BAB 4. Wǎnshàng
Taburan bedak tipis menghias wajah cantik Yueyin yang menantikan malamnya bersama Sang Raja. Selama ini, malamnya bersama Raja selalu berakhir pertengkaran dingin keduanya. Karena ketika Yueyin menolak, sudah dipastikan bahwa Qing Ghaozen takkan memaksanya.
Tapi, apakah malam ini dia bisa menolak? Apalagi ketika mengingat tatapan Qing Ghaozen yang tampaknya memang sudah tidak lagi bisa bersabar menantikan malam ini. Qian Yueyin menatap kaca di hadapannya. Wajahnya selalu cantik walau dandanannya tidak setebal ketika ia menemani Raja dalam diskusi atau acara-acara lainnya.
Tak ada sama sekali raut kebahagiaan di wajah cantik tersebut
Tak ada sama sekali raut kebahagiaan di wajah cantik tersebut. Karena Yueyin tahu bahwa ini memang sudah kewajibannya sejak lama. Belum lagi titah Ibu Suri yang menyuruhnya untuk melayani Raja dengan baik dan memberikan keturunan.
Yueyin bahkan diancam oleh Ibu Suri akan diturunkan dari jabatan jika saja ia masih belum memberikan keturunan untuk Raja mereka dalam waktu dekat. Yueyin sama sekali tidak masalah, tapi jika ia diturunkan dari jabatannya, maka ayahnya yang bekerja sebagai wakil sekretaris negara dipastikan juga akan dipecat. Ia tidak ingin itu terjadi.
Dan Yueyin hanya bisa berharap bahwa salah satu selir Qing Ghaozen yang tersisa bisa memberikan Qing Ghaozen keturunan. Namun, harapannya itu justru di pungkas habis ketika mendengar gosip dari para dayang-dayang bahwa Raja tidak mau menghamili mereka kecuali Sang Ratu.
"Ini jubah hanfu anda, Yang Mulia Ratu." Dayang Shie memberikan jubah terakhir yang harus digunakan olehnya setelah menata rambut Yueyin.
Menghela napas pelan, Yueyin memakai jubah tersebut dan duduk dengan tidak tenang menantikan kedatangan Raja.
Dayang Shie tersenyum bangga ketika melihat wajah cantik ratunya yang tak pernah luntur. "Kalau begitu, saya undur diri, Yang Mulia Ratu."
Qian Yueyin mengangguk tipis. Ia benar-benar takut jika Qing Ghaozen menghamilinya karena berarti, ia takkan pernah bisa bebas dari istana. Tak lama setelah dayang Shie pergi, seorang dayang senior langsung mengumumkan kedatangan Sang Raja yang membuat jantung Yueyin berdetak semakin kencang.
Pintu kediamannya terbuka lebar sebelum ditutup dari luar. Disana, dihadapannya, Qing Ghaozen berdiri dengan gagah sambil menatapnya tanpa ekspresi. "Apa kau lupa akan tata kramamu, Ratu?!" desisnya kala melihat Yueyin hanya diam duduk sambil menatapnya takut.
Mendengar pertanyaan kecaman tersebut, Qian Yueyin segera berdiri dan membungkuk. "Maafkan hamba, Yang Mulia. Sa-saya terlalu gugup-"
"Gugup?" Ghaozen melangkah mendekati Ratunya yang selalu terlihat cantik. "Gugup karena kau takut hamil atau gugup karena kau mencintaiku, Ratu?" bisiknya sambil mendekap pinggang ramping Yueyin agar tubuh mereka merapat tanpa ada jarak.
"Y-yang Mulia," sapanya halus yang justru berupa cicitan.
"Jantungmu bahkan berdetak keras, Yue," bisiknya sambil membiarkan napas hangatnya menyapa wajah cantik sang isteri. "Apa kau benar-benar tidak sabar, hm?" Ghaozen membenamkan kepalanya pada leher jenjang Yueyin. Ia mengecup pelan leher tersebut sebelum kembali menatap Yueyin yang tengah memejamkan matanya erat seakan menahan gejolak tubuhnya untuk menerima perlakuan lelaki ini.
"Sediakan aku minum!" paparnya tiba-tiba sambil melepaskan pelukannya pada Sang Ratu. Lalu, melangkah mendekati meja oshin dan duduk di atas sebuah futon.
Dan akhirnya Yueyin menghela napas lega sambil memegangi dadanya yang berdebar keras. Ia berbalik dan menatap Sang Raja yang sudah duduk rapi menunggunya.
"Apa yang akan kau hadiahkan untukku ketika aku menjadi Kaisar nanti, Yue?" tanya Qing Ghaozen setelah Yue menuangkan Baijiu atau sejenis arak putih dengan kadar alkohol sebanyak 40-60%.
Yueyin tersenyum tipis dan menuangkan kembali arak ke dalam gelas kecil milik Ghaozen. "Saya tidak memiliki apapun yang pantas di hadiahkan untuk penobatan anda, Yang Mulia."
Qing Ghaozen tersenyum sinis, "Disaat selirku yang lain berlomba-lomba untuk memberikanku hadiah terbaik, kau malah tidak punya?!"
"Maafkan saya, Yang Mulia," sahutnya setelah mampu menetralkan detak jantungnya hingga normal. "Saya akan berusaha untuk memberikan anda ha-"
"Tidak perlu!" sergah Qing Ghaozen cepat. Ia sudah terlanjur kecewa dengan jawaban yang Yueyin berikan padanya. Hanya Yueyin yang mampu membuatnya sekecewa ini. Hanya wanita ini yang mampu membuat hatinya selalu memburuk setiap mereka bertemu mengingat penolakan Yueyin berulang kali terhadapnya. "Malam ini, aku akan membuatmu hamil, Yueyin. Meskipun kau menolakku, aku akan tetap menidurimu hingga kau hamil anakku!" Dan setelahnya, Ghaozen segera mendorong lalu menindih tubuh Yueyin tanpa membiarkan bibir manis itu membantahnya kembali.
♚♚♚
Pagi ini, Qian Yueyin sudah cantik dan siap dengan bajunya yang baru. Pengalaman pertamanya semalam benar-benar direnggut oleh Sang Raja. Ia bukan lagi gadis, tapi seorang wanita yang sudah sepenuhnya dimiliki oleh Qing Ghaozen.
Dan entah kenapa bayangan semalam justru tidak ingin pindah dari pikirannya. Lelaki itu melakukannya dengan sangat lembut dan juga lihai hingga Yueyin nyaris tidak merasakan sakit jika pagi ini ia tidak bergerak kemanapun. Dan Yueyin juga ingat perintah dari Ghaozen tepat sebelum laki-laki itu meninggalkan kediamannya.
"Aku tidak akan membiarkanmu kemanapun hari ini! Cukup istirahat saja di kamarmu."
Yueyin langsung berujar penuh penolakan, "Bukankah hari ini Ibu Suri mengundang kita untuk berkunjung?"
"Tidak perlu!" sergahnya cepat matanya bahkan menajam kala melihat Yueyin yang masih bersikukuh untuk pergi. "Aku yang akan mengurus wanita itu! Yang perlu kau lakukan adalah beristirahat penuh karena semalaman kau belum tidur. Aku akan memanggil tabib istana untuk memeriksamu!" putusnya sebelum benar-benar meninggalkan Yueyin yang hanya bisa pasrah pada keputusan Sang Raja.
"Yang Mulia!" panggil Dayang Shie saat tak ada jawaban dari Ratunya. "Anda tidak mendengarkan saya?" Lalu, raut cemberut itu berubah menjadi senyum menggoda, "Ah, apakah anda mengingat kebersamaan anda bersama Raja semalam, Ratu? Menyenangkan, bukan?"
"Dayang Shie! Apa kau ingin dihukum?" tanyanya dengan raut wajah yang begitu datar.
Shie segera bersujud, "Ampun, Yang Mulia Ratu."
Tak disangka, Qian Yueyin justru tersenyum tipis. "Sudahlah. Bawakan aku teh krisan."
"Baik, Yang Mulia." Dan setelahnya, dayang Shie segera pamit ke dapur istana untuk membuatkan teh milik Ratu.
♚♚♚
"Hormat Baginda Raja," sapa Jenderal Huang Fu saat melihat Qing Ghaozen masuk ke istana emas dengan baju kebesarannya yang diikuti oleh Kasim Chen dan juga Sekretaris beserta wakilnya.
"Ada apa pagi-pagi kau menemuiku, Jenderal?" tanyanya saat ia sudah duduk di kursi kebesarannya. "Kupastikan ada hal penting yang mendesakmu untuk bertemu denganku!"
"Ampun, Yang Mulia." Jenderal Huang Fu menunduk sejenak, "Saya ingin memberitahu jika eksekusi sudah dilaksanakan."
Alis tebal milik Ghaozen terangkat sebelah, "Bagus. Jadikan itu pelajaran untuk yang lain! Dan siapapun yang akan mengkhianatiku akan mendapatkan hukuman yang setimpal!"
"Baik, Yang Mulia." Dahi Jenderal Huang Fu sedikit berkerut saat ia lupa mengatakan satu perihal lagi. "Yang Mulia," panggilnya kembali membuat atensi Qing Ghaozen tertuju ke arahnya. "Selir Ming semalaman mencoba melukai dirinya sendiri karena tidak tahan menahan gunjingan orang-orang."
"Apa maksudmu, Jenderal?"
"Orang-orang menggunjingnya karena anda membatalkan malam yang diharuskan miliknya bersama Ratu," lapornya dengan sopan dan penuh hormat.
"Panggil Selir Ming sekarang!"
"Baik, Yang Mulia."
**
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top