Chapter 12

Pesta masih berlangsung hingga pukul sepuluh malam. Dan kali ini mereka sedang bermain bersama. Sayangnya, Banri telah izin terlebih dahulu dan meninggalkan tiga unit itu dalam kegiatan mereka masing-masing.

Chisa sibuk bermain game online, Sachi sibuk bercanda dengan Momo, Riku, dan Mitsuki. Sisanya, mereka sibuk menonton anime kesukaan Nagi.

Kecuali bagi Neko. Ia sedang tidak berada dalam ruangan itu.

"Ayo, sedikit lagi," gumam Chisa dengan tatapan yang sangat tajam pada ponselnya.

"Hanya bermain game saja sampai seserius itu?" ucap Yamato sembari melirik sedikit permainan Chisa.

"Diam dulu, Yamato-san," ucap Chisa.

"Yamato-san, jangan ganggu Chisa main atau dia akan jadi macan. Graaauung," sindir Sachi yang diakhiri dengan tawa.

"Apa aku terlihat peduli?" ucap Chisa dengan wajah cuek.

"Sachi, omong-omong, apa yang membuatmu menjadi idola?" tanya Momo.

Sachi langsung mengeluarkan wajah polosnya, "Untuk bertemu dan berteman dengan Momo-san."

"Hanya itu?" tanya Momo dan Sachi pun mengangguk sebagai jawaban.

"Sachi, apa kau tidak memiliki hal lain?" tanya Riku dan lagi, Sachi hanya menggeleng.

Sachi menatap Chisa, "Chisa, bagaimana denganmu?"

Chisa menghentikan aktivitasnya dan menopang dagu, "Apa?"

"Apa tujuanmu menjadi idol?"

"Hmmm ...." Chisa tampak berpikir. Namun, maniknya menangkap Iori yang menatapnya, "Entah, aku hanya korban disini."

Sungguh, dua orang dari member diamond sudah memberikan jawaban yang tidak pasti. Dan tepat disaat yang bersamaan, Neko kembali dari kamarnya lalu disuguhi pertanyaan yang sama oleh Sachi.

"Memangnya kenapa?" tanya Neko.

"Aku penasaran," balas Sachi.

"Rahasia."

"Neko-san, ayo katakan," ucap Riku sesaat setelah gadis itu duduk disebelah sang center.

"Aku hanya ingin melihat mereka tersenyum. Karena, itu sangat menyakitkan saat melihat sebuah tangisan," jawab Neko yang terdengar seperti teka-teki bagi Sachi.

"Neko ...," gumam Nagi.

"Neko, katakan apa yang kau rasakan," desak Mitsuki.

"Singkatnya, aku tidak ingin mendaftar kemari. Hanya saja, sahabatku dari teater memintaku untuk ikut. Aku berkali-kali menolaknya, tapi dia terus memaksa. Selain itu, kontrakku dengan teater juga akan selesai. Bagus, bukan?

Saat pengumuman itu, aku lulus menjadi perwakilan Yaotome production. Dan saat itu pula, sahabatku pergi untuk selamanya.

Dia ... satu-satunya orang yang selalu mengingatkanku jika menjaga sebuah senyuman dapat melindungi banyak hal. Tapi, dia sendiri justru bunuh diri ...," jelas Neko.

"Mengapa dia bunuh diri? Seperti kurang pekerjaan saja," ucap Tamaki.

"Tekanan. Dunia teater tidak jauh berbeda dengan dunia bermain peran yang biasa dilakukan oleh Yuki-san dan Yamato-san. Akan tetapi, perbedaan paling mencolok, dimana kami lebih banyak berlatih dengan aktraksi yang membahayakan saat stage berlangsung.

Aku pernah mengalami cedera kaki saat stage 'Another Ninja' berlangsung. Mau tidak mau, aku harus melanjutkannya hingga stage selesai," jawab Neko.

Chisa dan Sachi langsung memeluk Neko. Bahkan, kakak mereka pun memberikan tatapan iba pada Neko.

Sayangnya, Neko sama sekali tidak menunjukkan kesedihan. Ia justru bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Neko-san, maaf sudah memintamu mengatakannya," ucap Riku dengan nada bersalah.

"Tidak masalah. Cepat atau lambat, kalian juga akan tahu," balas Neko dengan nada santai.

Yuki secara tiba-tiba berdiri dihadapan Neko yang membuat manik abu-abu itu seolah-olah mencari sesuatu pada manik merah. Lalu, Yuki tersenyum, "Ternyata, kau juga pintar dalam memasang topeng."

"Yuki," tegur Momo.

Neko melepas pelukan Chisa dan Sachi secara perlahan. Ia berdiri dan membalas tatapan Yuki dengan santai, "Terkadang, seseorang harus memasang topeng untuk menghindari sesuatu. Bukan begitu, Yuki-san?"

*****

Pagi telah menyapa bumi. Dan para member diamond sedang sibuk pada harinya sendiri di hari libur ini.

"Semenjak kejadian semalam, Neko menjadi lebih mirip Ten kan, Chisa?" ucap Sachi yang sedang bersantai dengan Chisa di ruang keluarga.

"Ten? Aku rasa tidak," balas Chisa dengan manik yang terfokus pada televisi.

"Iya, mirip."

"Tidak. Kau saja yang takut pada Ten sampai-sampai menyamakan Neko dengan Ten."

"Kalau takut Ten, memang benar. Kalau Neko, belum tentu benar. Biasanya Neko lebih mirip dengan Ryu Trigger."

"Mengelak saja terus," gumam Chisa.

"Tapi, untuk apa Neko memasang topeng?" tanya Sachi yang membuat Chisa sedikit merasa tidak nyaman.

"Itu urusan dia, Sachi," balas Chisa.

"Tapi, kenapa? Aku penasaran, Chisa."

"Neko sudah bilang semalam, ada yang tidak perlu kita ketahui. Biasanya hubungannya dengan privasi," jawab Chisa seadanya.

"Lagi-lagi privasi," omel Sachi.

"Kau anak kecil tahu apa soal privasi, hah?"ucap Chisa dengan nada mengancam.

"Y-ya maaf, aku kan kesal. Kalian selalu seperti menyimpan rahasia padaku," eluh Sachi yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Chisa.

"Padahal kita sekarang sudah menjadi keluarga. Tapi kalian selalu bicara privasi saja. Aku bisa apa kalau seperti ini."

"Sekali aku dengar omelan, aku kurangin jatah es krim mu," tegur Chisa.

Sachi hanya bisa menggembungkan pipinya. Dan untuk kali ini, Sachi dibuat sangat kesal okeh Chisa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top