BAB 6. Jìhuà

Qian Yueyin sudah menunggu beberapa menit di depan kediaman Ibu Suri, Piao Xia. Hari ini adalah hari pengganti dimana kemarin ia tak jadi mengunjungi Ibu Suri karena Raja tak membiarkannya kemanapun. Maka itu, Piao Xia meminta hari ini keduanya diharuskan berkunjung untuk menjenguk ibu tiri dari Raja Ghaozen.

"Ratu, Yang Mulia Raja sudah tiba." Dayang Shie memberitahu kala melihat rombongan raja tiba di depan kediaman Ibu Suri.

Mata Yueyin langsung menoleh ke kiri dan menatap sosok yang terbalut pakaian merah emas nan agung. Ketika mata keduanya bertemu, Yueyin memilih menundukkan kepalanya sebagai penghormatan kala Qing Ghaozen sudah berdiri tepat dihadapannya.

"Sudah lama?" Ghaozen berdiri gagah di depannya sambil memastikan kondisi Ratunya.

"Baru saja, Yang Mulia." Yueyin menyahut selembut mungkin.

"Apa kau sudah baikan?"

Pertanyaan berupa perhatian itu membuat Yueyin memberanikan diri menatap mata pekat tersebut. Merasa bingung karena perhatian yang Qing Ghaozen berikan terasa begitu asing untuknya. "Saya baik-baik saja, Yang Mulia."

"Bagus. Kalau begitu, ayo kita masuk!" Ghaozen tanpa sadar menggenggam dan menarik tangan Yueyin membuat wanita itu merasa terkesiap sebelum mengikuti langkah lebar suaminya untuk memasuki ruangan Ibu Suri yang sudah diumumkan kehadirannya oleh dayang-dayang milik Ibu Suri.

♚♚♚

"Sudah lama sekali kita tidak berjumpa seperti ini." Piao Xia menuangkan teh krisan ke dalam dua mug kecil untuk Raja dan Ratu. Lalu, kedua mug itu dihantarkan oleh dayang senior yang berjaga untuk Raja dan Ratu yang duduk di hadapan Ibu Suri, terpisah oleh meja oshin. Mata coklat milik Piao Xia beralih pada Sang Ratu, ia tersenyum tipis dan bertanya, "Apa kau sudah melaksanakan tugasmu dengan baik, Ratu? Kapan kiranya aku mendengar kabar bahagia itu?"

Qian Yueyin terdiam sejenak. Pertemuannya dengan Ratu entah kenapa selalu membuatnya merasa tertekan. "Saya akan berusaha lebih keras, Ibu Suri."

Piao Xia mendengus pelan. "Kau selalu mengutarakan jawaban yang sama, Ratu."

"Maafkan saya, Ibu Suri. Saya belum menjadi isteri yang baik untuk Yang Mulia Raja." Qian Yueyin benar-benar meminta maaf pada Piao Xia. Ia tahu bahwa ini adalah kesalahannya karena sudah menolak Ghaozen berulang kali.

"Sampai ka-"

"Ibu Suri!" suara Qing Ghaozen terdengar tidak bersahabat saat menyela percakapan antara ibu dan isterinya itu. "Jangan menyalahkannya karena ini adalah kemauanku!"

Qian Yueyin merasakan hatinya menghangat mendengar pembelaan dari Qing Ghaozen. Ia menoleh kesamping dan tersenyum tipis. Senyum yang tak disadari oleh siapapun.

"Kau melawan ibumu untuk membelanya, Yang Mulia?" tanya Sang Ibu Suri murka.

Qing Ghaozen mendengus pelan. "Kau bukanlah Ibu kandungku!" Tangannya bergerak menarik lengan Qian Yueyin. "Ayo, kita pergi."

Qian Yueyin hendak menolak, namun cengkraman dari Qing Ghaozen begitu kuat sehingga mau tidak mau ia mengikuti langkah suaminya. Sampai di depan kediaman Ibu Suri, Qing Ghaozen melepaskan cekalannya sambil menghela napas kasar. Menatap datar pada Wian Yueyin.

"Jangan kembali kesana! Itu perintahku." Tentu saja Ghaozen tahu bahwa Yueyin akan kembali masuk ke kediaman ibu tirinya itu untuk meminta maaf atas sikapnya yang kurang ajar. Tapi, kali ini dia takkan membiarkan hal tersebut terjadi! Mata tajamnya menatap Jenderal kepercayaannya. "Jangan sampai dia kembali ke kediaman Ibu Suri, Jenderal."

"Baik, Yang Mulia."

Qing Ghaozen segera melangkah pergi beserta rombongannya. Meninggalkan Qian Yueyin dalam keadaan bingung dan bimbang. Ia tidak mungkin tidak kembali kesana mengingat Sang Raja telah berbuat tidak sopan kepada sang ibu.

"Ayo, Ratu. Saya akan mengawal anda kembali ke kediaman."

Yueyin menghela napas pelan. Kali ini, ia akan menurut dan bisa meminta maaf lain kali dengan membawa teh dan juga kue untuk ibunda raja.

♚♚♚

Dayang senior Haon berjalan melangkah melewati jembatan wǎnchēn. Ia menatap seorang dayang setia Selir Ming sedang kesusahan membawa teh beserta kue kering.

"Dayang Din, mari saya bantu,"

Dayang Din menatap dayang senior Haon terkejut karena tak menyangka keduanya akan bertemu disini. "Ah, tidak perlu, Dayang Haon. Saya bisa sendiri," gumamnya pelan sebelum menunduk dan hendak kembali melangkah.

Dayang Haon tersenyum dan merebut nampan yang berisi teh krisan. "Tidak apa-apa. Saya akan membantu Dayang Din."

"Terima kasih, Dayang Haon."

Dan keduanya berjalan bersama-sama menuju kediaman Selir Ming. Disana, terlihat bahwa Selir Ming sedang duduk termenung. Dan ketika langkah kaki keduanya mendekat, Selir Ming segera menoleh, sedikit terkejut melihat kehadiran Dayang Haon yang disegani oleh dayang lainnya turut membantu dayangnya membawakan cemilan.

"Ah, Dayang Haon...," sapanya pelan.

Dayang Haon merendah hormat. "Yang Mulia Selir. Saya hanya membantu Dayang Din membawakan anda cemilan." Dayang Haon meletakkan secangkir teh krisan ke hadapan sang selir sebelum menuangkannya. "Ini Yang Mulia Selir," gumamnya sambil memberikan mug kecil yang berisi teh terbaik yang ada di Dinasti Qingsei.

Perlahan, ia meneguknya dengan anggun dan berhati-hati. Mengukir senyuman tipis, sebelum tiba-tiba raut wajahnya menegang karena rasa sakit di tenggorokannya.

Selir Ming terbatuk-batuk hebat hingga mengeluarkan darah

Selir Ming terbatuk-batuk hebat hingga mengeluarkan darah. Membuat kedua Dayang tersebut panik dan segera memanggil siapapun untuk diminta pertolongan. Hingga akhirnya, Selir Ming pingsan di tempat dengan darah yang mengalir dari mulutnya.

♚♚♚

"Selir Ming keracunan, Yang Mulia," gumam Tabib Gia Yuan sambil menunduk hormat dihadapan sang penguasa.

"Bagaimana kejadiannya bisa sampai seperti ini?!" seru Qing Ghaozen dalam kediaman Selir Ming yang tengah dirawat oleh Tabib Gia Yuan. Matanya menatap satu persatu siapapun yang berada di dalam ruangan selir dengan tajam.

"Ampun, Yang Mulia," Dayang Din bersujud memohon ampun. "Saya dan Dayang Haon mengantarkan cemilan maupun teh untuk Yang Mulia Selir. Dan ketika beliau meminum teh yang disuguhkan oleh Dayang Haon, beliau justru terbatuk dan muntah darah."

Mata Dayang Haon melebar seakan tuduhan itu ditujukan untuknya. Ia segera bersujud di hadapan Sang Raja tepat disebelah Dayang Din. "Ampun Yang Mulia Raja... Saya benar-benar hanya membantu Dayang Din untuk membawakan cemilan in-" dan Dayang Haon ingat satu hal bahwa dirinya sudah dijebak. Kepalanya menunduk semakin dalam, "Yang Mulia, ini tidak seperti yang anda pikirk-"

"Cukup!" sentak Qing Ghaozen cepat. Menatap Dayang Haon tajam. "Periksa kediamannya dan laporkan padaku segera."

"Baik, Yang Mulia," sahut Jenderal Huang Fu cepat. Menyuruh anak buahnya untuk segera memeriksa kediaman Dayang Haon.

Qian Yueyin yang berdiri tidak jauh langsung melangkah ke hadapan Qing Ghaozen. Ia bersujud tepat dihadapan suaminya, "Ampun Yang Mulia. Dayang Haon tidak mungkin melakukan hal kotor seperti itu,"

"Ratu, tegakkan badanmu!" titah Ghaozen yang sama sekali tidak Yueyin dengarkan. "Ratu," tegurnya sekali lagi.

Qian Yueyin masih bersikukuh untuk tetap bersujud dihadapan Qing Ghaozen. "Apa kau lebih membela manusia rendahan ini daripada mematuhi perintahku?" tanyanya murka.

Wajah Yueyin menunduk semakin dalam, sementara Dayang Haon sudah mencoba untuk membujuk Ratunya agar tidak bersujud seperti ini karenanya.

"Yang Mulia, kami menemukan ini di kediaman Dayang Haon." Jenderal Huang Fu segera memberikan seikat serbuk racun kepada Qing Ghaozen.

Mata Qian Yueyin dan juga Dayang Haon sama-sama melebar tidak percaya. Menatap pada serbuk yang kini berada di tangan Sang Raja.

"Bukti sudah didapat, hukuman akan diputuskan."

"Yang Mulia," pekik Ratu cepat saat Ghaozen hendak meninggalkan kediaman Selir Ming.

Langkah Ghaozen terhenti sejenak, "Apa kau juga turut campur tangan dalam hal ini, Ratu?" tanyanya disertai dengan nada yang terdengar sangat kecewa.

"Apa?" tanya Qian Yueyin tidak percaya. Tidak menyangka bahwa suaminya sendiri menuduhnya seperti itu.

Menghela napas pelan, Qing Ghaozen berseru keras. "Eksekusi Dayang Haon esok pagi!"

Dan hati seorang Qian Yueyin benar-benar hancur. Karena pada nyatanya, dia bukanlah siapa-siapa di mata lelaki yang ia cintai sejak dulu hingga sekarang. Bahkan, kini Qing Ghaozen sama sekali tidak mempercayainya.

"Ratu, anda percaya pada saya, bukan? Saya tidak mungkin melakukannya!" jerit Dayang Haon saat kedua tangannya sudah dipegang oleh kedua orang prajurit. "Ratu!!!" pekiknya hingga teriakannya hilang dibalik pintu.

Dan tanpa disadari oleh siapapun, Selir Ming dan Dayang Din tersenyum senang karena rencana keduanya berhasil walau pada akhirnya ia harus dirawat oleh tabib istana beberapa hari.

**

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top