BAB 27. Hóngbǎoshí

“Ratu akan selamanya menjadi pedamping Sang Kaisar!” teriak salah satu rakyat dengan keras membuat semuanya turut berseru kecuali para pejabat mengingat mereka adalah bangsawan, mereka memilih untuk diam. Ada yang setuju ada pula yang masih menolak kehadiran sang ratu di istana karena sudah melengserkan posisi anak mereka dari selir yang ingin menjadi ratu.

“Hukuman pembunuhan sang ratu adalah pengusiran Ratu dari istana selama 12 tahun lamanya. Bukankah seharusnya itu tidak cukup?” seorang pejabat menentang keras hal tersebut.

Kini Kaisar berdiri membuat keadaan menjadi sunyi senyap. Pejabat tersebut pun tampak tidak gentar dan menatap Kaisar untuk meminta jawaban dari pertanyaannya.

“Tuan Li Cun,” gumam Sang Kaisar dengan lamat-lamat membuat keberanian pejabat dari kebangsawanan Li menjadi gentar. Ia seketika merasa lemas ketika namanya dipanggil dengan hati-hati seakan singa yang siap melahap mangsanya. “Kau mengatakan bahwa hukuman RatuKU tidak cukup, eh?” Sengaja Qing Ghaozen menekan kalimat ratuku agar dunia tahu bahwa Yueyin yang pantas menjadi ratunya. “Apa kau tidak pernah belajar undang-undang? Yang dilakukan ratu merupakan pembelaan diri serta membersihkan namanya dari fitnah namun karena ratu telah benar-benar membunuh Selir Xin di depan para menteri dan pejabat maka aku mengusirnya dari kerajaan.”

Qing Ghaozen kembali menatap seluruh penduduk dan rakyat dari Dinasti Qing. “Dia hamil puteraku yang sekarang berumur 11 tahun. Kau tahu apa yang terjadi jika saat itu aku membunuh ratu?” matanya kembali memicing pada sosok yang berdiri di bawah di barisan para jabatan. “Aku tidak akan memiliki keturunan yang sah!”

Membujuk para pejabat bukanlah semudah para rakyat. Sehingga Qing Ghaozen memilih untuk memperlihatkan dirinya secara langsung di depan khalayak umum untuk yang pertama kalinya.

Dia benar-benar trauma dengan kejadian 12 tahun silam yang mengakibatkannya kehilangan Qian Yueyin, satu-satunya wanita yang ia cintai di dunia ini. Bahkan tak ada wanita mana pun yang dapat menggantikan wanita itu di hatinya yang telah lama terkunci dengan nama dan wajah Yueyin di dalamnya.      

“Putera Mahkota memasuki halaman!” seru sang kasim membuat keriuhan semakin menjadi. Xiao berjalan dengan tegas seperti sosok ayahandanya. Pakaiannya berwarna merah emas sama seperti yang kedua orang tuanya pakai. Tak lupa, Xiao dipakaikan topeng wajah untuk menghindari musuh-musuh yang mencelakakan dirinya.

♚♚♚

“Ini semakin seru,” gumam seseorang dengan sinis. “Ternyata dia sudah memiliki keturunan yang sah,” imbuhnya saat melihat sang putera mahkota duduk diantara kedua orang tuanya di atas sana.

Kini mereka benar-benar menunjukkan putera mahkota, sang ahli waris dinasti Qing atau mungkin lelaki kecil itu juga akan menjadi Kaisar? Raja Wan Shan berdecih. Cukup sampai Qing Ghaozen saja yang menjadi Kaisar karena setelah ini Dinasti Wan yang akan mengambil alih.

“Apa yang akan Anda rencanakan, Yang Mulia Wan Shan?”    

Ya, Raja Wan Shan ingin hadir langsung dalam pengumuman tersebut. Ia benar-benar ingin mengambil celah sekecil apapun untuk menjatuhkan Qing Ghaozen. Pria itu tersenyum kecil sambil menatap langit. “Sebentar lagi bulan merah akan tiba.” Dan saat itu mereka mulai menyerang secara brutal dan menghabisi semua kekaisaran dinasti Qing. “Ayo kita kembali. Aku sudah mendapatkan celah itu.”

♚♚♚

Topeng emas yang dipakaikan pada putra mahkota tampak begitu berkilau. Semuanya menjadi senyap ketika melihat kedatangan sang putra mahkota. Lelaki kecil itu bahkan tidak berbicara apapun dan hanya duduk di antara kedua orang tuanya.

“Beliau merupakan putra sah dari Yang Mulia Ratu dan Yang Mulia Kaisar,” gumam Qian Zhen selaku wakil sekretaris kerajaan. “Yang tak lain adalah cucuku sendiri.”

“Bagaimana kau bisa yakin?” tanya salah seorang pejabat membuat yang lainnya turut menganggukkan kepala mereka.          

Qian Zhen tersenyum kecil. “Bagaimana mungkin aku tidak mengenali cucuku sendiri?” Ia tahu bahwa para pejabat yang memiliki maksud tersendiri pasti akan terus berusaha untuk memojokkan sang kaisar dan keluarga karena mereka ada maksud terselubung. “Lagi pula, selama 12 tahun ini apa kalian pikir bahwa aku membiarkan putriku sendirian diluar sana, hm?” tanyanya kemudian ia menggeleng pelan. “Tidak! Aku tidak membiarkan putriku yang sedang mengandung cucuku sendirian dari kelahirannya sampai saat ini juga.”

♚♚♚

 “Sial!” gumam Selir Jing Mi membuat ayahnya langsung menoleh. “Aku pasti akan segera diceraikan,” gumamnya setelah pertemuan itu berakhir dengan tenang.

            Sang ayahanda yang berdiri disampingnya langsung menggeleng. “Tidak akan kubiarkan putriku.”

            Selir Jing Mi langsung menatap sang ayah dengan pandangan menyipit. Dipastikan bahwa ayahnya telah merencanakan sesuatu. “Maksud ayah?”

            “Aku tidak akan membiarkan dirimu selamanya menduduki posisi Selir istana, Anakku.” Pria paruh baya itu langsung berdiri tepat di hadapan putrinya, ia melirik kiri dan kanan memastikan bahwa tidak ada yang mendengar ucapan mereka. “Aku akan melakukan apapun agar putriku yang cantik menduduki posisi ratu.”

♚♚♚

“Yang Mulia,” panggil Qian Yueyin pada sang Kaisar ketika mereka telah membubarkan pertemuan langka yang sama sekali tidak pernah dilakukan selama kerajaan Dinasti Qing berdiri. Sang Kaisar yang sudah beberapa langkah di depannya dan hendak kembali ke peraduannya langsung berhenti. Ia menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya menunggu kata-kata sang ratu. Pengikutnya pun turut berhenti dan menunduk dalam. “Hamba ingin berbicara hal penting.”           

Terlihat dari gelagat Qian Yueyin yang merasa was-was sekaligus aneh, Qing Ghaozen mengangguk tipis. “Aku akan mengunjungimu malam ini.” Seketika ia memutuskan sebelum kembali melangkah membuat Yueyin menghela napas pelan.   

Setidaknya ia benar-benar harus mengatakan selagi ia mengingat kejadian dimana hari dia di usir dari istana. Hari dimana Yueyin bertemu dengan ibu kandung sang kaisar yang telah mati. Apakah Kaisar akan mempercayainya? Karena ini semua menyangkut putera mereka.

♚♚♚

Qian Yueyin menatap pada sebuah batu ruby yang di dapatnya tiga tahun lalu. Ia masih mengingat jelas sosok tua yang tak pernah dilihatnya sebelumnya, sosok yang pertama kali langsung menebak bahwa Xiao adalah Putera Mahkota sementara selama ini ia tidak pernah mengatakan apapun pada siapapun. Yueyin hanya ingin puteranya aman tanpa gelar putera mahkota.        

Yueyin baru saja pulang dari pasar bersama Xiao. Keduanya berjalan sambil bergandengan tangan sementara tangan kiri Yueyin memegang plastik yang berisi makanan untuk dia olah pada malam nanti.

“Ibu, rumah kita sudah terlihat!” seru Xiao sambil menunjuk arah rumah mereka, namun seketika matanya menyipit tajam. “Ibu itu siapa?”     

Yueyin mengikuti arah padang puteranya. Ia melihat sosok tua tampak sedang mengutip buah persik yang berjatuhan tak jauh dari keduanya. Xiao langsung melepaskan tangan ibunya dan berlari menghampiri pria tua itu tanpa memperdulikan panggilan ibunya. Seketika ia langsung mengejar langkah Xiao yang tak jauh darinya. Pria kecilnya tampak sedang mengobrol dengan pria tua tersebut.       

“Aku suka kakek ini, Ibu,” gumamnya pada Yueyin yang baru saja sampai. Ia bahkan tidak tahu apa yang pria tua ini katakan pada puteranya. “Kek, ayo singgah ke rumahku.” Xiao langsung mengajak kakek tersebut tanpa menunggu jawaban Yueyin.

“Silakan diminum,” gumam Yueyin sambil memberikan air teh hangat. Ia duduk tepat dihadapan lelaki tua itu. Menatap gerak-gerik lelaki tua yang kini sedang menerima dan meminum suguhannya.   

“Kenapa kau melarikan diri dari istana?”

Pertanyaan itu membuat Yueyin seketika terkejut. Bagaimana dia tahu bahwa dirinya melarikan diri dari istana? “Aku tidak melarikan diri dari istana, aku di usir karena telah membunuh.”

Pria tua itu menggeleng pelan. “Tidak. Kau membunuh karena kau ingin melarikan diri dari istana,” gumamnya kemudian berdeham. “Kau melarikan putera mahkota,” lanjutnya lalu melirik ke arah Xiao yang sedang bermain sendiri dengan asik.

“Siapa kau?!” tanya Yueyin mulai was-was dan merasa aneh mengingat pria tua ini mengetahui segalanya.

“Hahaha,” Pria itu tertawa membuat Yueyin semakin ragu dan curiga. “Tenang anakku,” gumamnya pelan lalu menatap Yueyin seksama. “Aku bukan orang jahat dan aku sudah lama sekali memantau Dinasti Qing namun tidak ada yang menyadari keberadaanku.”

Qian Yueyin masih terdiam dan terus memastikan bahwa pria tua di depannya ini bukanlah ancaman.

“Raja Qing I, seandainya dia masih hidup, dia akan mengenaliku dengan sangat baik.”

**

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top