BAB 23. Fùqīn
Qian Yueyin menarik napas dalam saat dirinya mulai memasuki istana yang telah ia tinggalkan bertahun-tahun lamanya. Istana itu memang tidak berubah sama sekali bahkan semakin indah saja, saat ini adalah malam hari, dilihatnya taman samping istana yang begitu indah diterangi oleh lampion di setiap sudutnya membuat pandangan itu memanjakan matanya. Belum lagi kunang-kunang yang berterbangan membuat pemandangan itu jauh lebih indah.
Banyak pula tanaman-tanaman obat serta bunga-bunga yang kini bertebaran indah dimana-mana. Mungkin tabib atau selir istana yang mengaturnya, entahlah. Qian Yueyin tidak tahu, tapi pastinya ia akan bersyukur jika diijinkan untuk kembali meramu obat seperti dulunya. Yueyin bahkan ingat dia selalu meramu obat subur untuk para selir yang akan tidur bersama sang raja.
“Lewat sini,” titah dari sang jenderal membuat Yueyin menghentikan lamunannya. Jenderal Huang Fu sengaja membawa Qian Yueyin melalui pintu samping istana yang jarang diperhatikan oleh orang. Ia hanya tidak ingin kembalinya Yueyin akan menimbulkan konflik-konflik kecil di kalangan pejabat jika ada yang melihatnya.
“Yang Mulia, saya ditugaskan oleh Kaisar untuk menempatkan Anda di ruangan pribadi beliau.”
“Apa?” tanya Qian Yueyin tidak percaya. Ia menggeleng pelan, “Aku tidak mau.”
Menghela napas pelan, sang jenderal menatap khawatir pada Qian Yueyin. “Istana selir akhir-akhir ini tidak aman. Anda akan aman malam ini untuk tidur di penginapan pribadi beliau karena saya sendiri yang akan menjaganya.”
“Tapi—”
“Lihatlah, Ratu. Putra Anda bahkan sudah tertidur, kita tidak harus berdebat. Saya yakin Anda pun mengerti bahwa kita semua lelah saat ini.” Jenderal Huang Fu tetap bersikap tegas tanpa mengurangi rasa hormatnya pada Qian Yueyin. “Jika yang Anda takutkan adalah bertemu Kaisar, Anda tenang saja, Sang Kaisar malam ini mengunjungi selir Jing Mi.” Jenderal Huang Fu diberitahu oleh anak buah kepercayaannya yang ia tinggalkan untuk menjaga Kaisar selagi ia menjemput sang permaisuri.
Qian Yueyin menatap putranya sejenak, terlihat jelas bahwa anaknya itu begitu kelelahan. Malam ini dia akan mengalah, lagipula, tak ada Kaisar, bukan? Ia akan bebas dari rasa canggung bertemu dengan pria yang telah membuangnya. “Baiklah, Jenderal. Aku dan anakku akan bermalam disini.”
Jenderal Huang Fu mengangguk lantas membuka pintu kediaman Sang Kaisar. “Masuklah, pakaian Anda dan putra mahkota sudah tersedia di dalam.”
♚♚♚
“Anda mengunjungi saya padahal ini bukan waktunya, Yang Mulia,” gumam Selir Jing Mi ketika suaminya sudah berada di istana kediamannya secara tiba-tiba. Tentu saja ia merasa terkejut dan tidak percaya ketika Sang Kaisar hendak mengunjungi kediamannya secara tiba-tiba. Tapi, ini adalah sebuah anugerah dan juga sebuah keberuntungan untuk dirinya. Dia akan bisa dengan cepat menduduki tahta sebagai seorang permaisuri mengingat 12 tahun belakangan kabarnya kaisar memang tidak pernah lagi meniduri selir manapun. “Saya merasa terharu dan kurang menyiapkan diri untuk penyambutan Anda yang tiba-tiba.”
Sang Kaisar dalam hati merasa muak dengan tingkah Selir Jing Mi yang selalu mencari perhatiannya. Ia mengunjungi selir Jing Mi hanya untuk tidak bertemu dengan Qian Yueyin karena Kaisar tahu bahwa Yueyin pasti akan menolaknya kembali setelah sekian lama. Sang Kaisar sengaja membiarkan Yueyin untuk bermalam di kediamannya karena ketika ia memasuki kediaman Ratu seperti dahulu, pasti akan banyak cemoohan atau paling tidak selirnya yang lain kembali melukai Yueyin dan ia tidak ingin itu terjadi.
“Aku membawakan arak untukmu malam ini, Selir Jing Mi,” Kaisar lalu membiarkan seorang kepercayaannya untuk membawa masuk arak yang telah disiapkannya.
Terlihat jelas, mata bahagia Selir Jing Mi yang berbinar-binar. Ini pertama kalinya mereka akan minum berdua dan ini pertama kalinya Sang Kaisar bersikap lembut padanya.
“Arak ini sebagai rasa terima kasihku dan permintaan maafku karena tidak pernah sekalipun mengunjungimu, Selir Jing Mi.” Kaisar menuangkan arak ke gelas kecil Selir Jing Mi lalu dengan penuh hormat Selir Jing Mi menerimanya. “Mungkin ini saatnya aku memulai kehidupan baru bersama istriku,” lanjut Qing Ghaozen kemudian.
“Terima kasih, Yang Mulia Kaisar. Anda sungguh baik dan saya doakan Anda selalu panjang umur,” pujinya sebelum keduanya bersulang lalu Selir Jing Mi meminum arak sementara Kaisar hanya berpura-pura seakan ia meminumnya. Tentu saja, dia tidak ingin mabuk malam ini dan Kaisar telah menambahkan obat tidur di dalam minuman arak yang diminum oleh Selir Jing Mi.
“Kaisar, apa Anda sudah makan malam? Saya akan menyiapkannya untuk Anda.”
Kaisar menggeleng pelan. “Tidak perlu, Selir. Aku sudah makan sebelum berkunjung,” sahut Kaisar santai sambil menunggu kiranya selir itu sampai mengantuk. Memang obat itu diracik dan menunggu sekitar satu jam sebelum bereaksi. Kaisar kembali menuangkan arak tersebut ke cangkir sang selir. “Mari aku tuangkan lagi.”
Tanpa menaruh rasa curiga, Selir Jing Mi kembali menerima arak itu dengan berbinar sampai pada akhirnya, ia mulai merasa begitu mengantuk. “Yang Mulia,” tegurnya pelan. “Saya rasa saya mulai mabuk.”
Qing Ghaozen menaikkan sebelah alisnya dan menatap perempuan di depannya yang mulai tampak tidak sadarkan diri dan tak lama, selir Jing Mi langsung tertidur begitu saja. Sang Kaisar berdiri sambil menyibakkan jubahnya. Ia melangkah ke dekat jendela yang langsung menghadap ke bulan yang begitu cerah di atas sana. Senyumnya seketika mengembang.
Qian Yueyin akhirnya sudah sampai ke istana dan Qing Ghaozen tidak sabar untuk menemuinya. Tapi dia harus menahan diri karena tidak mungkin menemui Yueyin begitu saja tanpa ada protokol dari kerajaan. Setidaknya dia juga harus mempersiapkan dirinya untuk menemui wanita itu. Ya, bagaimana pun 12 tahun adalah waktu yang lama bagi Ghaozen menanti sang pemilik rindu yang telah tertanam belasan tahun lamanya di hatinya.
♚♚♚
“Ibu,” panggilan itu membuat Yueyin yang sedang memejamkan matanya terbuka perlahan. Ia melihat putranya yang kini menatapnya sayu karena mungkin rasa ngantuk itu masih disana.
“Tidurlah, Nak. Masih malam.”
Xiao menggeleng pelan lantas bertanya, “Kita sudah dimana Ibu?”
Selama ini Yueyin memang tidak pernah memberitahukan apapun tentang ayahnya. Ia hanya tidak ingin Xiao terluka mengingat perlakuan ayahnya kepada mereka. Namun keadaan seperti ini justru mengharuskannya untuk berkata jujur.
“Dikediaman ayahmu, Nak.”
Seketika mata lelaki kecilnya melebar. Ia tampak terlihat tidak percaya sekaligus senang. “A-ayah?” tanyanya gugup.
Menghela napas pelan, Yueyin mengangguk. “Iya, Nak. Ayahmu.” Seketika matanya menerawang menatap wajah putranya sambil memainkan rambut Xiao yang begitu halus. “Ayahmu adalah seorang kaisar, Xiao. Dia adalah raja di negeri ini. Maafkan ibu yang sudah menyembunyikan hal ini darimu.”
Xiao mengangguk lemah. “Aku tahu Ibu menyembunyikannya pasti karena suatu alasan,” jawabnya seakan seperti orang dewasa karena pada dasarnya lelaki kecilnya itu memang selalu berpikiran dewasa dan mampu menganalisis sekitar. Seumurannya, memang Xiao merupakan anak yang sangat pintar. “Aku jadi tidak berani bertemu Ayah, Ibu.”
“Sayang,” gumam Yueyin pelan sambil menangkup wajah putra tampannya. “Tidak ada yang perlu ditakutkan. Dia adalah ayahmu dan dia tidak akan melukaimu.”
Sejenak Xiao terlihat diam dan tak lama ia memeluk ibunya. “Hm, aku percaya Ibu.”
**
Tbc
50 vote double update!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top