Chapter 7
Saat masih subuh, kakak mereka meminta izin untuk pulang setelah membantu membereskan dorm mereka. Sebelumnya, Iori mengatakan pada Chisa jika ia akan menunggunya di depan halte yang tidak jauh dari dorm Idolish7 untuk berangkat sekolah bersama.
Chisa hanya mengiyakan saja.
"Huwaa! Chisa-san!"
Chisa hapal teriakan itu. Ia hanya diam. Karena, nanti yang butuh juga akan datang.
Benar saja, Sachi berlari dengan pakaian seragam dan langsung menggenggam tangannya, "Aku lupa membawa penggaris saat berkemas waktu itu. Boleh aku pinjam punyamu?"
"Tidak," jawab Chisa.
"Ayolah, Chisa-san! Boleh ya."
"Tidak. Nanti dimutilasi pula itu penggaris."
"Tolong, Chisa-san. Nanti aku ada matematika."
"Sebentar, Neko dimana?" Chisa mengalihkan pembicaraan. Dan Sachi pun ikut memberikan tatapan heran.
"Ada. Lagi mandi dia. Katanya nanti dia mau ...."
"Mau apa?"
Glek. Sachi menelan ludah dan menatap ketuanya dengan ragu, "Mau ... mau ...."
"Neko, punya penggaris tidak? Sachi mau minjam. Aku tidak bisa meminjamkan milikku untuk saat ini," potong Chisa.
"Oh, penggaris. Ambil saja di meja," ucap Neko.
Dengan langkah semangat, Sachi berlari memasuki kamar ketuanya.
"Jangan lari-lari," tegur Neko. Lalu, Neko menatap Chisa, "Tidak siap-siap?"
"Sudah. Tinggal ganti seragam saja."
"Ingin bekal apa?"
"Sesempatmu saja, Neko. Aku tahu kau juga masih pusing karena dibohongi mereka kalau itu kadar alkoholnya lumayan tinggi."
Neko menghela nafas lelah, "Iya-iya."
"Yeay! Terimakasih, Neko-san! Sayang Neko-san! Ga sayang Chisa. Bweee," ucap Sachi lalu ia berlari dan mengunci kamarnya untuk mencegah amukan Chisa.
Akan tetapi, Neko dan Chisa justru mengedikkan bahu lalu mereka kembali ke aktivitasnya masing-masing.
*****
Sarapan dan bekal sudah selesai Neko buat. Dan untungnya, tanpa diminta, kedua rekannya sudah datang dengan sendirinya.
Mereka mengambil bekal dan memasukkannya ke tas. Setelahnya, baru mereka sarapan bersama.
"Masakan Neko-san mirip dengan masakan Mama," ucap Sachi yang dengan lahapnya menyantap sarapannya.
Neko hanya memberikan senyum singkat, "Terimakasih."
"Kau yakin tidak apa-apa sendiri?" ucap Chisa.
"Tidak apa. Hanya butuh tidur lebih. Nanti juga sembuh," ucap Neko.
"Neko-san kalau sakit, biar Sachi yang rawat ya," ucap Sachi.
"Pasti ada maunya," ucap Chisa dengan tatapan curiga.
"Hehehe." Sachi hanya bisa tertawa renyah.
Setelah sarapan, Chisa dan Sachi berangkat sekolah. Meninggalkan Neko sendiri di dorm yang terbilang sangat besar.
Jujur saja, saat ini kepala dari sang ketua yang baru saja debut ini terasa sangat pusing. Bahkan lebih hebat dari sebelumnya.
'Sial,' umpatnya. Sesegera mungkin, ia mencuci piring lalu merebahkan dirinya di kasur.
*****
Chisa bertemu Iori didepan dorm Idolish7. Disana, tampak Sougo yang mengantarkan bekal mereka.
"Selamat pagi, Chisa," sapa Sougo yang menyadari kehadiran dirinya.
"Selamat pagi," balas Chisa.
"Hm? Ada apa dengan wajah tertekuk itu?" tanya Tamaki dengan tatapan polos.
"Sougo, tolong bilang pada Yamato untuk tidak memaksa Neko minum lagi. Apalagi menipunya dengan kadar alkohol rendah," ucap Chisa dan tampak seperti ibu-ibu kos yang sedang menagih uang bulanan.
"Memangnya Neko-san kenapa?" tanya Iori dengan tatapan curiga.
"Dia pucat, pusing, seperti orang demam," ucap Chisa.
"Bukannya kulit Neko memang pucat?" tanya Tamaki.
"Memang kulitnya putih. Tapi tidak seputih orang sakit," jelas Chisa.
"Eh!? Neko sakit!" Tamaki terkejut.
"Sekarang, bagaimana kondisinya? Di dorm sendiri?" tanya Iori.
"Iya," jawab Chisa singkat.
"Baiklah, akan aku sampaikan. Dan, sekarang kalian harus berangkat agar tidak ketinggalan bus," sela Sougo yang memang ada benarnya. Mereka nyaris ketinggalan bus.
*****
Saat jam istirahat tiba, Chisa, Iori, dan Tamaki menghabiskan waktu bersama di taman. Mereka sama-sama menghabiskan bekal.
Hanya saja, bekal dari Mitsuki memang memiliki bentuk yang lucu hingga membuat Iori tidak tega untuk memakannya. Sementara Neko, ia hanya mampu menghias sedikit.
Tentu saja Chisa memaklumi hal itu. Akan sangat susah melakukan suatu hal jika kondisi tubuh sedang tidak baik.
Dan, ini pertama kalinya Chisa memakan bekal yang bukan buatan rumahnya, atau lebih tepatnya buatan maid nya. Tapi, masakan Neko juga enak, tidak kalah saing dari maid nya. Jadi, Chisa terima-terima saja.
Selain itu, berita tentang debutnya Chisa juga terdengar di seluruh penjuru sekolah. Rata-rata dari siswa perempuan kurang menyukai hal itu.
Tentunya, mereka tahu jika Chisa tidak begitu bagus dalam hal nada. Mereka juga bilang kalau Chisa memanfaatkan Iori agar ia bisa debut.
Ada juga yang mengatakan jika Chisa hanya menang visual saja. Dan ada yang mengatakan jika dance Chisa juga tidak buruk.
Chisa tidak peduli semua itu. Ia hanya peduli pada karir dan masa depannya saat ini. Dan perkataan orang lain tidak akan berpengaruh besar pada dirinya.
"Chisa, apa itu masakan Neko?" tanya Tamaki dan Chisa mengangguk, "Mau coba?"
Tamaki mengambil satu sendok nasi beserta sayur, "Wah! Enak sekali! Bawakan aku bekal yang seperti ini juga, ya."
Chisa mengangguk, "Kalau Neko sudah sembuh, akan aku bilangkan padanya. Kalau tidak ya tidak."
"Chisa, kau bilang Sachi mudah lelah?" tanya Iori yang sudah cukup lama diam.
"Ya. Aku masih ingat saat latihan dance untuk debut. Dia berulang kali absen karena kondisi kesehatannya yang memburuk," jelas Chisa.
Iori hanya mengangguk saja. Dan Chisa mengerti jika Iori akan mengadukan hal ini pada Tsumugi.
Disisi lain, Sachi tengah memamerkan kemampuan dance dan nyanyinya dihadapan teman-temannya.
Memang, cukup hebat bagi anak lima belas tahun untuk bisa debut di agensi sebesar itu. Banyak teman-temannya yang memuji kemampuannya. Dan ada juga yang semakin tidak suka padanya.
Sachi bisa saja membalasnya. Tapi,ia ingat ucapan Chisa yang melarangnya dan Neko yang siap menyita semua merchandise Re:Vale agar tidak merusak nama unit mereka.
Sungguh berat menjadi yang termuda dalam unit. Dan akhirnya, Sachi hanya diam saja pada orang yang kurang suka pada dirinya.
*****
Yamato ada jadwal meeting untuk drama terbarunya. Dalam hal itu, ia juga bekerjasama dengan Yuki Re:Vale.
Karena kesibukan jadwal, Sougo, Riku, dan Nagi yang mewakili rekannya untuk menjenguk sekaligus menjaga Neko. Bagaimanapun, ini juga salah ketuanya. Karena sudah bersekongkol dan mengatakan jika itu alkohol rendah.
Awalnya, mereka menekan bel. Tapi, tidak ada yang terjadi dan pintu pun tampak tidak terkunci.
Mereka masuk begitu saja dan melihat Neko yang tertidur di ruang keluarga. Riku mendekati gadis itu perlahan dan memegang dahinya.
Ya, memang benar. Gadis itu lebih pucat dan panas.
Pada akhirnya, Sougo, Riku, dan Nagi yang menjaga Neko hingga dua rekan dari sang gadis pulang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top