1
Archer
Dua hari yang lalu
Pernahkah kalian merasa seakan untuk beberapa saat dunia kalian berhenti berputar? Seakan udara di sekitar kalian memadat dan kalian tidak lagi bisa bernapas?
Aku baru saja mengalami itu. Sangat buruk.
Aku menatap ponselku lagi dan memutar nomor Lea. Menunggu nada terhubung tapi sekali lagi aku hanya mendengar pesan suaranya.
Hai ini Lea, tinggalkan pesanmu setelah tanda bib dan aku akan menemuimu nanti!
Aku menggeram, terlalu marah, terlalu panik. Lea tidak bisa berada di luar sana sendirian. Dia tidak aman. Aku mengalihkan pandanganku ke Kody yang masih berdiri di dekat pintuku. Dia muncul di kantorku beberapa menit yang lalu, mengatakan hal gila dan tidak masuk akal kalau Lea pergi. Menghancurkan duniaku menjadi berkeping-keping.
"Bagaimana kau bisa membiarkan dia pergi!" bentakku. Aku ingin memukulnya, lebih buruk lagi, aku ingin mematahkan setiap tulangnya.
"Maaf, Sir," ucapnya.
Ponselku berdering. Aku berharap itu Lea. Tapi sekali lagi aku salah. Itu hanya Jim.
"Mr. Black, kami mendapatkan lokasinya," ucapnya.
"Di mana?" bentakku. Saat ini aku tidak yakin kalau aku masih waras. Ini lebih dari kegilaan. Dan bagaimana mungkin Lea bisa berpikir untuk pergi?
"Saya akan mengirimkan alamatnya."
Aku memutus sambungan itu. Mengambil kunci mobilku dalam kemarahan dan melemparkannya ke Kody. "Ayo!"
"Saya akan mengundurkan diri, Sir," ucapnya. Dia menunduk, menolak untuk menetapku. Subuah pengunduran yang sangat jelas.
"Selesaikan kerusakan ini dan kau bisa pergi setelah itu!" bentaku. Aku tidak yakin punya cukup kesabaran untuk menghadapi omong kosongnya juga. Aku mendapat satu anggukan darinya, sebelum dia berbalik untuk mengikutiku.
"Ponsel saya ada pada Miss White, Sir. Anda mungkin bisa menghubunginya," ucapnya begitu kami berada di dalam mobil.
Aku tidak mengatakan apa pun tapi aku mencoba untuk menghubungi nomor Kody. Bahkan meski aku yakin Lea tidak akan mengangkatnya. Dia tidak punya alasan untuk mengangkatnya jika dia benar-benar berniat untuk pergi.
Seperti dugaanku, dia tidak mengangkatnya dan aku tidak mencoba lagi. Aku tahu itu sia-sia. Dan perasaan sakit di dalam diriku mengembang, lebih parah. Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku? Aku seakan mengalami déjà vu, ingatan bagaimana aku selalu ditinggalkan. Ibuku meninggalkanku. Laura pergi. Aku berhenti percaya dan sekali lagi saat aku ingin mencoba dan mulai kembali percaya, Lea juga pergi. Itu memberikan lebih banyak keraguan untukku. Mungkin ini yang terbaik. Mungkin aku memang tidak cukup baik untuk Lea. Mungkin Lea menyadari itu.
Berengsek! Hentikan itu Archer! Kau tahu pasti kenapa dia pergi dan kau tidak akan menjadi tolol untuk mengasihani dirimu sendiri!
Aku mengerang dan sekali lagi mengutuk diriku karena tidak bisa membuat Lea percaya padaku. Menampar diriku secara mental karena aku sekali lagi membiarkan dia lepas dariku. Aku bahkan tidak yakin apakah selama ini dia benar-benar percaya aku mencintainya? Apa dia benar-benar mengambil semua kata-kataku? Aku tahu seberapa jauh dia telah jatuh dan aku juga tahu dia bahkan tidak dapat menerima rahmat bahwa dia lebih dari pantas untuk dicintai. Dia sempurna untuk segala hal tapi dia tidak pernah bisa melihat itu.
"Apa menurutmu dia akan kembali?" gumamku cukup keras untuk Kody dapat mendengarnya.
Dia melirikku dari kaca spion, ekspresi bersalah dan mengasihani yang menjengkelkan terpasang di wajahnya. Aku benci ini. Ini hampir sama dengan saat Laura meninggalkanku. Hanya terasa lebih menyakitkan karena aku tahu Lea melakukan ini untukku. Aku tidak bisa berpura-pura dia kejam dan bersalah seperti aku menyalahkan ibuku dan Laura selama ini. Aku tidak bisa berpura-pura menjadi korban yang malang karena aku tahu dengan pasti Lea pergi untuk menghindarkan James dariku. Aku tahu dia mencintaiku, tapi apakah dia benar-benar tahu aku melakukan hal yang sama? Harusnya aku melakukan hal yang lebih baik dari yang sudah aku lakukan. Membuatnya merasa dicintai. Apa dia merasakan itu? Aku tidak tahu.
"Menurut saya," dia berhenti sejenak mungkin menimbang kata-kata selanjutnya yang akan dia ucapkan, "Miss. White akan kembali, Sir."
Aku tidak dapat mencegah diriku untuk tersenyum dengan masam. "Aku tidak yakin."
Kody bergeser dengan gelisah di kursinya, tubuhnya tumbuh lebih tegang saat dia mengatakan kata-kata yang berikutnya, "Saya memiliki seorang adik. Gadis remaja yang manis." Aku menaikkan alisku tidak melihat alasan kenapa dia menceritakan adiknya padaku. "Dia sangat mirip dengan Miss White. Bagaimana dia tidak pernah menyadari betapa mudah orang-orang untuk mencintainya, dia selalu berpikir kalau dia tidak pernah cukup baik. Jadi ketika anak laki-laki yang dia sukai menyatakan cinta. Dia lari." Aku mengerutkan dahiku lebih dalam, tidak dapat melihat alur pembicaraan ini. "Dia menangis cukup banyak untuk itu. Itu hanya masalah waktu sampai dia sadar dia telah membodohi dirinya sendiri dan dia akhirnya menerima anak laki-laki itu. Mereka berpacaran sekarang. Saya rasa Miss White juga begitu, dia hanya butuh waktu."
Aku tidak menyahut, aku tinggal diam di dalam kepalaku. Jika benar Lea hanya membutuhkan waktu, aku tidak akan ragu untuk memberikannya. Hanya saja aku tahu lebih banyak, ini lebih dari itu. Apa yang sudah dia alami adalah mimpi buruk paling mengerikan dan itu telah meninggalkan dia dengan begitu hancur. Dia butuh lebih dari sekadar waktu untuk dapat kembali. Dia harus melihatku. Dia harus percaya padaku. Dan untuk itu aku akan membuatnya melakukannya.
"Kau tidak tahu apa yang sudah Lea lewati,waktu tidak akan cukup," gumanku. Kody hanya mengangguk dalam penerimaannya. Tidak mengatakan apa pun lagi.
Lea sudah melewati neraka dan aku tidak akan membiarkan dia melewatinya sekali lagi.
Saat tiba di parkiran restoran, aku hanya merasa lega saat melihat Volkswagen hitam milik Lea masih terparkir di sana. Harapan melambung dalam diriku, kupikir aku dapat meraihnya sebelum terlambat, sebelum dia pergi lebih jauh tapi saat aku menyeruak masuk itu hanya ada peleburan. Dia tidak ada di sana dan sekali lagi aku hancur untuk itu.
Dia pergi. Dia benar-benar pergi.
Kenyataan itu meresap ke dalam pikiranku. Aku ingin rasa sakit itu pergi meninggalkanku. Aku mencoba mencari di dalam kepalaku apakah ada kemungkinan aku bisa bertahan tanpa Lea, setelah dia menggenggam hatiku dengan begitu erat. Tidak ada. Saat aku menyadari itu aku hanya tahu kalau aku harus menemukannya, tidak peduli apa pun, aku tidak akan menyerah untuk kami kali ini.
***
Malam itu aku tidak tidur. Aku pergi ke apartemen Leona, menggedor pintunya dan sedikit dari diriku berharap menemukan Lea di sana. Leona keluar hanya mengenakan piyama sutra yang membungkus tubuhnya, rambut pirang yang sama dengan Lea terlihat berantakan. Dia mengingatkanku pada Lea dengan begitu buruk, mereka tumbuh dengan sangat mirip, dan itu mencekikku saat menatapnya.
"Archer? Kejutan macam apa yang membawamu kemari?" tanyanya sinis. Kami belum benar-benar berdamai tapi dia tahu Lea menjadi lebih baik bersamaku dan itu cukup untuk membuatnya tidak menantang hubungan kami.
"Apa Lea ada di sini? Apa dia memberitahumu kemana dia pergi?"
Kerutan muncul di dahinya dan bagaimana matanya melihatku dengan bingung aku tahu dia tidak tahu apa pun.
Sial!
"Lea tidak ada di sini dan dia tidak mengatakan apa pun tentang pergi. Apa maksudmu dia tidak bersamamu?" Nada menuduh berada di dalam suaranya. "Katakan Archer!"
Aku menggeleng merasa kalah dan frustrasi. Jika Lea bahkan tidak memberitahu Leona, siapa yang mungkin tahu? Dia satu-satunya saudaranya, aku sudah menelepon David untuk bertanya padanya apa istrinya tahu sesuatu tentang Lea. Dia hanya mengatakan tidak, dan memberitahuku kalau terakhir kali Sylvia bicara dengan Lea adalah saat dia membujuknya untuk setuju dengan aborsi. Itu neraka karena Sylvia adalah kakak kedua bagi Lea. Aku mencoba membuat panggilan pada Maggie dan beberapa temanya tapi mereka semua juga tidak tahu apa pun. Harapanku konyol saat aku menelepon Randall, tapi berengsek! Dia pria yang mungkin pernah dicintai Lea, jadi kupikir dia mungkin pergi padanya. Itu hanya memberiku lebih banyak hal sialan karena omong kosong Randall tentang aku tidak bisa menjaganya. Apa dia pikir aku tidak tahu itu?
"Aku tidak tahu dimana dia. Dia pergi. Kumohon Leona, jika kau tahu tentang-"
"Aku tidak tahu!" bentaknya, horor muncul di matanya. "Dia bisa melakukan apa saja! Apa kamu bahkan tahu dia pernah mencoba mengakhiri hidupnya?"
Dia praktis berteriak saat ini. Tangan mengepal saat dia menangis dan terisak. Aku tidak mengharapkan itu, aku punya cukup banyak kekacauan di kepalaku sendiri. Dan apa yang dia katakan hanya menumbuhkan lebih banyak rasa takut untukku. Lea tidak akan mencoba lagi. Dia tidak akan melakukan hal bodoh dan mengakhiri hidupnya. Itu bukan Lea.
"Lea tidak akan," ucapku. Suaraku gemetar dan lemah. Leona hanya menangis lebih keras saat Lucas-kekasihnya jika aku bisa menyebutnya begitu-muncul untuk menariknya ke dalam pelukannya.
"Kita bisa bicara di dalam," ucapnya. Leona tidak merespons tapi Lucas tetap menariknya masuk. "Lea baik-baik saja, aku pastikan itu," bisiknya.
"Bagaimana kamu tahu itu?" bentakku. Aku tidak bermaksud untuk itu. Tapi melihat cara mereka berintraksi membuatku jatuh lebih jauh. Aku ingin memeluk Lea saat ini, dan membisikkan kata-kata untuk membuatnya percaya kalau semuanya baik, dan aku akan menjaganya tetap baik untuknya.
Lucas melihatku, menilai lalu menghembuskan napas dalam kekalahan saat Leona merengek, "Apa kamu tahu sesuatu?"
"Lea datang padaku. Dia meminta bantuanku dan aku memberinya. Dia aman."
Hanya itu. Hanya itu yang dia katakan dan itu sudah cukup untuk membuatku mendorongnya dan berusaha untuk memukulnya. Dia menerima satu di pipinya sebelum dia membalasku dengan telak di rahangku. Aku tahu aku tidak akan menang darinya tapi yang aku tahu aku ingin memukul lebih banyak karena dia menjauhkan Lea dariku. Aku tidak peduli apakah aku akan babak belur atau apakah dia pacar dari Leona, dia tidak punya hak untuk melakukan semua ini.
"Ada orang gila di luar sana yang ingin menyakitinya. Apa kamu tahu itu, atau bahkan menyadarinya? " bentakku. Itu seperti ledakan, saat aku mencoba untuk menerjangnya lagi tapi kali ini Leona berdiri di antara kami.
"Luke, aku mohon, jika kamu tahu di mana Lea. Tolong beritahu kami."
Leona mendesis, pipinya masih basah dengan air mata, dia menatap Lucas saat jarinya menyentuh dada pria itu. Lucas sekali lagi mendesah seakan kalah, tapi dia menggeleng.
"Lea tidak ingin kamu tahu. Aku janji dia akan baik-baik saja. Hanya itu yang bisa aku katakan," ucap Lucas lembut. Matanya sakit menatap Leona tapi saat itu aku hanya tahu kalau dia berengsek. Lucas mencoba kembali memeluk Leona tapi gadis itu mendorongnya menjauh.
"Aku kakaknya! Kamu tidak bisa melakukan ini padaku! Katakan! Ke mana dia pergi!" Leona benar-benar terlihat marah. Mata Lucas jatuh dalam kekalahan tapi dia hanya mundur dalam penyerahan.
"Dia pikir ini yang terbaik untuk semuanya," ucap Lucas. Itu membawa satu tamparan dari Leona dan saat Lucas tidak bereaksi, hanya tetap diam, aku tahu aku tidak akan mendapatkan apa pun darinya.
Tanpa mengatakan apa pun lagi, aku pergi dari sana. Aku tidak tahu dari mana harus memulai, tapi aku tahu aku harus menghubungi Jim. Dia tahu hal-hal seperti ini, itu yang dia kerjakan sebelum dia bekerja untuk ayahku.
"Lucas tahu tentang kepergian Lea, dia membantunya," ucapku sebelum Jim mengatakan apa pun di ujung telepon. "Tapi dia bungkam dan aku tidak berpikir dia akan berubah pikiran dalam waktu yang singkat."
"Setidaknya kita tahu dia tidak berada di luar sana sendirian," ucapnya.
Apa dia sungguh mengatakan itu?
"Itu berarti itu atau itu hanya lelucon?" ucapku sarkas. Aku tahu aku jadi bajingan berengsek saat panik. Itu yang membuatku benci mengalami kehilangan kendali, tapi semua ini memakanku.
Jim tidak menangkap omong kosongku, kadang aku iri dengan semua kendali gilanya. Tapi itulah yang membuatku menyukainya dan tentu saja dia tidak mendapat gelar Master J di klub tanpa alasan. Dia tahu di mana dia berada dan dia melakukan apa yang bisa dia lakukan. Itu dikombinasikan dengan pengalamannya sebagai mata-mata dari The Seeker-organisasi swasta yang memburu orang-orang kotor di negara ini-membuatnya mematikan.
"Mr. Black, kita sudah mulai melacak. Semua aktivitas kartu kredit, rekening, bahkan kartu starback Miss White sudah di awasi. Kita akan menemukannya. Saya juga menghubungi kontak prebadi saya untuk memintanya memantau aktivitas penerbangan, ini tidak akan menjadi sulit."
"Oke," gumamku kalah. Berteriak tidak akan berguna.
Sambungan itu terputus dan sekali lagi aku terjebak di kepalaku yang kacau. Aku benar-benar tidak bisa hanya diam, tapi sekali lagi aku tahu tidak ada yang bisa aku lakukan. Jadi aku hanya memikirkan apa yang akan aku katakan padanya untuk membuatnya percaya padaku saat kami bertemu nanti.
***
Pembaca yang budiman vote dan comment kalian sangat berarti bagi saya, jadi jika kalian menyukai cerita ini silahkan klik tanda bintang kecil yang ada di tiap akhir bab. Saya akan sangat menghargainya ....
Arum Sulistyani
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top