Part 4 Awal Baru
Tepat 2 minggu setelah acara lamaran tersebut aku dan Azka menikah. Lebih tepatnya pagi dan siang hingga sore tadi adalah rangkaian acara pernikahan yang berlangsung alhamdulilah lancar.
Subhanallah, jika semua ini memang sudah di atur yang di atas sebagai jalanku. Maka aku ikhlas lahir dan batin menjalani dan menjadi istri yang baik untuk suamiku.
"Mas mau mandi pakai air hangat?" aku memang memilih memanggilnya dengan sebutan Mas dikarenakan dia sudah syah menjadi imamku sekarang.
"Boleh deh," jawabnya singkat, kalau aku perhatikan selama aku mengenal Azka, dia memang terlihat agak pendiam.
Aku menyiapkan peralatan mandinya menyusunnya di tempat peralatan mandi dan menyiapkan air hangat untuk mandinya.
Malam ini kami menginap di rumahku, bahkan kamarku sudah disulap menjadi kamar pengantin dengan berbagai macam dekorasi.
"Mas air hangatnya sudah siap," aku memberi tahu Azka tepat setelah dia mengakhiri sambungan telponnya.
Dia hanya mengangguk sekilas dan langsung melangkah menuju kamar mandi.
Aku sudah membersihkan diri sebelum Azka, sekarang aku sedang menyisir rambutku di hadapan cermin. Menunggu imamku selesai mandi, kami akan melaksanakan sholat isya berjamaah.
Azka POV
Akifa, perempuan itu syah sebagai istriku sekarang. Tingkahnya yang masih kaku terhadapku, gaya kikuknya serta kesopanannya sudah menyita setengah perhatianku.
Aku keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan celana bahan warna abu-abu dan baju kaos tipis hitam.
Aku melihat dirinya yang sedang menyisir rambut panjang hitamnya, aku bersyukur Kifa mengenakan jilbabnya dan menutup auratnya. Aku seperti lelaki yang baru saja mendapatkan jeckpot.
"Kamu ambil wudhu dulu gih!" perintahku kepadanya. Ini akan menjadi awal baru aku sebagai imam untuknya.
Setelah menunaikan sholat isya, kami melaksanakan sholat sunah untuk memulai awal yang baru.
Kifa mencium tanganku takzim setelah kami menuntaskan sholat sunah. Aku mendekat kearahnya dan mencium puncak kepalanya serta membacakan do'a.
Setelahnya ciumanku turun ke mata, lalu hidung mancungnya dan bersarang di bibirnya. Ini awal baru kehidupan aku dan Kifa.
Akifa POV
Sekarang aku sudah syah menjadi milik suamiku seutuhnya, dia memperlakukanku dengan begitu lembut dan halus.
Aku masih betah menekuni lekuk wajahnya, sungguh indah ciptaan Tuhan.
Mata tajamnya yang tertutup, hidung mancung miliknya, bibir merah penuh yang menandakan bibir itu bebas dari rokok.
"Tidur sayang, ini baru jam 12. Jam 1 nanti baru kita sholat malam," gumamnya dengan suara berat khas miliknya. Aku malu, malu karena sudah tertangkap sedang memperhatikannya.
"Kenapa Mas memilihku?" sebenarnya perkataan itu sudah ingin aku lontarkan sejak tadi.
Azka mengeratkan pelukannya di pinggangku. Seketika wajahku merona merah karenanya.
"Karena aku merasa kau yang tepat menjadi istri dan Ibu bagi anak-anakku" dia membuka matanya dan menatapku dengan tatapan teduh miliknya, senyum manis terukir di bibir miliknya.
***
Setelah sholat malam kami kembali tidur hingga adzan subuh berkumandang. Sepertinya Azka terlihat sangat lelah, dia lebih memilih naik ke atas tempat tidur setelah selesai subuhan.
Aku lebih memilih keluar kamar dan menuju dapur, aku melihat mama yang sedang sibuk membuat sarapan di dapur.
"Pagi ma," aku menyapa Mama dan ikut membantu Mama membuat sarapan. "Jadi bagaimana malam pertamanya?" aku melotot kaget mendengar pertanyaan frontal dari Mama.
"Tidak perlu dijawab Mama sudah tahu jawabannya dari raut wajahmu," aku merengut sebal mendengar perkataan Mama.
"Kifa kamu libur berapa lama?" Sekarang aku sedang menata peralatan makan di atas meja makan.
"Dapat jatah 1 minggu ma" sebenarnya waktu 1 minggu itu terlalu lama. Aku mendengus sebal begitu mengingat bahwa aku tak sempat mengundang teman-teman seprofesiku. Aku hanya mengundang Mbak Rere dan dokter Hadi lewat telpon.
Jadi merekalah yang mengurus perizinanku dengan sangat kilat. "Apa Azka dapat libur?" kalau soal Azka aku tak tahu.
"Aku gak tahu ma," jawabku sekenanya.
Setelah selesai membantu Mama, aku naik ke lantai atas. Tepatnya masuk ke kamarku, aku akan membangunkan suamiku.
Saat aku masuk kedalam kamar, Azka sudah siap dengan pakaian dinasnya. Apa dia tidak dapat libur? Pikirku jengkel.
Azka POV
Kring kring kring.....
"Hallo ada apa?" jawabku ketus tanpa melihat siapa yang menelpon.
"Wes Pak inspektur, aku tahu kau baru bangun Pak. Tapi bisakah kau ke kantor sekarang? Ini gawat darurat!!!" pekik Dani di ujung sana. Ais, hari ini aku libur dan apa pula ini aku di suruh masuk kantor.
"Ada apa sih sebenarnya?"
"KOMBES Malik ingin mengadakan rapat," aku mendengus sebal begitu mendengar jawaban Dani.
"20 menit lagi aku sampai ke kantor," setelah berkata seperti itu, aku langsung mematikan sambungan secara sepihak.
Lima menit kemudian aku sudah hampir rapi dengan seragam dinasku. Ini namanya mandi kilat.
Saat aku sedang sibuk dengan seragamku, Kifa masuk dengan wajah bingungnya melihat aku yang sudah siap dengan seragamku.
"Ada rapat dadakan dengan KOMBES Polri," aku menatap matanya lurus, mencari-cari apa yang di pikirannya. Mungkin kah dia akan marah?
"Kalau gitu sarapan dulu ya Mas?" senyum manis terukir di bibir manisnya.
"Maaf ini diluar rencana, seharusnya hari ini aku libur," biar bagaimanapun kami masih pengantin baru yang seharusnya sibuk berduaan.
"Gak papa kok Mas. Mas pulang jam berapa?" istri yang pengertian memang aku butuhkan.
"Jam makan siang aku akan pulang."
Sekarang aku sudah duduk di meja makan bersama kedua mertuaku dan istriku.
"Bagaimana nak Azka? Enakkan masakan Kifa?" Mama bertanya kepadaku tentang nasi goreng yang ternyata masakan istriku. Aku mengangguk tegas untuk menjawab pertanyaan Mama.
Selesai sarapan aku diantar Kifa ke pintu depan, "hati-hati di jalan Mas," Kifa mencium tanganku takzim.
"Iya sayang," kucium puncak kepala dengan lembut. Setelahnya aku masuk ke dalam mobil SUV silverku. Kebetulan motor dinasku masih dirumah kedua orang tuaku.
TBC
Dipart berikutnya akan dimulai dengan pemecahan kasus.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top