BAB 10. Móushā
Qian Yueyin berdiri tepat di tengah aula pertemuan Raja dengan para pejabat. Ia masih belum mengeluarkan suara apapun, namun para pejabat di sisi kiri dan kanannya jelas tengah berbisik-bisik tentangnya. Namun, ia sudah tidak peduli dan hanya perlu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Yang Mulia, saya hanya meminta Selir Xin untuk minum teh bersama dan membicarakan perihal persiapan penobatan anda. Saya bersumpah tidak memasukkan apapun ke dalam teh minumannya."
"Bohong!" sela Selir Xin yang berdiri tidak jauh dari Sang Ratu. "Jelas-jelas setelah saya memakan kue bulan, saya langsung kesakitan," mata Selir Xin terlihat terluka. "Kenapa kau melakukannya, Ratu? Apa karena aku membicarakan tentang malamku bersama Raja ketika penobatannya nanti?"
Apa? Qian Yueyin menatap selir itu tidak percaya. Dia terlalu pandai merangkai kata.
"Yang Mulia~," suara lamat-lamat berikut dengan nada tegas dikeluarkan oleh Haocun yang sedang menunduk hormat, "Bagaimanapun juga Yang Mulia Ratu terbukti bersalah dengan meracuni Selir Xin. Tidakkah anda melihat bukti bahwa dayang setianya juga dipenggal karena terdapat jelas bukti bahwa dia yang menyimpan tanaman beracun dan memberikannya kepada Selir Ming?"
"Ampun, Yang Mulia...," seru Qian Zhen sambil langsung bersujud di hadapan Sang Raja. Ia tidak akan membiarkan puterinya di penggal karena hal ini. "Ratu tidak mungkin melakukan hal sekotor itu. Bukankah anda mengenalnya sejak kecil? Anda pasti lebih tahu bagaimana Yang Mulia Ratu."
Qian Yueyin menatap pilu pada sosok Ayahnya yang bersujud di depannya. Jika Ayahnya membela mati-matian untuknya, kenapa Ayahnya tidak pernah membela ibunya sendiri?
Haocun kembali menyela, "Yang Mulia, sudah jelas bahwa Ratu adalah pengkhianat kerajaan," tampaknya penasehat sebelah kiri itu tak kunjung menyerah. "Aturan dalam kerajaan adalah hal mutlak."
"Tuan Haocun benar, Yang Mulia. Kasihanilah puteri hamba yang masih belum sehat ini. Berikan keadilanmu, Yang Mulia." Xin Liu yang merupakan Ayah dari Selir Xin menatap puterinya sendu yang berdiri dengan wajah pucat sebagai saksi atas perbuatan Ratu.
"Qian Yueyin...," suara lantang Sang Raja membuat Yueyin menatapnya tanpa kata. Dia tahu bahwa Raja akan memutuskan hukumannya mengingat sudah dua kali ia terjebak dalam percobaan pembunuhan para selir. "Aku akan mencopotmu dari jabatan sebagai Ratu dan menghukummu karena sudah melakukan percobaan pembunuhan sebanyak dua kali."
Keputusan itu membuat para penasehat sebelah kanan turut bersujud beramai-ramai memohon ampunan Raja. Qian Zhen juga terus meminta agar Raja menarik kembali kata-katanya. Namun, Selir Xin justru tersenyum miring dan akan merayakan kemenangan ini bersama orang tuanya. Dengan segera ia akan menggantikan posisi ratu.
Yueyin menatap Raja yang juga menatapnya dengan penuh makna. Ia benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan Raja, namun yang jelas Raja sudah mengkhianatinya. Jika memang ia dituduhkan sebagai pengkhianat, maka biarkan ia menjadi pengkhianat sejati.
Yueyin berjalan cepat sambil mengambil sembarang pedang kecil milik para pengawal yang berdiri di sampingnya. Lalu, ia menusukkannya pada sosok Selir Xin yang sudah membuatnya menjadi pengkhianat negara. Bukankah ini yang diinginkan para selir? Membuat dirinya hancur lalu merampas jabatannya. Maka, biarkan kali ini ia benar-benar membunuh dan itu tidak akan mempengaruhi kembali kedudukannya. Ia bahkan tidak peduli jika pada akhirnya akan dibunuh di tangan Qing Ghaozen dengan kepala terpenggal.
"Ratu!" seru Qian Zhen bersamaan dengan beberapa para pejabat lainnya.
Jika ia memang tidak diperkenankan hidup dalam istana maka biarkan dirinya melakukan hal yang seharusnya sejak lama ia lakukan. Pembalasan dendam untuk kematian ibunya dan juga melarikan diri dari istana sejauhnya walau dia harus mati di tangan Sang Raja. Asalkan ia terbebas maka apapun akan Qian Yueyin lakukan, meskipun dia tahu bahwa dia hanya akan mengantarkan nyawanya saja. Lagipula, bukankah Selir Xin sudah memberinya jalan untuk itu?
Selama beberapa detik tidak ada yang bersuara, mereka terlalu terkejut dengan apa yang seorang ratu istana lakukan. Tidak menyangka pertemuan kali ini akan membunuh nyawa seseorang. Hingga gerakan para pengawal yang langsung meringkus Sang Ratu membuat para pejabat kembali sadar bahwa yang dilakukan oleh Qian Yueyin adalah perbuatan yang tak termaafkan.
Hingga gerakan para pengawal yang langsung meringkus Sang Ratu membuat para pejabat kembali sadar bahwa yang dilakukan oleh Qian Yueyin adalah perbuatan yang tak termaafkan. Yueyin menatap sinis pada sosok Selir Xin yang terbaring mengenaskan dengan bermandikan darah. Lalu, tatapan tajamnya menghunus tepat ke depan wajah Qing Ghaozen yang masih membelalakkan mata tidak percaya akan apa yang baru saja disaksikannya. Mata elang milik Ghaozen seketika menatap Yueyin kecewa, sebelum ia memejamkan matanya erat dan membiarkan para pengawal membawa Yueyin ke dalam penjara bawah tanah yang dingin serta berlumut tersebut.
Ini sudah berakhir...
Yueyin membiarkan dirinya ditarik oleh prajurit kerajaan yang dikawal langsung oleh Jenderal Huang Fu. Sesampainya di penjara yang tampak begitu gelap, dingin, dan juga menakutkan, Yueyin segera di dorong paksa dan membiarkan para prajurit mengunci lalu meninggalkannya bersama dengan seorang Jenderal yang sejak dulu juga menjadi teman kecilnya.
"Kenapa anda melakukannya, Yang Mulia?" tanya Jenderal Huang Fu sambil bersandar kecewa pada jeruji besi yang mengurung Qian Yueyin.
Yueyin terdiam sebelum menjawab dingin. "Aku bukan lagi ratu, Huang Fu. Aku hanyalah Yue sekarang."
"Ratu-"
"Kau tahu sejak dulu aku ingin bebas, Huang Fu," bisiknya pelan sembari menunduk menatap tanah yang menjadi alas tidurnya mala ini terasa begitu lembab. "Dan kini aku bebas."
"Kau tidak bebas!" sentak Jenderal cepat, menatap marah pada wanita yang sudah menjadi muridnya dalam pertarungan bela diri. "Kau sama sekali tidak bebas."
"Aku akan tetap merasa bebas walau pada akhirnya harus mati, Jenderal."
"Yue!" bentak Huang Fu kesal. Bagaimana mungkin disaat seperti ini Yueyin masih bersikap tenang. Bukan tidak mungkin esok pagi kepalanya akan dipenggal langsung oleh Sang Raja.
Yueyin tersenyum tipis, "Seharusnya kau tahu bahwa keadaan kita tidak seindah dulu, Huang Fu."
Jenderal terdiam karena tahu bahwa apa yang Yueyin katakan benar adanya. Semuanya sudah berubah. Apalagi sejak kematian kedua orang tua Qing Ghaozen yang membuat lelaki itu menjadi dingin dan kejam. Tak mengenal belas kasih bahkan untuk seseorang yang dia sayangi. Padahal, Huang Fu jelas tahu bahwa Ghaozen sangat mencintai Yueyin, namun tindakan Yuryin baru saja membuat Ghaozen semakin mengamuk karena ini semua tidak sesuai rencananya. Ya, rencana untuk membebaskan Yueyin dari istana. Namun, Huang Fu takkan mengatakannya pada Yueyin karena ini adalah rahasia mereka berdua. Lantas, Huang Fu hanya tinggal menunggu dan melihat keputusan apa yang akan Qing Ghaozen ambil?
**
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top