Chapter 9 : Kehebohan Publik
Ketika bangun pagi itu, Delia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, atau hal penting apa yang akan dia saksikan. Semuanya berjalan dengan lancar, tanpa ada kejadian apapun yang membuat kediaman Sinaga heboh. Mereka bersiap untuk mengawali aktifitas mereka hari itu, tidak ada yang spesial.
Walau kelihatannya semua normal saja, Delia punya satu perasaan yang tidak enak. Mungkin ini disebabkan oleh tidurnya yang tidak begitu tenang tadi malam, atau pikirannya yang masih dipenuhi dengan berbagai pertanyaan yang tidak terjawab. Kalau mau jujur, Delia merasa enggan untuk memulai harinya, seolah dia bisa merasakan kalau dirinya akan mengalami hari yang buruk.
Delia berusaha mengabaikan perasaan ini, karena dia harus pergi bekerja dan melaksanakan tugasnya. Apapun yang akan terjadi hari itu, Delia tidak begitu peduli lagi. Saat ini, Delia berada di satu titik di mana hidupnya dikacaukan dengan sedemikian rupa. Delia sudah pernah menghadapi situasi semacam ini sebelumnya, dan memikirkannya terlalu banyak hanya akan membuatnya semakin panik. Toh, krisis memang akan datang ke hidupnya, jadi akan lebih baik jika Delia menenangkan dirinya sedikit.
Ketika Delia menunggu Yoshi untuk menjemputnya, dia iseng membaca sekilas berita utama dari koran pagi yang ada di teras rumahnya. Loper koran melemparkan surat kabar hari ini seperti biasanya, dan Delia sempat menangkapnya ketika si loper lewat di depan rumahnya. Setelah bertukar anggukan kepala dengan si loper, Delia duduk sebuah bangku yang ada di teras rumahnya, dan mulai membaca.
Berita yang dia lihat biasa saja. Beberapa kasus kejahatan, beberapa kejadian penting, rubrik seputar beberapa tokoh, rubrik aspirasi, berita olahraga dan bisnis, kelihatannya tidak ada yang aneh. Secara keseluruhan, Inkuria tidak mengalami kejadian penting yang harus dihebohkan.
Tapi, itu hanya penilaian secara keseluruhan. Sebelum Delia bisa menilai seluruh isi surat kabar itu, matanya tertuju pada berita utama hari ini, seperti orang - orang pada umumnya. Baru saja Delia melihat judul berita itu, dia harus menahan dirinya agar tidak melempar koran yang dipegangnya melewati pagar rumahnya dan kemungkinan mengenai kepala orang tidak beruntung yang lewat di depan kediamannya.
Berita utama hari ini berjudul "Skandal Korupsi di Balik Punggung Nova Star", yang ditulis oleh seorang reporter bernama Rahman Abdillah. Delia terdiam sejenak, karena nama itu adalah nama perusahaan yang dikepalai oleh Pak Togar. Si perempuan memandang nama reporter itu, dan dia mengenalinya sebagai salah satu reporter dari Warta Inkuria yang sering kali memberikan kabar sensasional yang kadang perlu dipertanyakan kebenarannya. Di satu sisi, Delia tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Tapi, Delia jadi penasaran, bagaimana bisa kabar ini sudah sampai ke telinga media massa?
Sebenarnya, Delia tidak mau membaca berita lengkapnya. Walau begitu, dia harus tahu apa yang sudah diketahui oleh media massa. Biasanya, kalau satu media sudah tahu sesuatu, maka media yang lainnya bisa jadi sudah mendapatkan berita yang sama. Jadi, sambil berusaha untuk menahan dirinya, Delia membaca isi berita itu.
Sejauh yang tertulis di surat harian, si penulis berita tidak memberikan narasumber yang jelas. Hanya saja, si penulis menyatakan kalau ada seorang pihak anonim yang menyatakan dirinya sebagai orang dalam dari perusahaan Nova Star, tempat di mana Pak Togar memimpin. Si narasumber menyatakan kalau ada satu kehebohan yang berpotensi menjadi skandal di Nova Star, dan kejadian ini masih belum bocor ke luar perusahaan.
Si narasumber menganggap kalau berita ini penting, jadi dia memutuskan untuk memberitahukannya kepada beberapa media. Alasannya adalah, masyarakat Inkuria harus tahu tentang skandal apa yang terjadi, dan seberapa berbahaya orang yang memimpin Nova Star saat ini.
Cerita yang diberikan oleh narasumber ini mirip dengan apa yang sudah Pak Togar ceritakan. Seorang pegawai dari tim keuangan membawa sebuah koper yang mencurigakan, dan pihak keamanan memeriksanya. Setelah diperiksa, isinya adalah tumpukan uang yang katanya berasal dari cek yang Pak Togar minta untuk cairkan, dengan alasan untuk mendapatkan sejumlah dokumen. Karena kecurigaan bahwa tidak ada perjanjian untuk melakukan transaksi dan dokumen yang dipertayakan ini masih tidak jelas apakah legal atau tidak, tim keuangan berusaha menelusuri apa yang terjadi dan menemukan beberapa keganjilan.
Setelahnya, Delia rasa pernyataan ini hanyalah bumbu penyedap yang sengaja diberikan oleh si narasumber. Dia mengatakan kalau Pak Togar bertentangan dengan pihak direksi, yang mana tidak sepenuhnya benar karena opini di Nova Star terbagi. Belum lagi adanya perkataan kalau Pak Togar berusaha untuk mengiming - imingi sejumlah pegawai dengan sogokan untuk menutup mulut mereka soal masalah ini.
Pernyataan ini masih tidak diketahui kenyataannya, dan Delia merasa kalau pernyataan ini tidaklah benar. Delia tahu siapa ayahnya, dan jika saja Pak Togar memang melakukan hal seperti ini, Delia seharusnya bisa menemukan berbagai keganjilan dari pernyataan ayahnya. Selain itu, kalau mau jujur, artikel ini masih harus dipertanyakan kebenarannya, karena hanya ada satu orang yang menjadi narasumbernya. Apalagi yang menulis artikelnya adalah reporter yang suka membuat berita penuh sensasi, rasanya berita itu tidak boleh untuk dipercaya begitu saja.
Masalahnya, tidak semua orang akan mencerna berita ini dengan baik. Beberapa orang mungkin akan mempertanyakan kebenaran dari berita ini, tapi yang lainnya akan menelan berita ini bulat - bulat karena artikelnya terpampang di salah satu surat kabar harian terkemuka di Inkuria. Belum lagi kalau berita ini menyebar dari mulut ke mulut, bisa jadi beritanya malah berubah bentuk dan orang - orang akan memercayai kabar yang salah.
Delia terlalu fokus dengan berita itu dan memikirkan kemungkinan apa saja yang bisa terjadi dari tersebarnya berita ini, ketika dia mendengar sebuah suara klakson. Yoshi sudah ada di depan rumahnya, menjemput Delia untuk pergi ke kantor.
Si perempuan menghela napasnya, lalu dengan segera melipat surat kabar yang ada di tangannya dan meletakkannya di sebuah meja kecil yang ada di sebelahnya. Setelah itu, Delia melangkah menuju ke arah Yoshi, sambil memasang helmnya.
Yoshi terlihat santai dan riang, karena dia tahu kalau bersikap negatif ketika tunangannya itu tengah berada di situasi yang buruk hanya akan membuat keadannya jadi semakin negatif. Tapi, ketika Yoshi memerhatikan lagi wajah Delia, dia bisa melihat kalau sepertinya ada sesuatu yang tidak baik mengiringinya. Ini masih cukup pagi, tapi Delia sudah membawa aura membunuh bersamanya. Yoshi tahu kalau Delia tengah terjebak di dalam situasi yang buruk, tapi ini masih terlalu pagi untuk Delia untuk merasa bete.
"Delia? Kamu kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Yoshi.
"Kamu sudah baca koran pagi ini?" ujar Delia.
Yoshi menggeleng, "Memangnya ada apa?"
"Berita soal Ayah ... entah bagaimana sudah sampai ke telinga media. Warta Inkuria menulis berita utama soal itu. Dari apa yang aku baca, beritanya masih berasal dari sumber anonim, dan isinya masih harus dipertanyakan. Hanya saja ... kamu tahu lah, kehebohan macam apa yang akan terjadi?"
Yoshi terdiam sejenak, karena dia menyadari betapa gawatnya situasi yang disebabkan oleh hal ini. Kalau beritanya menghebohkan begini, biasanya masyarakat Inkuria akan membicarakannya, meski mereka kadang tidak tahu apakah berita ini benar atau tidak. Kehebohan macam ini bisa menimbulkan kekacauan, belum lagi adanya para wartawan yang haus informasi memburu siapapun yang bisa mereka tanyai.
"Uh, hal itu tidak kedengaran bagus. Bagaimana bisa berita itu tersebar? Bukannya belum ada tindakan untuk melapor atau apalah, kan? Lalu, siapa yang menyebarkannya?"
"Aku masih tidak tahu soal itu, Yo. Sumbernya anonim. Tapi siapapun dia, sepertinya dia ingin membuat masalah ini jadi lebih besar lagi. Apapun itu, dia berhasil menarik perhatian banyak orang."
Yoshi mengangguk, "Oke, kita akan bahas masalah itu di kantor nantinya. Seharusnya EG Group sudah dengar masalah ini juga."
Baru saja Delia mau pergi, Rima keluar dari rumah dan menyapa Yoshi dan Delia. Rima juga akan pergi sebentar lagi, yang mengingatkan Delia akan satu hal.
"Rima, bilang pada Ayah untuk mengamankan dirinya sendiri dan memperketat keamanan kantornya. Wartawan mungkin akan datang ke kantor Ayah dan menimbulkan beberapa masalah, jadi akan lebih baik kalau Ayah bisa mencegah beberapa hal yang tidak diinginkan," kata Delia.
"Tunggu dulu, wartawan? Bagaimana bisa?! Bukannya belum ada laporan apapun soal berita itu?" tanya Rima.
"Warta Inkuria menuliskan artikel soal skandal itu, dan aku rasa akan ada beberapa berita lainnya seputar hal itu. Seorang sumber anonim menceritakannya pada salah satu reporter di surat kabat itu, dan entah pada siapa lagi. Jadi, ada kemungkinan kalau kantor Ayah akan didatangi oleh wartawan. Jangan sampai Ayah kenapa - napa."
Rima terdiam sejenak, kemudian dia mengangguk dan berlari ke dalam rumah untuk mengingatkan ayahnya akan berita ini. Sementara itu, Delia naik ke boncengan Yoshi. Si pria tidak menghabiskan waktu lama untuk berpikir, karena dia langsung tancap gas menuju ke kantor mereka.
Sekumpulan wartawan kedengarannya tidak begitu berbahaya. Tapi, berita ini akan menimbulkan beberapa kekacauan yang membingungkan kalau sampai hanya didiamkan. Setidaknya, EG Group harus menyusun sedikit rencana agar mereka tahu apa yang harus dilakukan.
~~~~~
Ketika sampai di kantor Kepolisian Inkuria, keadaan kantor dari Sub Divisi Penyelidikan Kriminal jadi sedikit riuh. Bukan hanya karena berita yang mereka dengar, melainkan juga karena adanya beberapa wartawan yang berjaga di depan kantor mereka. Masih jadi pertanyaan kenapa mereka bisa ada di sana, tapi untungnya Yoshi bisa menghindarkan dirinya dan Delia dari para wartawan itu dengan cara memasuki kantor melalui sebuah jalan belakang yang memang sengaja disediakan untuk situasi seperti ini.
Delia dan Yoshi masuk ke dalam kantor Kepolisian Inkuria sambil berusaha agar tidak kelihatan oleh orang lain. Ketika mereka sudah masuk, sebuah diskusi seru bisa terdengar dari sebuah ruangan yang dihuni oleh anggota Sub Divisi Penyelidikan Kriminal. Suara Pak Said bisa tedengar dengan jelas, dan diisi dengan nada ketidak percayaan. Yoshi memandang Delia, dan keduanya kini tahu kalau memang berita itu sudah menyebar di seluruh kota.
Baru saja kedua orang ini mau menuju ke ruangan mereka, Pak Bambang yang menyadari kehadiran mereka langsung datang menerjang. Hal ini diikuti oleh kedua rekannya yang kini berada di sebelah Pak Bambang. Ekspresi wajah mereka mengatakan seolah mereka siap untuk mempertanyakan banyak hal yang sepertinya jadi pertanyaan semua orang saat ini : berita macam apa ini yang mereka dengar dan kekacauan macam apa yang tengah terjadi saat ini?
"Delia! Berita apa itu yang disampaikan oleh Rick Renshaw?! Aku tahu kalau Rick ini wartawan yang sensasional, tapi beritanya kali ini keterlaluan sekali! Berita soal ayahmu itu benar atau tidak, dan bagaimana bisa dia dapat berita itu?!" seru Pak Hendri.
"Iya! Aku tahu kalau si Rick ini tukang cari sensasi yang entah kenapa disukai oleh masyarakat Inkuria yang kapasitas otaknya cuma beberapa tingkat bedanya dari otak udang, tapi kalau beritanya seperti ini, rasanya aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja! Ada apa ini?" tanya Pak Said.
Yoshi berusaha menenangkan ketiga pria itu, sementara itu Delia berusaha menyusun perkataan yang tepat untuk masalah ini. Mendengar nama Rick Renshaw bukanlah berita yang bagus, karena dialah orang yang paling jago untuk melebih - lebihkan segala berita di seantero Inkuria. Delia harus menahan dirinya sendiri agar dia tidak berlari ke luar kantor dan mencari wartawan yang satu itu dan menonjoknya sebagai pelampiasan semua emosi yang dia rasakan akhir - akhir ini, karena sepertinya Rick adalah orang yang paling cocok untuk ditonjok. Setelah terdiam selama beberapa saat, akhirnya Delia menjawab pertanyaan itu.
"Kalau mau jujur, saya juga tidak tahu bagaimana bisa mereka tahu. Saya juga baru tahu kalau ada masalah di Nova Star semalam, ketika Ayah menceritakannya kepada saya. Dari apa yang dikatakan di Warta Inkuria, berita ini didapatkan dari sumber anonim, jadi sepertinya para wartawan itu mendapatkan sumber yang sama," kata Delia.
"Tunggu, jadi berita ini betulan? Memang ada masalah di Nova Star?" tanya Pak Bambang.
"Tapi tidak berlebihan seperti apa yang dikatakan oleh media. Memang ada seorang pegawai yang membawa sejumlah besar uang dengan alasan bahwa ini adalah perintah ayahku. Tapi, Ayah tidak pernah memerintahkan hal seperti itu. Jadi, ada beberapa orang dari tim keuangan menuduh adanya hal yang mencurigakan, dan salah satu orang dari direksi menuduhnya kalau ini dana korupsi. Setelahnya, kantor Nova Star terbagi jadi dua, antara yang memercayai adanya skandal, dan yang lainnya mengatakan kalau ini adalah kekeliruan atau jebakan."
"Lalu, kenapa beritanya bisa bocor begitu? Seharusnya pihak dalam kalian berusaha untuk mencegahnya kalau memang masih belum saatnya hal ini diketahui, kan?" tanya Pak Said.
"Seharusnya sih begitu. Ayahku bilang, orang - orang kepercayaannya masih mengadakan penyidikan dan mengumpulkan data. Mereka tidak akan melapor kalau data dan informasi yang mereka miliki belum lengkap. Kebocoran ini tentunya tidak terduga, jadi bisa saja memang ada salah satu pegawai dari sana yang ingin membuat keadaannya jadi semakin kacau."
"Ah, kedengarannya menyebalkan. Kok ada ya orang yang doyan memancing kerusuhan begini. Kalau iseng sedikit sama teman boleh lah, tapi ini bikin satu kota jadi heboh, kan keterlaluan," kata Pak Hendri.
"Saya sendiri pusing, pak. Seolah semuanya belum cukup memusingkan, muncul lagi ini. Kalau mau cepat, saya bakar juga ini semua pelakunya kalau sudah ketemu!"
Trio Koplak tahu kalau Delia bukanlah orang yang cocok untuk dibuat marah, jadi mereka berusaha untuk menghibur Delia. Mereka meyakinkan kalau semuanya akan bisa diselesaikan. Setelah percakapan mereka selesai, Yoshi dan Delia menuju ke ruangan mereka.
Keempat rekan mereka sudah ada di dalam ruangan. Rendi dan Arin tengah mengobrol, sementara itu Pak Indra dan Bu Risa tengah ngemil kuaci dengan seru. Kedua senior mereka ini ngemil dengan seru, seolah mereka masih berada di dalam kompetisi makan kuaci.
"Ya ampun Pak Indra, pagi - pagi sudah ngemil kuaci! Ada apa pak? Bapak belum sarapan ya?" tanya Yoshi.
"Saya kesal, Yo! Kalau yang namanya pembawa sial itu memang ada, maka Rick Renshaw adalah salah satunya. Setiap kali ketemu dia, pasti ada saja masalah yang datang. Apalagi kalau sampai pagi - pagi begini dia sudah apel di depan kantor. Saya tidak percaya dengan kabar burung apa yang mereka katakan, dan menanyakannya kepada saya yang nggak tahu apa - apa tentunya keterlaluan sekali!" kata Pak Indra.
Yoshi dan Delia berpandangan satu sama lainnya. Dari bagaimana cara Pak Indra bereaksi, kedengarannya hal ini cukup gawat. Keberadaan wartawan yang haus info ini menandakan bahwa kabar yang sudah tersebar ini bisa memberikan akibat yang cukup besar. Masalahnya, Delia sendiri belum tahu bagaimana caranya untuk mengatasi hal ini.
"Del, keadaannya jadi gawat tanpa diduga. Aku tidak tahu apa hubungannya antara ayahmu dan skandal ini, tapi bisakah kamu jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Bu Risa.
Delia menghela napasnya. Kemudian, dia meletakkan tasnya dan duduk di kursi kerjanya. EG Group mendekatkan diri ke meja Delia. Setelah mereka siap, barulah Delia bercerita tentang apa saja yang dialami oleh ayahnya, sekali lagi. EG Group menyimaknya dengan antusias, terutama karena mereka belum mengetahui apapun seputar kisah yang diberikan oleh Delia.
Setelah ceritanya selesai, berbagai spekulasi dan pemikiran muncul seputar masalah yang melanda Pak Togar. Yoshi dan Pak Indra cukup mengenal sosok Pak Togar, dan mereka menilai kalau Pak Togar bukan tipe orang yang bisa berbuat curang. Lagi, masih ada banyak informasi yang simpang siur, berkaitan dengan masalah ini. EG Group belum bisa mengambil kesimpulan apapun, karena mereka masih belum punya informasi yang lebih jelasnya.
Pak Indra sendiri menceritakan apa saja yang terjadi tadi pagi ketika beliau baru sampai di kantor. Beliau mengira kalau semuanya akan berjalan dengan normal, tapi ketika hendak memasuki pintu depan kantor kepolisian, beliau dihadang oleh sejumlah wartawan. Pak Indra yang belum sempat mengecek berita pagi ini bingung akan apa yang sebenarnya terjadi, sampai akhirnya beliau mendengar pertanyaan - pertanyaan dari para wartawan.
Mereka menanyakan seputar kasus korupsi di Nova Star. Apakah EG Group terlibat, dan sejauh apa penyidikan yang sudah terjadi. Selain itu, mereka menanyakan sudah berapa lama kasus ini diselidiki diam - diam. Pak Indra tahu kalau mereka belum mendapatkan apa - apa seputar kasus dari Nova Star, karena kalau tidak, sebagai pimpinan dari sub divisi Pak Indra seharusnya mengetahui soal hal ini.
Pak Indra hanya bisa menduga kalau para wartawan ini mendapatkan kabar angin, jadi beliau hanya menjawab kalau kasus itu tidak pernah masuk kepada mereka, dan kalau memang ada masalah seperti itu, maka kasusnya belum dilaporkan. Pak Indra juga tidak memberi komentar lebih jauh, karena beliau juga sama tidak tahunya seperti mereka.
Setelah masuk ke dalam kantor, barulah Pak Indra mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Rick Renshaw di acara tengah malamnya melaporkan kalau adanya kecurigaan skandal di Nova Star, dan menelepon seorang sumber anonim dalam acaranya. Si narasumber ini mengatakan ceritanya, dan beralasan kalau Inkuria harus tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik Nova Star. Selain itu, dia juga mencatut kalau Sub Divisi Penyelidikan Kriminal sudah mengetahui akan hal ini.
Berita ini tentunya bukan berita yang baik. Pak Indra tidak bisa memastikan apakah berita soal skandal itu benar, tapi tentunya beliau tahu kalau mereka tidak menangani kasus ini. Pak Indra jadi agak bingung akan apa yang sebenarnya terjadi, sampai akhirnya Delia menjelaskan semuanya.
Kehebohan ini tentunya bukan hal yang diinginkan oleh siapapun dari Sub Divisi Penyelidikan Kriminal. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan mereka dikaitkan dengan masalah ini. Tidak ada yang tahu mana pernyataan yang benar dan mana yang salah.
"Haaah ... aku juga sama pusingnya seperti kalian. Seolah Ramon belum cukup, masalah ini datang lagi. Aku sendiri tidak tahu harus bertindak bagaimana," ujar Delia.
Bu Risa menepuk bahu Delia, "Hei, itu wajar. Kita bisa urus soal kasus korupsi ini nanti, karena kita belum menerima laporan dan data untuk penyelidikan secara resmi. Kita harus menyelesaikan soal Ramon terlebih dahulu, dan semoga saja masalah ini bisa segera selesai," kata Bu Risa.
Delia menatap rekan - rekannya sejenak. Kedengarannya mudah, tapi pikiran Delia sangat kusut, belum lagi dengan kenyataan kalau Hendra membenarkan bahwa semua masalah ini berkaitan. Seperti yang Delia rencanakan semalam, dia akan menceritakan seputar latar belakang Ramon dan gengnya. Tapi, baru saja Delia ingin bercerita, sebuah ketukan terdengar dari pintu ruangan mereka.
Tidak lama kemudian, muncul sebuah kepala yang tidak asing. EG Group bisa melihat wajah Lana menyembul dari balik pintu, sambil menoleh ke sekeliling ruangan. Setelah beberapa saat, dia membuka pintu ruangan dan masuk ke dalam. Kali ini, Lana mengenakan kemeja kotak - kotak berwarna merah dan putih, serta membawa sebuah map dan laptopnya.
"Halo~ selamat pagi! Apa kalian sedang sibuk sekarang?" tanya Lana.
"Hm, saya rasa tidak. Ada apa memangnya, nak?" ujar Pak Indra.
"Eh, saya punya beberapa hal yang harus saya sampaikan. Saya melakukan beberapa pelacakan tadi malam, dan saya menemukan beberapa hal yang menarik, yang sepertinya harus kalian ketahui."
Pak Indra memerintahkan Lana untuk duduk, jadi si pemuda menarik sebuah kursi lipat dan duduk di hadapan sang ketua sub divisi. Lana menyiapkan laptopnya, kemudian membuka pembicaraan mereka.
"Ketika kalian bilang kalau si Rick Renshaw itu ganas, rupanya kalian tidak bercanda ya? Untung saja aku bisa menghindari semua wartawan yang sudah serupa zombie yang lapar itu dengan baik," kata Lana.
"Dia sudah tenar di seantero Inkuria karena reputasinya itu, jadi jangan heran. Nah, jadi apa yang mau kamu beri tahu?" tanya Pak Indra.
"Kemarin kalian sudah menyuruh saya untuk mencari tahu siapa Indri dan Nindya yang ada di grup percakapan si Ramon, kan? Nah, saya sudah mendapatkan informasi lebih lanjutnya. Identitas mereka ada di dalam map ini, bersama dengan beberapa hal baru lainnya yang akan saya jelaskan. Tapi kalau kalian penasaran, ini dia orang dan identitasnya."
Lana memperlihatkan sebuah halaman yang berisikan identitas dari kedua perempuan yang terlibat dengan Ramon ini. Tapi, Delia tidak perlu melihatnya sedikitpun untuk mengetahui kalau dua orang ini adalah kakak kelasnya. Delia tidak kaget, tapi dia jadi semakin yakin atas kaitan apa saja yang terjadi dalam masalah ini.
"Belajar dari penyelidikan soal Chloe, saya menelusuri kedua orang ini secara rinci. Nah, saya bisa menemukan rekening milik kedua orang ini, dan mereka mendapatkan transfer uang dari tiga rekening yang sama seperti yang ada di laporan soal Chloe. Jadi, sepertinya sih kedua orang ini memang terkait dengan apapun yang Ramon rencanakan," tutur Lana.
"Setelahnya, saya mengamati percakapan apa saja yang terjadi di antara keenam orang itu melalui grup percakapan mereka. Semalam, mereka merayakan suksesnya kekacauan yang mereka timbulkan di tempat kerja "si bos". Setelah itu, kelihatannya Ramon bersiap untuk melaksanakan serangan mereka. Si Nindya mengatakan kalau dia sudah menyebarkan semuanya sesuai dengan yang direncanakan, dan percakapan mereka berakhir sampai situ."
"Nah, aku baru saja ingin pulang dan menyelesaikan pekerjaanku di tengah malam itu, ketika aku melihat adanya acara malam Rick Renshaw yang membahas soal kasus yang pagi ini jadi bahan pembicaraan. Aku hanya mendengarnya sepintas ketika melewati petugas jaga, tapi aku terus memikirkannya sampai ke rumah. Jadi, aku memutuskan untuk mencari video rekamannya di internet dan mencari tahu apa saja yang dikatakan oleh Rick."
"Berita ini rupanya sudah heboh sejak tengah malam, dan aku rasa menelusuri masalah itu dari awal tidak akan banyak membantuku. Hingga akhirnya aku sadar ketika aku memutuskan untuk mengkopi semua e - mail Nindya sebagai laporan untuk kalian. Tidak ada yang aneh, tapi dari hasil penelusuranku, aku menemui kalau dia mempunyai beberapa alamat surel. Bukan hal yang aneh. Tapi, aku putuskan untuk mengecek surel pribadinya."
"Di sinilah aku menemukan hal yang aku baru sadari. Pertama, aku memang sudah dapat fakta kalau Nindya bekerja sebagai salah satu anggota dari tim keuangan di Nova Star, dan Indri adalah salah satu jajaran direksi di kantor yang sama. Lalu, aku menemukan sebuah e - mail di akun pribadi Nindya yang dialamatkan kepada Rick, dan isinya adalah sebuah dokumen pernyataan. Setelah aku telusuri, dokumen ini bicara soal skandal itu, dan dalam acaranya Rick, dia bicara dengan narasumber dari Nova Star. Aku mengambil kesimpulan gila kalau apa yang Nindya lakukan ini adalah bagian dari rencana mereka dan orang yang diincar oleh Ramon adalah pimpinan dari Nova Star."
"Kumpulan e - mail Nindya banyak membantu. Setelah ditelusuri, salah satu alamat surel pribadinya ini digunakan untuk mengirimkan pesan kepada beberapa reporter yang menyiarkan berita soal skandal ini. Isinya kurang lebih sama dengan apa yang kalian sudah dengar. Setelah memeriksanya, aku rasa akan lebih baik kalau aku segera laporkan masalah ini kepada kalian. Jadi ... di sinilah aku."
EG Group terdiam sejenak. Kalau dipikir, hal ini masuk akal juga. Dari percakapan yang berhasil Lana sadap, Ramon membahas kalau mereka ingin menjebak seseorang agar dia dituduh akan membeli data yang mereka miliki. Ramon mengirimkan dua mata - mata untuk mengurus masalah ini dan memasang perangkapnya. Hal berikutnya yang mereka ketahui adalah, Pak Togar dicatut namanya dalam sebuah skandal.
Delia tidak mengatakan apa - apa, dan mengatur pernapasannya. Dia mungkin tidak mengatakan apa kemungkinan keterkaitan antara Raven dan ayahnya, tapi Hendra membenarkan adanya keterkaitan antara keduanya. Belum lagi nama dua orang yang terlibat di sana. Mau tidak mau Delia berpikir kalau semua ini adalah ulah Ramon. Benar saja, kalau memang semuanya adalah satu kesatuan mematikan yang ditujukan kepada Delia.
Hanya saja, Delia masih tidak mengerti apa tujuan dari semua rencana ini. Pada titik ini, Delia tidak heran kalau misalkan saja Ramon melakukan semua ini hanya untuk menghancurkan kehidupan Delia. Tapi, bisa saja ada tujuan lainnya yang mereka tidak ketahui.
"Oke, untuk singkatnya, Ramon melakukan semua kasus kebocoran ini untuk memancing adanya skandal di Nova Star? Tapi, bagaimana keterkaitan dari Raven dan Nova Star?" tanya Rendi.
"Datanya, Ren. Raven punya beberapa data yang bocor, meski orang lain belum tahu kalau hanya ada satu akses ke data itu. Nah, di kasusnya Nova Star, disebutkan kalau si pemimpin menginginkan sejumlah data. Selain e - mail yang mengirimkan informasi kepada para wartawan, aku menemukan beberapa e - mail menarik di alamat surel pribadi milik Indri. Dia menghubungi seorang peretas, dengan tujuan untuk meminta agar bisa memasukkan beberapa pesan mencurigakan ke alamat surel milik pemimpin Nova Star, dan juga satu surel lainnya, yang setelah ditelusuri itu adalah surel milik Victor, pacarnya Chloe. Si peretas akan melakukannya, selama jaminan yang dia dapatkan itu besar," jawab Lana.
"Lalu, apa si peretas memang melakukan apa yang disuruh?" tanya Bu Risa.
"Ya. Peretas yang dia hubungi ini adalah peretas hitam, jadi memang dia kerjaannya melakukan hal yang ilegal dan sering kali jahat, selama ada jaminan uang. Peretas ini adalah salah satu temanku di dunia peretas, jadi aku menanyakan soal transaksi ini. Dia membenarkannya, dan menambahkan kalau si pemohon ingin menjebak pemimpin dari Nova Star, serta komisi yang dia dapatkan cukup besar. Tapi, e - mail yang disuruh untuk disisipkan ini hanya bisa terlihat jika kita bisa mengenkripsikannya. Jadi, si pemilik alamat surel tidak akan tahu adanya pesan ini, tapi kalau kalian membawa seorang peretas untuk mengurus masalah ini, maka dia akan mengetahui adanya pesan tersembunyi ini."
Keenam orang anggota EG Group saling beradu pandangan, berusaha untuk melihat apakah rekan mereka bisa menangkap apa yang sebenarnya terjadi. Tentu saja mereka bisa menangkapnya dengan baik, semuanya seterang siang bolong. Jadi, inilah tujuan Ramon melaporkan kasus kebocoran data ini. Untuk memvalidasi adanya skandal di Nova Star. Kalau orang lain tahu kalau ada kebocoran data, rasanya mereka bisa menghubungkan keduanya.
"Kedengarannya berbahaya. Jadi ... itukah peran Nindya dan Indri? Menyulut permasalahan di Nova Star?" tanya Pak Indra.
Lana mengangguk, "Gampangnya sih begitu, pak. Kita hanya perlu tunggu waktu saja sampai Nindya membocorkan adanya keterkaitan skandal itu dengan apa yang terjadi di Raven. Meski kedengarannya ini bisa merugikan kedua belah pihak, Raven tetaplah akan jadi pihak yang kecolongan. Nova Star akan menghadapi masalah besar nantinya, kalau masalah ini tidak diatasi."
Delia menghelan napasnya. Semuanya kelihatan lebih jelas kini, tapi tetap saja dia masih pusing. Ada banyak sekali yang dia pikirkan, dan emosinya mulai memuncak. Ramon sudah jauh berkembang sejak terakhir kali Delia melihatnya, dan semakin lama dia semakin jahat saja. Delia sudah bisa membayangkan kekacauan macam apa yang terjadi di Inkuria kalau sampai apa yang direncanakan oleh Ramon ini bisa terwujud.
Di satu sisi, Delia mengutuki Hendra. Pak gurunya tentu saja tahu kalau hal ini akan terjadi. Beliau sendiri yang bilang kalau Delia harus mengikuti bagaimana Ramon ingin agar ceritanya berjalan. Tapi, Delia harus bisa memberikan plot twist di saat terakhir. Membiarkan sebuah kekacauan hampir pecah sebelum mengatasinya adalah salah satu hal yang sangat mungkin sekali untuk dilakukan oleh Hendra.
Masalahnya adalah, kapan saat yang tepat bagi Delia untuk memutarbalik keadaan? Apakah sekarang adalah saatnya? Atau dia harus menunggu sebentar lagi? Entahlah, Delia tidak tahu.
"Jadi ini maksud Ramon? Dia mengatakan kalau dirinya akan membuatku bertekuk lutut di hadapannya, dan ini yang dia lakukan? Jadi dia ingin membahayakan keluargaku hanya agar aku menyerah di hadapannya? Psikopat macam apa makhluk yang satu ini, hah?! Apa sih salahku yang sebenarnya?! Dia yang awalnya cari gara - gara denganku! Aku yang jadi korban saat itu! Apa dia belum puas kalau aku belum mati?!" seru Delia.
Yoshi kini berusaha untuk menenangkan Delia, dengan sebuah pelukan dan bisikan lembut. Pak Indra memandang rekannya yang lain, dan mereka kelihatan sama khawatirnya dengan Pak Indra. Keadaan jadi semakin gawat, dan dengan jelasnya apa yang Ramon inginkan, mereka bisa melihat kalau Delia akan meledak di hadapan Ramon dan membunuhnya jika dia punya kesempatan untuk hal itu.
Di tengah momen hening itu, dapat terdengar sebuah nada dering. Tujuh orang yang ada di dalam ruangan itu saling memandang satu sama lainnya, hingga akhirnya Delia mengambil ponselnya. Dia menarik napas untuk menenangkan dirinya, dan bisa terlihat nama Rila sebagai si pemanggil di layar ponselnya. Tanpa pikir dua kali lagi, Delia mengangkat teleponnya.
"Halo? Ada apa, La? Tumben pagi - pagi telepon begini," ujar Delia.
"Hai Kak Del. Dari suaranya, kedengarannya kakak tidak dalam keadaan yang baik ya?" tanya Rila.
"Tentu saja tidak! Kurasa kamu tahu sendiri apa yang sudah terjadi pagi ini, kan?"
"Tentu saja aku tahu. Sarapanku jadi heboh karena aku dan Ayah membahas masalah itu, belum lagi si Hendra yang menelepon."
"Pak Hein? Memangnya ada apa?"
"Yah, biasa lah. Dia minta kami untuk mengamati keadaan di Raven dengan lebih seksama. Selain itu, dia juga meminta agar orang yang terhubung dengan SPE yang ada di Nova Star untuk berjaga dan melaporkan apa yang sebenarnya terjadi."
Delia terkekeh, "Kalian ini organisasi yang tidak begitu besar, tapi kalian ada di mana - mana, ya?"
"Begitulah. Tapi, yang di Nova Star adalah sebuah kebetulan. Salah satu ahli IT di sana masih berteman dengan ahli IT kami."
"Nah, lalu kenapa kamu telepon? Ada hal yang penting?"
"Tadi Ayah mengatakan kalau tim IT sudah menemukan beberapa hal yang bisa membantu kalian dalam memperjelas apa yang terjadi di Nova Star. Kami menemukan beberapa rekaman percakapan dan rekaman CCTV akan beberapa pertemuan yang diadakan oleh Indri dan Nindya, kurasa kamu sudah tahu soal dua orang ini dari Kak Lana. Mereka berusaha menyogok dan memengaruhi beberapa pegawai untuk berada di pihak mereka. Aku sudah kirimkan rekaman itu melalui alamat dropbox yang aku kirim ke e - mail kakak. Selain itu, ada daftar nama yang jadi orang - orang yang dipengaruhi dan menerima sogokan dari Nindya dan Indri. Kami juga bisa mendapatkan hasil data yang mereka manipulasi untuk memberatkan Pak Togar, dan data aslinya. Selebihnya, kami masih berusaha mengamati apa yang sebenarnya terjadi di Nova Star. Aku akan kabari kalau ada informasi lebih lanjutnya."
Delia mengangguk, "Oke, terima kasih, La. Aku dan EG Group akan coba lihat apa saja yang sudah kamu temukan. Kirimi saja aku pesan kalau memang ada yang perlu untuk kamu sampaikan."
"Pastinya. Aku pergi dulu ya, sebentar lagi guru akan datang ke kelasku. Sampai nanti, Kak Del!"
Rila mengakhiri teleponnya dengan Delia, kemudian Delia meletakkan ponselnya ke atas mejanya. Selain itu, dia juga mengambil laptop yang ada di dalam tasnya, untuk mengecek pesan yang dikirimkan oleh Rila.
"Rila bilang kalau SPE menemukan beberapa rekaman yang mencurigakan seputar Indri dan Nindya. Katanya ini percakapan saat mereka memengaruhi dan menyogok orang - orang untuk membantunya. Ada juga informasi soal laporan keuangan Nova Star, dan daftar nama orang yang disogok," kata Delia.
EG Group kini jadi sangat antusias ketika mendengar informasi itu. Bahkan Lana juga jadi bersemangat karenanya.
"Ah! Aku kemarin malam sempat menghubungi orang dari SPE. Katanya, mereka memang akan fokus ke beberapa hal yang mereka ketahui, sementara itu di sini kami bisa mengerjakan soal e - mail dan pesan pribadinya Indri dan Nindya. Jadi, mereka menyelidiki sampai ke dalam Nova Star? Wah, mereka sepertinya tahu beberapa hal yang tidak kita ketahui, ya?" tanya Lana.
"Tidak heran, kan mereka ada dibawah komando langsung dari Hendra. Nah, mari kita lihat apa saja yang mereka lakukan."
Mereka menonton rekaman yang Rila berikan kepada Delia. Di sana memang ada beberapa pembicaraan yang mencurigakan di mana mereka ingin untuk menjatuhkan Pak Togar. Selain itu, ada beberapa informasi seputar laporan keuangan yang perlu untuk mereka periksa nantinya.
"Hm, apa yang mereka dapatkan ini menarik. Data ini bisa digunakan untuk meringankan pimpinan dari Nova Star, apabila diperlukan. Haruskah saya meminta tim saya untuk memeriksa data keuangan dan nama - nama ini?" tanya Lana.
"Kamu bisa periksa itu. Dari sini, kumpulkan saja data yang menurutmu bisa meringankan Nova Star. Sambil kamu tetap awasi komunikasi apa saja yang terjadi di antara keenam orang itu," kata Pak Indra.
Lana memberikan hormat, "Siap laksanakan, pak! Saya akan kabari rekan - rekan saya soal ini! Oh iya, ini data soal e - mail apa saja yang sudah ditemukan. Mungkin kalian mau membahas masalah ini juga nantinya. Untuk sekarang, saya akan undur diri dulu ya pak?"
Pak Indra mengizinkan Lana untuk pergi, setelah Lana mengkopi data yang Delia dapatkan. Setelah dia pergi, EG Group hening selama beberapa saat. Delia mematikan laptopnya, kemudian dia menghela napas berat, dan membiarkan kepalanya jatuh ke kedua tangannya.
"Sialan betul keparat yang satu itu! Kurang puas apa lagi dia menyiksaku saat SMA! Psikopat macam apa yang harus aku hadapi saat ini sih?!" seru Delia, dengan nada frustasi.
Yoshi mendekati Delia, dan berusaha sebisa mungkin untuk menenangkannya. Apa yang dilakukan oleh Yoshi mungkin tidak begitu banyak membantu sekarang ini, tapi setidaknya bisa sedikit mencegah agar Delia tidak langsung meledak. Anggota EG Group yang lain mau tidak mau juga menghela napas mereka. Masalah yang mereka hadapi kini makin berat saja, dan tidak heran kalau Delia jadi seperti itu.
Empat orang lainnya juga sama tertekannya dengan Delia. Karena berita yang tersebar ini, mereka juga harus memikirkan bagaimana respon masyarakat nantinya? Mereka harus berhati - hati, karena bisa saja nanti ada beberapa berita bohong yang diklaim sebagai kebenaran. Mereka harus bisa mencegah hal itu agar tidak terjadi.
"Saya juga sama pusingnya seperti kamu, Del. Kalau memang ini akan jadi skandal, maka urusannya bisa panjang. Saya pernah menghadapi masalah yang serupa ketika kasusnya Pacifia Construction muncul, yang mana kasus ini juga merupakan sebuah jebakan," kata Pak Indra.
"Haah, ada - ada saja orang zaman sekarang. Bukannya berdamai dengan kehidupan dan menjalani hidup yang lebih sederhana, mereka malah menimbulkan huru - hara. Aku heran kenapa," ujar Arin.
"Ada beberapa orang yang suka beberapa hal yang ribet, Rin. Kita adalah salah satunya. Selain itu, kamu sudah lihat sendiri kan bagaimana si Hendra yang menyusahkan dirinya sendiri itu?" sahut Bu Risa.
"Ngomong - ngomong soal Hendra, kita tahu kalau masalah ini bisa jadi sangat gawat. Apakah perlu kita minta Hendra untuk turun gunung dan membantu?" tanya Pak Indra.
"Iya, kurasa kita bisa minta bantuannya? Dia pastinya sudah dengar soal hal ini. Kenapa kita tidak tanya dia saja?" sahut Yoshi.
Delia menggeleng, "Aku sudah coba, tapi dia tidak mau membantu. Aku sudah telepon dia kemarin. Katanya, aku harus menangani semuanya sendiri karena ini adalah kasusku. Orang - orang ini berhubungan dengan masa laluku, dan mereka datang untuk mencari masalah denganku. Jadi, akulah orang yang paling tepat untuk menyelesaikannya," ujar Delia.
"Tapi kan kamu tidak perlu untuk menyelesaikannya sendirian begitu. Kami ada di sini untuk membantumu, Del," kata Rendi.
"Aku tahu, tapi akulah yang tahu betul apa saja keanehan di kasus Raven itu. Ada banyak sekali keganjilan yang bisa langsung aku sadari. Apalagi aku mengenal semua orang yang terlibat dalam masalah ini. Ramon, Steven, Chloe, Victor, Indri dan Nindya, mereka semua adalah kakak kelasku. Anehnya lagi, mereka ada di dalam satu geng yang sama. Kata Pak Hein, ini bukanlah kebetulan kalau aku mengenal semua yang terlibat. Kalau cuma satu atau dua saja yang kukenal, kurasa masih bisa dianggap sebagai sebuah kebetulan."
"Yah, kamu ada benarnya. Kami kan tidak kenal mereka, jadi kami tidak bisa menganggap kasus ini aneh dengan begitu saja. Mungkin hal ini juga disadari oleh Ramon, sehingga dia bisa membuat kamu semakin tertekan karena kami mungkin tidak akan percaya pada spekulasimu. Tapi kami bisa menerima sudut pandangmu, sehingga kami percaya akan apa yang bisa saja terjadi," kata Pak Indra.
"Apa Hendra nggak bilang kalau dia punya hipotesis? Biasanya dia juga suka ngasih teka - teki tuh," ujar Yoshi.
"Dia bilang kalau semuanya berkaitan, dan dia membenarkanku kalau memang Indri dan Nindya membantu Ramon untuk melakukan rencana ini. Selain itu, Pak Hein bilang, kalau ini adalah kasusku, dan memang diciptakan khusus untukku. Jadi, aku pasti akan bisa menyelesaikannya. Nanti, kalau ada yang penting, Hendra akan mengirimi pesan."
Yoshi terkekeh, "Kadang aku merasa kalau Hendra itu lebih mirip dengan perempuan, karena dia keseringan menyimpan rahasia dan pakai bahasa yang ribet."
"Hm, kalau Hendra bilang begitu, apa boleh buat. Tapi agak aneh saja, bggak biasanya dia menolak menangani kasus," ujar Bu Risa.
"Kalau Hendra tidak mau, seharusnyanya sih kasusnya bisa kita tangani sendiri."
"Ah, Hendra memang doyan sekali melihat adanya gejolak besar di Inkuria, ya? Aku yakin dia tahu kalau kasus ini akan jadi cukup besar dan kita akan minta bantuannya. Sialan dia itu kadang. Kita kan tidak seperti dia yang tahu kapan saatnya melakukan sesuatu tindakan," kata Pak Indra.
"Makanya, dia itu jadi makhluk kelewatan kampret. Padahal dia mengamati dari jauh, tapi dia nggak mau terlibat. Dia bisa mengelak dengan alasan kalau sekarang sudah musim UTS, atau punya urusan lain, tapi dia tahu semuanya."
Pak Indra terkekeh, "Ah, biar sajalah. Nanti dia muncul sendiri kalau mau kok."
Delia terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya dia teringat akan sesuatu. Dia lupa untuk menceritakan apa yang terjadi di antara dia dan kakak kelasnya itu. Sepertinya, sekarang mereka bisa membahas soal itu, karena mereka sudah membicarakan soal apa saja yang terjadi di Raven dan Nova Star.
"Oh iya ... aku rasa kalian juga harus tahu tentang apa saja yang sudah terjadi antara aku dan Ramon. Aku ... aku baru siap menceritakannya sekarang. Ada beberapa hal yang membuatku tidak bisa percaya dengan Ramon, dan hal ini juga membuat aku bingung akan apa yang sebenarnya jadi tujuan Ramon," kata Delia.
"Pelan - pelan saja ceritanya, Del. Kami pasti akan mengerti soal itu," kata Yoshi.
Delia menarik napasnya, kemudian dia memulai ceritanya. Sekali lagi, cerita seputar bagaimana Ramon berurusan dengan Delia saat masih SMA diulang. Keempat anggota EG Group yang lainnya menyimaknya dengan serius, dan mereka agak kaget saat tahu apa yang Ramon lakukan kepada Delia.
Setelah ceritanya selesai, mereka semua terdiam. Mereka masih berusaha untuk mencerna ceritanya, dan mengaitkannya dengan apa yang sudah terjadi dalam kasus mereka. Secara umum, mereka tidak melihat banyak hubungan antara keduanya selain bahwa Delia mengenal Ramon dan lima orang lainnya. Tapi tetap saja, kasus ini tentunya sangat membingungkan kalau dilihat dari sudut pandang Delia.
"Kamu rupanya nggak bercanda saat bilang kalau aku akan menganggap Ramon itu bangsat, ya? Dari ceritamu, aku bisa lihat seberapa bangsat dia," komentar Arin.
"Tapi tunggu dulu, kalau masalah itu sudah selesai, kenapa si Ramon masih menyasar kamu? Apa yang sebenarnya dia mau?" tanya Rendi.
"Nah, tuh kan? Kamu saja bingung, apalagi aku. Aku nyaris mengira kalau dia adalah seorang psikopat, tahu!" kata Delia.
"Yah, itu kedengarannya lebih masuk akal daripada dugaan saya. Karena saya mikir kalau si Ramon ini bisa jadi suka sama si Hendra, sampai dia nggak rela kamu ada di dekatnya," sahut Bu Risa.
Delia tertawa karenanya, begitu juga dengan anggota EG Group yang lainnya. Ketegangan mencair di antara mereka, karena alasan Bu Risa ini cukup aneh, walau masih masuk akal. Sepertinya bisa saja di dunia alternatif lain, Ramon betulan kelewatan suka dengan Hendra sampai tingkahnya jadi seperti itu.
"Kalau saja memang itu alasannya, maka pekerjaan kita akan jadi lebih mudah," kata Pak Indra.
"Andai saja. Aku masih tidak mengerti apa tujuan Ramon, tapi sepertinya kita akan tahu apa jawabannya nanti. Atau mungkin Pak Hein yang akan menjawabnya, kalau dia lagi baik hati," sahut Delia.
Mereka terdiam selama beberapa saat, hingga akhirnya sebuah nada dering dapat terdengar. Delia melirik ke arah ponselnya, kemudian mengambilnya. Alis si perempuan mengerut ketika dia melihat kalau dirinya menerima sebuah pesan dari Hendra. Saat membukanya, Delia jadi semakin bingung karena pesan yang diterimanya penuh misteri.
Pak Hein : Delia, aku hanya mengingatkan kamu sekali lagi bahwa sebaiknya kamu meningkatkan kewaspadaanmu. Kurasa kau sudah dengar informasinya dari Lana, dan aku juga menemukan sedikit titik terang. Ayahmu memang dijebak, seperti yang mungkin kamu sudah duga. Tapi dari beberapa pembicaraan Ramon dan Steven yang aku dapatkan dari Lana, aku bisa menyimpulkan kalau bisa saja Ramon juga mengincarmu. Entah ini kiasan atau bukan, aku masih harus cari tahu lagi.
Pak Hein : Aku juga masih mencari tahu apa niat Ramon membuat ayahmu terkena skandal. Sampai saat ini, aku masih berusaha memahami apa yang jadi incarannya. Tapi, dari apa yang aku dengar, Ramon berkonsultasi dengan seseorang dari kelompoknya di Underground. Aku akan tanya Ricchie soal itu. Aku tidak bisa turun tangan, karena kehadiranku akan jadi cukup mencolok. Semoga kamu mengerti soal masalah yang satu itu. Aku akan kabari kamu kalau Ricchie sudah menjawab pertanyaanku. Kalau ada yang gawat, kamu bisa segera kabari aku.
Delia memperlihatkan pesannya kepada rekan - rekannya. Dengan adanya informasi itu, mereka hanya bisa diam dan menerimanya. Hendra masih tidak memahami beberapa hal yang sama seperti mereka, dan mereka harus mencari jawabannya untuk bisa memahami masalah ini.
"Jadi, kita nggak bisa berbuat apa - apa untuk sementara ini, karena masih ada beberapa hal yang belum kita ketahui, begitu?" tanya Yoshi.
"Sepertinya sih begitu. Tapi, apa boleh buat. Kita kan juga nggak boleh bertindak sembarangan. Lebih baik kita menunggu perkembangannya sekarang," ujar Bu Risa.
"Yah, kalau Hendra belum bilang keadaannya sudah gawat, rasanya kita harus menenangkan diri dulu sejenak. Siapa tahu dia menemukan beberapa hal yang menarik," kata Pak Indra.
Mereka semua mengangguk. Sepertinya untuk saat ini mereka memang tidak bisa apa - apa. Kalau mereka memaksakan untuk melakukan sesuatu, bisa saja beberapa hal yang tidak diinginkan terjadi nantinya. Mereka harus amati dulu apa yang akan terjadi di Raven dan Nova Star.
Dari apa yang mereka lihat, mungkin kasus ini akan ribet dan lama penanganannya, tapi apa boleh buat. Mereka sampai saat ini belum punya data yang cukup untuk menjerat siapapun. Jadi yang bisa mereka lakukan hanyalah menunggu informasi dari SPE, Lana atau Hendra. Baru mereka bisa menentukan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.
Delia sendiri tidak tahu apa yang harus dia rasakan. Apakah Delia harus khawatir mulai dari sekarang atau tidak? Hendra memang menyuruhnya waspada, tapi seberapa bahaya keadannya? Karena Delia tahu, kadang gurunya itu memberikan rambu - rambu terlalu awal atau bahkan tidak memberi rambu sama sekali.
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top