Chapter 16

Seusai makan malam, para idol berkumpul di ruang keluarga. Mereka menyediakan berbagai macam camilan dan minuman untuk menghabiskan malam terakhir mereka disini.

Ya, esoknya mereka harus berkemas dan kembali pada kesibukan mereka masing-masing.

"Neko, kau bawa es krim?" tanya Sachi dengan mata berbinar-binar.

"Ya?"

"Berikan padaku!" Sachi berlari mendekati Neko dan dengan segera, Neko mengangkat tinggi-tinggi kotak es krim itu yang membuat Sachi tidak mampu meraihnya.

"Neko, bagi."

"Es krim ini bukan untukmu, Sachi."

"Ish, bagi sedikit lah."

"Engga."

"Ish, Neko!"

"Masih hidup."

Sachi dan Ryu hanya bisa terdiam melihat persaingan es krim. Bahkan, Ryu hendak melerai mereka tapi Chisa melarangnya dengan mengatakan kalau dia ingin ikut menjahili Sachi.

"Mereka lebih mirip tiga saudara kandung dibandingkan individu yang berbeda," ucap Yamato yang diam-diam memang mengamati mereka.

"Semuanya, mari kita bermain," ucap Riku yang menghentikan aktivitas rekannya.

"Main apa?" tanya Sachi dengan antusias. Dan Riku menjawab jika ia memberikan usul bermain ou-sama game.

"Baik, siapa takut," ucap Chisa.

Sachi dan Chisa menjauhi Neko dengan es krim di tangannya.

"Sachi, tidak jadi mau es krim kan?" ucap Neko yang kembali memancing rewelnya Sachi.

Namun, pada akhirnya Neko tetap membagi sekotak es krim itu menjadi tiga. Agar mereka bisa sama-sama menikmatinya.

Riku kembali dengan sekaleng stik yang berisi nomor acak serta satu stik ou-sama. Setelahnya, mereka dipersilakan mengambil satu stik untuk satu orang.

"Jadi, siapa ou-sama nya?" tanya Yuki.

Chisa mengangkat tangannya.

"Entah kenapa, perasaanku tidak enak," gumam Yamato.

Chisa mulai memikirkan angka yang ia inginkan dan tidak lama kemudian, "Nomor tujuh gandengan tangan dengan nomor sepuluh sampai dua ronde."

Glek!

Benar saja firasat Yamato. Ia harus bergandengan tangan dengan nomor sepuluh. Tapi, siapa nomor sepuluh nya?

Yuki secara mendadak pindah disebelahnya lalu menggenggam tangannya.

"Jangan bilang kau nomor sepuluh, Senpai," ucap Yamato.

"Ah, aku tidak bilang lho ya," balas Yuki.

Kejadian itu membuat Neko dan Sachi tertawa pelan. Entah mengapa, rasanya Yamato memang cocok jika disandingkan dengan Yuki.

"Sudah puas kalian?" tanya Yamato.

"Hahahaha ... Yamato-san, nikmati saja. Lagipula, Yamato-san dan Yuki-san memang cocok seperti itu," ucap Sachi.

"Om Yamato, rileks sedikit," usil Neko.

"Yah, sudah dipanggil 'om', hahahaha," sahut Momo, "Tapi, Yuki belum pantas dipanggil 'om' kan?"

"Momo, jangan katakan itu," ucap Yuki.

"Yah, mungkin belum saatnya. Kecuali Sachi, mungkin dia mikir kalau Yuki-san itu sugar daddy," sela Chisa.

"Chisa!" tegur Sachi.

"Apa? Benarkan?" ucap Chisa.

"Kecil-kecil sudah memikirkan sugar daddy," timpal Ten.

"Tidak masalah. Daripada kau, ditampar Neko saja sudah tidak berkutik. Bwee," ucap Sachi yang diakhiri dengan tatapan mengejek.

"Sudah-sudah, lebih baik kita lanjut saja, ya," lerai Ryu.

Kemudian, mereka kembali mengambil stik dan alhasil, Neko yang mendapatkan giliran menjadi ou-sama.

"Firasatku semakin tidak enak," gumam Yamato.

Neko sempat menatap Chisa sebentar dan kemudian, "Nomor lima bergandengan tangan dengan nomor tiga selama tiga ronde."

"Nomor lima siapa?" tanya Sachi.

Ten mengangkat tangannya.

"Nomor tiga?"

Giliran Iori yang mengangkat tangan.

Sungguh, Neko tidak tahu jika itu kode yang diberikan Chisa. Iori dan Ten tampak berat hati untuk bergandengan tangan.

Akan tetapi, sudah menjadi aturan dari game untuk menuruti permintaan ou-sama, mereka tidak bisa menolak.

Setelahnya, mereka kembali melanjutkan permainannya. Saling bergantian, mereka menjadi ou-sama dan memberikan perintah yang aneh-aneh.

Mulai dari bermain peran, berdansa, hingga saling suap-menyuap pun mereka lakukan. Dan tanpa terasa, waktu sudah sangat larut. Sachi dan Riku sudah duluan izin untuk tidur.

Sementara para anggota tertua, mereka masih terjaga untuk membereskan sampah-sampah bekas permainan mereka.

*****

Tepat pukul tujuh pagi, para manajer mereka menjemput dan membantu mereka membawa barang-barang yang akan dimasukkan ke mobil.

Dan lagi-lagi, beberapa anggota justru gagal fokus dengan boneka beruang pemberian Yamato yang selalu dikeluarkan Neko tiap mereka akan pergi dengan mobil.

Tidak hanya Neko yang menjadi sasaran gagal fokus. Chisa dan Sachi pun bernasib sama.

Hanya saja, Sachi lebih mencolok pada pernak-pernik merah muda. Sementara Chisa, cenderung sederhana.

"Baik, kalian sudah siap pulang?" tanya Banri setelah berada pada posisinya.

"Tentu. Kami sudah kangen kasur kamar," ucap Sachi.

"Perasaan, hanya kau saja yang kangen sama itu kasur," sahut Chisa yang membuat Sachi menggembungkan pipinya.

Perjalanan mereka lalui dengan keceriaan dari Sachi dan dibumbui dengan jalanan yang sedikit macet. Meskipun begitu, Chisa tetap meminta Banri untuk tidak terburu-buru membawa mereka pulang.

Toh setibanya di dorm pun, mereka hanya ingin rebahan dibandingkan melakukan aktivitas lainnya terlebih dahulu.

Dan pada akhirnya, Banri berhasil mengantar anak asuhnya dengan selamat. Banri juga berpesan agar mereka istirahat yang cukup, utamanya untuk Chisa dan Neko. Karena, sebentar lagi mereka harus meeting untuk membahas scenario film mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top