Chapter 02 Mimpi Buruk dan Pembunuh

"Ja-jangan!!" teriak sang ibu histeris.

Ia tengah memeluk anak perempuan satu-satunya. Air mata mengalir deras dari sela-sela mata indahnya.

Anak perempuan yang di dalam dekapan ibunya hanya bingung. Ia masih berusia sekitar 8 tahu. Ia melihat seorang yang ia kenal tengah memegang pisau yang telah berumuran darah.

"Ibu...," panggil sang anak.

"Ada apa nak? Kita harus cepat pergi dari sini," sahut ibunya.

"Kenapa paman menusuk ayah?" tanyanya.

Sang ibu tak menjawab. Prioritas utamanya yaitu menyelamatkan anaknya. Ia mulai menarik tangan anaknya menjauh dari tempat tersebut. Anak perempuan itu hanya menurut saja.

"Ce-cepatlah perg-"

Seorang pria yang sudah terlihat tua memandang anak dan istri tercinta, sebelum akhirnya ia memejamkan mata untuk terakhir kalinya. Pisau telah menancap tepat di jantungnya.

"Satu telah mati," ucap sang pelaku. Ia merupakan paman, adik dari ayah perempuan tersebut.

Kini ia mengejar kemana perginya kedua wanita itu. Beberapa menit berlalu, sang paman sudah menemukan targetnya.

Si Ibu meronta-ronta melepaskan tangan yang menarik rambut panjangnya. Ia memandang anaknya penuh sedih.

"Liza... kamu harus tetap hidup dan lupakan kejadian ini," ujar sang ibu. Paman itu telah menusuk-nusuk perut sang ibu hingga beberapa organ dalam keluar.

Liza menatap kosong ibunya di balik lemari kayu. Ia tengah bersembunyi di sana, sebelum pamannya menemukan ibu dan dirinya.

Namun, Liza hanya tinggal sendiri. Kedua orang tuanya telah dibunuh dengan keji oleh pamannya sendiri.

"Ayah... ibu...," ucapnya lirih.

Sang paman mulai mendekati tempat ia bersembunyi. Ia sudah mengacungkan pisau berlumuran darah ke arahnya.

"Liza...  kamu akan segera menyusul ayah dan ibumu ke neraka," ujar sang paman.

Pisau itu ia lesatkan tepat ke arah bagian jantung Liza. Tiba-tiba semua menjadi gelap dan sunyi.

"Tidakkkk!!!" teriak seorang perempuan berambut merah.

Ia terbangun dari mimpi buruknya yang telah ia buang jauh-jauh dari hidupnya selama 8 tahun ini.

Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Badannya juga mulai bergetar hebat.

"Ayah... ibu... Liza kangen kalian," ucapnya penuh kesedihan.

.
.
.
.

Tiba-tiba sebuah lingkaran hitam muncul di kamar Liza berada. Sesosok makhluk yang terlihat terbakar di seluruh tubuhnya mulai keluar dari lubang hitam tersebut.

Liza terpaku menatap sosok itu. Ia tak merasakan panas yang di akibatkan olehnya.

"Huahh!!" seru sosok tersebut.

Sosok itu memiliki wujud seperti burung Phoenix dalam Mitologi Yunani. Phoenix sendiri terkenal dengan burung api abadi. Dan sekarang telah muncul di hadapannya.

"Si-siapa kau? Dan kenapa bisa muncul di dalam kamarku?" tanyanya sedikit ketakutan.

Burung api itu mengepakkan kedua sayapnya, percikan api berbentuk bulu terbang dari sela-selanya.

"Aku adalah Fenkis, sang Iblis Pemarah," jawab Fenkis memperkenalkan diri.

Ia terbang mengitari Liza di atas kepalanya. Ia terlihat sangat tertarik dengan Liza.

"Aku melihat ada sebuah dendam terdalam yang membuatmu sengsara selama ini," ujarnya.

Kedua mata Liza membulat sempurna. Ia berpikir bagaimana Fenkis bisa mengetahuinya.

"Itu bukan urusanmu!" seru Liza emosi.

"Hahaha... menarik sekali. Kalau boleh tahu siapa namamu gadis pemarah?" tanya Fenkis sambil tertawa kecil.

Liza membuang wajahnya kesal, namun ia tetap menjawab. "Namaku Takumi Liza," jawabnya cepat.

"Aku tertarik dengan masalah dan sifatmu ini. Bagaiamana kalau kita membuat sebuah ikatan?" tawar Fenkis.

"Ikatan?" tanya Liza tak mengerti terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Iya, ikatan yang membuat diriku dan dirimu menjadi satu. Aku bisa membalaskan dendam itu," jawab Fenkis masih terbang mengelilingi kepala Liza.

"Hmmm...," gumam Liza berpikir.

"Baiklah!" seru Liza.

Fenkis tersenyum puas. Lalu ia mulai membuat sebuah simbol berbentuk segienam dengan menggunakan apinya.

"Kita ucapan manteranya bersama-sama," jelas Fenkis. Liza mengangguk kepalanya kecil.

"Demi nama Iblis yang berkuasa. Kami akan memberikan setetes darah sebagai tanda bahwa ikatan antara iblis dan manusia saling tersambung. Salam Iblis Pemarah dan Takumi Liza!" seru keduanya membaca mantera. Setetes darah dari jari tangan Liza terjatuh ke dalam lingkaran sihir yang berada di bawahnya.

"Kita sudah terikat satu sama lain. Jadi, kau dan aku akan berjuang bersama-sama," ujar Fenkis.

Simbol segienam terukir di telapak tangan Liza. Ia sedikit merasakan nyeri.

"Aku akan membalas perbuatanmu, Paman!" seru Liza penuh kilatan api amarah.
.
.
.
.

Di sebuah gang sempit...

Terlihat seorang pria berambut kuning kecokelatan sedang berdiri. Ia tengah memandang sebuah mayat yang wajahnya sudah hancur dan beberapa bagian organ tubuh yang keluar.

Genakan cairan berwarna merah menghiasi gang sempit tersebut. Terukir seringai tipis di bibir pria tersebut.

Pakaian yang ia kenakan sudah bercambur darah. Tetapi ia terlihat tak peduli, malah menikmatinya.

"Aku... telah membunuh orang lagi," gumamnya bingung.

Pria itu segera pergi meninggalkan mayat mengenaskan tersebut. Ia nampak tenang dan tak merasa bersalah akan perbuatan yang telah ia buat sendiri.

Waktu masih menunjukkan tengah malam. Tak banyak orang yang berlalu lalang di jalan, malahan jalan terlihat sunyi sepi.

"Aku... masih belum puas membunuh," ujarnya mencari keberadaan korban berikutnya.

.
.
.
.

Tiba-tiba hembusan angin kencang membuat rambutnya yang berantakan makin tak beraturan. Pria itu melirik ke arah sebuah lingkaran hitam yang muncul sesuka hati.

"Muncul pengganggu," decaknya malas.

Ia kembali berjalan tanpa mempedulikan sosok yang akan keluar dari lubang hitam.

Semakin lama wujud sosok misterius itu terlihat. Sosok bayangan putih seputih salju menatap ke tempat ia berada sekarang.

"Auu!!"

Pria itu tetap tak peduli akan suara aungan di tengah malam. Ia masih asyik berjalan, hingga bayangan putih berhenti di hadapannya.

"Cepatlah menyingkir!" seru pria itu datar.

Namun, sosok yang berwujud seperti hewan serigala berbulu albino tak bergeming. Giginya yang tajam siap mengoyak daging sang pria.

"Hah..,"

Pria itu mendesah malas. Ia melesat cepat ke arah serigala albino.

Tetapi dengan mudahnya serigala albino menghindarinya. Ia melompat ke samping, lalu maju ke depan dengan cakar tajamnya.

"Kau pikir... aku takut dengan ancamanmu itu," ucap serigala tersebut.

Syatt!!

Lengan panjang yang digunakan oleh sang pria robek, lalu mulai berubah warna menjadi merah. Terlihat bekas cakaran yang cukup dalam.

"Hanya segini sajakah?" tanya sang pria tersenyum meremehkan.

"Auuu!!"

Ia kembali melolong. Suaranya nyaring sekali.

"Aku suka denganmu," ucap serigala albino.

"Tapi... aku tidak!" sahut pria itu datar.

"Maukah kau membuat ikatan denganku dan dapat sesuka hatimu membunuh banyak orang?" tawarnya.

"Aku terima!" jawab sang pria cepat.

Ia tak mau ambil pusing. Dan tawaran itu cukup membuatnya tertarik.

"Auu!!"

"Namaku Loup, Sang Iblis Pembunuh," ujar Loup.

"Felix," balas Felix singkat.

"Tanpa menunggu lama, kita mulai saja ritualnya," kata Loup.

Ia mulai membuat simbol segi enam dengan beberapa ukiran mantera yang muncul di pijakan keduanya.

"Ikuti aku!" perintah Loup.

Tak ada jawaban dari Felix. Lalu ritual ikatan di mulai.

"Demi nama Iblis yang berkuasa. Kami akan memberikan setetes darah sebagai tanda bahwa ikatan antara iblis dan manusia saling tersambung. Salam Iblis Pembunuh dan Felix!" seru keduanya membaca mantera. Setetes darah dari jari tangan Felix terjatuh ke dalam lingkaran sihir yang berada di bawahnya.

Ritual ikatan telah usai. Felix kini memiliki simbol segienam di telapak tangan.

Keduanya pun mulai jalan beriringan dengan hawa membunuh yang besar. "Kau akan puas lagi membunuh, jika bertemu sesama kandidat,"

"Aku pastilah pemenangnya," sahut Felix datar.
.
.
.
.
.

Chapter 02 selesai...

Bagaimana dengan chapter kali ini? Aku butuh saran, komentar dan masukkan untuk ceritaku ini?

So!

Selamat membaca!

Thanks to LizaTakumi Thanatology

(01/03/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top