10. Pesta Topeng
Di kediamannya, Barnum merasakan ketegangan saat menerima undangan pesta topeng dari keluarga Vesper. Mengingat usianya yang sudah lanjut, ia merasa acara itu lebih cocok dihadiri oleh generasi muda. Barnum berpendapat bahwa lebih baik jika Hazel yang mewakili dirinya. Putrinya akan lebih pantas berada di acara tersebut.
"Duke Kingsley!" Nama itu tiba-tiba muncul dalam pikiran Barnum. Ia yakin calon menantunya pasti juga diundang. Sosok Duke Kingsley sangat berpengaruh dalam lingkaran sosial. Akan sangat menguntungkan jika Hazel datang bersama Duke Kingsley. Mungkin ini kesempatan bagi mereka untuk saling mengenal lebih baik. Barnum tersenyum puas dengan ide briliannya.
"Ramon," panggil Barnum pada kepala pelayannya dengan nada tegas.
Ramon, yang selalu siap menjalankan perintah, segera menghampiri. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"
"Sambungkan saya dengan Duke Kingsley," perintah Barnum.
Setelah telepon tersambung, suara bariton Duke Kingsley terdengar dari ujung telepon.
"Selamat malam," sapa Duke Kingsley.
"Selamat malam, Duke Kingsley. Saya yakin Anda juga menerima undangan pesta topeng dari keluarga Vesper."
"Tentu saja."
"Anda pasti akan hadir, bukan?" tanya Barnum dengan penuh harap.
"Anda tahu bahwa saya bukan penggemar acara seperti itu."
"Ah, begitu," jawab Barnum dengan nada kecewa.
"Namun, saya mungkin akan mempertimbangkan kehadiran saya jika putri Anda mau menemani."
"Bagus sekali!" Kekecewaan Barnum lenyap seketika dan digantikan dengan kegembiraan. "Saya akan memastikan Hazel siap untuk menemani Anda."
"Jika demikian, saya akan datang ke kediaman Anda untuk menjemput putri Anda."
Barnum menutup telepon dengan penuh kegembiraan. Rencananya berjalan dengan lancar. Ia segera memanggil Ramon.
"Siapkan Hazel dengan sebaik mungkin. Ia harus tampil mengesankan. Jangan sampai mengecewakan Duke Kingsley," perintah Barnum.
***
Hazel duduk di depan cermin dengan ketidaknyamanan yang mencolok. Ayahnya telah memintanya untuk berdandan seindah mungkin agar dapat menemani calon suaminya ke pesta topeng yang diadakan oleh Keluarga Vesper. Para pelayan yang ditugaskan oleh Barnum bekerja keras untuk mengubah wajah pucat Hazel menjadi tampak sehat dan cerah. Namun, daripada penampilannya, Hazel lebih khawatir tentang hal lain.
Ia merasa cemas memikirkan bagaimana cara bersikap di hadapan pria yang belum dikenal. Setiap gerakan kuas di wajahnya seolah semakin menambah ketegangan dan kekhawatirannya. Hazel menatap cermin, berusaha menemukan keberanian di balik lapisan make-up yang menutupi kulitnya yang pucat.
Ia merasa seperti boneka yang dipamerkan, tanpa kendali atas apa yang akan terjadi. Detik demi detik terasa sangat lambat, sementara perasaannya terus bergejolak.
"Lady," ujar Ramon saat memasuki ruang rias, "Anda tampak sangat menawan."
Hazel tidak merasakan kebanggaan atas pujian tersebut. Ia hanya memberikan senyum lemah.
"Duke Kingsley telah tiba."
Hazel terkejut. Ia tidak ingin pergi bersama pria yang baru dikenalnya. Ini adalah pertemuan pertama mereka. Rasa ingin memberontak dan melarikan diri sangat kuat, namun ia tidak memiliki pilihan lain.
Setelah para perias selesai, Ramon mengulurkan tangannya untuk membantu Hazel berdiri. "Ayah Anda dan Duke Kingsley sedang menunggu."
Hazel meraih tangan Ramon dan menuruni tangga. Jantungnya berdegup cepat. Suara ayahnya bercakap-cakap dengan pria asing semakin membuatnya gelisah.
Ketika ia tiba di bawah, pria yang sedang berbicara dengan Barnum Ellsworth menoleh. Dari balik topeng hitam keemasan, mata birunya menatap Hazel.
"Ah, ini putriku," kata Barnum sambil menggandeng tangan Hazel dan membawanya ke arah Duke Kingsley. "Semoga Anda menikmati pesta."
Duke Kingsley menggenggam tangan Hazel. "Aku akan menjaga putrimu."
Hazel berbisik, "Aku pamit, Ayah."
"Tanganmu terasa dingin," kata Duke Kingsley, melepaskan tangan Hazel ketika mereka tiba di depan mobilnya yang mewah.
Hazel terpaku sejenak. Suara ini terasa akrab, tapi kapan ia pernah mendengarnya? Bukankah mereka baru pertama kali bertemu?
Supir Duke Kingsley membuka pintu mobil untuk mereka. Namun, Hazel tetap berdiri, sibuk memikirkan suara yang terdengar familiar.
"Ladies first," kata Duke Kingsley, mempersilakan Hazel untuk masuk ke dalam mobil.
Hazel menaiki mobil hitam itu tanpa berkata sepatah kata pun.
"Apakah kau lupa bahwa kita diundang ke pesta topeng oleh Keluarga Vesper?" tanya Duke Kingsley memecah keheningan saat mobil mulai bergerak.
"Saya ingat."
"Kenapa kau tidak memakai topeng?"
"Saya hanya lelah berpura-pura. Apakah Anda keberatan jika saya tampil apa adanya di pesta nanti, Duke Kingsley?"
"Jangan terlalu formal, Lady. Lagi pula, kita akan segera menikah," jawab Duke Kingsley sambil tersenyum tipis. "Aku tidak ingin siapa pun merasa tertekan bersamaku. Sebenarnya, aku tidak begitu suka menghadiri pesta atau basa-basi."
"Kalau begitu, mengapa Anda datang?"
"Untuk urusan bisnis," jawab Duke Kingsley. "Apakah kau keberatan jika di pesta nanti harus sendirian? Aku perlu berbicara tentang beberapa hal penting dengan rekan-rekanku di sana."
"Tidak masalah, asalkan Anda ingat untuk mengantarkan saya pulang," kata Hazel.
***
Duke Kingsley benar-benar menunjukkan sikapnya yang tidak peduli. Dia meninggalkan Hazel di tengah ballroom dan bergabung dengan kerumunan orang-orang penting, tertawa sambil menikmati sampanye.
Hazel merasa frustrasi dan tidak mengerti mengapa ayahnya sangat bersemangat menjodohkannya dengan pria yang tampaknya egois seperti Duke Kingsley. Namun, ia memutuskan untuk tidak larut dalam kesedihan. Jika calon suaminya bisa bersenang-senang, maka ia juga berhak mencari kesenangannya sendiri.
Dengan tekad baru, Hazel menaiki tangga menuju lorong yang sepi dan akhirnya sampai di balkon. Pemandangan malam dari sini sangat memukau, dengan langit yang bertabur bintang dan puncak menara kastil kuno yang megah. Negara ini tetap menjaga pesona arsitektur kuno di tengah kemajuan zaman. Hazel menikmati sampanye sambil menikmati keindahan malam.
Tiba-tiba, sebuah suara familiar memecah keheningan. "Apa yang Lady lakukan di sini?"
Hazel berbalik dan terkejut. "Anda..."
"Ya, aku," jawab Rainhard dengan senyuman. Tanpa topeng, matanya yang sebiru samudera menatap Hazel dengan penuh perhatian.
"Kenapa Anda berada di sini?"
"Karena aku diundang," jawab Rainhard dengan nada menggoda.
Hazel memandang pria itu sejenak dengan rasa rindu, namun segera mengontrol dirinya. "Tuan sepertinya sering muncul di acara-acara bergengsi," ujarnya dengan datar.
Rainhard bertanya dengan nada lembut, "Apakah Lady benar-benar tidak mengenalku?"
Hazel menjawab singkat, "Tidak perlu saling mengenal, karena tidak ada kesempatan untuk menjalin hubungan apa pun setelah aku menikah."
Rainhard tertawa dengan nada sinis. Hazel merasa bingung kenapa pria misterius ini bisa tertawa di tengah situasi yang canggung seperti ini.
"Mungkin kau tidak mengenalku, Lady, tapi aku yakin kau tidak bisa melupakan diriku," kata Rainhard penuh keyakinan.
Hazel menunduk, merasa malu karena Rainhard tampaknya mengetahui isi hatinya. "Anda tidak seharusnya berada di sini."
"Begitulah wanita," ujar Rainhard sambil menyesap sampanye dengan santai. "Apa yang kau katakan seringkali berbeda dengan apa yang kau rasakan."
"Apa maksud Anda?" Hazel meliriknya.
"Kau bisa menilai sendiri. Apakah apa yang kau ucapkan sama dengan apa yang kau rasakan sebenarnya?"
"Kita tidak perlu saling mengenal," kata Hazel. "Aku datang bersama calon suamiku."
"Biarkan aku menebak. Calon suamimu lebih fokus pada urusan bisnis daripada memperhatikanmu. Itulah mengapa kamu berada di sini... bersamaku."
"Anda..." Hazel menatapnya dengan marah, merasa tersinggung oleh tebakan Rainhard yang akurat.
"Jelas sekali kau akan merasa tersiksa jika menikah dengan pria seperti itu," cemooh Rainhard. "Apakah kau tidak ingin mengejar apa yang dulu kau sebut sebagai 'keinginanmu sendiri'?"
"Itu bukan urusan Anda," jawab Hazel.
"Justru itu urusanku." Rainhard mendekat dan berbisik di telinga Hazel. "Aku tahu tempat yang menarik di mana kita tidak akan diganggu. Tertarik? Tidak ada yang akan tahu."
Hazel merasakan getaran di tubuhnya. Tawaran itu sangat menggoda. Pria ini sangat menarik, dengan misteri yang mengelilinginya.
Kemudian, dengan gaya yang penuh pesona, Rainhard bertanya, "Jadi, apakah Lady tetap tidak tertarik menghabiskan malam yang menyenangkan denganku?"
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top