BAB 20. Dú

“Racun Anda sudah mulai menyebar, Yang Mulia,” gumam seorang tabib kepercayaan Qing Ghaozen ketika melihat bahunya dipenuhi oleh bintik hitam berbentuk rantai seperti tato. “Sepuluh tahun belakangan Anda sudah mulai lupa meminum ramuannya.”

“Aku tidak memiliki waktu untuk itu, Tabib.”

Tabib istana kembali memberikan sebuah ramuan yang diberi rempah-rempah bercampur dengan darah seekor rusa betina untuk menetralkan racun yang ada di tubuh Qing Ghaozen.

“Mau tidak mau Anda harus meneruskan upaya dari peninggalan para Raja terdahulu Yang Mulia atau Anda akan kehabisan nyawa jika racun itu terus menyebar.”

Qing Ghaozen tersenyum masam. Usianya yang berkepala tiga nyaris empat itu menatap kosong ke depan. “Sudah kutukan keluargaku, bukan? Lagipula, umurku tidak akan lama lagi mengingat aku sudah mulai tua.”

Selesai membebaskan perban, sang tabib tua itu memilih menunduk menghormati sang Raja. “Bangunkan yang harus dibangunkan, Yang Mulia. Tidak selamanya Anda bisa bertahan karena dengan membangunkannya Anda akan bisa hidup sampai waktunya tiba.”

Qing Ghaozen lantas berdiri. Ia memakai jubah putihnya lalu ke sudut kamar. Disana ada sebuah pintu rahasia yang tidak pernah dibukanya. “Kau tahu, semenjak kematian Ayahku, aku tidak pernah membuka pintu ini karena aku belum siap.”

“Apakah sekarang Anda sudah siap?” tanya sang tabib pelan. Berusaha untuk tidak memancing amarah rajanya.

“Beliau melarangku untuk membukanya dan memimpin negara ini dengan adil.” Qing Ghaozen bergumam pelan.

“Anda bukanlah beliau,” gumam Tabib Zhang Gia. “Keputusan ada di tangan Anda, Yang Mulia. Namun, jika Anda tetap ingin mengikuti jejak beliau dan menahan rasa sakit yang sangat menyakitkan itu, saya akan berusaha selalu membantu Anda untuk menetralkan racun tersebut.”

Tabib Gia sudah puluhan tahun mengabdi di Dinasti Qing. Secara turun menurun keluarganya memang akan selalu mengabdi pada Sang Raja. Bahkan, putranya juga akan meneruskan pekerjaannya menjadi tabib istana. Zhang Gia tahu betul bagaimana rasa sakit yang seakan mengoyak tubuh dari dalam, mencabik-cabik rongga tubuh karena racun yang berasal dari ratusan tahun silam karena raja terdahulu telah menjabarkan rasa sakitnya dengan sangat detail sehingga tidak heran jika terkadang Qing Ghaozen juga merasakan hal yang serupa.

Tidak ada yang pernah tahu mengenai hal tersebut karena memang sangat dirahasiakan. Kepemimpinan raja sebelumnya bahkan hanya Ibunda Qing Ghaozen lah yang tahu karena selama racun yang membentuk rantai itu mulai muncul dan menyebar, ayahnya tidak pernah meniduri selir mana pun selain ibundanya.

“Kematian Ayah Anda memanglah pembunuhan, tapi Anda tahu sendiri jika beliau memang sudah sekarat saat itu. Sama seperti Anda, racun yang menggerogoti tubuh Ayah Anda sudah menyebar ke seluruh badan.” Tabib menjelaskan secara perlahan. “Seumur hidupnya beliau menahan racun itu dengan meminum darah rusa betina dan beliau wafat karena menunggu Anda hingga mampu menduduki tahta. Menahan rasa sakit dari racun itu bukanlah hal mudah, Yang Mulia. Saya bahkan masih mampu merasakan apa yang Ayah Anda rasakan kala itu.”

“Lalu aku harus apa?” teriak Qing Ghaozen frustasi.

Sang Tabib menunduk dalam lantas bergumam pelan, “Seperti yang saya katakan, Yang Mulia. Anda melanjutkan atau menolak warisan para leluhur Anda seperti yang Ayah Anda lakukan.” Pria tua itu menarik napas sejenak. “Jika Anda menerima warisan itu, Anda tidak akan terkalahkan, Yang Mulia. Kerajaan Dinasti ini akan selalu berjaya sampai Anda menurunkannya pada anak Anda.”

“Tapi aku tidak ingin bekerja sama dengan iblis.”

Tabib menggeleng pelan. “Tidak ada cara lain, Yang Mulia,” sela sang tabib cepat karena memang tidak ada hubungannya dengan iblis. “Anda hanya perlu membuka pintu itu lalu membaca sebuah mantra dari para leluhur Anda, dan dengan begitu semua penyakit Anda akan hilang, Anda akan menjadi orang yang tak terkalahkan di negeri ini dan Anda akan mendapatkan apapun yang Anda inginkan.”

♚♚♚

“Dia selalu mencarimu, Yue.”

“Aku kabur karena memang tidak ingin bertemu dengannya lagi, Ayah.”

Kunjungan Qian Zhen yang dadakan membuat ia tidak bisa menyuguhkan makanan banyak, sehingga mereka memilih untuk ke pasar terdekat untuk berbelanja lalu Yueyin dapat memasak makanan kesukaan ayahnya.

Qian Zhen menggeleng pelan. “Kau tetap harus menemaninya, Yue. Dia benar-benar membutuhkanmu saat ini.”

“Dia tidak membutuhkanku. Dia sudah membuangku, Ayah.”

“Itu karena kau melakukan pembunuhan di depan umum!” sela Ayahnya tegas. “Dia mengirimmu keluar hanya untuk menarikmu kembali. Pembunuhan yang kau lakukan itu membuat semua rencananya gagal.”

Qian Yueyin tersenyum miris, melihat putranya yang kini sedang kesana kemari sambil memilih-milih jajanan di pasar, namun tetap pada jangkauannya. Dia tidak akan membiarkan Xiao berkeliaran tanpa pengawasan mengingat putranya itu terlalu lincah dalam menghilang dan bersembunyi.

Qian Zhen menghela napas pelan sebelum kembali berbisik, “Kaisar tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja dan sekarang Jenderal Huang Fu sedang mencarimu kemari.”

“Apa?”

“Kecilkan suaramu,” sela Qian Zhen cepat saat beberapa orang yang hilir mudik menatap keduanya penasaran. “Kita tidak boleh membahas ini di tempat umum.”

“Maafkan aku. Lalu, apa yang harus kulakukan?”

“Kembalilah bersamaku karena cepat atau lambat, kau akan ditemukan baik itu Kaisar maupun Raja Wan Shan.” Ayahnya benar-benar tidak membuatnya memiliki pilihan. “Jadi, menurutmu siapa dulu yang akan menemukanmu? Dan semua takdirmu ada di tanganmu Yueyin.” Lagi-lagi pria itu kembali menarik napas, “Kau berhasil menyimpan marga Qing selama ini di nama putramu, tetapi kau takkan bisa menyimpan wajahnya yang semakin dia remaja maka dia akan semakin mirip dengan Sang Kaisar.”

Menerima semua informasi serta keharusannya dalam mengambil keputusan membuat Qian Yueyin seketika pusing. Ia benar-benar bingung hendak memutuskan apa karena selama dua belas tahun dia hidup di pengasingan sudah menjadi kebiasaannya. Dia benar-benar merasa bebas seperti yang dulu ia inginkan, lalu apakah ia harus kembali ke istana itu.

“Apa yang harus kulakukan jika aku kembali ke istana itu?”

“Kau hanya perlu memohon ampun kepada Sang Raja, lalu membawa anakmu dan membuktikan kepada mereka semua bahwa dia adalah putra kandung Sang Kaisar yang akan mewarisi semuanya.”

♚♚♚

“Apa kau sudah menemukan istri tercintanya?”

“Mohon ampun, Yang Mulia Wan Shan,” seorang jenderal dari kerajaan Wan menunduk penuh hormat. “Saya menemukan bahwa istri tercinta dari Sang Kaisar berada di sebelah kerajaan kita.”

Senyuman sinis di bibir Raja Wan Shan seketika terlihat mengerikan. “Lihat dan saksikan, Qing Ghaozen. Aku akan membalaskan dendam keluargaku karena kau dan keluargamu itu sudah berani-beraninya merebut tahta yang sejak awal adalah milikku dan keluargaku.” Raja Wan Shan bergumam pada diri sendiri seakan dia benar-benar telah menantikan hal ini sejak lama. Tak lama, matanya menatap jenderalnya dengan tatapan tajam. “Segera bawa permaisuri yang hilang itu kemari! Lalu, kita lihat reaksi Sang Kaisar kita yang maha agung,” ejeknya disertai senyuman mencemooh.

**

TbC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top