aku janji," ucapku. Dia memelukku, seolah dia memastikan aku masih di sana. "Dan ayah, apa semua itu benar? Kamu menyakitinya secara fisik?"

"Maaf." Hanya satu kata, tapi aku sadar itu kebenarannya. Aku ingin marah padanya tapi aku tidak bisa. Aku terlalu mencintai pria ini.

"Aku akan melupakannya untuk saat ini," ucapku. "Tapi kita akan bicara lebih banyak nanti."

Dia mengangguk. "Oke."

"Kurasa kita harus kembali untuk para tamu. Kemudian kita akan memiliki waktu untuk kita." Lea menyarankan, aku mengangguk dan melingkarkan lenganku ke pinggangnya.

"Ini seharusnya menjadi hari yang sempurna."

"Itu sempurna saat kamu bersamaku, Archer. Jangan ragukan itu."

"Aku tidak akan berani meragukanmu. Tapi bagaimana ibuku tahu tentangku?"

"Dia melihatmu di luar club. Itu yang dia katakan, club orang-orang yang menyimpang seperti Abe. Apa itu berarti sesuatu untukmu?"

Yah, itu menjelaskan banyak hal.

"Sangat banyak."

"Ohh, aku tidak mengerti," ucapnya bingung.

"Itu klub BDSM. Kami biasa berkumpul dan aku menemukan beberapa submissive-ku di sana. Aku jarang datang tapi sesekali aku mendapat undangan. Sarah yang pertama kali memperkenalkanku dengan tempat itu."

"Apa kamu masih mengunjungi tempat itu?" Aku mencium puncak kepalanya, masih, dia beraroma lavender.

"Aku tidak punya alasan untuk ke sana. Aku memilikimu sekarang." Dia berhenti dan menahanku untuk bergabung dengan para tamu. Dia berjanjit untuk menciumku, beberapa orang melihat tapi dia tidak peduli dan aku akan menjadi sialan jika tidak membalasnya.

Aku memeluknya, ingin kami lebih dekat, ingin lebih banyak tubuh kami yang saling menyentuh. Aku menggigit bibirnya, membuatnya mengerang dan aku hanya ingin merasakan lebih banyak kesenangan. Tangannya berhasil menyelinap ke balik rambutku. Aku putus asa untuk memilikinya telanjang di bawahnya. Merasakan kulitnya yang panas di kulitku. Gairah berderak di antara kami, bersenandung di udara di sekitar kami. Orang-orang meneriakkan sesuatu, tertawa dan menyemangati tapi yang dapat aku dengar hanyalah napas pendek Lea yang bercampur denganku. Matanya berair menahan gairah miliknya. Aku melihat bibirnya yang merah, dan itu akan menjadi kekalahanku.

"Dapatkan kita keluar dari sini, Archer. Aku tidak ingin membagi dirimu lagi, tidak sedetik pun," ucapnya. Aku tertawa. Mencintainya lebih banyak di setiap detiknya.

"Kamu mendapatkan apa yang kamu mau," balasku. Menciumnya sekali lagi dan aku mengangkatnya. Lebih banyak teriakkan tapi mereka memberiku jalan saat aku membawa Lea keluar dari aula hotel tempat pernikahan kami berlangsung. "Kemudian aku akan mendapatkan apa yang aku mau."

"Semuanya Mr. Black. Semuanya milikmu." Dia menyeringai dan mengibaskan bulu matanya dengan menggoda.

"Dan aku milikmu, Mrs. Black. Semuanya." Dia mengakat kepalanya, menciumku lagi, lebih dari sebelumnya. Lebih dari apa yang pantas aku dapatkan darinya.

***

Pembaca yang budiman vote dan comment kalian sangat berarti bagi saya, jadi jika kalian menyukai cerita ini silahkan klik tanda bintang kecil yang ada di tiap akhir bab. Saya akan sangat menghargainya ....

Arum Sulistyani

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top