Chapter 04 Gadis Miko & Pria Incaran
"Semoga tidak terjadi apa-apa dengan sekolah ini," doa Riana.
Shika tak membalas. Sepertinya keadaan yang gawat akan menimpa sekolah Riana terutama para pemilik ikatan dengan iblis.
.
.
.
.
.
Di sebuah Kuil Kuno di Tokyo...
Terlihat banyak sekali masyarakat berlalu lalang di sekitar area kuil. Mereka berdoa dan membunyikan sebuah lonceng. Suara lonceng menggema cukup nyaring.
Setelah berdoa, mereka pergi meninggalkan kuil kuno hingga tak ada orang pun yang tinggal.
Namun, satu orang gadis memakai pakaian miko berjalan sendirian di sana. Ia membawa sebuah keranjang kayu yang berisi buah dan sayuran.
Gadis miko itu berjalan ke arah belakang kuil. Di sana terdapat sebuah bangunan kecil yang tak terpakai lagi.
Ia letakkan keranjang kayu yang berisi sayur dan buah tersebut. Ia menepuk kedua tangan, lalu berdoa sejenak.
"Semoga dewa menyukai makanan yang aku berikan ini,"
Itulah isi doa sang gadis miko. Ia pun pergi meninggalkan tempat itu dengan hati gembira.
Setelah kepergian sang gadis miko, sesosok makhluk misterius menggapai keranjang kayu. Ia melahap semua makanan hingga tak tersisa sedikitpun.
"Enak sekali...," ucap sosok tersebut.
Sosok itu memiliki warna kulit seputih salju yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia edarkan pandangan ke arah gadis miko yang terlihat mengintip dari balik pohon.
"Hehehe... sepertinya gadis miko itu cocok denganku," ujar sosok putih senang.
Terlihat sang gadis miko bersembunyi di balik pohon. Ia nampak mengamati tempat dimana ia menaruh keranjang kayu.
"Aku penasaran dengan sosok misterius di dalam sana," gumamnya.
"Kau penasaran denganku, Kanashi Kirei...," ucap sosok putih di belakang gadis miko.
"Ehhh!!" jerit Kirei terkejut.
Hingga ia terjatuh di rumput hijau. Kirei melihat makhluk yang ia intip selama ini, kira-kira sekitar seminggu lebih.
"Aku tahu... kau yang selama ini memberikanku makan dan mengintip diriku di sini," ucap sosok itu.
Kini terlihat jelas sosok putih itu yang berwujud seperti hewan kuda putih. Ia terlihat sangat gagah dan kuat.
"Ka-kau bisa bi-bicara...," kata Kirei gugup, ketakutan serta malu karena telah ketahuan.
"Hehehe... aku ini adalah seorang iblis dari dimensi lain," jawabnya.
"Perkenalkan aku Hakuba, Sang Iblis Petarung," lanjut Hakuba.
"I-iblis...," sahut Kirei mulai ketakutan.
"Tenang saja, aku takkan menyakitimu-" jeda Hakuba. "--aku malah ingin mengajakmu membuat sebuah ikatan," lanjutnya.
"Ikatan? Maksudnya?" tanya Kirei tak mengerti. Ia sampai harus memiringkan kepalanya ke kiri.
"Iya, ikatan antara iblis dan manusia. Kita akan memainkan sebuah permainan yang dapat mewujudkan satu impian terbesarmu," jawab Hakuba menjelaskan.
Ia menyeringai lebar. Ia berjalan mendekati Kirei, lalu membisikan sesuatu.
Kedua mata Kirei melebar. Ia jadi teringat akan peristiwa kelam beberapa tahun yang lalu.
"Hiks....,"
Tangis pun pecah dari kedua pupil mata Kirei. Ia mau tak mau mengingat kembali hal itu. Ia menutup wajahnya sedih.
"Tenang saja..., kau dapat mengubah hal itu dengan mengikuti permainan ini," ucap Habuka sekaligus membujuk.
"Sungguh?" tanya Kirei tertarik. Hakuba menganggukan kepalanya.
"Baik, aku akan membuat ikatan denganmu!" serunya tegas.
"Bagus sekali," ujar Hakuba. Ia menyeringai di balik senyumannya.
Mereka pun melakukan sebuah ritual, dimana lingkaran sihir muncul di bawah pijakan. Lalu tangan Kirei terasa panas, ia melihat ada simbol aneh yaitu hexagram warna hitam.
"Aku telah menjadi satu denganmu," ucap Hakuba. Ia pun menghilang dari pandangan Kirei, lalu masuk ke dalam tubuhnya.
.
.
.
.
"Sial! Kalau terus begini aku bisa gila!" seru seorang pria berambut merah kecokelatan. yang tengah berlari kencang dari seseorang.
Ia sempat melirik ke belakang, dimana orang itu masih mengejarnya sambil membawa sebuah pisau yang berlumuran darah.
"Jangan lari kau!" teriak orang tersebut.
Sang pria semakin menambah laju larinya. Hingga ia terjebak di gang buntu. Ada sebuah tembok tinggi yang menghalanginya.
"Sial!" umpatnya kesal.
Ia mengacak rambutnya. Ia pun menatap ke orang yang tengah menyeringai lebar.
"Kau takkan bisa lari lagi dariku... bocah malang," ucapnya.
Orang itu mengacungkan sebuah pisau ke arah pria tersebut. "Kau akan mati," lanjutnya.
"Sial! Apa yang harus aku lakukan?!" batin pria itu frustasi.
Tiba-tiba muncul sebuah pusaran hitam di tengah-tengah mereka. Dari dalam pusaran hitam itu, muncullah sesosok makhluk misterius.
"Eeeakkk!"
Sosok misterius itu mengeluarkan suara yang menggema. Kedua sayap besarnya ia buka lebar.
Muncullah sosok seperti hewan elang. Ia memiliki bulu cokelat di seluruh badannya, kecuali bagian kepala sampai leher serta ekornya.
Elang itu menatap tajam pria yang mengacungkan pisau. Ia kepakkan kedua sayapnya, hingga muncul pusaran angin yang cukup besar. Pria itu terhempas hingga menabrak dinding dan pingsan di tempat.
"Satu masalah beres," ucap elang itu.
"Si-siapa kau?" tanya pria tersebut.
Baru pertama kalinya ia melihat elang bisa berbicara dan mengeluarkan kekuatan sehebat itu.
"Salam kenal... aku Aigle, Sang Iblis Langit," jawab Aigle santai.
Ia bertengger di atas bak sampah besar. Ia memperhatikan dengan seksama pria tersebut.
"Lalu kau siapa?" tanya balik Aigle.
"A--aku... Rei... Arukawa Rei," jawab Rei gagap.
Rei mengenakan jaket hitam panjang serta syal merah maroon yang menutupi lehernya saat musim dingin ini.
Rei hendak pergi, namun Aigle menghalanginya. Ia kembali menatap tajam Rei seakan melahapnya hidup-hidup saat itu juga.
"Kau mau kemana?" tanyanya santai.
"A-aaku harus kembali ke rumah...," jawab Rei ketakutan.
"Hmm... boleh aku ikut denganmu?" tanya Aigle.
Rei sempat berpikir sejenak. Aigle telah menyelamatkannya, tapi ia cukup berbahaya baginya.
"Tenang saja aku takkan melukaimu," ucap Aigle yang membaca pikiran Rei tepat.
Rei menelan ludah. "Ba-baiklah... kau boleh i-ikut,"
Mereka pun pergi menuju ke tempat kediaman Rei, meninggalkan pria yang pingsan itu.
.
.
.
.
Di Apartement Tokyo, Lt 5...
Ting!
Suara lift terbuka. Rei serta Aigle melangkah menuju ke lantai 5.
Rei tinggal seorang diri di apartement. Kedua orang tuanya tengah pergi ke luar negeri mengurus perusahaannya di sana.
Kamar 508. Rei mengeluarkan sebuah kartu, lalu ia tempelkan di mesin scanning berbentuk persegi.
Setelah berhasil, mereka segera masuk ke dalam. Untung saja saat ini waktu tengah malam, jadi tak banyak orang yang berlalu lalang.
"Besar juga tempatmu tinggal," ungkap Aigle.
"Ya be-begitulah...," jawab Rei agak canggung.
"Rei...," panggil Aigle dengan nada serius.
"I-iya," balas Rei. Ia melihat Aigle yang menatapnya intens.
"Aku ingin membuat ikatan dengan dirimu," ujar langsung Aigle to the point.
"Ikatan?" tanya Rei tak mengerti.
"Aku sedang mencari seorang manusia untuk membuat ikatan dengan diriku. Lalu kita akan memainkan sebuah permainan dimana antara sesama ikatan akan bertarung satu sama lainnya," jawab Aigle menjelaskan.
"Ke-kenapa kau memilihku?" tanya Rei lagi.
"Aku memilihmu karena kau adalah orang yang cocok," jeda Aigle. "--saat ini kau sedang diancam oleh seseorang bukan?" lanjutnya.
Rei menelan ludah kasar. Ia terdiam cukup lama.
"Bagaimana?" tanya Aigle.
"Baiklah!" jawab Rei tegas.
Aigle tersenyum tipis. Mereka pun melakukan sebuah ritual ikatan, dimana lingkaran sihir mengelilingi keduanya.
Sebuah simbol hexagram warna hitam telah muncul di telapak tangan kiri Rei.
"Sekarang kita telah menjadi satu. Aku ataupun dirimu akan melindungi satu sama lainnya," ucap Aigle.
Ia pun menghilang dari pandangan Rei. Rei sendiri masih memikirkan keputusannya, hingga ia tertidur lelap di sofa.
.
.
.
.
.
Chapter 04 selesai...
Bagaimana pendapat kalian dengan chapter kali ini?
Saya sangat berharap, kalian meninggalkan jejak berupa vote, kritikan maupun saran kepada saya...
Thanks to masyanaayumi & Hartantocoss😊
(04/03/2018)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top