21. Ada Apa Dengan Duke?

Amarah Barnum memuncak. Dia hampir kehilangan kendali. Acara ini sangat penting untuk masa depan keluarganya. Selama pesta berlangsung, Barnum berbicara dengan beberapa bangsawan. Mereka sangat kagum, tidak menyangka Barnum bisa mendapatkan menantu seperti Rainhard Kingsley. Mereka merasa terkesan dan menghormati Barnum. Tentu saja, Barnum tidak ingin pendapat para bangsawan berubah hanya karena sikap menantunya yang sombong.

"Ada apa? Apakah pestanya tidak cukup meriah? Masih banyak tamu yang belum mengobrol dengan Anda. Mereka semua ingin bertemu dan menyambut Anda," cecar Barnum.

Rainhard yang sejak tadi diam, menatap Barnum dengan dingin. "Apakah mereka semua buta dan tidak melihatku di pesta tadi? Seharusnya mereka mengerti bahwa pengantin baru seperti aku dan Haz membutuhkan waktu untuk berdua," katanya dengan nada tajam.

Barnum terdiam, tidak mampu menjawab. Ia tahu Duke Kingsley adalah orang yang keras kepala, dan perdebatan ini tidak akan mudah. Barnum mencoba tersenyum meski hatinya gelisah. "Ini adalah pesta pernikahan kalian. Kalian harus menjadi pusat perhatian. Para tamu sudah menunggu."

Rainhard mendekat, tatapannya semakin dingin. "Jika Anda sangat menyukai pesta, Count Ellsworth, aku akan mengadakan pesta lain di mansion Kingsley nanti. Anda bisa menjadi tuan rumahnya. Apakah itu cukup?"

Barnum merasa wajahnya memerah. "Bukan itu maksudku, Duke Kingsley. Aku hanya ingin semuanya berjalan lancar."

Namun, Rainhard tetap keras pada pendiriannya. "Aku ingin pulang."

Barnum menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Apa alasan Anda ingin pulang, Duke Kingsley? Pestanya baru saja dimulai."

Rainhard menatap Barnum tajam. "Hazel terluka," jawabnya singkat.

Barnum terdiam, merasa semakin tidak berdaya. Ia tahu tidak ada lagi yang bisa dikatakannya untuk mengubah keputusan Rainhard. Perlahan Count Barnum mendekati Hazel. "Hazel, apa yang terjadi? Biarkan aku melihat lukau," katanya sambil meraih kaki putrinya.

Hazel mundur sedikit, tidak ingin ayahnya melihat lebih dekat. "Tidak apa-apa, Ayah. Hanya luka kecil," jawabnya pelan.

Barnum membuka perban di kaki Hazel. "Kau benar, hanya luka kecil. Kau bisa duduk di pesta nanti, yang penting adalah kehadiranmu dan Duke Kingsley. Ayah tidak ingin membuat tamu-tamu kehormatan itu tersinggung."

"Terima kasih, Count Ellsworth, tetapi kami harus pergi. Pesta ini sudah cukup. Istriku terluka dan memerlukan perawatan," kata Rainhard dengan tegas.

Barnum memandang Rainhard dengan tatapan tidak suka, tetapi dia tidak berani mengkonfrontasi langsung. "Duke Kingsley, ini hanya cedera kecil. Kita bisa mengobatinya di sini. Tidak perlu buru-buru pulang."

Rainhard tetap tegas. "Dengan segala hormat, Count Barnum, Hazel adalah istriku sekarang. Saya bertanggung jawab atas kesehatannya."

Hazel menatap ayahnya dengan cemas, tetap diam dalam ketegangan. Ia tahu betapa kerasnya ayahnya, dan tidak ingin menambah masalah.

Barnum menahan diri, menutup mulutnya rapat-rapat. Ia tidak ingin memulai pertengkaran di depan para tamu, jadi ia hanya mengangguk dengan terpaksa. "Baiklah, tapi pastikan dia mendapatkan perawatan yang baik."

Rainhard mengangguk singkat, lalu mengangkat Hazel dengan hati-hati. Tanpa banyak bicara, dia berjalan menuju pintu belakang, menghindari para tamu. Mereka melangkah keluar ke malam yang dingin, menuju mobil keluarga Kingsley yang sudah menunggu di halaman.

Di dalam mobil, keheningan menyelimuti mereka. Hazel tetap diam, menatap kosong ke luar jendela. Rainhard memegang tangannya dengan lembut, merasakan ketegangan dari tubuh istrinya.

"Hazel," katanya dengan suara lembut. "Kenapa kau diam saja? Apakah karena lukau?"

Hazel menggeleng perlahan, air mata menggenang di sudut matanya. "Bukan karena luka ini, Rain. Selama ini, aku tidak pernah berani membantah ayahku. Aku... aku takut."

Rainhard menghela napas, menatap wajah istrinya yang pucat. "Kau tidak perlu takut lagi. Mulai saat ini, kau tidak perlu lagi mempedulikan Count Barnum. Kau sekarang adalah Duchess Kingsley. Kau adalah tanggung jawabku, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu."

Hazel terdiam, hatinya berdebar mendengar kata-kata suaminya. Dia merasa bingung dan lega sekaligus. Selama ini, tidak pernah ada yang membelanya seperti Rainhard. Tidak pernah ada yang berdiri melawan Count Barnum demi dirinya.

"Terima kasih, Rain," bisiknya akhirnya, air mata mulai mengalir di pipinya. "Aku tidak tahu harus bagaimana... Terima kasih telah melindungiku."

Rainhard menarik Hazel ke dalam pelukannya, mengusap punggungnya dengan lembut. "Kau tidak sendiri lagi, Hazel. Aku akan selalu ada untukmu."

Malam itu, di dalam mobil yang melaju menuju rumah mereka, Hazel merasa untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia bisa merasakan kedamaian. Dalam pelukan suaminya, dia menemukan keberanian yang selama ini tidak pernah dia miliki. Mereka akan menghadapi dunia bersama, dan dia tahu bahwa selama ada Rainhard di sisinya, dia tidak perlu takut lagi.

***

Count Barnum kembali ke aula pesta dengan wajah merah padam, mendengar bisikan para tamu yang semakin membakar amarahnya.

Lady Elizabeth, seorang bangsawan lanjut usia, berkata, "Sungguh tak terduga, bukan? Duke Kingsley yang begitu tampan dan berpengaruh menikahi Lady Hazel Ellsworth yang sakit-sakitan."

Lord Edward, bangsawan berpengaruh di Verdantia, sambil meneguk wine, menimpali, "Ah, benar sekali, Lady Vladia. Kami semua terkejut mendengar berita ini. Bagaimana mungkin Duke kita memilih wanita yang begitu... rapuh?"

Duchess Irmina menyeringai, "Mungkinkah Count Barnum Ellsworth menggunakan cara-cara yang tidak benar untuk memastikan pernikahan ini terjadi."

Lady Elizabeth menatap tajam, "Oh? Cara-cara tidak benar, katamu? Maksudmu, semacam intrik atau mungkin... ancaman?"

Lord Edward tertawa kecil. "Atau mungkin juga ada urusan keuangan yang mencurigakan."

Duchess Irmina mengangguk setuju. "Sulit dipercaya Duke Kingsley yang terkenal dengan kehormatannya bisa tergoda oleh hal-hal semacam itu."

Lady Elizabeth menghela napas. "Betapa malangnya Lady Hazel. Meski begitu, mungkin pernikahan ini akan membawa keberuntungan baginya. Mungkin kesehatan dan kedudukannya akan membaik setelah menjadi Duchess."

Lord Edward menjawab dengan sinis, "Kita lihat saja. Namun, aku tetap curiga ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini."

Barnum yang mendengar bisikan-bisikan itu menggertakkan giginya dan meninggalkan aula pesta dengan langkah besar. Dia menuju ruang istirahat, tempat Rainhard sebelumnya merawat Hazel. Amarahnya memuncak ketika dia melihat meja dengan kotak obat di sana. Tanpa berpikir panjang, dia membalikkan meja itu dengan kekuatan penuh hingga kaca mejanya pecah berkeping-keping.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada Duke Kingsley?!" teriak Barnum, suaranya bergetar oleh kemarahan. "Bukankah sebelumnya dia tampak seperti menantu yang bisa diatur dan dimanfaatkan? Apakah aku salah mengira?"

Dia memukul dinding dengan tinjunya, frustrasi karena tidak mampu memahami perubahan mendadak Duke Kingsley.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top