BAB 24. Huáng Tàizǐ
Qing Ghaozen melangkah ke istana emas untuk mengadakan pertemuan kepada para pejabat menteri mengingat desas-desus kepulangan sang ratu telah terdengar di telinga mereka. Padahal ia sendiri sudah memastikan bahwa tidak ada yang tahu mengenai hal itu. Dalam hati Qing Ghaozen ingin sekali menemukan pelakunya yang telah membeberkan kepulangan istrinya lalu membunuhnya dengan keji.
“Yang Mulia Kaisar memasuki ruangan,” seru sang kasim yang membuat semua pejabat bersujud. Qing Ghaozen masuk dengan wajah yang tidak bisa dikatakan ramah. Bagaimana ia ingin beramah tamah, setelah semalaman ia menunggu untuk tanpa tidur hanya untuk melihat Qian Yueyin, justru sebaliknya. Ia malah harus kembali bertemu dengan pejabat dan penjilat yang ada di dalam ruangan ini. Ya, ia keluar dari kediaman selir Jing Mi pagi buta lalu bersiap-siap untuk menemui pejabat tanpa bertemu Yueyin terlebih dahulu.
“Yang Mulia Kaisar,” Haocun sang penasihat kiri kerajaan maju lalu membungkuk dihadapan sang raja. “Kami mendengar bahwa Ratu yang telah Anda lengserkan kembali tadi malam. Bukankah seharusnya itu jelas melanggar protokol kerajaan? Mohon Yang Mulia mempertimbangkannya kembali.”
Setelah mengatakan hal itu, Haocun undur diri lalu kembali berdiri bersama pejabat lainnya dan tak lama, Piao Nan maju lalu berkata,
“Kejadian itu sudah 12 tahun lamanya. Sedangkan protokol kerajaan hanya tidak membiarkan orang yang telah dilengserkan oleh istana kembali selama 10 tahun lamanya.”
“Tidak, Yang Mulia,” sahut salah satu menteri kemudian maju dan berdiri di belakang Piao Nan. “Protokol tersebut berlaku dua puluh tahun yang lalu. Sementara, protokol saat ini mengatakan dengan jelas bahwa siapapun yang dilengserkan dari istana tidak bisa kembali ke istana seumur hidupnya.”
Perdebatan yang diajukan para pejabat dan menteri itu membuat kepala Qing Ghaozen semakin panas. Jika ia salah langkah maka kepemimpinannya di kerajaan ini pasti akan dipertanyakan. Ia memijit pelipisnya pelan dan memastikan bahwa akan benar-benar membunuh pria atau wanita yang telah membocorkan kehadiran sang ratu.
“Yang Mulia,” tegur sang sekretaris kerajaan sementara disampingnya ada ayah dari wanita yang ia rindukan setengah mati itu. Luo Fan membungkuk dan memberi salam lalu berujar. “Yang dikatakan oleh Tuan Piao Nan benar, Yang Mulia dan yang dikatakan oleh Tuan Haocun juga benar.”
Seketika mata Qing Ghaozen menyipit tajam karena belum paham maksud dari perkataan sang sekretaris kerajaannya ini.
“Maksud hamba adalah protokol yang dikatakan oleh Tuan Piao Nan dan Tuan Haocun berlaku untuk para pejabat dan menteri yang di usir dari istana. Selama ini belum ada protokol yang menyatakan tentang pengusiran ratu itu sendiri.”
Seketika Haocun langsung membantah. “Bukankah itu sama saja?”
Luo Fan langsung menghadap ke arah Haocun dan berkata dengan tegas. “Apakah derajatmu bisa disamakan dengan sang ratu, Tuan Haocun?” tanyanya membuat Haocun terdiam. Luo Fan kini kembali menghadap sang raja lalu membungkukkan badannya, “Dan ada satu hal lagi yang menurut saya Ratu tetap layak kembali ke istana yang mulia.”
Seketika semua para menteri dan pejabat berbisik-bisik. Luo Fan menatap Qian Zhen sebagai wakil sekretaris kerajaannya yang mengangguk. Setelah mendapatkan persetujuan Qian Zhen sebagai ayah angkat sang ratu, Luo Fan kembali menatap sang raja dan berkata lantang membiarkan para pejabat dan menteri itu mendengar dengan jelas yang ia katakan.
“Kita telah memiliki Putera Mahkota!”
♚♚♚
“Ibu, pakaian ini berat sekali,” gumamnya sambil melihat dirinya pada kaca yang membuat lelaki kecil itu terlihat lebih tampan dan tentu saja sangat mirip dengan ayahnya. Ya, dengan sekali lihat saja mereka akan langsung tahu bahwa Xiao merupakan anak dari sang kaisar.
Qian Yueyin tersenyum kecil sambil kembali melihat apa yang kurang dari pakaian putranya. “Sepertinya semua sudah selesai,” gumamnya pada sang jenderal.
Jenderal Huang Fu mengangguk patuh lalu memberi hormat dan mengajak sang putra mahkota untuk melangkah terlebih dahulu sementara ia berjalan disamping mendampinginya.
“Ibu, aku mau dibawa kemana? Kenapa kau tidak ikut bersamaku?” tanyanya sekali lagi sebelum mereka benar-benar jauh.
“Tidak apa-apa. Kau hanya akan bertemu dengan ayahmu, Nak.”
“Ayo, Yang Mulia,” ajak Jenderal memecahkan lamunan Xiao yang sempat terkejut mendengar jawaban dari sang ibu.
Pikiran-pikirannya mulai bertanya-tanya, seperti apa ayahnya? Bukankah setiap raja itu pasti kejam? Pasti ayahnya sangat jelek seperti sifatnya yang kejam. Tapi, apakah ia berani bertatap muka dengan sang ayah? Banyak pertanyaan yang menggelayuti benaknya sampai pada akhirnya suara sang jenderal menyentak semua pertanyaannya hingga buyar.
“Kita sampai, Yang Mulia.”
♚♚♚
Suara bisik-bisik ke penjuru ruangan membuat keadaan menjadi riuh seketika. Tidak ada yang tahu jika seorang Qing Ghaozen telah mempunyai seorang putra. Sampai Haocun maju dan memberi hormat untuk bertanya,
“Apakah benar bahwa Anda telah memiliki seorang putra seperti yang dikatakan oleh Sekretaris kerajaan, Yang Mulia?”
Pertanyaan Haocun tidak bisa ia jawab karena sesungguhnya ia pun baru tahu saat ini juga bahwa Yueyin mengandung dan melahirkan anaknya. Dua belas tahun ini dia kehilangan Yueyin dan wanita itu pulang sekaligus membawa putra mereka. Tangannya seketika mengepal erat karena emosi tidak tahu haruskah ia marah atau justru senang.
“Putra Mahkota memasuki ruangan,” seruan itu membuat semua bisikan terhenti seketika. Pintu emas berukiran naga terbuka lebar dan seorang anak laki-laki muda berjalan dengan angkuh sesuai ajaran sang jenderal saat mereka hendak ke istana utama.
Semua mata tertuju padanya sehingga suara Jenderal Huang Fu berkata dengan lantang. “Mana penghormatan kalian kepada Putra Mahkota?!”
Dan dengan begitu saja, semua menjadi kembali bersujud dengan kompak. Jenderal Huang Fu mengangguk saat melihat Xiao menatapnya yang artinya lelaki kecil itu diharuskan memberi penghormatan kepada sang raja yang duduk dengan elegan di atas sana sambil mata menatapnya dengan tajam.
Xiao memberi penghormatan pertamanya kepada sang ayahanda di depan semua para pejabat dan menteri begitu pula dengan Jenderal Huang Fu. Setelah keduanya memberi penghormatan, Jenderal lalu menatap sang raja sebelum matanya berkeliling seakan menatap satu persatu pejabat dan menteri yang ada disana. Tak lama ia pun mulai menjelaskan bahwa Xiao adalah putra kandung sang raja dan ratu yang dulu diusir dari istana.
♚♚♚
“Yang Mulia Selir,” seorang dayang masuk tergopoh-gopoh ke dalam peraduan sang majikan. Lantas dayang itu langsung bersujud dihadapan selir Jing Mi yang sedang berhias.
“Ada apa, Xi?”
Sang Dayang langsung melaporkan kejadian yang di dengarnya sepanjang koridor kerajaan. Ini adalah bencana terbesar untuk sang majikan mengingat seminggu lagi adalah waktu sang kaisar menidurinya, namun jika sudah begini, dipastikan bahwa Kaisar tidak jadi menidurinya namun malah mengusirnya.
“Xi!” panggilan tegas itu membuayarkan lamunan dayang senior.
“Maafkan saya, pagi ini saya mendengar bahwa Putra Mahkota telah kembali.”
Seketika make-up alami dalam mangkuk kecil yang berada di tangan selir Jing Mi jatuh begitu saja. “Apa katamu?” tanya Selir Jing Mi dengan raut tidak percaya. “Putra Mahkota? Siapa Putra Mahkota?”
Dayang Xi menunduk sangat dalam takut-takut diberi hukuman oleh sang majikan. “Putra Mahkota Xiao, merupakan anak dari Sang Kaisar dan Ratu kerajaan, Yang Mulia Selir.”
**
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top