Chapter 6
Berbagai acara telah berhasil mereka lewati. Tepat pukul delapan malam, mereka baru bisa beristirahat.
Dorm tampak sepi. Mungkin, karena dorm ini hanya berisi tiga orang.
Chisa menghabiskan waktunya untuk bermain hp setelah selesai membersihkan diri. Rasanya, semua penatnya ia tuangkan pada kasurnya.
Ting tong~♪
Bel dorm mereka berbunyi berulang-ulang. Dan tampaknya tidak ada satupun diantara kedua rekannya yang mau membuka pintu.
Chisa terpaksa meninggalkan ranjangnya dan membuka pintu. Kini, dihadapannya telah berdiri banyak laki-laki dengan surai warna-warni yang tengah menyamar.
Tentunya siapa lagi jika bukan para kakak mereka. Chisa segera mempersilakan masuk dan mengantarkan mereka pada ruang keluarga lalu ia izin pamit untuk memanggil kedua rekannya.
Orang pertama yang ia panggil adalah Neko. Karena, ia yakin jika Neko sama seperti dirinya yang sedang merebahkan diri di kasur kesayangan.
Dan setelah mendapatkan jawaban, barulah Chisa pergi ke kamar yang paling sulit untuknya.
Chisa terus-menerus memanggil Sachi. Tapi tidak ada jawaban.
"Tidur kali," ucap Neko yang berdiri di samping Chisa.
"Bagaimana kalau kita dobrak?" usul Chisa.
"Jangan, kasihan pintunya."
"Ah, dapat ide," ucap Chisa yang langsung mendapatkan tatapan bertanya dari Neko.
"Sachi, Momo-san dan Riku ada disini. Tidak mau keluar?"
Tidak lama kemudian, pintu pun terbuka sedikit dan langsung ditutup lagi oleh Chisa.
"Sudah, dia tidur," ucap Chisa yang langsung menarik Neko dari pintu itu. Tidak lama berselang, Sachi langsung berlari dan memeluk lengan Neko yang tidak jauh darinya.
"Teganya Chisa menutup lagi pintuku," protes Sachi.
"Salah sendiri tidak mau jawab," balas Chisa.
"Tunggulah sampai aku buka pintu."
"Terlalu lama."
Mereka terus berdebat hingga mereka tiba dihadapan para kakak mereka. Sementara Neko, ia hanya tetap diam. Dia sedang tidak ingin terlibat dalam perang dunia tida itu.
"Tampaknya kalian tidak jauh berbeda dari Trigger," ucap Yamato setelah ketiga adiknya duduk di tempat mereka masing-masing.
"Diam!" ucap Chisa dan Sachi secara serempak.
"Sachi, diam atau aku sita barang-barang Re:Vale mu. Chisa, berhenti usil sebentar saja bisa?" ucap Neko yang mulai jengah akan pertengkaran mereka dan disaksikan oleh tiga unit terkenal sekaligus.
"Apa-apaan itu. Barangku akan disita, tapi Chisa tidak diapa-apain," ucap Sachi dengan nada manja.
"Salah siapa jadi paling muda," celetuk Gaku.
"Kok malah belain Neko, sih," ucap Sachi.
"Sachi!"
Gertakan itu membuat Sachi langsung menundukkan kepalanya. Gadis kecil itu langsung terdiam.
Ini bukan kali pertamanya Chisa, Iori, Yamato, Yuki, dan Tenn melihat Sachi seperti itu. Jauh sebelum debut, Sachi juga sempat mendapatkan teguran dari Neko karena ia membuat pertengkaran kecil dengan Chisa.
"Sudah-sudah, mari kita nikmati saja pesta kehadiran kalian," lerai Ryu yang berusaha mencairkan suasana.
"Um! Mari kita icip-icip makanan yang dibuat oleh kami," ucap Momo dengan riang.
"Biar aku bantu," ucap Neko dan Yamato secara bersama-sama pada Sougo yang tampak keberatan untuk menyiapkan gelas serta minuman.
Setelahnya, mereka berdoa yang dipimpin oleh Riku. Kemudian, barulah acaranya dimulai.
"Neko, berapa usiamu?" tanya Nagi dengan wajah polos.
"Dia? Dua puluh tahun," jawab Chisa.
Tiba-tiba saja, Yamato merangkul Neko yang membuat gadis itu sedikit terkejut, "Mari minum bersama."
Neko tersenyum kikuk. Ia melepaskan rangkulan Yamato perlahan.
Dan setelah lepas dari rangkulan Yamato, ia disodori sake oleh Ryu dan Sougo. Rasanya, Neko ingin menolak. Tapi, baik Nagi dan Gaku bilang jika kadar alkoholnya rendah, jadi tidak akan apa-apa.
"Gigih sekali mereka," komentar Tenn.
"Neko-san, mirip sekali dengan Ryu-san," gumam Iori.
"Apa yang kau pikirkan, huh? Mereka berbeda," protes Chisa dan Tenn secara bersama-sama.
"Ryu selalu ramah dan rendah hati," ucap Tenn.
"Neko bisa menjadi tegas disaat-saat tertentu," timpal Chisa.
"Hee, tapi Neko-chan menakutkan jika marah. Bukan begitu, Riku?" ucap Sachi yang tampak seperti gadis mabuk. Padahal yang minum-minuman keras itu ketuanya.
"Bagiku tidak begitu. Neko-san cenderung lebih kuat dibandingkan ketiga leader unit ini," ucap Riku.
Sachi memeluk lengan Riku, "Apa maksudnya?"
"Megumi Sachi, jauhkan tanganmu dari Riku," tegur Tenn.
"Kenapa? Kan yang aku pegang si Riku, bukan kau," balas Sachi.
"Apa kau mabuk, hm? Tampangmu cenderung seperti orang mabuk."
"Tidak, aku hanya minum jus."
"Terus, mengapa kau jadi wanita penggoda?"
"You has slain the enemy," gumam Chisa dan Neko.
"Tidak kok," balas Sachi.
"Kalau tidak, jauhkan tanganmu dari Riku. Atau kau sebenarnya ingin memanfaatkan Riku untuk membuat skandal?" ucap Tenn.
"Double kill," lanjut Chisa dan Neko.
"T-tidak!" jawab Sachi.
"Kalau begitu, lepaskan. Atau kau akan aku laporkan pada Okazaki agency atas perlakuanmu yang melanggar aturan?" ucap Tenn.
"Aturan? Aku tidak melanggarnya," ucap Sachi.
"Ada. Kau membuat onar dengan merusakkan vending machine lalu meninggalkannya begitu saja," balas Tenn.
"Triple kill," lanjut Neko dan Chisa.
"U-uh ...." Sachi mulai terpojok.
"Lepaskan atau akan aku laporkan?" ucap Tenn.
"Maniac," ucap Neko dan Chisa.
"Tidak apa, Tenn-nii. Lagipula, Sachi tidak mungkin melakukan hal yang tidak-tidak," bela Riku.
Mendengar hal itu, Tenn hanya bisa pasrah dan memberikan tatapan tajam pada Sachi.
"Shutdown," ucap Neko dan Chisa.
Sachi tidak bisa berkata lagi. Tekanan dari Tenn ternyata jauh lebih meresahkan dibandingkan tatapan ketuanya.
"Kalian berdua kompak sekali ya," ucap Iori yang selalu mengamati kondisi.
"Kami bertiga memang kompak. Tapi, aku tidak yakin jika Sachi bisa mempertahankan kekompakan. Hanya dia satu-satunya member yang tampak manja disini," jelas Chisa.
"Hidoii," gumam Sachi.
Disisi lain, setelah cahaya ilahi Tenn dipadamkan dengan awan dari Riku, sang ketua Diamond masih terus diberi minuman keras itu. Akan tetapi, ia tampak biasa saja. Tidak seperti ketujuh pria yang tampak sudah diluar alam sadar.
"Aku tidak menyangka kau peminum yang baik, Neko," ucap Ryu yang masih ada di alam sadar.
Tiba-tiba saja, Yamato kembali merangkul Neko. Namun, kali ini rangkulan itu langsung ditepis oleh Neko.
Melihat hal itu, Gaku langsung tertawa, "Aku masih ingat saat pernyataan cintaku tertolak secara tidak langsung pada Tsumugi. Dan sepertinya kau juga ditolak secara tidak langsung oleh Neko, Nikaido Yamato."
Neko hanya menghela nafas. Perihal hal itu, ia juga sudah sedikit tahu dari Chisa yang diberi informasi oleh Iori.
Ketujuh pria itu saling membicarakan tentang siapa mereka jatuh cinta pada pertama kalinya. Dan Neko tampak sangat tidak peduli.
Akan tetapi, manik merahnya menangkap manik silver Yuki yang memperhatikan dirinya. Dan saat manik mereka bertemu, Yuki mengukir senyuman tipis.
Tetap saja, Neko tidak mempedulikannya. Ia juga tahu jika Yuki sangat berbeda dari Yamato ataupun Gaku yang mudah ditebak gerak-geriknya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top