Chapter 2 : Kebenarannya
Masalah keluarga yang Arin utarakan ketika EG Group berada di pemakaman ibunya membuat teman - temannya semakin penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka mungkin tidak mengatakan hal ini di hadapan satu sama lainnya, tapi mereka tahu kalau semua orang bertanya - tanya soal masalah itu. Mereka tidak pernah membahas soal ini selama seminggu Arin tidak masuk kerja, tapi mereka tahu kalau semua orang ingin tahu akan apa yang sebenarnya terjadi.
Seorang ayah telah menghilang meninggalkan keluarganya, tanpa memberikan keterangan kepada anaknya akan apa yang sebenarnya terjadi. Tidak ada tanda - tanda perceraian di antara mereka, tapi sang ayah tidak pernah ada di sana. Hal ini tentunya tidak biasa, dan membuat Arin tumbuh dengan cara yang berbeda dengan anak - anak lainnya. Mungkin hal ini jugalah yang membuat Arin memiliki karakter yang seperti ini.
Dari semua rekan kerja Arin, sepertinya Rendi adalah orang yang paling memikirkan semua ini dengan serius. Terlebih karena Rendi adalah orang yang paling dekat dengan Arin. Dia bisa melihat dan merasakan sesuatu yang mungkin orang lain tidak ketahui. Apalagi dari pernyataan Arin itu, Rendi jadi semakin berpikir akan apa yang sebenarnya terjadi.
Perkataan Arin itu memang masuk akal, karena semuanya sesuai dengan apa yang bisa Rendi lihat. Satu hal yang paling mencolok adalah dari bagaimana Arin berinteraksi dengan pria. Arin tidak bisa merasa nyaman dengan cepat terhadap orang lain, dan hal ini disadari oleh semua anggota EG Group. Tapi Rendi bisa melihat kalau hal ini terjadi khususnya saat Arin berinteraksi dengan pria. Arin tidak bisa membangun pembicaraan yang baik dengan para pria yang menurutnya asing, yang Rendi sadari ketika dia berusaha membina pertemanan dengan Arin.
Ada banyak sekali kendala yang Rendi temukan saat dia berusaha untuk berteman dengan Arin, dan tidak banyak orang yang mengetahui kisah lengkap soal ini. Rendi selalu berusaha untuk melakukan pendekatan yang halus kepada Arin, karena dari apa yang Rendi amati, perasaan si perempuan ini cukup sensitif. Tapi, rupanya butuh waktu cukup lama sampai Rendi bisa mendapatkan kepercayaan Arin sepenuhnya. Dari waktu yang mereka habiskan selama hampir setahun ini, menurut Rendi baru beberapa bulan terakhir inilah Arin baru bisa berinteraksi dengan baik dengan Rendi.
Setelah mengetahui sepenggal soal bagaimana ayah Arin yang menghilang begitu saja, rasanya masuk akal kenapa Arin tidak bisa dekat dengan pria dalam waktu singkat. Arin tidak pernah merasakan figur seorang ayah, mungkin hampir seumur hidupnya. Jadi, tentunya tidak mudah bagi Arin untuk bisa dekat dengan laki - laki lainnya. Butuh sosok dengan karakter yang kuat untuk menarik perhatian Arin. Belum lagi sosok ini juga harus bisa membuat Arin merasa nyaman.
Rendi berpikir, mungkin itulah latar belakang ketertarikan Arin pada Yoshi. Dari semua cerita yang pernah Arin berikan seputar laki - laki yang pernah ada di dalam hidupnya –yang mana nyaris tidak ada–, Yoshi memang menimbulkan kesan tersendiri. Rekan kerjanya itu memang punya karakter yang kuat dan bisa diterima oleh semua orang dengan mudah, jadi mungkin karena itulah Arin bisa mengagumi Yoshi dalam waktu singkat, kalau kita tidak mau menyebut ketertarikan itu sebagai rasa cinta.
Hanya saja, setelah mengenal Yoshi, akan kelihatan kalau pria yang satu ini bisa jadi agak dingin pada orang yang tidak mengenalnya dengan baik. Mungkin inilah yang membuat Arin jadi mundur terarur karenanya. Entahlah, intinya Yoshi memang punya karakter yang kuat, dan itu sempat menarik perhatian Arin.
Dari berbagai cerita lainnya yang Arin berikan kepada Rendi, itu memperjelas juga ketiadaan sosok ayah ini. Apalagi, selama ini Arin mengatakan kalau ada beberapa hal yang dia belum nyaman mengatakannya kepada Rendi. Hal sensitif ini tidak pernah disinggung oleh Rendi, yang dikarenakan ketidak inginan Rendi untuk membahas sesuatu yang membuat Arin tidak nyaman.
Tapi sepertinya, kini Rendi akan mengetahui rahasia dan masalah macam apa yang Arin miliki. Bukan hanya dia, melainkan juga semua temannya akan tahu soal ini. Mungkin nanti, mereka akan menemukan beberapa hal menarik yang akan membantu mereka untuk memahami siapa Arin sebenarnya.
Seminggu berlalu dengan cepat, dan kelima rekan Arin ini berusaha untuk tidak terlalu memikirkan soal apa yang akan diceritakan oleh si perempuan. Karena itulah, suasananya kelihatan biasa saja saat Arin sudah kembali ke kantor. Meski begitu, Arin tahu kalau teman - temannya masih penasaran akan apa yang disimpannya dari raut wajah mereka. Pada awalnya, mereka tidak membahasnya, hingga akhirnya Arin mengatakan sesuatu.
"Aku senang karena kalian menyambut kembalinya aku dengan baik. Terima kasih atas semua dukungan kalian, aku merasa jauh lebih baik sekarang, setelah mengistirahatkan pikiranku selama seminggu ini. Aku tahu kalau aku masih berhutang cerita kepada kalian akan apa yang sudah terjadi pada keluargaku. Tapi, bagaimana kalau aku ceritakan semuanya nanti siang saja? Kurasa aku ingin tahu terlebih dahulu apa saja yang terjadi di sini selama aku tidak ada," ujar Arin.
Perkataan ini ditimpali oleh senyuman dari rekan - rekannya. Mereka senang karena Arin mau membuka dirinya atas apa yang sebenarnya sudah terjadi padanya. Apalagi karena mereka masih tidak banyak tahu tentang apa saja yang telah terjadi pada Arin. Mungkin dengan ini, mereka akan mendapatkan penjelasan akan beberapa hal yang selama ini belum mereka ketahui.
Jadi, lima anggota EG Group yang lainnya mengiyakan permintaan Arin ini. Mereka toh sejak awal memang tidak memaksa Arin untuk menceritakannya sesegera mungkin. Apalagi dari bagaimana cara Arin menyembunyikan hal ini, sepertinya ini adalah masalah yang cukup sensitif. Lagi, sepertinya mereka harus memberi tahu terlebih dahulu apa saja yang terjadi selama Arin tidak ada.
EG Group menghabiskan waktu mereka pagi itu dengan menggosip dan mengobrol akan banyak hal. Mereka membahas beberapa kejadian penting selama seminggu ini, yang disimak Arin dengan penasaran. Untungnya, tidak ada kasus baru yang mereka dapatkan selama seminggu itu, jadi Arin tidak ketinggalan banyak hal. Kecuali soal bagaimana ketika Trio Koplak membuat kantor jadi riuh karena tiba - tiba saja mereka menghabiskan waktu dengan cara karaoke lagu - lagu dari The Beatles, yang tentunya sedikit di luar dari genre lagu yang biasanya mereka nyanyikan. EG Group membahas semua yang terjadi selama seminggu itu sampai waktu makan siang datang. Mereka juga menikmati makan siang dengan riang, dan mereka senang karena Arin kini sudah kembali ke kantor.
Hari kini sudah beranjak siang, dan EG Group sudah kembali ke kantor mereka setelah jam makan siang. Arin baru saja mau membuka mulutnya dan membahas seputar rahasia yang disimpannya, ketika terjadi sesuatu. Ruangan kerja milik EG Group ini tiba - tiba dilanda sedikit keributan, karena sebuah suara yang cukup keras. Mereka bisa melihat kalau pintu ruangan mereka terbuka dengan keras tanpa di ketuk terlebih dahulu. Pada titik ini, semua orang di ruangan itu sepertinya kini sudah hapal akan kebiasaan siapa ini.
"Halo semuanya~"
Di depan pintu ruangan mereka, kini dapat terlihat sebuah wajah yang tidak asing. Orang ini tidak lain dan tidak bukan adalah si Detektif Underground, Hendra. Sang guru ini memasang sebuah senyum lebar, yang membuat Pak Indra geleng - geleng karenanya. Kali ini, Hendra mengenakan pakaian santainya yang berupa kaus, jaket dan celana jeans. Tak lupa juga ada sebuah ransel si punggungnya. Tidak ada yang kaget akan kemunculannya yang mendadak ini, tapi tetap saja semua anggota EG Group bertanya kenapa orang ini harus muncul dengan cara yang seperti itu, di saat yang sepertinya sangatlah tepat.
"Ya ampun, kok kebiasaanmu itu jelek betul sih Ndra, serius deh. Kamu itu, sudah masuknya main nyelonong saja, terus nggak pakai permisi pula! Lagi, menyapa orang juga kok doyan betul ya pakai teriakan yang kadang kelewatan kerasnya? Untungnya di antara kami nggak ada yang punya riwayat penyakit jantung!" umpat Pak Indra.
Teguran ini hanya mendapatkan tanggapan berupa kekehan dari Hendra. Bukan hal yang aneh, karena sepertinya memang susah untuk mengubah kebiasaan jelek Hendra yang satu ini. Hendra kini mengundang dirinya sendiri untuk masuk ke dalam ruangan itu setelah menutup pintunya dengan pelan. Setelahnya, dia mengambil sebuah kursi lipat dan meletakkannya di depan meja Pak Indra. Hendra duduk di hadapan Pak Indra, lalu meletakkan tasnya di atas meja.
"Ehehe~ sori Pak In! Saya kan lagi semangat nih!" sahut Hendra.
Yoshi menggelengkan kepalanya, "Kamu sih, bukan semangat lagi. Kalau mau sih tepatnya kelebihan tenaga," sahut Yoshi.
"Ah, rupanya setelah menikah ini orang masih belum ada perubahan. Nah, ngapain nih bapak kemari? Bini apa kabar?" tanya Delia.
Hendra memberikan sebuah senyuman lebar kepada Delia. Bisa terlihat kalau sepertinya orang ini memang suasana hatinya sedang sangat baik. Entah karena apa, mereka juga sudah tahu. Mungkin karena sekarang dia sudah punya istri, tapi ada beberapa hal selain itu yang juga bisa membuat Hendra senang. Apapun itu, sepertinya mereka akan tahu alasannya segera.
"Yaah~ aku kan cuma mau mengunjungi kalian. Nira baik - baik saja tuh, dia lagi di rumah, bantuin Fira buat mengerjakan PR. Tadi aku sudah izin sama Nira kok kalau mau pergi ke sini. Jadi, aku aman saja, kan?" ujar Hendra.
Bu Risa terkekeh, "Kali saja kamu kabur dari rumah karena berantem sama Nira," sahut Bu Risa.
"Eh, nggak lah! Jangan sampai deh kami berdua berantem! Tapi sejauh ini, kehidupan pernikahan kami baik - baik saja kok. Palingan kami cuma perang bantal saja kok."
"Senang karena kau baik - baik saja, Ndra. Semoga kau bisa menikmati kehidupan pernikahan dengan baik. Sementara itu, kami di sini juga baik - baik saja. Tidak ada kasus berarti yang harus kami tangani, jadi kami menikmati ketenangan setelah mendapatkan tiga kasus berturut - turut, yang semuanya dari kamu. Tapi sepertinya, kali ini kami akan menghadapi sebuah kekacauan lainnya?" tanya Pak Indra.
Hendra terkekeh, "Mungkin saja, pak. Saya ada beberapa hal yang harus disampaikan pada kalian, dan sepertinya kalian akan tertarik pada hal ini," sahut Hendra.
"Kedengarannya seperti sesuatu yang penting. Tapi kemunculan manusia yang satu ini kok pas banget ya? Baru saja tadi Arin mau cerita soal masalahnya," ujar Rendi.
Pernyataan Rendi tadi langsung membuat ekspresi wajah Hendra berubah. Sang guru kini mengamati wajah Arin selama beberapa saat dengan ekspresi penasarannya. Hendra berusaha memahami ekspresi yang ada di wajah Arin, dan ada banyak hal yang Hendra bisa temukan di sana. Semua hal yang bisa Hendra temukan ini cukup menarik, yang membuatnya semakin penasaran akan apa yang ingin diceritakan oleh Arin.
Sementara itu, Arin tidak bisa balas membaca apa yang ada di dalam pikiran Hendra. Apa yang bisa Arin lihat adalah sebuah ekspresi dengan penuh rasa penasaran yang biasanya sering terlihat di wajah Hendra. Selain itu, Arin tidak tahu apa lagi yang berusaha digambarkan oleh Hendra dari tampangnya. Pria ini kelihatannya penasaran, tapi dia tidak kebingungan. Malah, kelihatannya Hendra mungkin tahu beberapa hal yang Arin tidak ketahui.
"Eh? Memang Arin mau cerita soal apa? Aku ada kelewatan berita apa nih? Coba deh kalian yang cerita dulu, baru aku yang cerita nanti."
EG Group mengiyakan permintaan Hendra ini, karena tentunya si pria harus tahu akan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka memberitahu secara sekilas tentang apa yang Hendra belum ketahui soal kejadian akhir - akhir ini. Terutama soal kematian ibunya Arin, dan juga adanya satu rahasia yang baru saja ingin Arin ceritakan pada mereka. Hendra menyimak penuturan mereka dengan penuh rasa penasaran, tapi dia tidak kelihatan kaget.
Entahlah, respon Hendra itu agak ganjil. Kelihatannya dia tidak terlalu kaget akan apa yang sudah terjadi, tapi dia malah kelihatan penasaran. Dugaan sementara yang dimiliki oleh EG Group adalah, Hendra sudah terlalu terbiasa dengan kabar duka di sekitarnya, sehingga dia tidak kelihatan kaget saat mengetahui berita ini. Tapi entahlah, namanya juga Hendra, mungkin dia punya beberapa hal yang tidak mereka ketahui di dalam kepalanya.
"Waah, rupanya hampir satu bulan aku nggak main ke sini ternyata sudah bikin aku ketinggalan banyak info ya? Tapi serius nih, aku turut berduka, Rin. Aku tidak tahu kalau ada hal buruk yang terjadi pada ibumu. Aku juga telah kehilangan ibuku, jadi aku mengerti kalau tentunya ini adalah saat yang berat untukmu," ujar Hendra.
"Terima kasih. Tapi, sekarang aku sudah merasa lebih baik kok," sahut Arin.
"Ya kamu, bini mulu sih yang diurus. Makanya kamu jadi ketinggalan info soal apa saja yang terjadi di sini," kata Yoshi.
"Yah, kan wajar! Kalau bini nggak diurus kan bisa bahaya! Nanti kamu akan merasakannya juga kok, kalau sudah jadi seorang suami. Kehidupan pernikahan itu susah - susah gampang, tahu! Lagi, ini sudah semester baru, jadi ya aku jadi ada banyak urusan juga di sekolah."
"Setidaknya kamu tidak terlalu lama menghilang, Ndra. Jadi kamu bisa mendapatkan informasi yang penting selagi masih lumayan hangat. Lagi, kamu juga datang di saat yang tepat sebelum Arin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada keluarganya," kata Pak Indra.
Hendra terkekeh. Pak Indra tadi ada benarnya juga, karena kini dia memang berada sesaat sebelum Arin memberitahu soal keluarganya. Hendra tidak tahu keberuntungan macam apa yang membawanya ke sini, tapi Hendra mensyukurinya. Mungkin dia memang sudah ditakdirkan untuk menyelesaikan masalah ini bersama EG Group. Terlebih karena Hendra tahu beberapa hal yang EG Group tidak ketahui. Mereka pasti akan tertarik untuk mengetahuinya, terutama bagi Arin. Hendra yakin kalau masalah ini akan jadi sangat menarik.
"Yah, kan mana aku tahu kan apa saja yang bisa terjadi kalau tidak dalam jarak pandanganku. Tapi bapak benar, setidaknya saya ada di sini. Sekarang, saya jadi sangat tertarik untuk mengetahui apa saja yang sebenarnya sudah terjadi kepada keluarga Arin, kalau kamu tidak keberatan untuk menceritakannya kepadaku."
"Aku tidak keberatan kok. Lagi, sepertinya kamu tahu akan banyak hal yang mungkin orang lain tidak ketahui. Mungkin saja kamu juga bisa membantu soal masalah ini, karena aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, kecuali apa yang bisa aku lihat," kata Arin.
"Jujur saja aku sangat tertarik soal masalah ini, Rin. Kau tidak banyak cerita soal dirimu sendiri, jadi sepertinya ini sudah saatnya orang lain tahu beberapa hal tentangmu. Jadi, sepertinya akan lebih baik kalau kamu mulai bercerita kalau kamu sudah siap, Rin."
Pernyataan Hendra tadi seperti menyiratkan kalau dia memang mengetahui beberapa hal yang mereka tidak ketahui. Tapi, sepertinya Hendra juga penasaran akan apa yang terjadi dari sudut pandang Arin. Itulah kesan yang kira - kira mereka dapatkan dari Hendra. Walau begitu, semakin cepat ceritanya dimulai, maka semakin cepat juga mereka akan tahu apa alasan dari kesan ini.
"Baiklah, aku akan mulai ceritakan apa yang perlu untuk kalian ketahui sekarang," jawab Arin.
Arin mulai mengisahkan apa saja yang terjadi dalam hidupnya, dari awal sampai akhir. Terutama, Arin membahas beberapa hal soal ayahnya yang selama ini tidak pernah dia bicarakan dengan orang lain.
Arin terlahir dari ibunya dalam keadaan normal, dengan ayahnya yang berada di sampingnya, sebagaimana keluarga pada umumnya. Pria yang katanya ayah dari Arin ini telah dinikahi oleh ibunya selama setahun lebih sebelum Arin dilahirkan. Ayahnya selalu mendampingi dalam proses kehamilan istrinya, walau kadang dia harus pergi untuk mengurus pekerjaannya selama seminggu, atau bahkan lebih.
Pada saat masih bayi, Arin mendapatkan limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Arin masih bisa ingat dengan samar - samar perasaan itu, dan ibunya juga sering menceritakan kalau ayahnya sangat suka menggendong dan menemani Arin saat dia masih sangat kecil. Kedengarannya seperti bagaimana keluarga pada umumnya. Tapi, keharmonisan ini tidak bisa bertahan lama, yang menyebabkan Arin tidak pernah benar - benar mengenal yang namanya sosok seorang ayah.
Semua itu berubah saat usia Arin sudah menginjak beberapa bulan. Arin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, karena semuanya tidak pernah jelas baginya. Bisa saja kalau ibunya menyimpan rahasia dari Arin, tapi rasanya beliau tidak akan melakukan hal seperti itu kepada anaknya. Tidak pernah ada kata cerai di antara kedua orang tuanya, yang tentu saja mengindikasikan tidak ada keretakan di dalam rumah tangga ini. Hanya saja, ayahnya pergi tanpa kabar sama sekali.
Sang ayah hanya berkata bahwa dia hanya akan pergi selama beberapa bulan. Arin masih sangat kecil saat itu, jadi dia tidak tahu dan tidak mengerti akan apa yang sebenarnya terjadi. Ayannya Arin sempat kembali kepada anak dan istrinya, tapi hanya sekali, dan itupun juga sangat sebentar. Sang ayah katanya kadang masih mengirimi surat kepada ibunya, tapi saat Arin berusia 10 tahun, semua surat itu berhenti datang. Mereka putus kontak. Arin dan ibunya tak tahu harus kemana lagi mereka harus mencari pria itu. Hal itu membuat Arin tumbuh dewasa tanpa kasih sayang seorang ayah.
Hal ini menjelaskan banyak hal, tentunya. Arin jadi seorang gadis yang sangat dingin pada pria, karena dia tidak pernah benar - benar merasakan kasih sayang dari ayahnya. Kepergian sang ayah memberikan banyak sekali pengaruh kepada Arin, yang masih tersisa hingga kini. Bahkan, saat ini Arin juga masih ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada ayahnya. Ibunya mungkin tidak mempermasalahkan hal ini, tapi Arin tidak tahu apa yang terjadi, dan misteri ini tentunya sangat mengganggu.
Arin hanya punya sebuah nama untuk mencari sang ayah. Ibunya selalu mengatakan kalau ayahnya bernama Harry Wicaksono, dan hanya ada beberapa lembar foto dari si pria yang bisa membantu Arin. Selain itu, dia tidak punya keterangan lain. Arin berusaha mencari kabar soal pria ini sebisa mungkin, tapi tidak banyak yang bisa Arin temukan dari seorang pria yang sudah lama sekali menghilang. Apalagi dengan terbatasnya petunjuk yang dia miliki, rasanya ini sepertinya mencari sebuah jarum di setumpuk jerami.
Dalam pencariannya ini, Arin mendengar banyak sekali berita soal ayahnya. Berita ini tidak bisa dipercaya sepenuhnya, karena hanya berupa selentingan atau perkataan orang - orang yang belum diketahui kebenarannya. Tapi, ada banyak sekali desas - desus yang mengatakan bahwa ayah Arin sebenarnya adalah seorang penjahat. Arin dan ibunya tidak pernah memercayai semua selentingan itu, karena mereka tidak pernah melihat kalau sang ayah melakukan hal yang buruk.
Hal inilah yang membuat Arin memutuskan untuk menjadi seorang polisi. Dia ingin mencari tahu tentang keberadaan ayahnya, kalau memang itu mungkin. Kini, keinginannya itu terwujud, dan Arin bisa berada di sini, sebagai anggota EG Group. Karena itulah, Arin tidak menyia - nyiakan kesempatan ini. Selama ini, diam - diam Arin sudah mencari ke berbagai sumber tentang keberadaan ayahnya. Hanya saja, cuma sedikit informasi yang Arin bisa temukan seputar ayahnya.
Dari informasi yang terbatas itu, sepertinya ada beberapa yang mungkin saja bisa dipercaya. Misalkan dari riwayat pendidikan ayahnya yang bisa Arin dapatkan. Dari bagaiaman pendidikan yang dienyam ayahnya, mungkin saja beliau sebenarnya adalah orang yang cukup terpandang, atau setidaknya cukup pintar. Tapi sampai sekarang, tak ada kabar yang mengatakan di mana keberadaan beliau. Selain itu, Arin hanya bisa menemukan selentingan yang bilang kalau ayahnya punya istri simpanan di luaran dan juga katanya beliau adalah seorang penjahat.
Hanya itulah yang bisa Arin dapatkan dari ayahnya. Arin tidak tahu apakah beliau bisa dianggap menghilang atau tidak karena Arin tidak pernah mengetahui keberadaannya. Satu hal yang pasti adalah, Arin ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada ayahnya. Beliau menghilang dengan begitu saja, dan Arin percaya kalau pastinya ada alasan kenapa hal ini bisa terjadi. Arin hanya ingin tahu kenapa, andai saja ayahnya tidak bisa kembali kepadanya. Tapi kalau bisa, Arin juga ingin agar beliau bisa kembali padanya.
Arin juga mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang terjadi sebelum ibunya meninggal. Hal ini tidaklah kelihatan sangat mencolok, tapi Arin jadi menyadarinya ketika dia berdiam diri dan berpikir selama seminggu belakangan. Setelah dipikir lagi, Arin menyadari kalau ibunya menjadi aneh selama sebulan ini. Selain kadang beliau jadi sering jatuh sakit, beliau juga jadi terlihat lebih pendiam daripada biasanya. Arin tidak tahu apa yang terjadi, tapi bisa saja sepertinya beliau menyimpan sesuatu yang tidak pernah Arin ketahui sampai kematian beliau datang.
Bagi Arin, ibunya memang terlihat sangat aneh akhir - akhir ini. Entahlah, mungkin bisa jadi itu adalah tanda - tanda kematiannya, tapi Arin bisa merasakan sesuatu yang berbeda. Mungkin saja memang ada sesuatu yang beliau rahasiakan, tapi Arin tentunya tidak akan tahu apa itu. Selain itu, beberapa saat sebelum kematiannya, terkadang Bu Ani juga membahas soal ayahnya Arin. Beliau mengatakan kalau dia merindukan suaminya. Berbeda dengan Arin yang selama ini selalu berusaha mencari tahu soal ayahnya, sang ibu malah selalu percaya bahwa ayahnya itu akan kembali, entah kapan itu akan terjadi.
Belum lagi kematian Bu Ani yang tidak biasa. Arin tidak tahu bagaimana ceritanya bisa terdapat sejumlah racun di tubuh ibunya. Kalau ada seseorang yang meracuninya, maka Arin tidak akan tahu siapa. Tidak banyak orang yang cukup dekat dengan beliau untuk melakukan hal itu, jadi Arin tidak yakin kalau memang dia mengenal siapa pelakunya. Kalau saja Bu Ani sendiri yang mengonsumsi racun itu, rasanya tidak mungkin. Beliau tentunya tidak berpikiran untuk bunuh diri, kan?
Antara kematian ibunya dan misteri hilangnya sang ayah, Arin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Arin ingin sekali menyelesaikan masalah ini, agar hidupnya bisa menjadi lebih tenang. Cerita ini diakhiri dengan Arin yang menanyakan pendapat Hendra. Arin berpendapat kalau Hendra tahu banyak soal apa saja yang terjadi di Inkuria. Jadi, mungkin saja Hendra tahu beberapa hal seputar ayahnya.
Sementara itu, Hendra tersenyum karena pernyataan Arin. Cerita yang didengarnya tadi tentu saja sangatlah menarik. Kalau mau jujur, Hendra tahu beberapa hal yang mereka tidak ketahui oleh rekan - rekannya, dan ini berhubungan dengan apa yang jadi tujuan Hendra datang ke ruangan EG Group. Hanya saja, menarik juga mengetahui sudut pandang Arin akan hal yang terjadi padanya ini. Ketika ceritanya selesai, keadaan jadi hening dan EG Group menatap ke arah Hendra. Hal ini membuat si pria terkekeh, jadi langsung saja dia memulai membahas masalah ini.
"Jadi begitu ceritanya? Menarik juga, aku rasa kamu pasti sangat penasaran akan masalah ini dari sudut pandang ayahmu. Apa yang sebenarnya terjadi, iya kan? Aku tidak tahu kalau kita akan membahas masalah ini juga, tapi ini menarik. Ada beberapa hal yang nanti perlu untuk kita bahas, tapi aku akan ajukan beberapa pertanyaan dan pernyataan yang umum dulu. Jadi, apa yang menurutmu terjadi pada ibumu, Rin? Apa kamu menduga kalau ayahmu meracuni ibumu?" tanya Hendra.
Pernyataan Hendra tadi membuat Arin mengerutkan alisnya. Kalau mau jujur, Arin tidak berpikir kalau dua hal ini bisa berhubungan dengan cara yang seperti itu. Tapi, sepertinya ini hanyalah sebuah ide atau pertanyaan yang ada di dalam kepala Hendra, jadi mungkin tidak ada salahnya jika mereka membahas masalah ini.
"Entahlah, aku tidak tahu. Aku tidak yakin kalau Ayah akan melakukan hal seperti itu. Beliau sepertinya tidak punya alasan untuk melakukan hal itu pada ibuku. Tapi kalau memang ayahku yang melakukannya, maka kemungkinan desas - desus yang mengatakan bahwa beliau merupakan seorang penjahat itu bisa jadi benar. Tidak akan sulit bagi beliau untuk melakukannya, meski aku tidak akan tahu bagaimana ceritanya hal itu bisa terjadi," sahut Arin.
Hendra terkekeh, "Tenang saja, Rin. Aku tidak menuduh ayahmu kok. Rasanya juga memang tidak mungkin ayahmu melakukan seperti itu, karena tidak akan ada alasan yang kuat untuk hal itu. Menurutku, akan lebih mungkin jika ada satu pihak yang menyimpan dendam pada ibumu. Atau, bisa saja malah sasaran kebencian ini adalah kamu, tapi entah sengaja atau tidak dia malah memilih untuk menyasar ibumu. Jadi, kuharap kamu berhati - hati, karena bisa saja nyawamu akan terancam nantinya. Aku sudah sering menghadapi situasi membingungkan seperti ini, jadi akan lebih baik jika kamu berhati - hati."
"Siapa yang mau melakukan hal seperti itu kepadaku? Rasanya tidak ada orang yang kelihatannya berniat seperti itu di dekatku. Aku tidak yakin kalau aku memiliki musuh di sekitarku yang aku ketahui keberadaannya."
Hendra terkekeh, "Kita tidak akan tahu kalau ada musuh di sekitar kita kadang. Tapi, aku rasa kita bisa khawatirkan soal itu belakangan. Ada beberapa hal yang perlu aku ceritakan kepada kalian. Kamu beruntung karena menceritakan kisah ini di hadapanku, Rin. Karena kebetulan sekali, aku sedang menyelidiki satu lagi kelompok Underground yang menurutku bisa dilumpuhkan. Kalian mau tahu kelompok yang mana?"
Delia mendengus, "Kasih tahu saja kenapa! Bapak jangan bikin orang penasaran dong, kebiasaan jelek ah!" ujar Delia.
Hendra terkekeh. Delia tentunya sudah sadar kalau dari tadi dia dengan sengaja membuat kesan menggantung dalam pernyataannya. Ada satu hal penting yang perlu dia sampaikan, dan sepertinya rekan - rekannya akan cukup terkejut soal berita ini. Tapi yah, namanya juga Hendra, kalau tidak bikin penasaran, maka bukan Hendra namanya.
"Iya deh, iya. Aku kan cuma mau bikin kalian jadi lebih bersemangat. Begini, sekarang ini aku sedang menyelidiki soal sebuah kelompok Underground bernama The Hatters. Mereka adalah sebuah kelompok mafia di Underground. Aku tertarik pada mereka dan melihat adanya celah untuk menjatuhkan mereka karena akan ada pergantian kekuasaan di kelompok ini sebentar lagi. Tapi, dalam masa transisi ini, ada beberapa pertentangan yang mungkin bisa memicu sebuah kekacauan internal. Jadi, yah, sepertinya itu waktu yang pas buat kita mengganggu sistem mereka sekalian."
"Lalu?" tanya Pak Indra.
"Kalian sudah dengar sekilas tentang kelompok ini, kan? Aku sudah ceritakan saat aku di rumah sakit bulan lalu, jadi sepertinya kalian sudah tahu apa saja yang dilakukan oleh kelompok ini. Kelompok ini tidaklah terlalu besar, tapi masih berkaitan dengan sebuah kelompok mafia dari Prancis yang cukup terkenal, kelompok The Rugusseur. Tapi, aku akan perlihatkan apa saja hasil penelitian yang sudah aku dapatkan, dengan bantuan kakekku. Arin pasti akan tertarik untuk mengetahuinya. Sebentar, aku bawa data kelompok itu."
Pernyataan Hendra tadi membuat Arin mengerutkan alisnya. Kenapa Hendra berpikir kalau Arin akan tertarik pada masalah ini? Mereka tidak tahu, tapi sepertinya mereka akan tahu apa alasannya sebentar lagi. Sementara itu, Hendra merogoh isi tasnya selama beberapa saat. Tak lama kemudian, dia menemukan apa yang dia cari, lalu mengeluarkannya dari dalam tas. Benda yang kini ada di tangan Hendra itu adalah sebuah map berwarna biru yang bertuliskan "The Hatters".
"Nah! Ini dia! Silahkan kalian baca ya, dan resapi informasi apa saja yang ada di sana. Kuharap kalian nggak terkejut sama isinya, karena ada beberapa hal yang cukup penting di sana," ujar Hendra.
Hendra meletakkan map itu di atas meja Pak Indra, dan EG Group saling memandang satu sama lainnya, sebelum akhirnya mereka memandang ke arah map itu. Mereka akhirnya memutuskan untuk mendekat, dan Pak Indra membuka map itu. Keenamnya membaca isi dari map itu bersama - sama, dengan ekspresi wajah serius. Di dalam map itu terdapat banyak sekali catatan dan informasi soal kejahatan apa saja yang dilakukan oleh kelompok ini, lalu juga terdapat daftar anggota mereka, dan tentu saja beberapa hal tentang pemimpin mereka.
Hendra menantikan respon mereka dengan tidak sabar. Dari ekspresi wajahnya, kelihatannya Hendra seperti menantikan sebuah sesuatu yang besar terjadi. Hendra tidak percaya akan keberuntungannya hari ini, karena Arin menceritaan apa yang sebenarnya terjadi pada keluarganya, karena hal ini sangat berhubungan dengan apa yang sedang dilakukannya. Hendra mengira kalau dia harus mengejutkan Arin terlebih dahulu sebelum bisa mendengar soal kisahnya, karena rupanya Hendra tidak perlu melakukannya. Tapi tetap saja, ada sebuah kejutan yang Hendra siapkan untuk teman - temannya, dan dia harap mereka akan menyukai kejutan yang satu ini.
Kejutan Hendra ini sepertinya cukup berhasil, karena saat EG Group membaca soal pemimpin The Hatters, mereka kelihatannya memasang wajah yang menunjukkan sebuah ketidakpercayaan. Terutama dari wajah Arin, karena dia kelihatannya sangat terkejut atas apa yang dilihatnya. Arin tidak percaya atas apa yang dilihatnya. Pandangan mata Arin kini bertemu dengan Hendra yang kini tersenyum lebar kepadanya. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Arin tidak mau percaya atas nama siapa yang tertulis di sana sebagai pemimpin The Hatters.
"Ayah?! Tapi bagaimana bisa ayahku terlibat dalam kelompok ini?! Nama yang sama, dan fotonya juga seperti apa yang ada di dalam foto keluargaku! Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi pada ayahku?!" tanya Arin, kemudian dia menatap Hendra dengan wajah yang meminta penjelasan akan apa yang sudah dilihatnya.
"Kurasa penjelasannya tidaklah begitu susah, Rin. Kamu bilang, pasti ada alasan kenapa ayahmu menghilang, kan? Nah, jadi kamu tahu sekarang kenapa ayahmu menghilang? Aku tidak tahu apakah ibumu tahu seputar hal ini, tapi inilah alasannya. Alasan itu adalah, karena ayahmu tidak bisa melarikan diri dari masalah yang dia punya."
"Jadi, dia sebenarnya adalah salah satu anggota dari kelompok Underground?"
"Lebih tepatnya, ayahmu ini adalah ketua dari kelompok The Hatters. Tapi sebelum kamu bertanya lebih banyak lagi, aku akan luruskan beberapa hal, ya. Ayahmu tidak menginginkan keadaan ini, beliau terjebak di dalam situasi yang tidak dia inginkan, makanya dia tidak bisa menemui keluarganya dan menghilang."
"Apa yang sebenarnya terjadi pada ayahku, Hendra? Beri tahu aku, selama ini aku tidak pernah tahu akan apa yang terjadi, jadi biarkanlah aku tahu."
Hendra tersenyum, lalu mengangguk. Hendra memang berniat untuk menceritakannya kepada Arin, karena dia berhak untuk tahu. Jadi, Hendra membenarkan posisi duduknya, kemudian memulai penuturannya.
"Jadi sebenarnya, ayahmu itu nggak begitu pengen jadi pemimpin The Hatters. Dulu kelompok itu didirikan oleh kakek buyutnya, bersama dengan dua mafia dari Prancis. Kelompok ini diwariskan ke kakekmu, lalu ke ayahmu. Sebenarnya ayahmu tidak ingin mewarisi kelompok itu, dan beliau ingin sekali untuk bisa hidup normal. Hal inilah yang membuat ayahmu nekat untuk menikah dengan ibumu, supaya ada alasan agar dia bisa menetap di Inkuria. Kakekmu itu merestui saja pernikahan itu, karena pada akhirnya The Hatters akan perlu pewaris lainnya. Nah, yang jadi masalah adalah, ayahmu itu adalah anak tunggal, jadi beliau tidak punya pilihan selain untuk menuruti keinginan ayahnya untuk mengurus The Hatters. Karena itulah, ayahmu memutuskan untuk meninggalkan keluarga kecilnya dengan alasan bahwa Mr. Hatman nggak ingin melibatkan kalian dalam urusan Underground ini. Dia ingin kamu dan ibumu agar bisa hidup normal. Meski begitu mungkin ada saatnya Mr. Hatman kembali, setelah semua urusannya selesai."
"Mr. Hatman?"
"Julukan ayahmu di Underground. Itulah yang terjadi pada ayahmu, tapi masih ada beberapa hal yang belum aku ketahui soal The Hatters dan masalah kepemimpinan yang mereka punya. Mungkin nanti aku akan pergi ke Underground dalan waktu dekat ini, untuk menyelidiki masalah itu."
"Tunggu dulu, tadi kamu bilang soal perpindahan kekuasaan, kan? Jadi kalau dugaanku benar, maka seharusnya Arin akan dijadikan pewaris The Hatters yang berikutnya ya?" tanya Yoshi.
"Seratus buat kamu, Yo. Mr. Hatman itu usianya sudah setengah abad lebih loh. Karena itulah, aku bilang kalau ada masalah pada pergantian kekuasaan di The Hatters. Seharusnya, Arin yang jadi pemimpinnya, tapi Mr. Hatman tidak mau melibatkan Arin. Aku yakin kalau beliau juga sudah tahu kalau Arin tergabung dalam EG Group. Rencananya, kelompok ini akan beralih kekuasaannya ke si wakil, tapi aku harus pastikan dulu apa yang terjadi di sana."
"Apakah ini yang menjadi sebab kenapa ibuku terlihat gelisah akhir - akhir ini? Apakah selama ini ayahku diam - diam mendatangi ibuku untuk mengambilku?" ujar Arin.
"Aku masih tidak begitu tahu soal itu. Tapi dari bagaimana cara beliau tidak mau melibatkan kalian ke dalam urusan soal Underground ini, sepertinya agak tidak mungkin kalau Mr. Hatman akan melakukan hal seperti itu. Tapi, selama ini dari pagi sampai sore kamu selalu ada di kantor. Jadi, ada kemungkinan kalau ayah dan ibumu bertemu selama kamu tidak ada."
"Berarti, kemungkinan Mr. Hatman ini untuk meracuni ibunya Arin bisa dicoret dong?" tanya Bu Risa.
"Aku ingin bilang begitu, tapi aku masih tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Susah juga sih, karena kita tidak tahu apa yang terjadi selama Arin tidak ada di dekat ibunya. Akan lebih baik jika kita mengumpulkan informasi terlebih dahulu. Aku akan coba cari tahu apa saja yang bisa aku dapatkan dari Underground, dan kurasa Arin bisa memeriksa barang - barang milik ibunya, siapa tahu ada surat atau apalah yang berarti."
Arin mengangguk. Satu pertanyaan yang selama ini ada di dalam kepalanya akhirnya terjawab. Siapa yang tahu kalau jawabannya akan datang dengan cara seperti ini, dan rupanya Hendra tahu jawaban ini? Entahlah, Arin masih merasa campur aduk karena berita ini. Walau begitu, ada satu kesimpulan yang Arin dapatkan.
"Kalau begitu, intinya adalah ... aku anak dari seorang mafia?"
"Kasarnya, ya seperti itu. Ya, kamu adalah anak dari Harry Wicaksono, alias Mr. Hatman, yang merupakan pemimpin The Hatters, kelompok mafia Underground."
Mereka semua memandang satu sama lainnya dengan ekspresi tidak percaya dan dipenuhi kebingungan. Memang, kini mereka bisa mengetahui seputar keluarga Arin lebih banyak karena kejadian ini. Tapi, mereka tidak tahu apakah ini menyelesaikan masalah yang ada. Karena sepertinya, yang ada hal ini malah memulai sebuah masalah baru, yang sepertinya akan mereka tangan sebentar lagi.
~~~~~
Karena kedatangan Hendra dan masalah apa yang dibawanya di hadapan EG Group, kini satu misteri sudah menjadi jelas. Dengan bantuan Hendra, mereka berhasil mengungkap asal usul Arin dan juga apa saja yang terjadi pada keluarganya. Harry Wicaksono alias Mr. Hatman yang merupakan pemimpin dari The Hatters ini adalah orang yang sama dengan ayah Arin yang sudah meninggalkannya bertahun - tahun yang lalu. Meski masalah ini belum bisa dipastikan kebenarannya, setidaknya hal ini berkaitan satu sama lainnya, berdasarkan dari data yang ada.
Hal ini jelas sangat mengejutkan bagi semua anggota EG Group, terutama bagi Arin sendiri. Siapa yang sangka coba, kalau ayah Arin yang selama ini "menghilang" ternyata telah menjadi seorang penjahat –atau kalau mau lebih tepatnya, ketua sebuah kelompok penjahat– di Underground? Arin masih tidak bisa percaya kalau hal ini memang benar adanya, karena ibunya selalu mengatakan hal - hal yang baik seputar ayahnya. Entah karena beliau tahu atau tidak tahu akan kenyataan yang disimpan oleh ayahnya ini.
Tapi, hal ini memberikan banyak penjelasan bagi beberapa hal yang selama ini masih dianggap buram. Kalau memang masalahnya ribet dan sang ayah tidak bisa melarikan diri dengan mudah dari Underground, bisa dimengerti kenapa beliau memutuskan untuk menghilang selama lebih dari dua puluh tahun. Sang ayah tidak mau dan tidak bisa mencampur adukkan kehidupan pribadinya dan juga kehidupan yang dia miliki di Underground. Mencampuradukkan keduanya bisa jadi sangat berbahaya jika sampai ada masalah di antara keduanya.
Contoh nyata dari bagaimana kedua kehidupan ini tidak bisa dicampuradukkan adalah pada diri Hendra. Sang detektif bawah tanah ini sudah sebisa mungkin berusaha menjauhkan dua sisi kehidupannya itu, walau akhirnya keduanya bersinggungan juga. Tapi itu kan Hendra. Dia selalu punya sejuta cara gila biar bisa lepas dari masalah. Karena itulah dia masih bisa bertahan hidup sampai saat ini dalam keadaan utuh. Lagi, latar belakang keluarga Hendra memang agak tidak normal, jadi rasanya tidak mengejutkan kalau dia bisa bertahan di kehidupan aneh yang dia punya ini.
Masalahnya, hal ini tidak bisa disamakan begitu saja dengan kasusnya Arin. Ayahnya Arin adalah seorang pemimpin kelompok di Underground. Rasanya, tidak akan mudah untuk melarikan diri dari Underground jika kau punya posisi seperti itu. Apalagi, mereka punya beberapa kelompok yang secara khusus bertugas untuk membunuh orang yang dianggap berkhianat atau menghalangi jalan mereka. Salah - salah, bisa saja Mr. Hatman malah dicap sebagai seorang pengkhianat. Tidak mudah memang, jadi sepertinya tidak heran kalau selama ini beliau memutuskan untuk menghilang agar tidak menimbulkan masalah.
Hendra juga sudah berusaha untuk menerangkan beberapa hal kepada EG Group soal Mr. Hatman. Si dektektif bawah tanah ini tahu kalau Mr. Hatman tidak akan melakukan kejahatan untuk kesenangannya sendiri. Dia juga ingin memperbaiki hidupnya, dan menjadi seorang warga negara yang baik. Hanya saja, beliau terjebak di dalam situasi sulit. Hendra sudah mengatakan bahwa dia akan mencari cara agar bisa membantu Mr. Hatman agar bisa bebas dari masalah ini, dan sekalian juga untuk melumpuhkan kekuatan dari The Hatters.
Walau begitu, masih ada satu masalah yang belum mereka bisa pecahkan soal keluarganya Arin. Misteri yang masih jadi tanda tanya ini adalah soal kenapa dan bagaimana bisa berdasarkan hasil forensik ditemukan keberadaan racun di dalam tubuh ibunya Arin? Ini mungkin bukan faktor utama yang membunuhnya, tapi kenapa itu bisa terjadi? Hal inilah yang masih harus dicari tahu kebenarannya.
Bahkan setelah Arin sampai di rumah, dia masih tidak habis pikir masalah itu. Arin membiarkan pikirannya melayang - layang menuju ke berbagai spekulasi dan teori atas apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya sambil membereskan kamar sang mendiang ibu. Ada beberapa barang pribadi yang ingin Arin simpan, dan mungkin dia juga ingin menyumbangkan beberapa benda yang tidak akan dia pakai lagi.
Sesuai dengan permintaan Hendra, Arin kini mengecek sejumlah barang pribadi milik ibunya. Arin tidak mengharapkan kalau akan ada sesuatu yang bisa dia temukan seperti yang Hendra harapkan, tapi Arin tetap harus mengeceknya. Kemungkinan besar ibunya masih menyimpan surat dari ayahnya, dan Arin berharap bahwa dugaan ini benar. Selain itu, Arin harus membereskan barang - barang itu agar bisa memberi lebih banyak lagi ruang untuknya di rumah itu, sekalian untuk merapikannya.
Pikiran Arin berkutat pada banyak sekali spekulasi dan teori, sambil memilah barang yang ada di hadapannya. Arin tidak terlalu memperhatikan barang apa saja yang disimpan oleh mendiang ibunya, sampai akhirnya Arin menemukan beberapa kotak di kamar beliau, yang diletakkan di bawah kasur. Setelah berhasil mengumpulkan semua kotak itu, Arin memutuskan untuk membongkarnya, dan dia menemukan beberapa barang pribadi di dalam kotak - kotak itu. Hingga akhirnya Arin menemukan sebuah kotak kecil dari logam yang isinya adalah setumpuk kertas dan amplop.
Karena penasaran, Arin memutuskan untuk membaca apa saja isi kertas - kertas itu. Betapa terkejutnya Arin terkejut saat membuka dan membacanya. Tulisan tangannya asing bagi Arin, tapi dari isi suratnya, sepertinya pengirim surat ini adalah seseorang yang selama ini dicarinya. Ketika Arin membaca isi surat yang berada di paling atas, Arin harus menahan napasnya sejenak. Karena selain isinya yang membuat Arin mengerutkan alisnya, ada beberapa fakta di dalamnya yang sepertinya bisa memberi jawaban atas apa saja yang terjadi sebelum kematian ibunya.
Surat itu berasal dari ayah Arin, Pak Harry Wicaksono. Tulisannya terlihat rapi dan menarik, sehingga Arin betah melihatnya. Surat itu kelihatannya masih baru, dan tanggalnya berasal dari seminggu lalu. Arin melirik kertas itu sekali lagi, kemudian membacanya dengan seksama.
Dear Ani.
Maafkan aku, karena aku sudah terlalu lama meninggalkanmu dan tidak memberimu kabar apapun. Tapi setidaknya, orang - orangku mengabarkan kalau kamu dan Arin baik - baik saja. Aku senang mendengarkannya. Lalu aku sendiri, kurasa aku baik - baik saja. Kurasa kau tahu kenapa aku mengatakannya dengan nada yang seperti itu.
Aku sendiri memiliki kehidupan yang sangat sulit di sini. Ada banyak sekali yang terjadi di sini, dan sepertinya aku tidak akan bisa menceritakan semuanya di atas kertas. Kamu pasti tahu sendiri kalau aku berada di bawah tanah, seperti yang pernah kuceritakan padamu.
Sebetulnya aku ingin untuk mengakhiri semua hal yang ada di sini, tapi aku tak bisa melakukannya dengan mudah. Karena itulah aku tidak pernah kembali pada kalian. Kamu bisa cap aku sebagai seorang penjahat kelas kakap, tapi itulah pekerjaan dari orang - orang yang ada di sini. Tapi kamu harus tahu, kalau aku juga ingin hidup normal. Aku ingin sekali untuk kembali bersamamu dan Arin, dan menjadi seorang ayah dan suami yang baik.
Kudengar Arin sudah menjadi seorang polisi, benarkah itu? Kalau ya, aku turut bangga padanya, karena dengan ini kejahatan yang diwariskan oleh keluargaku akan berakhir. Puteri kita sudah tumbuh besar dan menjadi seorang wanita pemberani, dan aku sedih karena tidak bisa mendampingi pertumbuhannya, yang mana membuatku jadi merasa cukup sedih. Lalu, benarkah kalau Arin kini bekerja bersama dengan sekelompok polisi yang di sebut dengan EG Group? Kalau iya, aku akan semakin senang karena kini Arin menjadi salah satu penyidik kelas atas, bersama dengan orang - orang yang sangat profesional. Tapi, ini juga berarti kalau bisa jadi nyawaku akan terancam.
Itu karena EG Group berhubungan dekat dengan seorang pembasmi kejahatan Underground yang dimusuhi di sini. Orang ini disebut dengan Hoodie Detective, dan sudah menimbulkan cukup banyak kekacauan di bawah tanah. Sebetulnya aku setuju saja kalau Arin mau membasmi kejahatan dan membantu orang lain. Tapi ini berarti, mungkin Arin akan mengincarku juga, kalau dia memang membantu EG Group.
Tapi kurasa Arin tidak akan melakukannya jika dia mau percaya dengan kata - kataku. Bahkan, mungkin saja Arin mau meyakinkan Hoodie Detective kalau aku tidak sepenuhnya bersalah atas kejahatan yang dituduhkan kepada kelompok tempatku berada. Dengan keberadaan Hoodie Detective dan EG Group, aku bisa merasakan kalau kehancuran kelompok ini sudah sangat dekat, dan mungkin saja Arin akan ada di pihak lawan ketika saat itu datang. Selain itu, sebentar lagi aku harus turun jabatan dari kelompok yang aku pimpin, dan aku berencana untuk menyerahkannya kepada wakilku. Aku ingin mengakhiri semuanya, dan kembali kepada kalian.
Tapi yang jadi masalah adalah, aku tidak boleh menyerahkan kedudukanku pada orang yang tidak sedarah denganku. Dengan kata lain, Arin harus dinikahkan dengan wakilku itu. Walau begitu, tentu saja aku tidak mau hal itu terjadi. Aku tidak ingin mewariskan penderitaan dan pekerjaan yang hina ini kepada Arin. Aku ingin Arin tetap menjadi seorang pembela kebenaran.
Kuharap, Arin memang berada bersama EG Group dan Hoodie Detective. Karena kalau tidak, aku khawatir kalau aku akan membuat Arin jadi seorang penjahat. Cukuplah hanya aku yang punya masa lalu kelam, jangan sampai Arin seperti itu juga.
Terserah padamu apakah kamu mau menyampaikan surat ini pada Arin atau tidak. Kamu juga bisa ceritakan semua hal yang aku rahasiakan pada Arin, kuharap dia akan mengerti, tapi itu semua adalah keputusanmu. Selain itu, aku ingin memberitahu kamu kalau aku memiliki waktu luang pada hari Sabtu siang ini, dan aku sangat ingin sekali bertemu dan melepas rindu denganmu setelah belasan tahun. Aku akan ada di Enchantè Cafe, dan aku akan menunggumu di sana sepanjang hari.
Kuharap kamu masih sudi menemuiku, walau kurasa Arin mungkin akan tidak menerima keberadaanku sebagai ayahnya jika dia tahu kenyataan ini. Tapi entahlah, aku tidak tahu. Aku harap Arin masih bisa menerimaku, karena dia adalah anakku. Aku merindukan Arin. Aku juga merindukamu, Ani. Aku rindu keluarga kecil kita.
Salam rindu,
Harry Wicaksono
Arin terdiam setelah dia membaca isi surat itu, dengan beberapa titik air mata di wajahnya. Dengan ini berarti ayahnya berada di sekitarnya, atau mungkin dia memang punya mata - mata yang selalu memastikan bahwa Arin dan ibunya baik - baik saja. Arin merasa senang karena dia mengetahui bahwa ayahnya masih memikirkannya, tapi sekaligus tidak tega kalau nanti dia harus melawan ayahnya karena apa yang tidak dilakukannya. Apalagi, The Hatters adalah salah satu kelompok yang sedang diincar oleh Hendra. Bisa saja dia harus melihat kematian ayahnya dihadapannya sendiri.
Tapi, mungkinkah Hendra akan membiarkan ayahnya lolos? Arin tidak tahu apakah hal ini bisa terjadi atau tidak, tapi dia harus coba untuk menanyakannya. Pada kasus Julia Hartati, Hendra membiarkan si perempuan mati di pelukan suaminya, jadi sepertinya ada kemungkinan kalau Hendra akan membiarkan ayahnya bebas.
Di tengah pemikirannya itu, Arin mendengar suara pintu diketuk. Langsung saja Arin bangkit sambil menghapus air matanya, bergegas untuk membukanya. Ketika berada di depan pintu itu, Arin merasa heran ketika dia melihat ada seorang tukang pos di sana, pada hari yang sudah hampir gelap. Tentu saja dia punya sesuatu untuk Arin, tapi Arin tidak ada berkirim surat atau memesan barang, jadi hal ini membuat Arin agak heran.
Si tukang pos memberikan sebuah surat kepada Arin. Si perempuan menerimanya tanpa banyak bertanya, dan dia meneken tanda terimanya. Setelah si tukang pos pergi, Arin menutup pintu rumahnya, kemudian langsung membuka surat itu. Suratnya berada dalam sebuah amplop putih polos yang diberi perangko dan alamatnya di tulis tangan, yang menurut Arin cukup familiar. Isinya adalah sebuah kertas yang dilipat tiga yang juga bertulisan tangan. Pesannya singkat saja, yaitu :
Aku sudah berhasil untuk memusnahkan ibumu, dan sekarang adalah giliranmu untuk menyusulnya ke alam baka. Hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum akhirnya aku bisa membalas dendamku padamu.
Setelah mengamati tulisan tangan itu selama beberapa saat, Arin merasakan kalau ada sesuatu yang dikenalinya. Butuh waktu beberapa saat sebelum akhirnya Arin menyadari bahwa dia tahu tulisan tangan siapa itu. Apalagi setelah melihat alamat yang ada di amplop, kini Arin tahu pasti siapa pengirimnya. Hal ini membuat Arin langsung saja berlari menuju ke kamarnya.
Setelah berada di kamarnya, Arin langsung mengambil ponselnya, dan dia menekan sebuah nomor. Arin tidak percaya akan apa yang sudah dilakukan oleh orang ini, karena kini dia meyakini apa yang mungkin saja terjadi pada ibunya disebabkan oleh orang ini. Pada deringan keempat, orang yang dihubungi langsung mengangkatnya. Arin menekan tombol speaker, sehingga bisa mendengar suaranya dengan jelas.
"Halo?" ujar Arin.
"Iya Rin, ada apa? Apa kamu butuh bantuanku?" tanya orang di seberang.
"Apa maksudmu mengirim surat ancaman ini?!"
"Memangnya aku ada kirim surat ya?"
"Lalu, tulisan tangan siapa ini, yang tiba - tiba saja muncul dalam bentuk surat yang dikirimkan padaku?! Kau kan yang mengirimkan pesan dengan nada ancaman kepadaku?! Aku tahu betul tulisan tanganmu, jadi aku yakin kalau kamu mengirimkan surat ini padaku!"
Keadaannya hening sejenak. Arin berusaha untuk menarik napas, agar dia bisa menenangkan dirinya. Tapi, setelahnya Arin malah mendengar suara tawa dari seberang panggilan itu. Hal ini membuat Arin gagal dalam menenangkan dirinya.
"Hahaha! Sudah kuduga kalau kamu bisa menebaknya, Arin ...."
"Oh? Jadi yang meracuni ibuku adalah kamu?! Pantas saja!"
"Kamu rupanya benar - benar mengautopsi jenazah ibumu ya? Insting yang hebat, kamu memang polisi yang cukup berbakat."
"Jadi, apa maksudmu dengan niat untuk membunuhnya?! Apa salah ibuku padamu?"
"Maksudku? Oh sayang, kamu terlalu polos sampai kamu tidak mengetahui apa yang membuatku melakukannya. Kau tidak tahu, sayang. Kau telah mengambil hal yang sangat berharga bagiku. Dan aku akan menghabisimu karena kamu telah mengambil sesuatu yang jadi hak milikku."
"Aku tidak pernah punya masalah denganmu selama ini kan? Lalu permainan macam apa sebenarnya yang sedang kau lakukan?!"
"Kau akan tahu segera, sayang. Datanglah tiga hari lagi, ke gedung yang ada di seberang SMP 15. Kau akan tahu kenapa, karena aku akan ceritakan kenyataan apa yang sebenarnya terjadi. Terserah kamu mau bawa teman - temanmu itu atau tidak. Karena toh mereka tidak penting bagiku."
"Oke! Aku akan datang!"
"Kamu boleh terdengar sangat kuat sekarang, tapi aku yakin nanti kamu akan menangis di lututku."
Sambungan telponnya tiba - tiba saja terputus. Kini, Arin sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya, dan siapa yang berniat untuk melukainya. Selain itu, Arin sudah tahu pasti apa yang harus di lakukannya. Arin tidak ingin kedengaran seperti pengecut, tapi dia tidak boleh melakukan hal ini sendirian. Arin harus bicara soal ini dengan teman - temannya besok. Atau mungkin saja Arin akan butuh saran Hendra juga nantinya. Pokoknya, Arin akan butuh bantuan orang lain soal masalah ini.
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top