Chapter 3 : Apa yang Sebenarnya Terjadi
Setelah momen yang penuh dengan emosi itu, akhirnya Delia pulang ke rumah dengan di antar oleh Yoshi. Delia mungkin sudah mengatakan kalau dia akan menceritakan rahasia ini lain kali, tapi dia tidak tahu apakah dia akan siap untuk saat itu. Sebenarnya, Delia ingin sejali menyatakannya, tapi masih ada banyak sekali emosi yang tersangkut di dalam dirinya, dan mungkin hal ini akan membuat Delia tidak bisa menceritakan semuanya dengan baik. Padahal, rahasia ini adalah satu hal besar yang selama ini sengaja Delia rahasiakan dari semua orang, dan merupakan satu cerita yang cukup penting dalam memahami apa yang sebenarnya ada di dalam kepala Delia.
Selain itu, Delia masih tak habis pikir tentang pertentangan yang terjadi di antara dirinya dan Yoshi barusan. Delia tahu kalau dirinya dan Yoshi memang kadang bertengkar, tapi tidak pernah sampai sedahsyat ini. Mereka akan bicara baik - baik dan bisa berbaikan setelahnya. Selama mereka menjalin hubungan selama setahun belakangan, mungkin inilah pertengkaran mereka yang paling hebat.
Walau begitu, Delia tahu kalau Yoshi pasti bisa memahaminya. Yoshi hanya agak kesal karena Delia tidak pernah memberitahunya seputar kedua orang itu, yang mana bukanlah tindakan yang aneh. Delia tahu kalau Yoshi sebenarnya berhak untuk marah karena Delia sudah menyimpan sebuah rahasia yang seperti ini. Tapi di sisi lain Delia juga tahu, kalau Yoshi bisa melihat dan mengerti kenapa Delia melakukan hal seperti itu.
Yoshi sebenarnya memang mengerti apa maksud dari tindakan Delia. Dia tidak keberatan kalau tunangannya menyimpan sesuatu darinya, karena tentunya setiap orang berhak untuk punya rahasia. Tapi, di satu sisi Yoshi khawatir kalau ada sesuatu yang buruk dirasakan oleh Delia. Yoshi tentunya tidak ingin melihat bahwa Delia terus bersedih dan emosi seperti itu. Hal ini tentunya tidak baik baginya, karena mau tidak mau akan memengaruhi pekerjaannya.
Di sepanjang perjalanannya pulang, Yoshi hanya bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi pada Delia. Dari apa yang bisa dilihat Yoshi pada diri Delia, sepertinya Ramon dan Steven ini punya cerita yang buruk dengan Delia. Yoshi tentunya tidak tahu persisnya bagaimana dan kenapa, jadi dia hanya bisa menunggu sampai Delia siap untuk mengatakannya. Hanya saja, Yoshi jadi berpikir, apakah ini akan memengaruhi kasus yang mereka dapatkan?
Firasat Yoshi mengatakan bahwa ya, hal itu bisa saja memengaruhi kasus yang mereka dapatkan. Dari bagaimana Delia bereaksi terhadap cerita yang dikatakan oleh Ramon, bisa terlihat kalau Delia bisa menemukan berbagai keanehan. Yoshi akui, keanehan itu bisa jadi perlu untuk diselidiki. Tapi di satu sisi, Delia menyatakan dengan sangat jelas kalau dirinya tidak memercayai Ramon sepenuhnya. Yoshi berpikir mungkin hal ini dikarenakan apa yang sudah terjadi, tapi di sisi lain, Yoshi juga setuju kalau dirinya tidak bisa memercayai semua yang dikatakan oleh Ramon. Masih ada beberapa hal yang perlu untuk diselidiki terlebih dahulu, sebelum mereka bisa mengambil kesimpulan.
Selain itu, memang ada beberapa hal yang aneh dari Ramon dan Steven. Mungkin mereka mengatakan bahwa keduanya adalah pemimpin dan wakil dari Raven Protection, tapi ada yang tidak biasa. Interaksi antara Ramon dan Steven tidak seperti apa yang Yoshi kira terjadi di antara dua pemimpin. Steven lebih kelihatan seperti seorang sekretaris dibanding dengan seorang wakil. Ini mungkin bisa saja karena Steven yang kelihatannya lebih pendiam, tapi Yoshi tidak yakin akan hal itu.
Lalu, kelihatannya Delia masih cukup bisa untuk memercayai Steven. Walau mungkin tidak sepenuhnya, sikap Delia terhadap Steven masih lebih baik. Yoshi jadi bepikir apakah ini ada hubungannya dengan yang sudah terjadi di masa lalu, tapi entahlah. Sepertinya, Yoshi akan mengetahui jawabannya di lain hari. Untuk saat ini, Yoshi memutuskan untuk memikirkan bagaimana kasus yang diberikan ini akan berjalan.
Sementara itu, Delia menuju ke kamarnya setelah sampai di rumah. Di dalam ruangan itu ada dua ranjang, dua meja belajar, dua rak buku, dua lemari, dan sebuah jendela yang terbuka. Setelah mencampakkan tasnya di dekat salah satu meja belajar yang ada di sana, Delia menghempaskan diri ke atas kasur. Hari ini ada beberapa hal yang Delia tidak sangka akan terjadi, dan dia merasa lelah secara psikis karenanya, yang juga membuat fisik Delia jadi ikut lelah.
Ketika Delia sedang berbaring dan berguling - guling di kasurnya, tiba - tiba saja pintu kamar terbuka. Orang yang ada di depan sana tidak lain dan tidak bukan adalah Rima. Adik dari Delia ini melirik ke arah kakaknya yang ada di atas kasur, sebelum akhirnya dia masuk ke dalam kamar. Rima meletakkan ransel yang dia bawa di dekat sebuah meja belajar yang letaknya bersebelahan dengan tempat tas Delia berada, kemudian dia menuju ke sebuah lemari.
Delia melirik ke arah adiknya, kemudian dia tersenyum tipis. Seperti dirinya, Rima juga baru saja pulang. Rima pulangnya agak sore, karena dia tentunya ada kegiatan klub yang harus dilakukannya. Delia menghela napasnya dengan kesal, sementara di sisi lain Rima tengah berganti pakaian. Seragam yang kelihatan seperti pakaian pelaut milik Rima kini dicampakkan ke sebuah keranjang, untuk dicuci nanti.
Delia dan Rima memang sudah sejak lama membagi kamar mereka berdua. Tak heran kalau Delia dan Rima adalah kakak dan adik yang sangatlah akrab. Bahkan kalau kata Hendra, Delia dan Rima itu sudah serupa dengan kembar yang berbeda umur. Toh, memang keduanya sudah sekamar sejak Rima kelas 1 SD, dan karena ayah dan ibu mereka seringkali sibuk dengan berbagai macam pekerjaan yang harus mereka lakukan, Delia dan Rima jadi sangat dekat satu sama lainnya.
Setelah mengganti pakaian dengan sesuatu yang lebih nyaman, Rima melirik ke arah kakaknya lagi. Dia bisa melihat tampang kakaknya yang ditekuk, yang agak tidak biasa bagi Rima. Apalagi, karena matanya yang agak sembab. Hal ini membuat Rima mengerutkan alisnya, karena sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada Delia.
Delia sendiri hanya membalas tatapan adiknya dengan menghela napasnya. Ketika melirik adiknya, Delia jadi teringat akan apa yang dikatakan oleh Rila tadi siang. Bahwa dia akan memberikan Delia data seputar apa yang dia dapatkan dari Andi, agen yang berada di dalam Raven Protection. Jadi, langsung saja Delia meloncat dari kasurnya. Delia melangkah ke arah meja belajar yang jadi miliknya, yang terletak tidak jauh dari kasurnya.
Di atas meja itu, terdapat beberapa barang yang sengaja Delia letakkan di situ. Salah satunya adalah laptop pribadinya. Ketika berhasil mendapatkan benda itu, Delia langsung menyalakannya, dan dia menunggu sampai laptopnya menyala dengan sepenuhnya.
Di sisi lain, Rima hanya menghela napasnya, dan melangkah menuju ke kasurnya. Setelah sampai di kasurnya, Rima berbaring dan merenggangkan tubuhnya. Seharian berada di sekolah tentunya membuat Rima merasa lelah, dan dia senang karena kini dirinya bisa mengistirahatkan dirinya. Tapi, setelah melirik kakaknya, Rima bisa merasakan kalau kakaknya memiliki sesuatu yang menarik terjadi hari ini, kalau dilihat dari ekspresi wajahnya.
Laptop Delia sudah menyala dengan baik, dan kini dia mengecek kotak masuk e - mailnya. Di sana, Delia dapat menemui sebuah pesan yang berasal dari Rila. Setelah sedikit pembukaan yang diberikan oleh Rila, Delia bisa melihat sebuah dokumen yang berisi enkripsi dari percakapannya dengan Andi. Delia langsung mengunduh dokumen itu, karena dia ingin tahu apa saja yang Andi ketahui.
Delia membaca isi dokumennya dengan teliti, dan dia berusaha mengamati detil apa saja yang mungkin belum dia ketahui. Secara garis besar, Andi membenarkan kalau memang cerita tentang kebocoran data yang Ramon berikan itu betulan terjadi, dan sempat membuat kantor Raven Protection jadi agak heboh. Tapi, Andi juga sudah menyelidiki beberapa hal seputar kejadian ini.
Seperti Delia, dia juga mencurigai kalau apa yang terjadi ini tidak alami. Dari bagaimana bisa Chloe ketahuan secara mudah, tentunya bukanlah hal yang wajar. Andi juga sudah mencari tahu ke divisi IT di sana, dan tidak menemukan permusuhan atau masalah yang berarti di antara Chloe atau siapapun yang ada di sekitarnya. Meski Chloe bukanlah pegawai yang paling akrab dengan semua rekan kerjanya, setidaknya mereka tidak bermusuhan atau apalah. Hal ini rasanya membuat kemungkinan bahwa Chloe dijebak jadi tidak mungkin. Memang ada beberapa orang di kantornya yang menganggap kalau si Chloe ini sok cantik, tapi sepertinya tidak ada yang sampai sengaja melakukan hal jahat seperti ini, entah apapun alasannya.
Lagi, Andi merasa kalau keberadaan data berbentuk cetak itu agak aneh. Rasanya bodoh juga kalau Chloe meletakkan hal seperti itu di laci meja kerjanya, apalagi dalam jumlah yang cukup banyak. Semuanya terasa terlalu mudah. Jadi, Andi mencari tahu ke jajaran pemimpin yang ada di Raven, dan menemukan beberapa hal yang menarik.
Dari apa yang sudah Andi dapatkan dari hasil pengintaiannya, dia tidak melihat kepanikan tertentu dari Ramon. Anggota direksi Raven kelihatannya ketakutan saat mengetahui masalah ini, tapi tidak dengan Ramon dan Steven. Rasanya aneh juga hal itu terjadi, seolah mereka sudah tahu kalau hal ini akan terjadi. Padahal, Ramon dan Steven sendiri yang mencium adanya kebocoran data ini.
Pada awalnya, kebocoran ini diketahui ketika Ramon dan Steven meminta diadakannya pengecekan server di seisi kantor mereka. Riwayat pekerjaan dan data yang ada di setiap komputer di kantor mereka diperiksa, hingga akhirnya mereka menemukan kecurigaan pada komputer Chloe. Ada beberapa pencarian yang sengaja dia hilangkan, dan Ramon meminta agar data itu bisa dipulihkan. Setelah dipulihkan, dapat terlihat kalau Chloe sudah mengakses beberapa data yang bersifat rahasia, dan melakukan beberapa hal yang mencurigakan.
Hal inilah yang membuat Ramon meminta agar diadakan penggeledahan di meja kerja Chloe. Dari hasil penggeledahan itu, mereka menemukan sejumlah data yang sudah dicetak oleh Chloe. Tidak ada yang tahu siapa yang mengatakan kalau Chloe menjual semua data itu, karena masih tidak ada bukti kalau Chloe melakukannya. Mungkin ini adalah selentingan dari beberapa orang yang ingin membuat kekacauan di kantor mereka jadi semakin heboh, dan entah bagaimana Ramon bisa memercayainya.
Karena adanya perkataan yang diragukan kebenarannya ini, Andi memutuskan untuk mencari tahu lebih jauh lagi. Andi menelusuri jejak keuangan Chloe, secara ilegal tentunya. Dari penelusuran ini, tidak terlihat kalau Chloe kekurangan uang atau apapun. Malah, bisa dibilang kalau Chloe punya lebih banyak uang daripada rekan - rekan yang memiliki pekerjaan sama dengannya. Entah bagaimana bisa, Andi masih belum begitu tahu kenapa.
Tapi satu hal yang Andi dapatkan dari rekam jejak rekening Chloe adalah, ada beberapa rekening lain yang rutin mengirim uang kepada rekening Chloe. Setidaknya ada tiga nama, dan Andi juga sudah melampirkan data itu kalau diperlukan. Nah, ketiga nama ini rupanya adalah identitas palsu, karena Andi sudah menelusuri semuanya, meski belum mendapatkan informasi seputar orang di balik identitas palsu ini. Hal ini tentunya mencurigakan.
Selain itu, Chloe sendiri tidak terlihat panik atau takut setelah masalah ini diketahui oleh orang lain. Ketenangan ini bisa jadi karena dia sudah merencanakan sesuatu dan memang ini adalah ulahnya, atau bisa saja ada sesuatu yang mereka tidak ketahui. Ditambah dengan ketenangan dari Ramon dan Steven, hal ini semakin membuat Andi curiga kalau mereka punya sesuatu yang selama ini mereka sembunyikan.
Lagi, sebelum skandal ini mencuat, Andi sempat menguping pembicaraan bos besarnya dan menemukan perkataan bahwa Ramon mengatakan bahwa dia tidak sabar untuk melihat sebuah skandal besar. Hal ini tentunya aneh, dan setelah mengetahui kalau Ramon melapor ke polisi akan masalah yang terjadi di Raven, rasanya masuk akal kalau memang ada sesuatu yang sebenarnya mereka rencanakan. Apalagi, Andi sudah mencari tahu seputar latar belakang ketiga orang yang dicurigainya ini, dan dia menemukan kalau ketiganya adalah teman lama.
Delia kemudian melirik ke beberapa data yang diberikan oleh Andi seputar Chloe dan apa saja yang sudah terjadi, mulai dari riwayat hidup sampai rekam jejak rekeningnya. Setelah membaca beberapa hal seputar Chloe, Delia malah jadi semakin kesal karenanya. Rupanya, hubungan antara Chloe dan Ramon cukup dekat, yang membuat Delia semakin yakin kalau terjadi sesuatu di antara mereka. Hal ini membuat Delia melayangkan tinjunya ke arah meja dengan kesal. Ternyata apa yang dia curigai benar, kalau ada yang tidak beres dengan kasus ini.
Tapi, Delia masih tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di Raven Production. Masih ada banyak hal yang harus diselidiki, dan Delia akan mencari tahu lebih jauh besok. Mungkin, kalau dia bisa melihat data yang katanya dicuri oleh Chloe dan melihat siapa Chloe sebenarnya, sepertinya Delia akan mendapatkan beberapa kejelasan. Walau begitu, Andi tadi menyebutkan soal skandal, dan hal ini membuat Delia penasaran, skandal macam apa yang sebenarnya Ramon inginkan, kalau memang itu incarannya?
Sementara itu, Rima yang tadi tengah asyik dengan ponselnya kini melirik ke arah Delia. Penyebabnya adalah karena Delia meninju mejanya. Hal ini membuat Rima kembali memerhatikan kakaknya dengan tampang penasaran, karena dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Walau begitu, sepertinya tidak butuh keberadaan orang jenius untuk mengetahui kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiran kakaknya. Mungkin saja kabar apa yang kakaknya dapatkan melalui pesan di laptopnya ini membuat Delia semakin kesal. Apalagi dengan keadaan mata Delia yang agak memerah, Rima bisa mengetahui kalau kakaknya baru saja selesai menangis. Hal ini jarang terjadi, dan Rima penasaran apa sebabnya.
Rima sudah kenal kakaknya di seumur hidupnya, jadi dia bisa tahu dengan kalau saja ada sesuatu yang tidak beres dengan Delia. Rima bisa melihat sebuah kekesalan yang sangat kentara, tapi Rima juga bisa merasakan sensasi emosi yang lainnya. Sepertinya, kakaknya baru saja menghadapi sebuah rollercoaster emosi yang hebat, dilihat dari ekspresinya. Lagi, tadi Delia juga meninju mejanya. Pasti ada sesuatu yang mengganggunya. Karena itulah, Rima memutuskan untuk menanyakannya.
"Ya ampun, kamu kenapa kak? Pakai ninju meja segala, itu meja nggak ada salah apa - apa woy! Lagi, kok kayaknya tampangmu nggak asyik banget sih? Ada masalah apa? Kakak datang bulan ya?" tanya Rima.
Delia kini melirik ke arah adiknya, kemudian dia terkekeh. Seharian ini, rasanya Delia nyaris tidak ada tertawa sama sekali. Kalau mau jujur, candaan Rima tadi agak membuatnya kesal, tapi entah kenapa Delia tidak bisa marah kalau yang melontarkan candaan ini adalah Rima. Delia tahu kalau adiknya bermaksud bercanda, dan ini sudah sering terjadi di antara mereka.
Lagi, sepertinya tidak ada salahnya jika Delia sedikit curhat dengan Rima. Karena Rima sudah tahu beberapa hal penting yang Delia tidak perlu untuk ceritakan lagi. Jadi, tentunya dia bisa membantu dalam mengurangi beban Delia sedikit. Apa yang sudah dialaminya sepanjang hari ini membuatnya kesal, dan Rima adalah orang yang paling tahu bagaimana caranya menghilangkan kekesalan Delia.
"Hei, enak saja kamu! Aku sudah selesai dari masa datang bulan, tahu!" sahut Delia.
Rima terkekeh, "Nah, tuh kan. Baru ditanya dikit sudah marah begitu. Makanya aku curiga kalau kakak lagi datang bulan."
Delia menghela napasnya, "Nggak, aku cuma lagi berada dalam suasana hati yang buruk saja. Hari ini ... aku sedang kesal saja."
"Wah, kenapa nih kakak sampai bete begitu? Masih nggak ada kasus ya? Capek lapukan tanpa pekerjaan? Atau Pak Indra akhirnya kalah dalam kejuaraan makan kuaci tahun ini?"
Delia tertawa, "Kabar baiknya adalah, Pak Indra berhasil mempertahankan gelar juaranya tahun ini. Kalau masalah kasus, malah hari ini aku dapat kasus baru. Cuma ... gimana yah aku menjelaskannya?"
"Memang kenapa? Kasusnya susah ya?"
"Bukannya susah, tapi ada beberapa hal yang menurutku nggak masuk akal dan membingungkan. Jadi ... kamu tentunya masih ingat kalau aku pernah ceritakan soal dua kakak kelasku yang itu, kan? Ramon dan Steven, ingat?"
Rima terdiam sejenak, kemudian dia mengerutkan alisnya. Delia mematikan laptopnya sementara Rima berpikir. Setelah beberapa saat, akhirnya Rima ingat apa maksud perkataan kakaknya ini. Lagi, kisah ini memang punya arti tersendiri bagi Delia. Bagaimana bisa Rima lupa soal ini? Ini mungkin pengalaman milik kakaknya, tapi Rima tentunya tidak akan bisa melupakan soal ini.
"Oh, itu toh! Ya mana mungkin lah aku lupa soal itu! Mungkin kakak menceritakan hal itu empat tahun yang lalu, tapi aku masih ingat semua detilnya! Cerita itu ... ah, aku masih kesal karena tahu soal itu! Tapi, aku mau tanya, kenapa kakak malah membahas soal dua senior kakak itu saat aku menanyakan soal kasus barumu?"
"Kamu ingat betapa kagetnya aku saat melihat mereka berdua di acara reuni akbar yang diadakan beberapa lalu? Kehadiran mereka membuatku jadi dalam suasana hati yang sangat buruk, dan aku jadi bete selama seminggu, iya kan? Padahal, aku cuma lihat tampang mereka sebentar, kan?"
"Tentu saja aku ingat sekali saat itu! Bahkan Kak Yoshi sampai bertanya ke aku ada apa sebenarnya yang salah denganmu. Tapi tenang, aku tidak ceritakan soal itu padanya. Karena aku mengerti perasaan kakak. Aku masih membiarkan hal itu jadi rahasia kok."
"Eh, aku berterima kasih untuk hal itu. Tapi, karena masalah ini mungkin sebentar lagi Yoshi akan tahu soal itu. Nah, jika kamu jadi aku, kamu tentunya bisa bayangkan bagaimana reaksiku jika kedua orang itu tiba - tiba saja muncul di depan ruanganmu tanpa terduga dan berbicara denganmu dan juga teman - temanmu akan sesuatu yang kenyataannya masih diragukan?"
"Tunggu, jangan - jangan kasus barumu itu berasal dari mereka berdua?!"
Delia menghela napasnya, "Bingo."
"Ya ampun! Pantas saja tampang kakak jadi manyun dan jelek begitu! Saat reuni sekolah kemarin saja kamu menghindari sekali berpapasan dengan mereka berdua! Belum lagi mereka membuat suasana hatimu jadi buruk selama seminggu penuh, karena kamu harus terpaksa berpapasan dengan mereka selama beberapa saat! Jadi, tadi kamu harus terjebak selama sekitar sejam atau lebih dalam radius hanya beberapa meter dari mereka? Kalau aku jadi kamu, itu adalah hal terburuk bagiku! Aku pasti ingin sekali untuk menonjok sesuatu setelah pertemuan itu selesai!"
"Kalau saja aku bisa, mungkin aku memang sudah menonjok seseorang. Aku saja menganggap ini adalah hari paling terkutuk di sepanjang hidupku. Melihat wajah mereka hanya mengingatkanku akan apa yang telah terjadi saat itu. Dan kamu tahu kalau aku tidak suka jika harus mengingat saat itu."
"Ah, pastinya menyebalkan. Tapi, klien tetaplah klien, jadi sepertinya kakak tidak punya pilihan lain ya?"
"Kalau saja aku bisa memilih, maka aku tidak akan melakukannya, Rim. Andai saja. Sayangnya, Tuhan kali ini sedang ingin memberiku sebuah ujian berat di saat tidak terduga seperti ini. Kuharap mereka tidak akan membuatku jadi ingin untuk membunuh seseorang. Atau ingin membunuh mereka, kalau mau lebih tepatnya."
"Semoga saja kakak bisa melaluinya deh. Jadi kasus apa yang mereka ajukan pada kalian? Jangan bilang kalau mereka melaporkan kalau ada orang yang iri pada mereka dan mereka meminta perlindungan."
"Untungnya, bukan kasus seperti itu. Kalau iya, aku tidak akan sudi untuk bersabar dan membantu. Kasus yang mereka ajukan ini cukup menarik, karena ini adalah sebuah kasus pembocoran data klien dari perusahaan asuransi mereka, yang katanya dilakukan oleh salah satu pegawai mereka."
"Dan kamu harus menanganinya? Huh, kedengarannya saja sudah ribet sekali."
"Tentu saja aku akan menanganinya. Aku tidak bisa bilang pada EG Group kalau aku tidak mau menyelidiki kasusnya karena dua orang itu adalah orang yang kubenci dengan segenap jiwa dan ragaku. EG Group pasti akan menilai kalau mereka berdua adalah orang yang terlihat baik - baik saja. Ya, di luarnya mungkin begitu. Tapi di dalamnya, mereka itu catat. Aku tahu kalau teman - temanku mungkin bisa saja percaya pada dua orang ini, tapi aku tidak akan percaya. Apa yang mereka ceritakan ini terlalu aneh, dan aku bisa mengendus ada hal jahat di dalam kasus yang mereka ajukan itu, dan tentunya aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk membalas mereka. Aku tentunya tidak akan membiarkan kasus ini lepas dariku. Apalagi karena Pak Hein sudah secara khusus meminta agar kedua orang itu diawasi."
"Kedengarannya ribet sekali."
Delia mengangguk, kemudian dia berdiri. Kini, Delia berpindah posisi dan kembali ke ranjangnya. Delia duduk dengan menghadap ke arah ranjang adiknya, kemudian dia menuturkan semua hal yang terjadi hari ini. Mulai dari bagaimana Ramon dan Steven datang ke kantornya, selingan soal kejuaraan makan kuaci di kantor, lalu pembicaraan Delia dan Rila seputar kebohongan yang diberikan oleh Ramon. Tidak lupa juga soal Yoshi yang berusaha untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan pesan dari Rila akan apa saja yang sudah diketahui oleh Andi seputar kasus ini.
Rima menyimak penjelasan kakaknya dengan rasa penasaran, karena memang apa yang dituturkan oleh Delia ini sangat menarik. Apalagi dengan kenyataan bahwa Ramon dan Steven memberikan sebuah kasus yang mencurigakan. Setelah cerita Delia selesai, Rima mengusap dagunya sambil berpikir, sebelum akhirnya dia berkomentar akan kasus ini.
"Dari apa saja yang terjadi selama seharian ini, aku salut karena bisa - bisanya kakak membahas hal ini dengan santai tanpa perlu membanting sesuatu. Tapi ya, kasus ini mencurigakan. Ada banyak sekali hal yang tidak cocok di sini, dan dengan keberadaan dua orang itu dan bagaimana rekam jejak mereka dulu, rasanya semuanya semakin aneh saja," kata Delia.
"Aku tahu itu Del. Aku juga tidak tahu kenapa aku belum mengamuk karena harus berurusan dengan mereka lagi. Mungkin keberadaan Yoshi membantuku untuk menenangkan diriku. Tapi, kejadian itu sudah hampir tujuh tahun berlalu. Bisa jadi waktu sudah membuatku melupakan rasa sakitnya, walau kenangan akan pengalaman buruk itu masih tersisa di dalam kepalaku dan semuanya sangat membuatku gelisah dan kesal. Walau aku tidak setakut dulu lagi, dan rasa takutnya sedikit demi sedikit kini malah menjadi rasa benci ... hal itu tetap membuatku trauma."
"Tapi kamu punya Yoshi. Aku rasa dia adalah alasan kenapa kakak masih waras sekarang ini. Kalau tidak ada dia, sepertinya seisi kantor bisa hancur karena kakak."
"Itu bukan hal yang mustahil untuk terjadi. Tapi, seperti yang sudah aku ceritakan tadi, Yoshi atau rekan - rekanku yang lainnya masih tidak tahu apa - apa soal itu. Aku sepertinya tidak akan memberi tahu mereka sampai kurasa bahwa waktunya sudah tepat. Aku benar - benar merasa emosional hari ini, dan kurasa aku akan tetap merasa emosional sampai akhirnya kasus ini bisa selesai dengan baik."
"Ya ampun, bicaralah dengan Kak Yo, kak! Aku tahu kalau Kak Yo pasti akan bisa menerima semua cerita kakak! Karena masalah itu hanyalah serpihan masa lalu kakak yang tidak penting."
Delia menghela napasnya. Rima benar, karena dua orang ini hanyalah bagian dari masa lalunya. Masalahnya, masa lalu ini malah memengaruhi bagaimana Delia di masa depan, yang mana kadang masih bisa terlihat di saat ini. Lagi, kini kedua orang itu muncul di hadapan Delia, bagaimana Delia tidak berpikir kalau masa depannya akan terpengaruh karena hal ini coba?
"Iya, aku tahu kalau masalah masa lalu itu tidak penting lagi sekarang. Tapi efek dari apa yang mereka lakukan itu membekas di seumur hidupku. Aku bisa jadi begini, sedikit banyak karena kejadian saat itu. Mungkin Yoshi bisa menerimanya, tapi aku masih belum siap menceritakannya."
"Terus, harus tunggu sampai kapan, kak? Sepuluh tahun lagi? Atau nanti, saat kalian sudah punya cucu dan kakak nyaris masuk ke dalam kubur? Ayolah, Kak Yoshi kan calon suami kakak di masa depan. Apa salahnya kalau dia tahu? Kan tidak seharusnya kakak menyimpan rahasia seperti ini! Aku yakin kalau Kak Yo bisa menerima semuanya. Bukannya seharusnya kalau kalian mau menikah, kalian sudah tahu semua hal tentang satu sama lain, dan juga saling percaya kalau kalian akan menjaga semua aib yang telah kalian ceritakan?"
"Aku tahu itu. Tapi aku belum siap, Rim. Tidak, untuk saat ini. Yoshi sudah tahu semua hal tentangku. Yah, kecuali yang satu itu. Mungkin nanti, kalau kasus ini sudah selesai, beberapa saat kemudian aku akan bisa mengatakannya. Atau mungkin, aku harus menenangkan diriku dulu, setidaknya hari ini. Kalau aku sudah siap, maka aku akan mengatakannya."
"Baiklah, kalau kakak bilang begitu. Baiknya mungkin kamu jangan cerita dulu, dan tenangkan diri sejenak. Yakin deh, kalau kamu cuma ceritakan itu pada calon kakak iparku itu, semuanya akan baik - baik saja. Kalau tidak, maka aku yang akan ceritakan soal ini ke Kak Yo. Pokoknya, dia harus tahu."
Delia mengangguk, menyetujui perkataan Rima tadi. Tentu saja Yoshi harus tahu seputar hal ini, karena hal ini cukuplah penting. Tapi, Delia bisa melihat kalau Rima selalu antusias kalau membahas soal Yoshi. Rima memang selalu mengatakan kalau dirinya sangat mendukung Delia untuk bisa bersama dengan Yoshi, tapi Delia jadi agak penasaran, kenapa Rima sangat mendukungnya seperti itu?"
"Kamu sepertinya senang sekali karena Yoshi akan jadi kakak iparmu ya?"
"Tentu saja! Dia kan orang baik! Tahu tidak, aku tidak pernah melihat kakak sebahagia itu ketika bersama dengan pria lain. Hanya Kak Yo yang bisa membuat kakak terlihat sangat bahagia, dan tentu saja aku mau kakak bahagia. Makanya, aku mau kalian cepat - cepat menikah, biar aku bisa segera jadi seorang tante!"
Delia tertawa karenanya. Adiknya ini selalu memikirkan hal yang terbaik untuknya, dan Delia sangat menghargainya. Ada beberapa hal berat yang sudah pernah Delia lalui, dan Rima hanya ingin melihat kakaknya bahagia. Lagipula, ini kan wajar. Siapa sih adik yang tidak mau melihat kakaknya bahagia?
"Ya, memang Yoshi bisa membuatku merasa bahagia, Rim. Selain itu, aku juga tidak sabar untuk menantikan saat Mien akan jadi adik iparku. Lalu, aku juga nggak sabar buat dipanggil tante sama keponakanku nantinya."
"Kakak! Hal itu masih lama sekali, tahu! Mending kakak deh sana yang duluan! Aku nanti pasti nyusul kok!"
Delia tertawa, "Sepuluh tahun itu bukan waktu yang lama Rim, percayalah."
"Huh! Terserah kakak sajalah!"
Delia kembali tertawa saat dia melihat sebuah ekspresi cemberut di wajah adik tersayangannya itu. Bibir Rima kini jadi manyun, dan dia juga melipat tangannya di depan dadanya. Delia tentu saja hanya bercanda, dan Rima tahu itu. Meski begitu, di dalam perkataannya itu ada sebuah keseriusan, karena Delia tahu kalau suatu saat nanti Rima akan menikah dengan pria yang dia cintai.
Kini, Delia berdiri dan mendatangi Rima, kemudian dia mengacak - acak rambut pendek sebahu milik sang adik. Rima hanya bisa menghela napasnya dengan berat, sebelum akhirnya Delia duduk di sebelahnya. Keduanya berpandangan selama beberapa saat, kemudian kembali mengobrol.
"Yah, aku akui kalau kamu dan Mien adalah pasangan yang sangat serasi. Mama pasti nggak sabar ingin menggendong cucu darimu," ujar Delia.
"Begitu pula dengan kakak, karena kakak tentunya akan punya anak lebih dahulu daripada aku," sahut Rima.
"Aku mungkin baru punya anak dalam waktu satu atau dua tahun lagi. Jadi bersiaplah, sebentar lagi kamu akan dipanggil tante."
"Tentu saja aku akan menyiapkan diriku untuk hal itu."
Delia tersenyum, kemudian dia mengacak rambut adiknya sekali lagi. Setelah puas dengan rambut adiknya, kini Delia berdiri dan melenggang menuju ke lemari pakaiannya. Delia sejak tadi belum berganti pakaian, jadi dia membuka lemarinya dan mengambil sepotong baju dan juga celana pendek. Setelahnya, Delia langsung saja melepaskan pakaiannya.
Hal ini tentunya bukan hal yang aneh jika kau berbagi kamar dengan saudaramu. Tidak masalah kan, jika seorang perempuan berganti pakaian di hadapan adik perempuannya? Apalagi, Rima usianya sudah cukup dewasa. Umurnya sudah 16 tahun, jadi tidak masalah. Tapi, saat melirik isi lemari Delia, timbul sebuah ide jahil di dalam kepala Rima. Karena Rima tentunya tidak akan pernah melewatkan kesempatan untuk menggoda kakaknya.
"Kalau saja Kak Yoshi ada di sini, dia pasti kaget kalau melihat koleksi pakaian dalam milikmu, kak," goda Rima.
Delia hanya bisa terkekeh karenanya. Tentu saja Delia tahu kalau Rima akan mengatakan hal seperti itu, karena adiknya memang selalu menggoda Delia soal selera berpakaiannya. Karena di luar, Delia sering kali tampil dengan gaya tomboi yang sekenannya, padahal Delia memiliki koleksi dalaman yang ... ah sudahlah, tak usah diceritakan lebih lanjut lagi.
"Kuharap Yoshi tidak akan langsung menerkamku saat melihat salah satu koleksiku ini," ujar Delia, lalu tertawa.
"Oh ya, aku yakin kalau dia pasti melakukannya. Kak Yo pasti akan mengajakmu berduel di kasur, lalu ...."
"Hush, hentikan! Aku yakin kalau Mien juga pasti akan kaget jika melihat riwayat pencarian di ponsel atau laptopmu, Rim. Aku bisa menebak apa saja yang kamu cari dan kamu buka diam - diam."
"Eh, kayak kamu nggak pernah membukanya saja."
"Aku yakin kalau hampir semua orang pasti pernah mencari hal yang seperti itu, Rim. Manusia kan dianugerahi rasa penasaran yang keterlaluan. Tapi, dari frekuensi sering tidaknya seseorang membuka hal itu biasanya kita akan tahu moral orang itu seperti apa. Nah, masalahnya aku yakin kalau moralmu juga cukup bejat, Rim."
Rima tertawa, "Eh, itu cuma buat iseng saja kok. Tenanglah, aku belum mempraktekkan apa yang sudah aku pelajari secara autodidak."
"Kalau kamu sudah mempraktekkannya, aku yakin kalau Ayah pasti akan membunuhmu dan juga Mien."
"Itu pasti tidak diragukan lagi."
Keduanya kini berpandangan satu sama lainnya, sebelum akhirnya mereka tertawa. Kedengarannya pembicaraan mereka tadi agak nyeleneh dan berkesan dewasa, tapi begitulah percakapan antar wanita yang sering terjadi di antara Delia dan Rima. Memang agak absurd, tapi itu sudah jadi semacam rutinitas bagi mereka berdua. Toh, ini kan rahasia antara mereka saja, dan biasanya antar saudara akan ada rahasia tersendiri yang ada di antara mereka, dan inilah rahasia yang mereka miliki.
Toh, hal ini juga bisa membuat suasana hati Delia jadi lebih baik. Jadi sepertinya, tidak ada salahnya juga. Delia bisa merasa lebih baik karenanya, dan seharusnya Delia menikmati momen bersama adiknya ini. Karena sebentar lagi, sepertinya Delia tidak akan bisa menikmati momen yang seperti ini lagi dengan Rima.
~~~~~
Pada malam harinya, Delia kembali berada di kamarnya. Dia dan keluarganya baru saja selesai makan malam bersama, yang mana sekarang sudah menjadi sebuah tradisi setelah Rima memberontak dan melarikan dirinya dari rumah. Kejadian itu berlangsung dua tahun yang lalu, dan banyak mengubah apa saja yang terjadi di dalam keluarga Sinaga. Pak Togar yang awalnya terlalu sibuk untuk mengurus pekerjaannya kini jadi lebih sering berkumpul dengan keluarganya, karena Rima sudah menyadarkannya bahwa keluarga lebih penting daripada segalanya.
Tapi, sepertinya kita tidak perlu untuk membahas masalah itu. Sepertinya, pada titik ini semua orang sudah tahu seputar cerita itu karena Yoshi yang menangangi kasus hilangnya Rima saat itu. Karena saat ini, kita akan melihat apa yang dilakukan oleh Delia.
Setelah makan malam, Delia kembali ke kamarnya dan menuju ke sebuah rak buku yang berada di sebelah meja belajarnya. Selama beberapa saat, Delia memandanginya. Dia terdiam, dan mengamati setiap buku yang tersimpan di sana. Di rak itu, dapat terlihat ada bermacam - macam jenis buku, mulai dari yang berupa buku bacaan atau buku catatan. Ada juga beberapa majalah edisi lama di sana.
Hal ini tidaklah aneh, karena selain membaca, Delia juga suka menulis. Dulu, Delia adalah anggota klub sastra di Sekolah San Rio, dan sempat menjadi ketuanya selama dua periode. Selain itu, sepertinya darah pujangga yang Delia miliki mengalir dari ayahnya, dan sepertinya hal ini tidak bisa ditolak. Meski begitu, ini bukanlah masalah, karena Delia cukup menikmati saat dia menulis dan membaca.
Setelah terdiam selama beberapa saat, akhirnya Delia menarik sebuah buku dari rak itu. Bukunya bersampul kulit warna merah, dan masih terlihat sangat bagus. Sejenak, Delia memandangi bukunya, lalu membolak - baliknya selama beberapa saat. Delia meletakkan buku itu di atas meja belajarnya, sebelum akhirnya dia juga duduk di hadapan meja itu.
Sementara itu, di sisi lain Rima sedang asyik mengerjakan tugasnya di meja belajar miliknya. Sang adik melirik kakaknya sejenak, kemudian tersenyum. Rima tahu buku apa yang diambil oleh kakaknya itu. Jadi, dia hanya diam dan kembali mengerjakan tugasnya.
Sementara itu, Delia mengambil satu lagi buku catatan yang bersampul kulit warna hitam. Selama ini, Delia membiarkan buku itu ada di atas mejanya. Delia juga mengambil sebuah pulpen yang ada di laci mejanya. Setelah mendapatkan pulpen itu, Delia membuka buku bersampul hitam itu tepat pada bagian yang ditandai. Setelah beberapa saat terdiam, Delia membuka tutup pulpennya dan mulai menulis.
Mungkin saat ini Delia sudah tidak lagi bersekolah, tapi dia masih saja sering menulis di buku hariannya. Kadang Delia juga iseng menuliskan beberapa cerpen atau cerita di laptopnya, kalau dia mau. Tapi, yang tetap Delia pertahankan sampai saat ini adalah buku hariannya. Delia memang tidak bisa melepaskan dirinya dari rutinitas menulis, jadi dia mempertahankan yang satu ini.
Bahkan meski kini Delia sudah menjadi seorang polisi, dia berusaha untuk mempertahankan kebiasaan menulis buku harian ini. Alasannya adalah, kadang ada beberapa hal di dalam hatinya yang tidak bisa dia sampaikan dengan benar, dan menulis adalah satu - satunya cara untuk mengungkapkannya. Lagi, dengan menuliskan semuanya, Delia bisa merasa lebih lega karenanya. Seolah semua masalahnya bisa jadi lebih ringan karena dia sudah mengungkapkan apa yang ada di dalam dadanya dengan tuntas.
Delia mengungkapkan apa saja yang terjadi hari itu dalam bentuk tulisan. Entah dalam waktu berapa lama, Delia sepertinya terserap ke dalam apa yang dia tulis. Semua keresahan dan gangguan yang Delia rasakan hari ini tercurah ke atas kertas, yang membuat Delia sedikit banyak jadi merasa semakin emosional. Tapi setelahnya, Delia merasa lega, karena semuanya sudah tertuliskan dalam buku hariannya.
Setelah selesai dengan menulis buku hariannya, Delia kini kembali melirik ke buku bersampul kulit merah yang tadi diam ambil. Beberapa saat, Delia dan buku itu beradu pandangan, hingga akhirnya Delia yang menyerah. Delia menyimpan kembali pulpennya, lalu mengambil buku itu. Setelah merapikan meja belajarnya sejenak, akhirnya Delia berdiri dan melangkah menuju ke kasurnya.
Kini, Delia duduk di atas ranjangnya. Dia duduk dengan bersandar pada dinding yang berada di bagian kepala kasurnya, lalu dia menghela napasnya. Setelah memandang buku itu, akhirnya Delia membukanya, tepat di tempat penanda buku yang terbuat dari kain kecil yang memanjang sampai ke luar buku itu berada. Di hadapannya kini ada sebuah halaman terbuka, dan Delia memandanginya selama beberapa saat.
Delia mengamati tanggal yang ada di sana selama beberapa saat. Tertulis bahwa tanggal hari itu adalah 19 Mei 2010. Meski orang lain tidak tahu, bagi Delia hanya mengingat tanggal ini saja dia bisa ingat apa yang terjadi saat itu. Bahkan tanpa perlu diingatkan lagi, Delia tahu betul apa saja yang terjadi di hari itu, seolah semuanya baru terjadi kemarin. Semuanya masih membekas di dalam ingatan Delia, dan entah kapan Delia akan melupakan semuanya.
Buku yang kini ada di tangan Delia tak lain dan tak bukan adalah salah satu dari sekian banyak buku harian yang sudah Delia isi. Dari tanggalnya, buku harian ini sudah lama sekali terisi penuh dan menceritakan beberapa pengalaman Delia saat dia masih berada di masa SMA. Delia masih memandang tanggal itu, karena dia tahu apa yang terjadi saat itu.
Bukannya tanpa alasan kenapa tiba - tiba saja kini Delia malah ingin mengenang masa lalunya. Selain itu, memang ada alasan khusus kenapa Delia mengambil buku yang satu itu. Karena di dalam buku harian ini, Delia akan menemukan sebuah cerita yang sangat berhubungan sekali dengan Ramon dan Steven.
Apa yang tertulis di dalam buku harian inilah yang bisa menjelaskan semuanya. Mungkin, akan lebih mudah bagi Delia jika dirinya menyerahkan buku ini kepada Yoshi karena semuanya memang ada di sana. Buku ini pastinya membantu Delia dalam menjelaskan cerita apa yang dia miliki. Karena pada tanggal yang sudah disebutkan tadi, ada sesuatu yang terjadi di antara Delia, Ramon dan Steven. Kejadian inilah yang mengubah banyak sekali hal dalam hidup Delia.
Delia membuka lembaran buku itu, kemudian tersenyum tipis, karena dia bisa mengingat semuanya dengan sangat jelas. Mungkin, orang - orang yang sudah mengikuti bagaimana kegiatan Delia hari ini akan penasaran tentang siapakah Ramon dan Steven di masa lalu Delia. Jadi, kita akan membahasnya sedikit di sini sedikit.
Keduanya adalah senior Delia saat masih berada di bangku SMA, dan mereka usianya dua tahun lebih tua daripada Delia. Si perempuan bisa mengenal mereka saat masih berada di kelas 1 SMA. Kedengarannya mungkin sepele saja, dan bukan merupakan detil yang penting. Tapi, di sinilah letak masalahnya. Inilah alasan mengapa Delia bisa tiba - tiba jadi berada dalam suasana hati yang buruk saat melihat mereka berdua di depan ruangannya. Penyebabnya adalah karena Delia punya beberapa kenangan buruk dengan mereka.
Semasa masih sekolah di SMA San Rio, Ramon dan Steven adalah kakak kelas Delia yang sangat populer. Bersama dengan beberapa siswa lainnya, mereka adalah sekelompok anak beken di kelas 3 dan punya banyak idola yang merupakan adik kelasnya atau anak - anak perempuan lainnya yang setingkat dengan mereka. Fenomena ini tentunya tidak asing, karena biasanya di setiap sekolah akan ada beberapa orang yang termasuk ke dalam tipe anak beken seperti itu.
Delia tidak akan berbohong, karena dia akan mengakui kalau dirinya adalah salah satu dari adik kelas yang naksir dengan kakak kelasnya ini. Ramon dan Steven memang sangat keren pada masa itu, dan bisa dibilang mereka adalah yang paling keren di antara semua kakak kelas yang Delia miliki. Keduanya sama - sama pemain utama di klub basket, yang membuat banyak anak perempuan yang semakin kesengsem dengan mereka. Lalu, sebagaimana anak SMA pada umumnya, Delia juga merasakan yang namanya cinta monyet. Pada awalnya, Delia memiliki perasaan suka pada Ramon.
Pada saat Delia masih SMA, dirinya bukanlah anak yang populer di San Rio. Karena itulah, Delia hanya bisa mengagumi pujaan hatinya dari kejauhan. Lagi, dia bukan tipe penggemar yang agresif, jadi dia tidak melakukan pendekatan tertentu pada Ramon. Delia adalah anak yang cenderung biasa saja sebenarnya, dengan beberapa prestasi dalam bidang kesusasteraan. Seperti yang sudah sempat disebutkan tadi, Delia adalah anak klub sastra dan juga sempat menjabat sebagai ketuanya selama dua periode. Tapi, ini tidak membuat Delia jadi terkenal, karena anak - anak dari klub sastra adalah tipe siswa yang dianggap culun. Meski begitu, Delia tidak pernah mempermasalahkan soal itu.
Tapi pada suatu ketika, sesuatu terjadi. Hal inilah yang memulai cerita gila Delia di masa SMA yang dia miliki. Karena siapa yang menyangka, kalau Ramon tiba - tiba saja menyatakan perasaannya kepada Delia. Si gadis remaja yang tidak menyangkanya ini tentu saja tidak bisa menolaknya, karena perasaannya entah bagaimana bisa berbalas. Hubungan antara Ramon dan Delia ini berlangsung selama sekitar tiga bulan. Hal ini harus berakhir karena pada suatu hari ada seorang kakak kelas bernama Indri yang mengakui sebagai pacarnya Ramon, dan mereka sudah pacaran lebih lama daripada Delia dengan Ramon. Delia tentunya tidak percaya akan apa yang dia alami, dan akhirnya memutuskan Ramon. Delia tentu saja merasa sakit hati pada Ramon, karena dia merasa dipermainkan.
Tapi, penderitaan Delia tidak sampai di situ saja. Karena saat pulang sekolah, tiba - tiba Delia dicegat oleh sekelompok kakak kelas. Mereka adalah anak - anak yang Delia kenali sebagai kelompok siswa dan siswi yang populer. Delia tidak tahu apa masalahnya, tapi mereka menyeret Delia ke taman sekolah yang berada di dekat hutan bambu. Kemudian, mereka menyerang dan memukuli Delia tanpa ampun. Saat itu, Delia belum jadi perempuan tangguh seperti saat ini, dan dia dikeroyok, jadi Delia tentunya tidak bisa melawan.
Di antara serangan mereka yang bertubi - tubi itu, mereka mengejek dan mengata - ngatai Delia. Mereka bilang bahwa Delia adalah anak culun dan kutu buku, jadi dia pantas untuk dikeroyok. Mereka juga mengatakan kalau Ramon sebenarnya mau jadi pacar Delia karena mereka ingin mengerjai Delia saja, karena Delia tidak pantas untuk dicintai. Bahkan, Ramon juga ada dalam pengeroyokan tersebut. Pada akhirnya, setelah sekumpulan kakak kelas ini puas menghajarnya, mereka meninggalkan Delia dengan keadaan babak belur. Pada akhirnya, Delia ingin pulang saja, hingga akhirnya seseorang datang dan mengulurkan tangannya. Dialah Steven.
Saat itu, Steven menolong Delia dengan membawanya ke UKS. Steven juga merawat luka yang Delia miliki, dan mereka berbicara satu sama lainnya saat itu. Selama sekitar satu bulan setelahnya, Delia jadi semakin dekat dengan Steven. Si pemuda ini selalu berada di dekat Delia, dan jadi teman baik yang mau membantu dan mendengarkan semua keluh kesah Delia. Dengan keberadaan Steven ini, Delia mulai bisa melupakan perasaannya pada Ramon. Bahkan, pada akhirnya Delia malah jatuh cinta pada Steven.
Setelah dua bulan, rupanya perasaan ini berbalas, karena akhirnya Steven menyatakan perasaannya pada Delia. Lagi - lagi, Delia tidak bisa menolak pernyataan cinta itu. Jadi, Delia menerimanya, dan mereka menjalani hubungan bersama selama kurang lebih tiga bulan, sampai akhirnya Steven nyaris lulus dari SMA. Delia mengira kalau semuanya akan baik - baik saja, dan dia bisa bersama dengan Steven selamanya. Tapi, sesuatu yang tak terduga terjadi setelah pengumuman kelulusan bagi kakak kelas Delia.
Saat itu, Delia di ajak oleh Steven untuk pergi ke gudang yang ada di bagian belakang perpustakaan pusat Sekolah San Rio. Delia bisa merasakan kalau ada sesuatu yang aneh di sana, tapi Delia tetap saja ke sana. Sesampainya di sana, keduanya sudah ditunggui oleh segerombolan anak perempuan yang merupakan kelompok kakak kelas populer. Setelah melihat tampang mereka yang jutek, Delia tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres di sana.
Sekumpulan kakak kelas itu langsung menarik Delia menjauh dari Steven, kemudian mereka menghajar dan menginjak Delia sesuka hati mereka. Sementara itu, Steven malah melangkah menjauh dan tak berusaha sedikitpun untuk menolong Delia. Sekali lagi, akhirnya Delia sadar kalau dirinya dijebak oleh kakak kelasnya yang tidak bermoral ini. Delia tidak tahu apa salahnya, tapi para siswi sok kecakepan ini main hajar saja.
Para perempuan itu bilang kalau mereka muak dengan kelakuan Delia. Mereka bilang kalau mereka tidak suka Delia karena Delia adalah anak yang rajin, dan sering jadi anak kesayangan guru, lalu suka sok cari perhatian dengan cara memenangi lomba menulis puisi, anak kutu buku, dan lain sebagainya. Padahal, Delia merasa kalau dirinya tidak melakukan kejahatan dengan menjadi anak rajin. Ada juga yang menyebut kalau Delia adalah perempuan penggoda, karena dia suka menggoda kakak kelasnya, yang mana tidaklah benar.
Seumur hidup, Delia merasa kalau dirinya tak pernah menggoda laki - laki manapun, karena merekalah yang biasanya mendekati Delia. Delia memang orang yang ramah dan bersikap baik, dan dia tidak keberatan kalau harus berteman dengan siapa saja. Delia saja tak pernah pacaran sebelumnya, kecuali dengan Ramon dan Steven. Malah, selama ini Delia berusaha untuk setia dengan hubungannya. Lagi, misalnya saja Delia menyukai seseorang, itu lebih dikarenakan beberapa alasan logis. Biasanya juga perasaan cinta yang dimiliki oleh Delia akan berakhir menjadi sebuah rasa sayang. Selalu seperti itu. Bukannya karena Delia iseng dan menggoda mereka.
Walau begitu, mereka tidak peduli akan fakta apa yang sebenarnya ada, dan tetap menyiksa Delia. Tindakan ini diikuti juga dengan beberapa anak laki - laki populer lainnya yang memang berada di sana. Delia berusaha untuk melawan kali ini, meski pertarungan ini tidak seimbang. Hingga akhirnya salah seorang dari mereka yang Delia kenali sebagai Nindya, mengeluarkan sebuah pisau pendek, dan mengarahkannya pada Delia.
Perkelahian terjadi dan tak dapat dielakkan. Delia berusaha bangkit, dan menghindar dari serangannya. Meski begitu, Delia ditahan oleh beberapa kakak kelasnya agar dia tidak bisa lari. Beberapa bekas lukanya masih tersisa di tubuh Delia, dan yang paling Delia ingat adalah sebuah goresan di betisnya, karena saat itu Nindya menyabetkan senjatanya ketika Delia terjatuh. Selain itu, ada juga satu bekas luka di punggung tangan kiri Delia, saat dia berusaha melindungi wajahnya dari sabetan senjata itu.
Pertarungan itu berlangsung dengan sangat seru, tapi tentu saja Delia kalah jumlah. Mereka merobek pakaian Delia di banyak titik, dan Delia juga mendapatkan banyak sekali luka dan lebam karena serangan mereka. Setelah pengeroyokan itu selesai, penampilan Delia sudah seperti pengemis jalanan yang dihajar sekelompok preman. Tapi tidak itu saja, karena setelah mereka puas menghajar Delia, yang mereka lakukan berikutnya adalah menggotong Delia dan menceburkannya ke dalam kolam ikan yang ada di dekat sana. Setelah mereka semua puas menertawakan Delia, mereka meninggalkan Delia sendirian di sana.
Untungnya, ada yang menyaksikan kejadian itu. Ada seseorang yang sejak tadi mengawasi, dan langsung muncul ketika semua anak itu telah pergi. Di sana rupanya ada Hendra yang langsung menolong Delia.
Sejak saat itu, Delia tak pernah bisa melupakan kenangan buruk yang mereka buat, terutama terhadap Ramon dan Steven. Mereka telah membuat Delia merasa bahagia, lalu mereka jugalah yang menyiksa Delia sejadi - jadinya. Itu bukanlah hal yang menyenangkan, dan karena itulah Delia sangat marah ketika melihat tampang mereka berdua hari ini.
Sejak saat itu, Delia tetap menjadi dirinya sendiri, dan berusaha untuk menghentikan setiap kali ada orang yang mencoba untuk menindas orang lain. Delia juga jadi terkenal karena dia membantu dalam menangani beberapa kasus bersama dengan Hendra. Delia tidak menganggap kalau tindakan kakak kelasnya ini adalah sebuah perundungan, tapi hanya sebuah keisengan yang berakhir dengan pengeroyokan. Makanya, Delia tidak menganggap kalau dirinya adalah salah satu korbannya, meski secara teknis, ya bisa dibilang kalau Delia sudah jadi korban perundungan. Tapi, dia selalu berusaha untuk menghentikannya, seperti pada kasus Akira.
Semenjak saat itu, Delia benar - benar tidak pernah memikirkan soal laki - laki, karena dia menganggap kalau dirinya tidak akan bisa mencintai orang lain lagi. Sampai akhirnya sekitar setahun kemudian, Delia bertemu dengan Yoshi saat mereka sama - sama diculik oleh David Gloody. Di situlah, Delia bisa melihat sosok pria yang selama ini diimpikannya.
Delia sudah terlalu lama melamun, dan memikirkan apa yang terjadi. Kini, Delia kembali memandang ke arah buku hariannya, dan mulai membacanya dari awal. Mungkin, kalian juga akan sangat tertarik untuk membaca kutipan dari kejadian hari itu. Jadi, mari kita intip apa yang ada di dalam buku harian Delia ini ....
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top