BAB 19. Xuǎnzé
Seharusnya memang Qian Yueyin berpikir dua kali untuk ke desa yang letaknya di paling ujung kerajaan dinasti Qing karena setelah melewati sungai itu akan masuk ke sebuah kerajaan yang dinamakan kerajaan Wan, musuh bebuyutan dari suaminya. Bukan tidak mungkin jika Raja Wan menemukannya disini dan mengancam Qing Ghaozen untuk menebusnya.
Qian Yueyin tidak yakin jika Qing Ghaozen akan menebusnya, tapi bagaimana jika dia mengetahui bahwa Qian Yueyin memiliki seorang putera dan putera itu jelas mirip sekali dengan Qing Ghaozen. Lagi pula, memang wajah Qian Yueyin tidak pernah dikenal karena dia selalu memakai cadar. Lantas, saat ini cadarnya memang tak pernah dikenakannya lagi namun tetap saja melihat puteranya yang mirip Qing Ghaozen tentu saja mereka akan langsung menebak.
Yueyin memang perlu berhati-hati untuk berbelanja ke pasar karena dia tahu pasti akan ada mata-mata dari kerajaan Wan. Raja Wan Shan terkenal licik dan cerdas. Ia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkannya.
"Kau benar-benar nekad memilih desa ini sebagai tempat pelarianmu, Anakku." Qian Zhen yang menyamar sebagai rakyat biasa dengan memakai jubah panjang yang menutupinya dari kepala hingga kaki datang menemui putri angkatnya yang telah ia anggap sebagai putrinya sendiri. Ya, hanya pada Qian Zhen lah Yueyin selalu memberikan kabar kemana pun ia akan pergi.
"Aku tidak bisa memikirkan hal lain lagi, Ayah. Aku tidak ingin Kaisar terus mengawasiku melalui pengawalnya. Aku tidak bisa hidup seperti itu," Qian Yueyin menggeleng pelan dengan penuh harap bahwa sang ayah akan mengertinya.
"Dia seorang Kaisar di negeri ini sekarang. Tak ada yang tidak bisa dia lakukan, apalagi mencarimu."
"Setidaknya hampir 11 tahun dia tidak menemukanku." Ya, setahun kelahiran Qing Xiao, Yueyin memang segera memilih untuk pindah dengan mengendap-ngendap. "Dan selama bertahun-tahun ini setidaknya aku tetap aman baik dari Kaisar maupun dari kerajaan sebelah."
"Raja Wan Shan tahu jika kau di usir dari istana sejak dia menghadiri penobatan Sang Kaisar kala itu. Mengenai otaknya yang licik, Ayah yakin dia mencarimu dan Ayah berharap kalau dia tidak tahu bahwa kau tinggal tepat di sebelah kerajaannya."
Tiba-tiba saja Xiao keluar dari kamarnya sambil menguap lalu ketika matanya menatap sosok kakeknya yang duduk bersebelahan dengan ibunya, ia mendelik. "Kakek!" teriaknya sambil berlari menemui sang kakek. "Lama sekali Kakek tidak mengunjungiku dan Ibu."
"Hahaha," tawa Qian Zhen sambil memeluk cucunya. "Kakek memiliki pekerjaan yang berat di kerajaan. Maafkan Kakek ya."
Xiao melepaskan pelukannya lalu menatap kakeknya cemberut. "Kapan Kakek akan mengajakku ke istana? Aku ingin kesana dan Kakek selalu hanya berjanji."
Qian Zhen melirik Qian Yueyin yang kini juga bingung atas permintaan Xiao. Tak lama, Yueyin segera berkata, "Nak, mandilah dulu. Setelah itu kita akan berjalan-jalan dengan kakek."
"Benarkah?"
Yueyin mengangguk lalu anaknya segera berlari untuk menuruti perintah Yueyin. Tak lama Yueyin menatap ayahnya dengan seksama. "Sudah kukatakan Ayah jangan berjanji padanya."
"Ayah hanya ingin dia selamat, Nak. Hanya dia laki-laki penerus Qing Ghaozen. Kau tahu bukan selama dua belas tahun ini Ghaozen tidak pernah menyetubuhi siapa pun lagi. Pihak istana sudah memaksanya untuk melahirkan keturunan dari selir baru yakni Selir Jing Mi."
Selir Jing Mi merupakan salah satu bangsawan tertinggi di seluruh Dinasti Qing. Orang tuanya merupakan seorang Perdana Menteri terpandang yang memang cocok untuk dijadikan permaisuri selanjutnya. Ya, sejak Yueyin diusir dari istana banyak para bangsawan mencalonkan putri mereka untuk jadi permaisuri pengganti. Memang hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya, karena permaisuri biasa digantikan setelah permaisuri lama meninggal dunia.
"Selir Jing Mi masih muda. Usianya 25 tahun dan diangkat ke istana ketika berumur 17 tahun. Jadi, sudah delapan tahun mereka menikah namun Ghaozen sama sekali tidak menyentuhnya."
Qian Yueyin terdiam mendengarkan dengan seksama perkataan ayahnya. Ya, selama ini dia selalu mendapat kabar tentang istana dari ayahnya.
"Tapi karena seorang Raja apalagi Kaisar sepertinya harus memiliki penerus, mau tidak mau ketika malam bulan merah, dia harus meniduri Selir Jing Mi. Itu sudah tradisi kerajaan dari ratusan tahun yang lalu dan saat itu tiba, jika Selir Jing Mi mengandung maka kau tidak akan mendapatkan kesempatan untuk kembali ke istana, Anakku."
Entah kenapa jauh di dalam hati Qian Yueyin terdapat rasa sesak yang amat sangat. Dia tidak rela jika hal itu terjadi.
"Dan Selir Jing Mi akan diangkat sebagai Permaisuri penggantimu jika di perutnya terdapat seorang janin," lanjut Qian Zhen sambil menatap lekat putrinya. "Jadi, pilihanmu hanya ada dua. Kembali bersamaku dan singkirkan semua egomu atau tetap disini menjadi pelarian selamanya."
♚♚♚
"Malam bulan merah akan datang seminggu lagi, Yang Mulia."
Qing Ghaozen yang duduk di kursi kebesarannya tampak mengetukkan cincin pusaka turun menurun ke meja di depannya. Ia tampak melamun memikirkan harus menghamili perempuan selir itu. Sudah lama sekali ia tidak pernah menyentuh wanita mana pun semenjak kepergian Qian Yueyin. Namun, pihak istana tampaknya memang benar-benar tidak bersabar lagi dan ini.... sudah dua belas tahun lamanya.
Sepuluh tahun ia tidak melihat Yueyin karena di tahun kedua Yueyin melarikan diri dari jangkauannya hingga saat ini. Wanita itu benar-benar menghilang bagai ditelan bumi. Jenderal Huang Fu yang saat ini sedang dalam perjalanan mencari Qian Yueyin di desa terakhir adalah harapan Ghaozen, semoga wanita itu disana dan dia bisa menarik kembali Yueyin ke istana lalu menjalani persidangan ulang untuk pengampunan dirinya.
Qing Ghaozen tahu bahwa Yueyin sebenarnya tidaklah sama sekali bersalah, hanya saja dulu dia membunuh Selir Xin di depan semua pejabat istana membuatnya mau tidak mau harus mengusir Ratunya sendiri, Ratu yang begitu dia cintai sepenuh hati bahkan sedari kecil. Namun, karena ayah kandung Qian Yueyin sudah membunuh ayahnya, Ghaozen menjadi gelap mata, bertindak kasar pada Yueyin dan juga memaksakan semua kehendaknya pada wanita itu walaupun dia menolak sehingga Yueyin membencinya.
"Yang Mulia," tegur Piao Nan sang penasehat sebelah kanan Qing Ghaozen. "Malam bulan merah nanti Anda tidak akan melakukan hal seperti tahun-tahun sebelumnya. Membunuh setiap selir di malam bulan merah akan kembali membuat kerajaan menjadi goyah. Kepercayaan mereka terhadap Anda akan surut Yang Mulia."
Qing Ghaozen masih diam, untungnya saat ini hanya ada Piao Nan dan Kasim Chen yang menemani sang kaisar.
"Tuan Piao Nan benar, Yang Mulia. Selama 12 tahun ini sudah 12 selir menjadi korban mengingat malam bulan merah hanya ada setahun sekali."
Ya selama ini memang Qing Ghaozen tidak pernah lagi datang bermalam ke kediaman selir-selirnya. Dia selalu melampiaskan nafsunya hanya untuk berperang dan berperang. Maka itu, selir yang ada di kerajaannya ini hanyalah sebagai pajangan saja.
"Aku adalah Raja dan keputusanku mutlak!"
**
TobeCulosis
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top