🔒Chapter 13🔒
Suasana canggung kini meliputi kedua perwujudan Element tersebut, mereka sama-sama tak tahu harus mengatakan apa untuk menghilangkan suasana canggung tersebut.
Kohaku menghela nafas percuma jika hanya dia dan Dai saja yang berbicara mengenai para saudara element mereka.
Perwujudan dari Element Aqua De Vaxus tersebut menatap sang adik yang sama-sama bingung sepertinya. Mulutnya sesekali terbuka namun tak lama kemudian terkatup seolah ragu untuk menyampaikan apa yang ia utarakan.
"Jadi... "
Perwujudan dari Element Moon Je Equs mencoba untuk menghilangkan suasana canggung tersebut. Dai berdehem sejenak, "Jadi.. kakak menurutmu bagaimana tanggapan Dragon tentang para putra-putri yang ingin menyegel kekuatannya?"
Kohaku menghela nafas, singa berwarna putih itu mengambil duduk yang lebih nyaman sebelum angkat bicara.
"Dragon agak tidak setuju, dia tak mau mereka menyegel dirinya dan dia juga berencana memindahkan dirinya ke teluk Maria" Ujar Kohaku lalu menidurkan kepalanya ke tanah memandang malas ke depan.
"Eh?!!! Pindah?! Tapi kena-"
"Kenapa Nii-san selalu over padaku? Aku sudah dewasa! Umurku bahkan sudah hampir mencapai 1 abad" Singa serta Hydra itu menoleh saat ucapan Dai terpotong oleh suara halus adik mereka.
Disana sosok naga berwarna putih dengan gradasi biru muda itu menapakkan kaki bercakar nya seraya memandang jengkel ke arah kedua kakaknya.
"Dr-Dragon? Kenapa kau disini? Kau bilang kau tak mau ikut" Tanya Kohaku heran, dia tadi sempat mengabari adiknya itu untuk membahas tentang para putra-putri mahkota yang akan ke daerah kekuasannya.
Namun tanpa di sangka naga itu malah protes dan mencaci Kohaku karena mau saja di segel seenaknya. Dragon lantas menolak dan berkata tak akan datang namun yang sekarang malah berbanding 180°!
Dragon mendengus menyebabkan beberapa api kecil keluar dari lubang hidungnya dan memalingkan mukanya, "Aku hanya khawatir pada kalian"
Tsundere.
Aslinya dia mau bilang kalau dia cukup penasaran siapa saja yang sudah berhasil menyegel kedua kakaknya tersebut.
"Oh"
Dragon kembali mendengus, kali ini dia mengambil tempat di sebelah Kohaku yang hanya berbaring santai di tempatnya.
Dai yang melihat kedua saudaranya asyik bersantai menghela nafas, dia kemudian berbalik menuju sebuah pintu.
"Mau kemana?" Tanya Kohaku saat menyadari sang adik akan pergi lagi.
"Tentu saja kembali, kakak pikir aku bisa leluasa pergi? Waktuku tinggal 1 menit lagi jadi dah~" Dan setelah itu sosok Hydra itu hilang sesaat setelah dirinya masuk ke pintu. Meninggalkan Kohaku serta Dragon yang masih bersantai disana.
"Olivia akan kesini" Kata Dragon memberi tahu yang hanya di tanggapi dengan malas oleh Kohaku.
Hahh~ adiknya yang sangat rewel dari kawah gunung Lazarus akan datang. Perwujudan Element ke empat itu pasti akan sangat heboh tentang perubahannya serta Dai.
"Semoga saja Oliv tidak bertanya macam-macam" Batin Kohaku.
Singa putih itu hanya diam seraya memejamkan matanya tak menghiraukan Dragon yang menggerutu tentang keterlambatan Olivia.
.
.
.
.
.
💎The Elements For 5 Race💎
Warn: Shu,Reiji,Ruki punya Rejet, Furuya dan cerita punya Dilla, OC milik para Author.
.
.
.
.
.
Pride memasang senyum angkuh saat melihat ke sebuah monitor di depannya yang memperlihatkan para putra dan putri ras lain yang berjalan menuju perbatasan Aquarld. Disana dia bisa melihat sosok pemuda pirang berada di barisan depan tersenyum sinis ke arahnya.
Pandangan mata yang gelap itu membuatnya senang saat tahu rencananya berhasil. Hanya tinggal menutup akses jalan di depan maka akan terbongkar semuanya.
Sosok Lust mendekat. Sosok yang berwujud wanita dewasa itu tersenyum mengejek pada Pride.
"Senang dengan rencanamu kakakku~" Suaranya yang sangat menggoda mungkin dapat membuat para laki-laki manusia akan tergoda olehnya. Lust yang suka sekali membawa para manusia ke dalam hawa nafsu tak terkendali itu mencengkram bahu Pride perlahan dan meremasnya.
"Rencana kita berjalan mulus~ kakak~" Rayuannya dia ucapkan di telinga Pride membuat dosa itu menyeringai kejam.
"Tentu saja adikku sayang, kau hanya perlu menunggu sebelum akhirnya kau menyerang mereka" Ujar Pride angkuh lantas tertawa kejam.
Lust yang ada di belakangnya ikutan tertawa, "Kau memang kakak kejamku~"
Pride merengkuh pinggang Lust dan membawa wanita itu mendekat ke arahnya, dia cengkramnya dengan lembut dagu Lust seraya menyeringai tipis. "Dan kau adalah adik lancurku~"
Bibirnya menyentuh bibir wanita di hadapannya. Melumat nya perlahan dan sensual lalu saling berperang lidah yang berakhir dengan ciuman panas bertukar saliva.
Iris mata milik Pride tertutup kabut nafsu lalu tanpa aba-aba dia tertawa, "Sial! Kau apakan aku hm~"
"Mari kita lanjutkan kakak~"
****
Greed berjalan melalui lorong yang ada di kastil mereka. Dia sangat santai saat melihat beberapa manusia yang terkurung di kanan kirinya seraya menjulurkan tangannya meminta tolong.
Dia bahkan tak segan-segan menginjak kaki itu lalu kembali berjalan seolah tak ada apa-apa. Seolah dia baru saja menginjak daun kering yang baru saja gugur.
"Tuan"
Dirinya berbalik dan menemukan sosok Mako serta Jojo yang membungkuk hormat padanya.
"Ah, kalian rupanya. Bagaimana?" Greed menunjukkan senyum setannya pada kedua pengikutnya.
Mako menegakkan badannya kembali, "Semua sesuai dengan rencana awal. Mereka menerima saya seolah saya adalah kakak dari Aly dan saat ini saya sedang menunjukkan jalan menuju perbatasan Aquarld"
Greed terkekeh menyeramkan, dia sudah tahu bahwa rencananya yang satu ini pasti akan berhasil menipu semua putra dan putri tersebut. Pandangannya sekarang tertuju pada pemuda lain Jojo.
"Bagaimana denganmu Jojo? Aku dengar kau berkelahi dengan penyihir saat tiba di Bloodarld" Canda Greed seraya tertawa pelan.
"Berita tersebut benar Tuan, saya menghajar para Penyihir saat tiba di Bloodarld dan menghapus ingatan mereka lalu membuat mereka mempercayai saya. Rencana saya berikutnya adalah menyerang mereka bersama Mako-san saat tiba di Hutan Ghiva" Ucap pemuda dengan potongan undercut tersebut hal itu sontak membuat tawa Greed kembali terdengar.
Dia memandang kedua tangan kanannya bangga lantas menepuk bahu mereka berdua pelan, "Kuserahkan urusan para putra dan putri itu pada kalian. Bawa lah pasukan siluman serigala bersama kalian"
Keduanya kembali membungkuk hormat, "Baik"
Greed mengangguk kecil, "Kembali lah"
Dan setelah itu keduanya segera menghilang dari pandangan Greed. Meninggalkan salah satu dosa tersebut di lorong yang gelap.
Greed kembali berjalan menuju ruangannya, senyum culasnya masih setia melekat di wajah rupawan miliknya sementara iris merah darah miliknya tak henti-hentinya berkilat karena kepuasan yang dia dapat karena menjebak para putra dan putri tersebut.
Seringai menakutkan miliknya masih tetap ada jika saja dia tak ingat akan satu hal.
Hal yang membuat mulutnya mengumpat kasar dengan tergesa dia segera menuju ruangan salah satu adiknya sang kerakusan Gluttony.
****
BBBRRAKK
"ENVY!!!"
Pemuda dengan surai hijau menoleh saat namanya di teriakkan oleh salah satu adiknya. Dia memandang Wrath dengan bosan saat tahu pemuda dengan rambut orange pemegang dosa amarah itu memanggilnya.
"Hn?" Dia menatapnya enggan dan mencoba fokus kembali pada monitor yang menampilkan penyerangan yang dilakukan pasukan siluman singa pada salah satu kerajaan.
Zerdat Palace.
"Berapa lama lagi aku harus menunggu? Aku ingin segera menghabisi mereka segera! Tanganku sudah sangat gatal untuk meninju putri tertua itu!" Seru Wrath penuh amarah.
Envy hanya menanggapinya dengan gumaman rendah dan masih berfokus pada komputer di hadapannya.
Wrath menarik kerah baju milik Envy dan menampar wajah penuh kecemburuan itu keras sehingga membuat wajah Envy merah dengan bekas telapak tangan Wrath.
"Aku serius bodoh! Bisa kah kau tak bermain-main padaku?! Atau kau mau menggantikannya dan sparring denganku?!" Suara menakutkan Wrath menggema di ruangan itu dan Envy masih tetap pada ekspresinya. Diam dan datar seraya memandang lurus ke arah Wrath yang meledak-ledak di hadapannya.
"Jika kau mau kau boleh 'bermain' dengan dia" Saran Envy kalem lalu melepaskan cengkraman di kerah bajunya.
Wrath berdecih saat mengerti siapa yang dimaksud 'dia' oleh Envy. Dia berbalik dan keluar dari ruangan Envy dengan geram.
BBLAMM
Pintu di tutup kasar oleh Wrath dan membuat Envy menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan salah satu adiknya itu.
"Anakku dan para kebajikan pasti bisa mengalahkan kalian brengsek! Apa kau tak tahu anakku lah yang memegang kunci hidup kalian"
Suara itu terdengar di telinga Envy membuat tangan yang memegang pensil tadi hancur seketika karena genggamannya. Ditatapnya penuh murka pada sebuah tabung percobaan yang berisik di belakangnya.
Yang ada di dalam sana tersenyum remeh pada lawannya, "Kenapa? Apa kau takut? Ck, tak kusangka sang kecemburuan hati bisa takut oleh hal seperti itu"
Tulisan-tulisan yang keluar dari layar itu membuatnya geram apalagi saat melihat wajah Reiji yang seakan merendahkan dirinya.
Di hentakkannya kasar tabung tersebut hingga hampir retak lalu berdiri di hadapan pria itu dengan pandangan murka yang sangat ketara di wajahnya, "Anakmu itu tak akan tahu jika dia lah kunci As kami dan akan kupastikan dia mati duluan saat di Aquarld!" Gertak Envy dengan suara beratnya.
Dia kemudian pergi dari ruangannya dan mencari keberadaan kakak sulungnya. Mereka harus segera bergerak cepat sebelum putri tertua itu menyadari semuanya.
****
Kelopak matanya kembali terbuka dan menampilkan iris biru miliknya, bulan di atas sana sudah muncul menandakan hari sudah berganti malam.
Furuya bangkit dari tidurnya dan menatap sekeliling. Agak terkejut saat menyadari dirinya masih ada di kawasan Bloodarld.
Angin malam berhembus lembut menerpa wajah serta rambutnya mengantarkan sensasi dingin menusuk kulit.
"Ka-Furuya kau sudah bangun?" Tanya Ruki, sepertinya pemuda itu baru saja sampai setelah sebelumnya dia kembali ke rumah saudaranya.
Furuya mengangguk sejenak lalu kemudian memejamkan matanya. Dia bisa merasakan kehadiran sosok asing yang menyertai adik-adiknya.
Pirang
Raven
Sapphire
Tembaga
Apa pun itu pasti bukan hal baik pada rombongan mereka. Furuya tahu itu setiap dia bersama seseorang dia bisa merasakan aura mereka dan aura yang melekat pada rombongan putra putri itu hitam.
"Pertanda buruk" Gumamnya pelan namun Ruki masih bisa mendengarnya dengan jelas. Perasaan gelisah melingkupi dirinya saat tahu itu adalah milik Furuya.
Mereka terikat satu sama lain jika Furuya merasakan kegelisahan maka Ruki juga akan merasakan kegelisahan tersebut. Begitu pula sebaliknya jika Ruki merasakan kesakitan maka Furuya juga akan merasakan kesakitan.
Takdir mereka sudah tertulis untuk menjadi pasangan dan juga takdir telah menentukan apa yang akan mereka lakukan untuk menghadapi para musuh mereka.
"Tenang saja, aku yakin Mizuki mengetahuinya" Aku Ruki mencoba menenangkan kekasihnya tersebut.
Tapi nyatanya ucapan penenang Ruki tak membuatnya tenang malah semakin gelisah walaupun raut wajahnya masih sama. "Justru itu yang Furuya khawatirkan! Kau tahu sendiri kan Mizuki itu seperti apa? Furuya takut jika dia mengetahuinya dan asal bicara akan ada perkelahian yang terjadi disana!" Sentak Furuya tajam yang mampu membuat Ruki terdiam.
Dia hanya bisa mengelus pelan surai biru Furuya seraya menenangkan gadisnya kembali sampai Furuya benar-benar tenang.
Kartu As...
Biru
Griffin
Keduanya tersentak saat mendengar suara Reiji yang berhembus di dalam angin. Walau hanya sebuah lirihan yang terdengar mereka bisa dengan jelas menangkap suara itu.
"Kartu As?"
"Apa yang di maksud Tuan Reiji dengan kartu As, Biru dan Griffin?" Gumam Ruki perlahan.
Furuya menggeleng tak paham lalu wajahnya kembali mendongak menatap rembulan yang masih setia bersinar di atas, "Furuya tak tahu tapi sepertinya-"
Ruki memandang ke arah Furuya yang menghentikan ucapannya, bisa dia lihat sebuah harapan di mata biru itu membuatnya mau tak mau tersenyum kecil.
"Mama pasti memberi kita petunjuk"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top