BAB 15. Huāngyě
"Ini hadiah yang aku janjikan." Jenderal Huang Fu memberikan sebuah pedang yang telah lama disimpannya. Sejak dulu, Yueyin selalu merengek meminta pedang darinya dan saat inilah Sang Jenderal mampu memberikannya karena jika dia memberikan sebuah pedang saat status Yueyin sebagai Ratu, maka kepala Jenderal Huang Fu akan dipenggal saat itu juga oleh Qing Ghaozen. "Pergunakan hanya ketika kau dalam keadaan genting. Aku tidak meremehkanmu, hanya saja kau akan sendirian mulai saat ini."
Yueyin menatap pedang bersarung merah itu dengan sendu. Memiliki pedang itu tak lagi berharga sejak ia dikeluarkan dan diusir oleh Sang Raja. Bagaimana pun, rasa sakit ketika diusir oleh orang yang dicintainya takkan mudah dilupakan begitu saja.
"Terima kasih," gumamnya pelan sambil menarik lepas pedang itu dan memasukkannya kembali ke dalam sarungnya.
Luo Fan dan Qian Zhen dengan segera memeluk Yueyin bergantian sebagai ucapan perpisahan.
"Berhati-hati lah, Nak." Qian Zhen menoleh ke arah lain, seakan menahan air mata yang hendak mengalir menyusuri pipi tuanya. "Aku akan menjengukmu jika mendapat liburan."
Yueyin mengangguk pelan. Ia harus tegar saat ini. Tidak boleh cengeng dan membuat kedua orang tua di depannya ini khawatir. "Aku berjanji akan baik-baik saja, Ayah." Dan semua kesalahpahamanmu antara ia dan ayahnya masih belum terselesaikan karena sampai saat ini, Yueyin belum bisa menemukan waktu yang tepat untuk meminta maaf. Apalagi setelah ia tahu bahwa yang membunuh ibunya adalah ayah kandungnya sendiri.
"Aku mengirimkan pasukan terbaikku untuk mengawalmu hingga ke pengasingan, Nak. Jika perlu sesuatu katakan saja pada mereka." Luo Fan memberikan tepukan pelan pada pundak Yueyin.
"Terima kasih, Paman. Aku tidak akan melupakan jasa kalian semua."
"Pergilah!" tukas Jenderal Huang Fu cepat. "Kau harus tiba disana sebelum malam karena bahaya jika kau melewati hutan huāngyě pada malam hari."
Yueyin mengangguk mengerti. Ia tahu betapa mengerikannya hutan tersebut. Hutan lebat yang selalu dijauhi oleh semua orang ketika malam hari.
"Aku pergi," bisiknya pelan dengan hati kacau karena tidak sekalipun Ghaozen mengantarnya pergi. Ah, Yueyin lupa bahwa ia hanyalah seorang pengkhianat. Jadi, mana mungkin seorang Kaisar sepertinya akan mengantarnya?
Kuda itu mulai bergerak meninggalkan perkarangan istana yang membuat impian Yueyin untuk bebas akan segera terlaksana. Namun, kenapa impiannya itu justru menyakiti hatinya?
Qian Yueyin menatap lurus ke depan dengan pikiran yang bercabang
Qian Yueyin menatap lurus ke depan dengan pikiran yang bercabang. Kudanya bergerak diikuti oleh prajurit yang dikirim oleh Luo Fan untuk mengawalnya.
Tidak ada Qing Ghaozen yang mengantarnya hingga ke batas wilayah Dinasti Qing. Lelaki itu bahkan tak terlihat batang hidungnya. Apakah begitu bencinya ia kepada Qian Yueyin? Lalu, apa arti kenangan mereka selama ini? Kenapa semudah itu Kaisar membencinya? Ataukah memang selama ini adalah ia yang salah paham akan sikap Sang Kaisar?
Hingga sampai di sebuah perbatasan antara desa Long dan hutan Huāngyě dimana seharusnya hutan ini dijauhi, Yueyin justru memilih jalan sulit dengan jalur tercepat. Ia membutuhkan tantangan saat ini, mengingat hatinya yang sedang tidak dalam keadaan baik.
"Yang Mulia," seru beberapa pengawal saat melihat Yueyin memacukan kudanya dengan cepat memasuki ke dalam kegelapan hutan yang dipenuhi oleh berbagai tanaman dan pepohonan liar. Bahkan, mata mereka tak lagi melihat Yueyin di depannya sehingga para prajurit itu turut mengencangkan laju kudanya mengikuti jejak-jejak Qian Yueyin.
♚♚♚
"Kenapa Anda tidak mengantarnya langsung, Yang Mulia?" Jenderal Huang Fu sedikit menunduk memberi kehormatan sebelum bertanya penasaran akibat dari tingkah Sang Kaisar yang memilih bersembunyi kala ia lihat Qian Yueyin meninggalkan istana.
Kening Jenderal Huang Fu berkerut. Tidakkah lucu seorang Kaisar yang dikenal keagungannya serta kekejamannya justru memilih bersembunyi untuk melihat belahan jiwanya pergi?
"Apa menurutmu itu pantas?" tanya Sang Kaisar balik dengan mata yang memandang Sang Jenderal tajam. "Pantas aku terlihat oleh para pejabat mengantar pengkhianat dengan sendirinya?" sambungnya saat tidak mendapatkan jawaban apapun dari Sang Jenderal.
Huang Fu dengan segera menunduk, "Maafkan saya, Yang Mulia."
"Pergilah," usirnya sambil mengibaskan tangannya sebagai tanda bahwa ia ingin sendirian saat ini.
Jenderal Huang Fu merasa ragu, namun keraguan itu ditepisnya cepat hingga ia memberanikan diri untuk bergumam penuh kesopanan. "Yang Mulia, Qian Yueyin memilih melewati hutan huāng-"
Mata Sang Jenderal membelalak terkesiap, melihat pedang emas milik Sang Kaisar nyaris saja menembus lehernya. Ujungnya yang berkilat seakan haus darah itu membuat Jenderal mau tidak mau menelan salivanya gugup. Menatap Sang Kaisar yang siap memotong lehernya saat ini juga karena tak ada jarak antara pedangnya dan leher Jenderal Huang Fu.
"Apa katamu? Qian Yueyin? Beraninya kau!" seru Kaisar Qing dengan amarah yang memuncak.
Lupa akan ucapannya, Sang Jenderal menunduk penuh hormat sehingga sisi tajam pedang menggores kulitnya dan mengeluarkan darah. "Maafkan saya, Yang Mulia. Maksud saya Yang Mulia Ratu memilih hutan huāngyě untuk mempercepat kepergiannya."
Menghela napas kasar, Kaisar Qing menarik kembali pedang dan memasukkannya ke dalam sarung. Kemudian, ia memberi titah yang tak dibantah. "Kejar dan awasi dia! Jangan biarkan dia lecet sedikitpun atau nyawamu taruhannya!"
"Baik, Yang Mulia."
♚♚♚
Qian Yueyin terus melaju cepat dengan kudanya. Semakin jauh ke dalam, maka akan semakin gelap mengingat cahaya matahari bahkan tidak mampu menembus hutan yang begitu mengerikan ini. Pepohonan tinggi itu tidak menyurutkan niat Yueyin untuk memilih jalan kembali. Ia tidak akan melakukannya. Karena sekali ia bertekad maka ia akan mempertahankan tekad tersebut.
Dan ini adalah kebebasan pertamanya yang tidak dikekang oleh siapapun untuk memiliki pengalaman dalam menjelajah hutan huāngyě yang telah lama berada dalam listnya. Kenapa masyarakat begitu takut pada hutan ini? Apa yang sebenarnya ada di dalam hutan ini? Dan ketika tiba-tiba saja kuda yang di tunggangi olehnya berteriak sambil berjingkat tinggi. Untung saja, ia memegang erat tali kudanya sehingga Yueyin tidak sampai terjatuh.
Dilihatnya ke sekeliling, tidak ada apapun. Yueyin tahu jelas mengapa orang-orang begitu menjauhi tempat ini karena dulunya tempat ini adalah tempat orang-orang yang ingin bunuh diri. Bunuh diri karena dahulu perperangan yang terjadi antara satu dinasti dan dinasti lainnya diharuskan melibatkan masyarakat. Dan bagi yang menang, mereka akan menguasai satu daerah tersebut lalu menjadikan masyarakat itu sebagai budak. Lalu, mereka yang tidak tahan, memilih untuk bunuh diri di dalam hutan ini dan menjadikan hutan ini rumah mereka.
Jantung Qian Yueyin mulai berdegup keras. Matanya menyipit dengan tangan yang siap mengeluarkan pedangnya jika ada makhluk buas ataupun orang-orang jahat. Yueyin tidak terlalu percaya pada hantu, tapi bukan berarti ia bisa berleha-leha. Dan kini, ia hanya mampu berharap bahwa yang dihadapinya adalah manusia bukan makhluk halus.
**
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top