7. Gadis Menyedihkan

Keesokan harinya, Hazel terbangun dengan rasa berat di kepalanya. Pusing yang hebat membuatnya tak bisa bangkit dari tempat tidur. Tubuhnya terasa panas, dan demamnya tinggi.

Saat pelayan datang atas perintah Count Ellsworth, Hazel hanya bisa terbaring lemah. "Nona, apakah Anda baik-baik saja?" tanya pelayan itu cemas.

Hazel hanya mampu menggeleng pelan, napasnya berat. "Aku tak bisa bangun... demamku tinggi..."

Pelayan itu segera melapor kepada Barnum. "Tuan, Lady Hazel demam dan tidak bisa bangun dari tempat tidur."

Barnum merespons dengan kesal. "Lagi-lagi dia sakit!" geramnya. "Baru saja ada kabar dari Duke Kingsley bahwa dia akan berkunjung sore ini. Sekarang, Hazel malah sakit!"

Dengan nada tegas, Barnum memerintahkan pelayan, "Segera panggil dokter! Pastikan dia datang secepatnya dan Hazel harus bisa bangun sebelum Duke Kingsley tiba. Apapun yang terjadi, Hazel harus dalam kondisi baik!"

Pelayan itu segera pergi memanggil dokter, sementara Barnum duduk di ruang kerjanya dengan perasaan gusar. Waktu terasa berjalan lambat bagi Barnum, yang semakin gelisah memikirkan reaksi Duke Kingsley jika mendapati tunangannya sakit parah. Rencana yang telah dirancang dengan teliti kini terancam gagal hanya karena Hazel kembali sakit.

"Haahhh... anak lemah yang merepotkan!" Barnum memijat keningnya yang terasa penat.

Tak lama kemudian, dokter yang dipanggil pelayan tiba. Dengan cepat ia dibawa ke kamar Hazel dan segera memeriksa kondisinya. "Demamnya cukup tinggi," kata dokter, "tapi kita bisa mencoba menurunkannya dengan obat dan kompres dingin. Saya akan memberikan suntikan untuk membantu menurunkan demamnya lebih cepat."

Barnum, berdiri di ambang pintu kamar Hazel, mendengarkan dengan seksama. "Pastikan dia bisa bangun dan terlihat sehat sebelum sore ini, dokter. Apa pun yang harus Anda lakukan."

Dokter mengangguk tegas, segera mempersiapkan obat-obatan yang diperlukan. "Kami akan melakukan yang terbaik, Tuan Ellsworth."

Sementara dokter dan pelayan sibuk merawat Hazel, Barnum mencoba mengatur strategi lain jika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana. Ia tahu bahwa kunjungan Duke Kingsley ini sangat penting bagi keluarga Ellsworth, dan ia tidak bisa membiarkan sakitnya Hazel merusak kesempatan ini.

"Hazel, apapun yang terjadi, kau harus bangun sore nanti!" Barnum keluar dari kamar Hazel dengan bersungut-sungut.

Di dalam kamarnya, Hazel berusaha keras melawan rasa sakit dan kelemahan yang menguasainya. Ia mendengar sepintas percakapan antara dokter dan pelayan, menyadari betapa pentingnya kunjungan Duke Kingsley sore itu. Namun, tubuhnya terasa begitu berat, dan matanya sulit dibuka.

***

Duke Rainhard Kingsley duduk di meja kerjanya meneliti dokumen di hadapannya. Pria berambut hitam dan tampan itu tampak tenggelam dalam pikirannya ketika pintu ruang kerjanya diketuk pelan.

"Masuk," suaranya tegas namun tenang.

Francisco, kepala pelayan setianya, melangkah masuk dengan sopan. "Tuan Kingsley," sapa Francisco dengan penuh hormat. "Ada laporan yang perlu saya sampaikan."

Rainhard mengalihkan pandangannya, mata birunya yang tajam menatap Francisco. "Ada apa, Francisco?"

Francisco menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Salah satu kurir yang kita kirim ke rumah keluarga Count Ellsworth mendengar bahwa putri mereka, Lady Hazel, sakit lagi. Count Ellsworth segera memanggil dokter dan tampaknya memaksa putrinya untuk sembuh agar bisa bertemu dengan Anda nanti sore."

Mata Rainhard menyipit, menunjukkan kekhawatiran dan ketegasan. Ia menghela napas panjang, meletakkan pena yang dipegangnya. "Jadi, mereka memaksa wanita yang sedang sakit untuk bertemu denganku," gumamnya dengan nada getir.

Rainhard berdiri dari kursinya, tubuh tegapnya bergerak anggun menuju jendela. Ia menatap keluar sejenak, merenungkan situasi ini. Setelah beberapa saat hening, ia berbalik menghadap Francisco.

"Francisco," katanya dengan suara tegas namun lembut, "kirimkan pesan resmi ke keluarga Ellsworth. Sampaikan bahwa Duke Kingsley membatalkan kunjungan ke kediaman mereka. Minta Lady Hazel untuk beristirahat dengan baik di rumah."

Francisco mengangguk cepat, matanya memancarkan rasa hormat dan pengertian. "Baik, Tuan Rainhard. Akan segera saya laksanakan."

Rainhard menghela napas lagi, matanya menatap jauh ke luar jendela. "Aku tidak ingin dia dipaksa dalam keadaan seperti itu. Kesehatannya jauh lebih penting daripada pertemuan ini."

Francisco tersenyum tipis, memahami perasaan atasannya. "Anda benar, Tuan. Saya akan memastikan pesan ini disampaikan dengan segera."

"Terima kasih, Francisco," jawab Rainhard dengan lembut. "Pastikan pengirim pesan itu memahami betapa pentingnya hal ini."

Francisco membungkuk sedikit sebelum meninggalkan ruangan, meninggalkan Rainhard dengan pikirannya. Di balik sikapnya yang tenang dan terkendali, ada keprihatinan mendalam terhadap Lady Hazel. Ia tahu betapa beratnya beban yang mungkin dipikul oleh seorang wanita muda yang dipaksa untuk memenuhi harapan keluarganya.

Rainhard kembali ke meja kerjanya, mengambil pena dan mulai menulis catatan tambahan untuk memastikan pengiriman pesan tersebut tepat waktu. Ia berharap pesan ini akan memberikan sedikit kedamaian bagi Lady Hazel, meskipun ia belum pernah bertemu dengannya secara langsung. Hanya melalui tindakannya ini, ia berharap bisa memberikan sedikit keringanan bagi gadis yang mungkin merasa tertekan oleh situasi yang ada.

Sementara itu, Francisco bergerak cepat untuk menyampaikan pesan tersebut. Ia tahu bahwa tugasnya tidak hanya melibatkan keterampilan dalam menyampaikan pesan, tetapi juga pemahaman akan kepekaan dan rasa hormat terhadap kondisi yang dihadapi oleh keluarga Ellsworth. Dengan hati-hati, ia memastikan bahwa pesan dari Duke Kingsley akan diterima dengan baik, membawa sedikit kelegaan di tengah ketegangan yang mungkin terjadi di rumah keluarga Ellsworth.

Namun, pembatalan itu tidak membawa kedamaian bagi Count Barnum Ellsworth. Hazel terbaring lemah di tempat tidurnya, tubuhnya terasa demam. Mendengar bahwa Duke Rainhard Kingsley membatalkan kunjungannya membuat Hazel merasa lega. Ia menatap langit-langit kamarnya, mencoba mengatur napas di tengah kelelahan yang mendera.

Suara pintu yang terbuka dengan keras mengejutkan Hazel. Ia menoleh dan melihat ayahnya, Count Barnum Ellsworth, masuk dengan wajah merah padam penuh amarah. Di belakangnya, ibunya, Samantha, tampak cemas namun tidak berani mendekat karena larangan sang suami.

"Hazel, kau benar-benar membuat malu keluarga ini!" teriak Barnum, matanya menyala-nyala dengan kemarahan. "Karena kau sakit, Duke Kingsley membatalkan kunjungannya! Apa kau tidak tahu betapa pentingnya kunjungan itu bagi keluarga kita?"

Hazel hanya bisa menatap ayahnya dengan tatapan lemah, tidak mampu membela diri. Tubuhnya masih lemah dan pusing, membuatnya sulit untuk berbicara. Di dalam hatinya, ia merasa terluka oleh kemarahan ayahnya yang selalu begitu keras padanya.

"Ini tidak bisa dibiarkan," lanjut Barnum dengan suara dingin. "Kau harus bertanggung jawab atas tindakanmu. Pelayan!" panggilnya dengan suara keras.

Seorang pelayan bergegas masuk, menundukkan kepala dengan hormat. "Ya, Tuan?"

"Bawa Lady Hazel ke Katedral St. Patrick," perintah Barnum tanpa memandang pelayan tersebut. "Dia harus mendapatkan berkat dari Uskup Agung Gregory Wilton."

Pelayan itu tampak ragu sejenak, memandang Hazel yang terbaring lemah di tempat tidur. "Tuan, Lady Hazel masih sakit..."

"Tidak peduli!" bentak Barnum. "Ini adalah perintah! Dia harus dibawa ke katedral untuk berdoa dan mendapatkan berkat. Berkat itu akan membuatnya sembuh. Cepat bawa. Segera!"

Pelayan itu mengangguk patuh, meskipun terlihat khawatir. Ia mendekati Hazel dan dengan hati-hati membantu wanita muda itu bangkit dari tempat tidurnya. Hazel mencoba berdiri, namun tubuhnya yang lemah membuatnya hampir terjatuh.

"Ibu..." panggil Hazel dengan suara lemah, menatap ibunya dengan mata yang penuh harap. Namun Samantha hanya bisa menatap balik dengan wajah penuh keprihatinan, tidak berani melawan perintah suaminya.

"Ayo, Lady Hazel," kata pelayan itu dengan lembut, membimbingnya keluar dari kamar. "Kita harus pergi sekarang."

Hazel berjalan pelan-pelan, langkahnya tertatih-tatih di bawah tatapan tajam ayahnya. Dalam hatinya, ia merasa terluka dan lelah oleh tekanan yang terus menerus menghantuinya. Namun ia tahu bahwa melawan tidak akan mengubah apapun.

Ketika mereka sampai di depan pintu, Count Barnum berkata dengan nada dingin, "Ingat, Hazel. Nama baik keluarga Ellsworth harus dijaga. Jangan membuat lebih banyak masalah lagi."

Hazel hanya mengangguk lemah, tidak memiliki kekuatan untuk menjawab. Pelayan itu membantunya masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan, dan mereka segera berangkat menuju Katedral St. Patrick.

Di dalam mobil, Hazel merasakan perjalanan yang sedikit membuat tubuhnya yang lemah semakin lemas. Ia menatap ke luar jendela, melihat pemandangan yang berlalu dengan cepat. Di dalam hatinya, ia bertanya-tanya mengapa hidupnya selalu penuh dengan tuntutan dan tekanan.

Saat mereka mendekati katedral, pelayan itu berbicara dengan lembut, "Nona, saya akan membantu Anda sebisa mungkin. Tetaplah kuat, kita akan segera sampai."

Hazel hanya bisa mengangguk, mencoba mencari kekuatan di tengah kondisi tubuhnya yang lemah. Ia tahu bahwa di hadapan Uskup Agung Gregory Wilton, ia harus menunjukkan bahwa dirinya kuat dan mampu memenuhi harapan keluarganya, meskipun hatinya terluka dan tubuhnya lelah.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top