BAB 21. Guòqù
Dinasti Qing dan Dinasti Wan dulunya merupakan dinasti yang saling bersahabat satu sama lain. Mereka selalu membantai para musuh yang masuk ke perbatasan mereka, menghabisinya dengan membabi buta sampai tak ada yang tersisa. Keduanya saling mendukung, saling memberi hadiah ketika penobatan raja baru sampai akhirnya, para tetua yang sama sekali tidak ada pengaruhnya di kerajaan datang dan berkata,
“Salah satu dari kalian memang harus ada yang menguasai.”
Saat itu Raja dari Dinasti Qing dan Dinasti Wan menolak keras apa yang di titahkan oleh para tetua.
“Tidak!” sahut Raja dari Dinasti Wan. “Kami akan selalu berjuang selamanya.”
Hal tersebut ditanggapi oleh Raja dari Dinasti Qing. “Raja Wan benar. Selama ini kami selalu bertarung bersama-sama dan tak ada yang berani memecah belah kami sampai kau datang.”
Tetua itu terdiam pelan sebelum berkata dengan jelas. “Suatu saat kalian akan tetap hancur jika memimpin bersama-sama. Aku harap salah satu dari kalian akan mengalah dan siapapun yang kelak memimpin seluruh kerajaan ini akan mewarisi kekuatan tak tertandingi dan kerajaannya akan selalu berlimpah serta makmur.”
Tentu saja tawaran yang begitu menggiurkan menggoda Raja Wan untuk menerimanya. “Dari mana kau tahu bahwa kami akan mendapatkan kekuatan itu?”
“Raja Wan!” sela Raja Qing V ketika Raja Wan V mulai tergiur dengan tawaran yang tetua berikan. “Jangan terpengaruh olehnya.”
Raja Wan menatap Raja Qing dengan diam, seakan memikirkan sesuatu dan tak lama suara kekehan pelan terdengar di telinga keduanya.
“Ini!” seru tetua itu sambil memperlihatkan selembar kertas usang dengan tulisan yang tidak dikenali. “Ini adalah mantra untuk menjadikan salah satu dari kalian penguasa sesungguhnya. Mantra ini akan bekerja jika kalian membacanya di malam hari saat bulan penuh dan tepat di atas kepala kalian.”
“Lalu, resiko apa yang akan kami dapatkan?” Lagi pertanyaan Raja Wan membuat Raja Qing saat itu mulai merasa cemas dan mendapatkan firasat buruk.
“Jika salah satu dari kalian mulai mengamalkan mantra ini, maka keturunan kalian juga harus mengamalkannya karena jika tidak, mereka akan mati dengan sangat lambat. Semakin dewasa usianya, racun di tubuh itu akan terlihat dan menyebar secara perlahan lalu membentuk sebuah rantai yang membelenggu kalian.”
“Cukup!” sentak Raja Qing lalu menempatkan pedangnya di leher tetua itu. “Jangan berani-beraninya kau menghasut kami dengan tipu dayamu itu.”
Lagi kekehan pelan itu membuat Raja Qing geram. Tak lama, pria tua itu kembali bersuara sambil menatap Raja Qing V itu. “Apa kau tidak pernah tahu bahwa Nenek Moyangmulah yang memulai semuanya. Ini adalah hasil rebutan yang telah disembunyikan oleh Nenek Moyangmu selama puluhan tahun. Raja Qing I saat itu berhasil mengalahkan seorang Raja Wan I yang sudah dikuasai mantra sihir untuk mengalahkan Raja Qing I. Namun, dengan kepintaran Raja Qing I, ia bahkan membunuh penyihir itu dan mengambil bagian dari kertas ini dari Raja Wan untuk disimpannya dan mengarang semua kebohongan bahwa kalian selalu bersahabat selamanya.”
“Kau pembohong!” seru Raja Qing V sebelum berusaha menancapkan pedang ke leher pria itu, sehingga darah mulai menetes.
“Tunggu,” sela Raja Wan lamat-lamat sambil menaruhkan pedang dengan mengancam ke leher Raja Qing, membuat Raja Qing seketika membeku.
“Apa yang kau coba lakukan Raja Wan?” tanya Raja Qing tak percaya saat Raja Wan menghunuskan pedang padanya. “Kau tidak boleh mempercayainya begitu saja.”
“Kau lihat bukan?” Tetua itu tersenyum sinis. “Keturunan Raja Wan akan selalu agresif.”
“Jangan percaya padanya!” Raja Qing berseru keras. “Penyihir atau apalah itu semuanya hanya mitos!”
Raja Wan mulai diambang kebingungannya yang pekat. Ia benar-benar tidak bisa berpikir jenih saat ini. Apakah yang dikatakan oleh sosok asing dan misterius ini adalah kenyataan? Atau justru ini semua hanya siasat dan tipu dayanya semata? Tapi, melihat dari gulungan kertas itu, ini adalah benar adanya. “Jadi, semua persahabatan itu adalah rekayasa dari Raja Qing I?”
Tetua itu tersenyum dan mengangguk. “Kau benar.”
“Diam!” seru Raja Qing V sambil mencoba mempertahankan pedangnya di leher pria tua itu.
“Ini, aku berikan kepada kalian dan siapa yang akan mendapatkannya maka kalian akan menjadi pemimpin sejati dari seluruh kerajaan.” Tak lama, pria tua itu melemparkan gulungan itu ke atas lalu menghilang, membiarkan mereka merebut gulungan tersebut.
♚♚♚
“Baiklah, aku akan kembali. Tapi dengan syarat, aku tidak akan mau di kekang dan dijaga, aku tidak mau hidupku seperti dulu, aku ingin berbuat semauku seperti sekarang ini. Bagaimana?”
Qian Zhen mengangguk pelan, apapun akan ia lakukan bahkan menuruti permintaan putrinya. Dia akan mengabulkannya dan mencoba untuk berkompromi dengan Sang Kaisar nantinya. Ya, lebih baik seperti itu daripada harus membiarkan Yueyin lebih lama disini.
“Baiklah. Ayah akan menuruti permintaanmu.”
“Dan satu lagi Ayah,” sela Qian Yueyin saat matanya bertatapan dengan sang ayah. “Aku tidak ingin dipisahkan dengan anakku, bukankah ayah tahu seperti apa kehidupan istana itu? Dan aku tidak mau itu terjadi.”
Meski terlihat ragu, Qian Zhen tetap menurutinya karena yang terpenting saat ini adalah Qian Yueyin kembali ke istana dengan aman. Tiba-tiba saja ketukan di pintu membuat keduanya was-was sementara Xiao sudah tertidur pulas akibat lelah bermain. Qian Zhen menyuruh Qian Yueyin tetap diam di tempat, ia memilih untuk membuka pintu depan sambil memegang pedang yang berada di balik jubahnya dengan siaga.
Tak lama, pintu terbuka menampilkan sosok tinggi, besar, dan kekar yang tak lain adalah Jenderal Huang Fu.
“Ah, Jenderal,”
Mendengar suara sang ayah tampak memanggil sosok jenderal, Yueyin segera melangkah ke pintu depan dan memperhatikan sosok Jenderal Huang Fu yang masih terlihat gagah di usianya yang sudah nyaris 40 tahun.
“Hormat saya kepada Permaisuri,” gumam Jenderal sambil duduk dengan kaki yang satunya di tekuk sementara tangan kanannya mengepal di depan dada sedikit membungkuk memberi hormat.
“Sudah sekian lama aku tidak melihatmu dan kau masih sekaku itu,” gumam Yueyin pelan. Lalu, menyuruh Jenderal Huang Fu berdiri dan menyampaikan maksud dari kedatangannya.
“Saya diminta oleh Yang Mulia Kaisar untuk menjemput Anda, Yang Mulia. Saya selama ini memang mencari keberadaan Anda, tapi tidak menemukannya semenjak Anda pergi dari rumah yang diberikan oleh Yang Mulia Kaisar. Lalu, Kaisar memintaku untuk mencarimu di desa ini, desa terakhir dan di dalam perjalanan, seekor burung menghampiri saya dan membaca pesan yang dibawanya dan itu dari Tuan Qian Zhen.”
Qian Yueyin tampak salah tingkah. “Maafkan aku, tapi aku benar-benar tidak ingin diawasi setelah aku melahirkan. Aku ingin putraku hidup bebas, Jenderal.”
Seketika mata Jenderal Huang Fu melebar. “P-putra?”
“Ya, Jenderal. Dia berumur 11 tahun bulan depan dan aku sudah mengajukan persyaratan balik ke istana kepada ayahku dan dia menyetujuinya.” Mata Yueyin pindah ke arah ayahnya, “Bukan begitu Ayah?”
Qian Zhen mengangguk. “Aku akan menjelaskannya padamu saat kita sampai ke istana. Lebih baik kita segera berangkat sekarang.”
Jenderal Huang Fu mengangguk. “Anda benar. Ini sudah malam dan perjalanan malam akan lebih memudahkan daripada di siang hari mengingat mata-mata Raja Wan Shan ada dimana-mana.”
**
tBc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top