BAB 3. Kuàng

"Ratu...," pekik Shie sambil menyelinap masuk tiba-tiba ke kediaman Sang Ratu. Terlihat, Qian Yueyin sedang menyulam disana. Shie dengan cepat berlutut, "Maaf Ratu, ada hal mendadak yang ingin saya sampaikan."

Yueyin menghentikan kegiatannya. Menatap Shie bingung dan bergumam, "Ada apa, Shie?"

"Ampun Ratu. Raja meminta menghabiskan malam ini di kediaman anda," ujarnya dengan penuh rasa khawatir. Karena tidak biasanya Raja mengubah sembarangan jadwal tidurnya bersama Sang Ratu.

"Apa?"

Shie mengangguk cepat. "Ya, Ratu."

"Tapi, bukankah seharusnya malam ini adalah jadwalnya bersama Selir Ming?"

Yueyin tampak berpikir keras mengingat ini memang bukan jadwalnya. Apa Raja Ghaozen sengaja ingin menghancurkan hubungan Yueyin dan para selir?

Kali ini, kepala Shie menggeleng pelan. "Saya tidak mengerti, Ratu. Sebaiknya kita bersiap-siap."

"Tidak, Shie!" sela Yueyin tegas. "Aku akan ke kediaman Raja."

♚♚♚

Qing Ghaozen duduk dengan angkuh di kursi kebesarannya. Mereka semua menunduk hormat karena takut pada Raja mereka yang tak mengenal belas kasih.

"Jadi, siapa pengkhianat itu?" suaranya terdengar begitu agung, memenuhi seisi ruangan di istana emas. Mata hitamnya yang pekat menatap setiap orang yang berdiri dibawahnya dengan tajam. Terutama, pada sosok yang sedang bersujud dengan pakaian kumuhnya serta kedua tangannya yang terikat. "Jika kau berkata jujur, aku akan meringankan hukumanmu!"

Lelaki yang keadaannya tampak memprihatinkan akibat luka-luka siksaan menatap ke kiri dan ke kanan sejenak. Dimana setiap penasehat berdiri ditempatnya masing-masing.

"Tuan Bao Dai, Yang Mulia."

Jawaban tanpa ragu darinya membuat setiap mata melirik sang menteri perpajakan. Mulut mereka mulai berbisik-bisik mengenai pengkhianatan yang dilakukan oleh sang menteri.

"Yang Mulia, itu tidak benar!" bantahnya cepat. Bao Dai maju sambil bersujud, "Saya tidak mungkin melakukan hal kotor seperti itu."

Qian Zhen memilih maju dan membungkuk sedikit. "Yang Mulia, Tuan Bao Dai adalah orang yang mengurus perpajakan di daerah selatan."

"Saya mohon ampun, Yang Mulia," sergah Bao Dai sambil bersujud. "Saya tidak melakukannya," imbuhnya kembali membantah. Dalam hati ia merasa marah, takut dan kesal. 'Sialan ini!' makinya dengan mata yang melirik sang tahanan disebelahnya dengan sarkastik.

Qing Ghaozen mengetukkan ujung jemarinya beberapa kali sambil menatap para pejabat itu bergantian.

"Yang Mulia, menteri perpajakan tidak mungkin melakukan itu mengingat selama ini ia selalu membantu rakyat jelata." Haocun -penasihat sebelah kiri- tampak membela orangnya sendiri yang sengaja ia letakkan dibagian perpajakan. "Dia bahkan mengurangi pajak dengan menakar seberapa banyak koin yang rakyat miliki."

"Yang Mulia, pengkhianatan tetaplah pengkhianat!" Kali ini penasihat sebelah kanan yang bernama Piao Nan menyela. "Jika dia di ampuni, maka akan ada banyak lagi pengkhianat yang terjadi. Para rakyat juga akan menanyakan kredibilitas anda."

Haocun menggertakkan giginya geram. Ia tak bisa lagi banyak membantah dan hanya menatap Bao Dai kesal. Bagaimana mungkin mereka bisa ketahuan?

Sialan!

"Sudah aku putuskan!" Suara tegas dari Qing Ghaozen membuat semua pejabat siap mendengar kabar buruk. Terutama, menteri perpajakan dan pemimpin pemberontakan tersebut. "Bao Dai, kau diberhentikan dari jabatanmu dan akan di eksekusi besok pagi beserta seluruh keluargamu! Dan kau..." Qing Ghaozen menunjuk si pemimpin pemberontakan, "Karena kau sudah bertindak jujur, maka aku hanya akan mengeksekusi dirimu dan mengusir keluargamu ke pengungsian!" Setelahnya, Ghaozen segera beranjak dari kursi kebesarannya menuju ke kediaman pribadinya tanpa ingin lagi mendengar protesan dari para pejabat tidak tahu diri itu.

Ia dikawal oleh para prajurit dan juga Jenderal Huang Fu serta dayang-dayangnya.  Setiap orang yang berpapasan dengannya akan langsung menunduk hormat dengan sedikit gemetar. Karena sedikit saja mereka membuat kesalahan, maka akibatnya akan fatal, nyawapun bisa melayang.

Sampai di istana merah, Ghaozen segera mengusir semua pengikutnya. Ia hanya ingin istirahat saat ini. Belum lagi persiapannya sebagai calon kaisar yang tidak sampai seminggu lagi.

"Yang Mulia, Selir Ming datang menghadap."

Lelaki itu berdecak kesal. Tapi, ia harus menuntaskan masalahnya ini mengingat bahwa malam nanti seharusnya adalah jadwalnya bersama Selir Ming. "Biarkan dia masuk!"

Selir Ming masuk kemudian memberikan tanda penghormatan pada Ghaozen yang sedang duduk santai dengan tangan kiri ia tumpukan pada lutut kirinya.

"Yang Mulia, kenapa anda membatalkan malam bersama saya? Apakah saya memiliki kesalahan?"

Qing Ghaozen menatap lurus pada Selir Ming. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama Ratuku, Selir. Ada yang salah?"

"T-tidak, Yang Mulia," jawabnya sedikit gemetar. "Saya-"

"Yang Mulia, Ratu datang menghadap." Kembali suara Kasim Chen terdengar membuat Selir Ming langsung bergeser ke kanan kala melihat dengan angkuhnya sosok Yueyin masuk ke kediaman Sang Raja.

"Ratu...," sapa Selir Ming lebih dulu sambil membungkukkan setengah badannya.

Yueyin tersenyum simpul sebelum menghadap Sang Raja sambil sedikit menundukkan kepalanya untuk memberi hormat. "Yang Mulia..."

Ghaozen tersenyum miring, "Tidak biasanya Ratuku yang dingin ini mengunjungi kediaman suaminya. Ada apa gerangan?" tanyanya sarkas sambil menatap Yueyin mengejek. "Ah, perihal nanti malam, Ratuku? Apa kau sudah tidak sabar?"

"Saya ingin tahu alasan anda mengubah jadwal itu secara tiba-tiba," tuturnya penuh keanggunan dan juga suara yang merendah lembut. Mengabaikan pertanyaan sarkas dari Raja pembuat onar. "Karena seharusnya nanti malam adalah jadwal anda bersama Selir Ming." Yueyin menatap Selir Ming yang menunduk sebelum matanya kembali fokus pada pria yang sudah membuatnya kesal.

Qing Ghaozen menatap lurus pada wanita yang duduk dengan sopan di depannya. Wajah cantik Yueyin memang belum bisa di tandingi oleh siapapun sehingga ketika keluar dari istana, Yueyin diharuskan memakai cadar. Dan yang mengharuskannya adalah Qing Ghaozen sendiri. Karena ia benci jika ada orang lain yang melihat kecantikan Ratunya, apalagi jika laki-laki maka dipastikan nyawa mereka akan melayang.

"Selir Ming, bisakah kau meninggalkan kami berdua?" tanya Ghaozen tanpa melepaskan tatapannya pada Sang Ratu.

Selir Ming yang merupakan selir kedua Raja Ghaozen seketika menengadah. Menatap Raja dan Ratunya bergantian sebelum mengangguk, "B-baik. Saya permisi," gumamnya pelan sebelum keluar dari kediaman Ghaozen dengan hati yang terluka.

Ditinggal berdua saja bersama seorang Raja membuat hati Yueyin sedikit khawatir. Jantungnya bahkan berdetak hebat walau tampak diluar ia sama sekali tak menunjukkan ekspresi apapun. Dan Yueyin tahu sebab tubuhnya bereaksi seperti ini karena jauh di dalam sana, ia masih sangat mencintai lelaki ini.

Ghaozen melangkah mendekati Yueyin. Ia membungkuk sambil menarik dagu lancip isterinya itu, membuat wajah Yueyin menengadah menatap wajahnya. "Kau ingin tahu jawabannya, Yue?" bisiknya seduktif sambil terus mendekatkan wajahnya pada wajah Yueyin, sehingga terpaan napas hangat miliknya menyentuh pipi tirus Sang Ratu.

Yue...

Qing Ghaozen tidak pernah melupakan panggilan kecilnya. Tapi, ia melupakan semua janji masa kecilnya. Dan entah kenapa, panggilan tersebut justru membuat dada Yueyin kian sesak.

"Karena aku sudah terlalu lama menunda malam pertama kita yang seharusnya dilakukan 3 tahun lalu!" Ghaozen menghela napas tersengal seakan kini terpancing gairah hanya karena menatap bibir merekah milik Yueyin yang begitu menggoda. "Kesabaranku sudah habis, Yue. Dan malam ini, aku akan menjadikan kau sepenuhnya milikku!" desisnya tegas tak terbantah sebelum mencecap dan melumat bibir Yueyin yang menjadi candunya. Seakan tak membiarkan wanita itu kembali mendebatnya.

**

TBC

Guys, kalian klo mau beli pdf aku yg lain, bisa hubungin ke nomer 085360613487 yaa

Aku udah ganti nomer, nomer lama hapus aja yes, tenkyu 🥰

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top