Chapter 20
Brak!
Pintu dibuka secara kasar oleh Sachi. Wajahnya pun tampak kelelahan.
"Tsumugi-san, izinkan aku tinggal di asrama Idolish7 sebentar!"
Sachi berhenti sejenak dan melihat sekitarnya. Kini, tujuh pria dengan surai serta manik warna-warni tengah menatap dirinya dengan tatapan bingung.
"Ada apa, Sachi? Mengapa terlihat ketakutan begitu?" tanya Tamaki.
"Selain itu, apa kau tidak bisa membuka pintu secara sopan?" timpal Iori.
Setelah tenang, Sachi langsung menyadari akan lingkungannya. Ia berulang kali meminta maaf dan membuat suasana menjadi canggung.
"Sachi-san, ada yang bisa kami bantu?" tanya Tsumugi yang tampak tenang.
"A-ano ... bolehkah aku tinggal disini sampai Chisa dan Neko pulang?" ucap Sachi dengan penuh keraguan.
"Bukannya kenapa-napa. Tapi, kami ini laki-laki. Tidak pantas kalau satu perempuan ada disini selain manajer," omel Mitsuki.
"Memangnya, kenapa tidak betah ada di dorm?" tanya Riku.
"A-ada hantu," bisik Sachi.
"Hah!?" ucap Idolish7 beserta manajer nya.
"Benar, ada hantu disana!" ucap Sachi dengan wajah meyakinkan.
Yamato membenarkan kacamatanya, "Aku rasa, hanya anak kecil saja yang percaya kalau ada hantu di rumahnya. Ternyata, Sachi juga takut."
Sementara Yamato dan Sachi berdebat, Tamaki justru sudah membayangkan betapa seramnya di dorm sendirian.
"Maaf, Sachi-san. Kau tidak boleh disini. Benar apa yang dikatakan Mitsuki," lerai Tsumugi.
"Mou! Aku sudah bilang ke Papa Yaotome dan Okazaki-san pun jawabannya sama," rengek Sachi.
"Papa Yaotome?" ulang Nagi.
"Yaotome-san punya anak lagi selain Gaku-san?" ucap Riku.
"Kau anaknya Yaotome Gaku?" tanya Tamaki.
"Bukan begitu. Mungkin yang dimaksud Sachi-san adalah ayahnya Gaku," jelas Sougo.
"Nah!" ucap Sachi.
Iori berdeham dan membuat fokus rekannya tertuju padanya, "Sachi, ada baiknya kalau kau pulang ke rumahmu untuk sementara waktu. Chisa dan Neko sedang ada pekerjaan. Banri juga sibuk mengurus mereka dan kau takut di asrama sendiri. Jadi, ada baiknya kau pulang ke rumah sampai mereka selesai syuting."
"B-begitu ya," gumam Sachi yang mengeluarkan aura murung.
"Sachi. Bukankah sangat menyenangkan mendapatkan jatah pulang? Aku sangat ingin pulang dan bermain di rumah. Tapi, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku disini," ucap Nagi yang berusaha menghibur Sachi.
Sachi mulai tersenyum, "Nagi benar. Kasihan sekali, Chisa dan Neko tidak bisa bersantai sepertiku."
"Ternyata, anak ini tidak jauh beda dari Riku," gumam Iori dan membuat Tsumugi sweatdrop mendengarnya.
"Tapi, Sachi-san. Tinggal disini dulu sampai malam. Agar kau bisa membicarakannya dengan Chisa dan Neko," ucap Riku.
*****
Mentari telah berganti shift dengan rembulan. Bintang-bintang pun tidak mau kalah. Ia menghiasi langit malam dengan kelap-kelip nya yang indah.
"Terimakasih atas kerja kerasnya," ucap Banri sembari membungkukkan badan pada Chisa.
"Tidak perlu seperti itu, Banri-san," ucap Chisa yang jujur saja masih sedikit canggung jika Banri bersikap seperti itu padanya.
"Tidak apa-apa. Lagipula, Chisa sudah bekerja keras untuk kelancaran syuting ini," ucap Banri dengan senyuman di wajahnya.
"Terimakasih, Banri-san," balas Chisa.
Kemudian, Banri membukakan pintu untuk Chisa. Sekali lagi, Chisa mengucapkan terimakasih dan perjalanan pulang pun dimulai.
"Oh, ternyata kau sudah selesai duluan, Neko," ucap Chisa.
"Begitulah. Omong-omong, bagaimana pekerjaanmu? Masih kesulitan akting?" tanya Neko.
"Yah, berkatmu, aku sudah mulai terbiasa. Terimakasih atas bantuannya."
"Terimakasih juga atas bantuanmu. Mungkin, kalau kau tidak menemukan surat itu, aku tidak akan tahu teka-teki yang dia berikan."
"Teka-teki?"
"Ya, teka-teki. Dia bilang, kalau disebuah pertunjukan, ada tempat rahasia yang tidak pernah dijangkau. Dan kau tahu? Aku kurang suka dengan teka-teki."
"Idih, nilai ijazah bagus-bagus. Tapi kurang suka teka-teki."
"Malas mikir."
"Kalau malas mikir, kenapa tuh nilai bagus-bagus?"
"Kenapa? Iri?"
"Neko," panggil Banri yang membuat perdebatan kecil diantara Chisa dan Neko berhenti.
"Iya?" balas Neko.
"Kau tampak lebih rileks dibandingkan dengan sebelumnya," ucap Banri.
"Ya, ini semua berkat Chisa. Kalau tidak, mungkin aku sudah keluar Diamond setelah dapat tawaran bermain film," jawab Neko.
"Keluar?" ulang Chisa.
Neko mengulurkan tangannya dan mengacak surai Chisa pelan, "Keluar dan kembali ke Inggris. Memangnya kenapa?"
Chisa menyingkirkan tangan Neko yang lama-lama bisa membuat rambutnya kusut, "Tidak apa-apa. Hanya, beruntung saja tidak jadi. Kalau jadi, mungkin Diamond hanya akan jadi duo grup, seperti Re:Vale."
*****
"Terimakasih atas tumpangannya, Banri-san," ucap Chisa dan Neko secara bersamaan.
"Sama-sama. Tetap sehat selalu ya," ucap Banri dan langsung tancap gas menuju agensinya.
Setelah Banri tidak terlihat lagi, barulah mereka memasuki rumah. Dan, tampaknya kali ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.
"Dimana Sachi?" gumam Neko.
"Mungkin sedang ketakutan dan pergi ke dorm ainana," jawab Chisa seadanya, "Daripada pusing-pusing memikirkan itu anak, lebih baik bersenang-senang dulu sebelum tuh anak pulang."
Ya, dan itulah yang mereka lakukan saat ini. Seusai membersihkan diri, mereka memasak menu seafood.
Chisa mendapatkan jatah membersihkan ikan yang cukup besar. Sementara Neko, ia sibuk membuat dan menumis bumbu-bumbu yang sudah diberi tahu oleh Chisa.
Tanpa menunggu lama, sajian khas nusantara, gulai ikan belimbing pun siap disajikan bersama nasi hangat dan es teh. Ditemani dengan acara ainana night, mereka menghabiskan makanan itu tanpa bersisa.
Dan kini, mereka tengah menghabiskan malam dengan menonton film bersama.
"Enak juga kalau tidak ada Sachi," ucap Chisa.
Ting~ tong~
Bel asrama pun berbunyi. Neko dan Chisa segera melihat siapa yang bertamu malam-malam.
"Oh, Nagi dan Sachi," ucap Chisa yang membuat Neko segera membuka pintu.
Sachi tampak mengantuk. Ia langsung pergi ke kamarnya setelah mengucapkan selamat datang pada kedua rekannya.
"Nagi, tidak mampir dulu?" tawar Neko.
"Ah, aku ingin sekali mampir. Tapi, ini sudah malam," balas Nagi.
"Bilang saja, kau menjaga image," timpal Chisa.
"Oh, tidak. Aku hanya menjaga kehormatan seorang wanita," balas Nagi.
"Menjaga kehormatan wanita? Kalau begitu, berhenti bersikap sok keren dihadapan para wanita," ucap Chisa yang terdengar seperti sebuah peringatan bagi Nagi.
"Ah, maafkan dia, Nagi. Karena sudah malam, dia jadi lebih menjengkelkan," lerai Neko.
"Tidak masalah. Kalau begitu, aku pamit," ucap Nagi.
"Terimakasih sudah mengantarkan Sachi," ucap Neko sembari membungkukkan badannya.
Nagi berlalu dengan cepat. Setelahnya, Neko dan Chisa kembali melanjutkan aktivitas mereka. Ya, menonton film hingga berubah menjadi film yang menonton mereka.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top