BAB 5. Yào zhī

"Selir Ming datang menghadap," gumam Kasim junior dari luar yang berada dibawah didikan Kasim Chen yang bernama Kasim Lie.

Mata Qing Ghaozen langsung melirik ke arah Kasim Chen, Luo Fan, dan juga Qian Zhen. "Kalian keluarlah."

Kasim, kepala sekretaris beserta wakilnya langsung mohon untuk undur diri. Mereka keluar dari kediaman Raja ketika Selir Ming datang untuk menghadap Sang Raja.

Selir Ming dengan segera bersujud di hadapan Qing Ghaozen yang terlihat mengerikan karena dari raut wajahnya, ia tak bisa dibilang senang. "Hamba mohon ampun, Yang Mulia."

"Aku belum mengatakan apapun, Selir. Tapi, kau sudah meminta ampun terlebih dahulu," ujarnya dengan nada sarkasme. Menatap cemooh pada sosok yang tak berani menatapnya itu. "Apa benar yang kudengar bahwa kau ingin terluka? Jika ya, aku akan membunuhmu sekarang juga!" Qing Ghaozen berdiri dari tempatnya dan melangkah dengan agung mendekati Selir Ming yang masih menundukkan pandangannya. "Kau tahu bahwa menjadi isteri raja tidak boleh memiliki bekas luka. Jika kau benar-benar ingin melukai dirimu sendiri-" Qing Ghaozen mengeluarkan pedang yang selalu tertempel di pinggangnya dan menempelkannya pada leher Selir Ming. "Maka aku sendiri yang akan membunuhmu."

"Ampun, Yang Mulia. Maafkan ketidaksabaran hamba dalam menghadapi masalah. Hamba hanya tidak tahan dengan gunjingan yang ada." Selir Ming berujar takut dan gemetar.

"Kenapa kau takut, Selir Ming? Bukankah seharusnya kau bangga karena mati ditanganku adalah hal yang dinantikan oleh pengikut setiaku."

"Ampun, Yang Mulia. Hamba mohon maaf kepada Yang Mulia. Hamba masih ingin melayani anda segenap hati hamba." Mencoba merayu seorang Qing Ghaozen bukanlah hal yang mudah. Jika Ghaozen sudah menarik pedang, maka Selir Ming harus menjaga setiap ucapannya agar dia bisa selamat dan kembali melayani Sang Raja yang tentunya sangat ia cintai.

Ghaozen tersenyum sinis. "Melayani?" tanyanya sambil memberikan tatapan hina pada Selir Ming. "Aku tidak butuh dilayani oleh siapapun, kecuali Ratuku. Aku tidak butuh perempuan manja seperti kalian! Jadi, jangan menilai dirimu terlalu tinggi, Selir. Karena aku bisa dengan mudah mendapatkan wanita lain manapun yang kusuka."

"Hamba mohon ampun, Yang Mulia," seru Selir Ming tak kenal lelah. Air matanya bahkan mengalir deras hingga membasahi ubin lantai, menandakan seberapa dekatnya wajah cantik itu dengan lantai kala ia bersujud di hadapan Qing Ghaozen saking takutnya. "Hamba tidak akan mengulangi perbuatan hamba."

Mata tajam Ghaozen melirik wanita yang bersimpuh di kakinya dengan sekilas. Menarik pedang dari leher Selir Ming dan menyarungkannya kembali. "Aku akan memaafkanmu kali ini karena keadaan hatiku sedang membaik. Tapi, tidak dengan lain kali! Karena seorang Raja tidak akan menarik ucapannya kembali. Keluarlah!"

Selir Ming segera berterima kasih atas kebaikan dan kesempatan yang Qing Ghaozen berikan. Ia mundur secara teratur sebelum benar-benar keluar dari ruangan Sang Raja. Disana, Kasim Chen yang selalu bersiaga di depan ruang utama kediaman Raja menatapnya prihatin mengingat matanya yang basah dan hidung memerah.

Kasim Chen sedikit menundukkan pandangannya memberi hormat pada Selir Ming. Sedikit merasa kasihan namun, Kasim Chen tak bisa berbuat apapun untuk menolongnya.

Selir Ming berjalan menjauh dari kediaman Raja. Ia dan dayang-dayang pengikutnya berhenti di sebuah taman yang memisahkan kediaman ratu dan kediaman para selir. Giginya bergemelatuk kuat saat melihat kenyamanan dalam kediaman Ratu Qian Yueyin, 'Ratu sialan itu! Aku tidak akan membiarkannya,' batinnya bergumam penuh dendam. 'Kau harus membayar apa yang aku terima hari ini, Ratu!' dan setelahnya, Selir Ming kembali ke kediamannya diikuti oleh dayang-dayangnya.

♚♚♚

"Saya akan memberikan ramuan herbal penawar rasa sakit." Tabib kerajaan yang bernama Gia Yuan berkata kehati-hatian dihadapan Sang Ratu.

Qian Yueyin menipiskan bibir tidak suka. Kenapa Ghaozen harus bertingkah berlebihan seperti ini? Padahal, sakit di bagian tubuhnya yang intim itu akan hilang dengan sendirinya. Hal tersebut benar-benar membuatnya kehilangan marwah di depan seorang tabib. "Tidak perlu," tolaknya cepat. "Ini akan sembuh dalam dua hari."

"Yang Mulia," sela tabib cepat dengan raut wajah yang terlihat pucat. "Raja meminta saya untuk membuat anda cepat sembuh, sehingga~" Tabib Yuan menghentikan kata-katanya. Ia tidak mungkin meneruskan apa yang dikatakan rajanya tadi pagi.

"Berikan Ratu obat herbal apapun yang mempercepat pemulihannya. Karena aku akan terus berkunjung ke kediamannya untuk membuatnya segera hamil putera mahkota!"

"Pemulihan?" tanya tabib dengan wajah bingung. "Apakah Yang Mulia Ratu sakit, Yang Mulia?" kali ini Tabib Yuan tak bisa menahan rasa khawatirnya.

Qing Ghaozen mengalihkan tatapannya ke arah lain. Wajahnya tersipu merah walau samar dan syukurnya, tak ada yang menyadari hal tersebut. "Ya, dia sakit. Sakit karenaku!" Matanya langsung melirik sang tabib tajam. "Jangan banyak bertanya! Segera berikan dia obat herbal supaya lekas sembuh dan usahakan masukkan ramuan kesuburan untuknya. Samarkan warna dan baunya agar dia tidak mengetahuinya." Setelahnya, Ghaozen berjalan menjauh meninggalkannya di tengah kebingungan sebelum mendengar berita dari para dayang dan pelayan istana bahwa Raja mereka menghabiskan malamnya di kediaman Ratu. Dan tentu saja hal itu membuat tabib segera mengutuk dirinya sendiri karena sudah bertanya lancang pada Sang Raja.

"Sehingga apa, Tabib?"

Tabib Yuan merasa bingung. Bagaimana cara ia menjelaskan kepada Sang Ratu bahwa Raja akan sering berkunjung ke kediaman Ratunya mulai saat ini? "Maaf, Yang Mulia. Sebaiknya anda minum ramuan ini dua kali sehari. Saya akan mengantarnya setiap pagi dan malam hari."

"Tidak!" sergahnya cepat. "Berikan saja ramuan itu padaku karena aku akan mengolahnya sendiri."

Tabib Yuan menghela napas pelan sebelum mengangguk tipis. Ia memberikan sebuah kotak yang berisi rempah-rempah obat yang sudah di raciknya sendiri. "Ini, Yang Mulia."

Qian Yueyin menerima ramuan tersebut. Sebelum menatap Tabib Yuan datar, "Sekarang kau boleh pergi. Aku ingin istirahat."

"Baik, Yang Mulia. Saya undur diri," pamitnya lalu keluar dari ruangan Sang Ratu.

Qian Yueyin memejamkan matanya erat sebelum menatap kotak ditangannya. Ia membuka kotak itu perlahan dan berisi ramuan yang sudah ditumbuk menjadi halus sehingga Qian Yueyin tidak mampu menebak tumbuhan apa yang Tabib Yuan berikan. Tapi, satu yang Yueyin ketahui bahwa Tabib turut memberikan ramuan kesuburan di dalamnya!

Ramuan yang sudah Qian Yueyin hafal dengan wangi dan warnanya walau disamarkan mengingat dirinya selalu berusaha untuk membuatkan para selir ramuan tersebut ketika menghabiskan malam bersama Raja. Tapi, kenapa Tabib Yuan memberikannya ramuan ini? Apakah ini keinginan Raja?

Tangannya bergerak cepat menutup kembali kotak tersebut. Matanya memandang kosong lurus ke depan. Apa yang sebenarnya kau inginkan, Qing Ghaozen? Kenapa kau terus berusaha menahanku disaat aku mencoba untuk lepas darimu? tanyanya sedih dalam hati.

**

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top