BAB 9. Zhǐkòng

Selir Xin duduk dengan anggun menantikan kehadiran Sang Ratu. Tidak disangka olehnya bahwa ia mendapatkan undangan khusus dari seorang Ratu yang jelas kedudukannya lebih tinggi daripada dirinya sendiri. Walau dalam hati sedikit muak akan sikap Ratu, namun bagaimanapun juga Selir Xin harus memperlihatkan rasa hormatnya karena Ratu juga pernah membantunya untuk mengonsumsi ramuan kesuburan yang berakhir gagal.

Dari kejauhan di jembatan wǎnchēn, Qian Yueyin melangkah teratur menuju gazebo yang terletak di samping kanan kolam naga dimana mereka sering sekali melempar koin ke dalam mulut patung binatang buas tersebut.

Selir Xin lebih dulu berdiri demi menyambut Sang Ratu ketika tiba di depan gazebo. Para dayang-dayangnya menunggu di luar pun dengan dayang-dayang milik Selir Xin.

"Selamat datang, Ratu," Selir Xin menyapa sambil menundukkan sedikit kepalanya. "Saya merasa tersanjung Anda mengundang saya untuk minum teh bersama."

"Maafkan atas keterlambatanku, Selir Xin." Qian Yueyin tersenyum simpul kala meminta maaf pada Selir Xin.

"Tidak apa-apa, Ratu. Saya juga baru saja tiba," dan setelah melihat Qian Yueyin duduk di tempatnya, Selir Xin turut duduk kembali sambil tersenyum dan menatap Ratu yang sangat cantik dengan perasaan iri hati dan lagi, Raja yang juga selalu membela Qian Yueyin. Jauh dari isu yang digosipkan oleh rakyat selama ini. "Bagaimana kabar anda, Ratu? Tentu anda baik-baik saja mengingat akhir-akhir ini Raja sering memperhatikan anda."

"Saya baik karena saya menjaga diri saya sendiri dengan baik, Selir Xin. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan Raja." Qian Yueyin menyahut tegas. Menatap datar pada sosok Selir Xin yang kini menundukkan pandangannya. Lalu, matanya teralihkan pada Dayang Shie yang berdiri tidak jauh, Qian Yueyin mengangguk tipis memberi isyarat bahwa sudah saatnya ia menyiapkan teh. "Bagaimana denganmu, Selir Xin? Aku dengar kau sudah menyiapkan diri dengan baik pada saat penobatan Kaisar nanti."

Selir Xin mengangguk cepat sambil tersenyum lebar. Mengingat malam bulan kesepuluh adalah waktunya untuk melayani Sang Raja dan itu bertepatan pada hari Raja dinobatkan sebagai Kaisar dari tiga kerajaan yang ada.

"Saya sangat siap, Yang Mulia," ia menjawab sambil tersenyum tipis dan memerhatikan Shie yang sedang meletakkan teh untuk keduanya tak lupa dengan kue bulan yang menjadi khas kerajaan mereka. "Saya bahkan sudah menyiapkan hadiah terbaik yang akan saya berikan pada Raja," lanjutnya disertai senyuman yang tampak tulus, namun mengandung makna ejekan di dalamnya.

Qian Yueyin hanya mengangguk tipis, "Silakan dinikmati, Selir Xin. Maafkan atas jamuan sederhana ini."

"Ini sudah sangat istimewa bagi saya, Yang Mulia. Anda bahkan repot-repot menyiapkannya seorang diri."

"Tidak masalah, Selir Xin...," Qian Yueyin menggenggam erat cangkir kecilnya sambil menatap lurus pada Selir Xin yang mencoba memakan kue bulan buatannya, "Tidak masalah."

♚♚♚

Qing Ghaozen berjalan mengelilingi istana bersama para pengikutnya untuk melihat sudah sejauh mana persiapan penobatannya nanti. Bukannya ia tidak mempercayai kasim maupun sekretarisnya, tapi dia benar-benar ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri. Karena baginya tidak boleh ada kesalahan sekecil apapun itu!

"Bagaimana dengan rakyat?" tanyanya pada Luo Fan sambil terus melangkahkan kakinya mengelilingi istana.

Luo Fan tersenyum kecil dan mengikuti langkah lebar Qing Ghaozen. "Mereka sangat antusias, Yang Mulia. Bahkan, beberapa diantaranya sudah mulai menyiapkan hadiah untuk diberikan kepada anda."

"Hadiah?" tanya Qing Ghaozen malas. Dia tidak perlu hadiah kecuali dari ratunya karena yang dia harapkan hanya Qian Yueyin memberikan apa yang dia mau dan tidak berusaha untuk terus keras kepala di depannya.

"Ya, Yang Mulia. Hadiah dengan mengadakan festival pada malam setelah penobatan anda dilakukan."

Qing Ghaozen tersenyum sinis. Bahkan, rakyatnya yang tidak pernah bertegur sapa dengannya saja memberikannya hadiah. Lalu, bagaimana dengan Ratunya itu? Benar-benar berbeda sekali.

Langkahnya terhenti ketika ia melihat dua isterinya sedang duduk di gazebo taman jembatan wǎnchēn. Ketika langkahnya mendekat, ia mendengar beberapa dayang Selir Xin terlihat begitu panik saat Selir Xin terbatuk-batuk hingga mengeluarkan darah.

"Ada apa ini?" teguran dari Luo Fan membuat para dayang-dayang segera menunduk hormat kala dilihat Sang Raja hendak masuk ke dalam gazebo, menghampiri selir dan ratunya.

"Y-yang Mulia," Selir Xin menyapa terbata sambil terbatuk-batuk. "Sa-saya.... Uhukk...," ucapannya tidak bisa dilanjutkan mengingat betapa menyiksa tenggorokannya. Dan tak lama darah keluar dari mulutnya.

Qian Yueyin tidak mengatakan apapun dan hanya menunduk sedikit demi menghormati suaminya. Lalu, tatapannya beralih pada Qing Ghaozen yang segera menghampiri Selir Xin dan menatap tajam pada siapapun yang ada disana, "Apa yang sudah terjadi?"

Salah satu dayang setia Selir Xin menunduk dengan hormat, "Ma-maafkan saya, Yang Mulia. Yang Mulia Ratu mengundang untuk minum teh bersama dan... dan...," Dayang setia milik Selir Xin menatap ratu takut-takut.

Dayang Shie yang mendengar penuturan seakan menuduh Ratu yang meracuni Selir Xin segera maju dan menunduk sedalam-dalamnya. "Ampun, Yang Mulia. Yang Mulia Ratu hanya mengundang dan mengajak minum teh bersama untuk-"

"Hentikan, Dayang Shie," sentuhan lembut dengan suara yang tenang itu membuat Dayang Shie menoleh menatap Sang Ratu yang justru tersenyum tipis. "Tidak apa-apa. Tidak perlu takut jika kita tidak bersalah," lanjutnya yang membuat Dayang Shie nyaris menangis mengingat kesabaran seorang Qian Yueyin.

"T-tapi-"

"Shie, ingat apa yang selalu kukatakan?" tanya Qian Yueyin dengan nada selembut mungkin.

Dayang Shie menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya. Mengingat jelas apa yang selalu dikatakan oleh Sang Ratu ketika mereka sedang berdua.

'Jangan pernah merasa terusik dan terpengaruh oleh tuduhan atau cemoohan orang lain, jika itu terjadi berarti kita telah meluluskan keinginan mereka untuk mengotori dan mencemarkan nama kita. Karena istana akan selalu menjadi tempat yang penuh oleh orang-orang dengki dan penjilat, Shie.'

Mata Dayang Shie kian berbinar haru kala mengingat setiap ucapan Sang Ratu yang selalu menjadi motivasinya kala ia terlibat dalam masalah-masalah di istana.

Qian Yueyin tersenyum simpul saat ia tahu bahwa Shie mengingat dengan baik ucapannya. Lalu, senyumannya seketika hilang saat matanya tertuju pada Sang Raja. Menatap tenang tanpa rasa takut sama sekali.

"Yang Mulia, izinkan saya untuk menjelaskan semuanya,"

Qing Ghaozen yang sudah lebih dulu menyuruh Jenderal Huang Fu untuk membawa Selir Xin ke kediamannya. Kini, menatap Qian Yueyin tanpa tahu makna dibaliknya. "Aku akan mendengar penjelasanmu, Ratu. Tidak disini, tapi pada pertemuan dengan pejabat istana besok!" putusnya sebelum pergi meninggalkan Qian Yueyin dengan rasa sesak. Sesak karena di mata Qing Ghaozen, dirinya tidak lagi memiliki arti apapun.

Lantas, apakah ia bisa bertahan di istana ini?

**

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top