Chapter 1 : Kunjungan Tengah Malam
Juni 2016
Saat itu sudah memasuki beberapa hari terakhir di bulan Juni. Lebih tepatnya, kira - kira seminggu setelah EG Group menangani bagaimana ribetnya kasus pembunuhan Rizky Alfian yang membawa mereka ke akhir cerita yang agak membingungkan. Malam itu sangat tenang, dengan angin malam yang dingin sekekali berhembus. Keheningan malam yang sangat menusuk dapat terasa di tengah suasana malam itu, membuat suasananya menjadi campuran antara ketenangan dan sedikit suasana horor.
Tiga pasang mata yang sedang berjaga di depan pos piket harus berusaha keras untuk tetap terbuka. Tugas piket malam bukanlah sesuatu yang berat, tetapi rasa kantuk adalah musuh terberat bagi siapapun yang mendapatkan tugas ini. Kali ini Yoshi, Pak Indra, dan Rendi sedang mendapat tugas kehormatan untuk berjaga di kantor mereka. Ketiganya berusaha untuk menahan rasa kantuk mereka dengan sekuat tenaga, demi melaksanakan tugas ini. Selama tugas malam ini, tidak akan ada sesuatu yang bisa membantu untuk menahan kantuk selain satu termos berisikan kopi hitam dan juga niat mulia untuk membuka mata sampai nanti subuh.
Walau begitu, sepertinya semua orang tahu kalau malam adalah waktunya para manusia untuk beristirahat. Apalagi ditambah dengan suasana malam yang tenang dan sunyi senyap, siapa sih yang tidak tergoda untuk tidur? Tidak akan ada sesuatu yang membuat mereka merasa tegang dan harus berjaga, jadi rasa kantuk membuai mereka.
Keadaan kantor polisi malam itu sangatlah tenang, tidak seperti kisah jaga malam yang horor seperti yang terjadi di Freddy Fazbear's Pizza yang ada di dalam game Five Nights at Freddy's. Rasanya mustahil kalau Freddy tiba - tiba muncul dari balik sel kantor polisi, seperti saat Freddy mengejutkan si tukang jaga malam dalam permainan itu. Kalau sampai itu terjadi, maka cerita ini akan berubah genre dan berpindah dunia dengan cara yang aneh. Walau sepertinya, persilangan antar dua dunia yang sangat berbeda akan jadi cerita yang cukup menarik untuk dibaca pada saat hening seperti ini.
Keadaan yang sunyi senyap dan menggoda mereka untuk tidur ini tentunya tidak boleh jadi halangan bagi tugas tiga pria dari EG Group ini. Untuk mengatasi rasa kantuk itu, ketiga pria ini mengobrol satu sama lainnya tentang apa saja yang mereka inginkan untuk bahas. Tapi, semakin larut malam, mereka mulai kehabiskan topik pembicaraan. Kini, mereka bertiga tidak bicara satu sama lain selama sejam terakhir, karena mereka sudah mulai merasa bosan dan berusaha untuk melawan rasa kantuk masing - masing. Bahkan kopi tidak begitu membantu bagi mereka bertiga di saat kritis seperti ini.
Entah berapa lama mereka bertiga terkantuk - kantuk, hingga akhirnya sebuah suara mendekat ke arah pos mereka, yang membuat ketiganya mencari dari mana asal suara itu. Ketika mereka melirik ke depan, ada sebuah sepeda motor yang membelok dan masuk ke area depan kantor mereka. Ketiganya terdiam sejenak, berusaha mengenali siapa yang datang.
Orang yang mengendarai sepeda motor itu memarkir kendaraannya di dekat pos jaga. Setelah dia mematikan kendaraannya, dia melepaskan helm yang dia kenakan. Orang ini memandang ke arah pos jaga, dan dia tersenyum. Senyuman ini membuat tiga orang yang ada di hadapannya itu agak kaget, sebelum akhirnya memandang satu sama lainnya.
Bahkan, Pak Indra yang nyaris saja tertidur terkejut saat mendengar kalau ada seseorang yang datang ke tempat mereka di malam hari begini. Beliau mengenal dengan baik siapa yang datang. Di dalam kepalanya, beliau bertanya apa yang sebenarnya terjadi sehingga makhluk yang satu ini bisa datang ke kantor mereka. Walau begitu, Pak Indra tidak terkejut karena kehadiran makhluk yang satu ini.
"Hendra?" tanya Pak Indra.
"Eh, rupanya ini orang masih berkeliaran? Ngapain coba ini makhluk datang ke sini di jam paling tidak wajar seperti ini?" ujar Yoshi.
"Ah, rupanya dia. Siapa lagi coba orang yang berani datang ke sini saat tengah malam selain Hendra? Apa lagi masalah yang kali ini dia bawa bersamanya?"
"Jadi Hendra memang sering ke sini saat jam segini? Tapi, aku tidak pernah menemuinya saat jaga malam sampai saat ini. Aku tak pernah melihatnya datang kalau malam hari," kata Rendi.
Pak Indra terkekeh, "Berarti kamu beruntung hari ini. Akhir - akhir ini sih dia jarang datang kemari saat jam segini. Yang sering itu beberapa tahun lalu, saat dia berurusan masih dengan The Gloody. Pokoknya, kadang dia mampir ke sini kalau sudah selesai dengan urusannya. Bahkan walau jam kunjungannya agak tidak wajar."
Pak Indra tidak kaget karena kedatangan pria yang satu itu. Meski begitu, beliau bisa merasakan kalau Hendra tentunya membawa sesuatu bersama kedatangannya. Bukan hal yang biasa kalau Hendra membawa masalah bersamanya, jadi kalau memang hal itu yang terjadi, Pak Indra sudah terbiasa. Tapi tetap saja, Pak Indra tidak tahu apa persisnya yang membawa Hendra kemari, dan beliau ingin tahu apa yang telah terjadi.
Hendra melepaskan helmnya, kemudian meletakkannya di kaca spion motornya. Kali ini, pria itu mengenakan celana jeans berwarna gelap dan sebuah jaket berwarna abu - abu yang menutupi kaus hitam yang dikenakannya. Dia juga membawa ransel birunya bersamanya. Hendra melangkah mendekat ke arah pos jaga itu, untuk menghampiri rekan - rekannya.
Hendra kelihatannya berada dalam keadaan yang baik, jadi Pak Indra bernapas lega karenanya. Tetapi, ketika Hendra mendekat, tiga orang di pos jaga itu dapat menyadari kalau jaket Hendra agak kotor karena beberapa noda dengan beberapa robekan di lengannya, dan rambutnya yang terlihat acak - acakan. Selain itu, celana jeans yang dia gunakan juga robek di beberapa bagian. Robeknya tidak terlalu parah, tapi bisa kelihatan sekali kalau robekannya tidak alami seperti pada celana jeans yang sering kali sengaja dibiarkan robek untuk alasan mode.
Penampilan Hendra yang agak tidak biasa ini membuat tiga orang yang ada di pos jaga itu mengerutkan kening mereka. Tentunya ini membuat mereka semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Sementara itu, Hendra melangkah mendekati meja piket dan menyapa tiga orang yang ada di sana.
"Halo semuanya~ wah, rupanya kalian ya yang sedang piket? Aku kira ada Trio Koplak yang jaga. Bagaimana keadaan kalian?" tanya Hendra.
"Yah, seperti yang kau lihat, kami semua baik - baik saja. Kami lumayan mengantuk, tapi masih dalam keadaan utuh," sahut Yoshi.
Hendra tersenyum, lalu duduk di sebelah Pak Indra. Dia mengeluarkan beberapa benda dari dalam tasnya. Benda yang dia keluarkan adalah satu paket kecil berisi tisu, botol kecil berisi cairan antiseptik dan beberapa buah plester luka. Saat itulah mereka baru menyadari kalau ada beberapa luka gores di tangan Hendra. Si pria melepaskan jaketnya, dan memperlihatkan beberapa luka gores di lengannya.
"Kali ini kau terlibat dalam petualangan macam apa sih Ndra?" tanya Pak Indra.
Hendra terkekeh, "Tenang, yang ini tidak terlalu berbahaya kok. Aku saja yang agak bego, makanya aku jatuh ke tempat yang terdapat banyak sekali ranting dan semak - semak. Kalau aku ceritakan, sepertinya ini akan jadi dongeng pengatar tidur yang membosankan untuk kalian. Tapi kalau kalian mau, aku masih cukup bersemangat untuk menceritakan semuanya," jawab Hendra.
"Kurasa kami tidak akan keberatan. Ceritamu biasanya selalu menarik, apalagi jika kamu datang di jam yang tidak wajar seperti ini. Nah, sekarang ceritakanlah apa saja yang baru kau alami."
Hendra tersenyum, kemudian dia mengangguk. Sementara itu, Rendi mengambil sebuah termos berwarna biru yang terletak di dekat kakinya. Dia menuangkan kopi hitam panas yang terdapat di dalamnya ke tiga gelas yang ada di hadapan teman - temannya. Hendra sendiri menolak tawaran kopi dari Rendi, karena dia berkata kalau setelah dari sini dia akan pulang dan tidur, jadi dia tidak akan membutuhkannya. Sambil mengobati goresan yang dia terima, Hendra mulai bercerita tentang apa yang terjadi.
"Kalau kalian mau tahu, petualanganku malam ini tidaklah berbahaya seperti apa yang terakhir kali kita alami. Aku hanya menyelinap ke tempat yang agak berantakan, dan karena aku tidak ingin orang lain tahu akan keberadaanku, aku tidak menyalakan senterku. Karena itulah, aku tidak bisa melihat dengan jelas dalam kegelapan dan harus menghadapi tumpukan ranting yang cukup tajam dan beberapa semak berduri," kata Hendra, sambil membubuhkan sedikit antiseptik pada lukanya yang membuatnya agak meringis.
"Sepertinya petualanganmu kali ini lumayan seru, sampai tanganmu tergores begitu. Celanamu juga robek karenanya. Memang kamu kemana saja?" tanya Yoshi.
"Kuakui kalau kejadiannya lumayan asyik. Aku baru saja dari pinggiran kota, dan aku mendapatkan beberapa goresan karena mengunjungi beberapa tempat yang agak berantakan. Tapi, sepertinya kalian sudah bisa tebak kalau aku baru saja melakukan penyelidikan,"
"Penyelidikan? Malam - malam begini?" tanya Rendi.
"Tentu saja. Kegiatan di Underground dimulai pada malam hari, jadi aku juga harus menyelidikinya di malam hari, agar aku bisa bertemu dengan beberapa informanku yang ada di bawah tanah."
"Kau tengah mengurus klien ya?" tanya Pak Indra.
"Tunggu dulu, memangnya Hendra menerima klien ya?" tanya Rendi, dengan sebuah ekspresi kebingungan.
Hendra tersenyum ketika mendengar perkataan Rendi tadi. Kadang Hendra lupa, kalau Rendi belum genap satu tahun bergabung dengan EG Group. Ada banyak sekali hal yang Rendi belum tahu tentang Hendra, terutama soal pekerjaan sampingannya yang tidak biasa. Hendra juga biasanya tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan semua hal tentang dirinya pada Rendi dan juga Arin, yang belum mengenal Hendra seperti empat orang yang lainnya. Mungkin lain kali Hendra harus meluangkan dirinya untuk menceritakan tentang siapa dirinya kepada dua orang itu.
"Oh iya, sepertinya aku belum cerita ya? Kurasa kamu harus tahu soal ini. Tapi ya, aku juga menerima klien. Aku tidak hanya bergerak untuk mengurus Underground saja kok, karena beberapa orang di kota tahu kalau aku adalah seorang penyidik mandiri yang kompeten. Karena aku bergerak secara mandiri, biasanya aku dimintai tolong untuk menyelidiki masalah yang sensitif, seperti skandal keluarga atau berurusan dengan orang - orang yang punya status tertentu. Mereka akan datang sendiri padaku, entah mereka tahu soal aku dari rekan mereka yang sudah aku tolong, atau karena kakekku. Lalu seperti yang kamu tahu, kadang aku juga membantu kepolisian untuk menghadapi kasus yang sangat sulit, dan mungkin juga sensitif. Kadang kepolisian perlu seorang penyidik yang bisa menyusup kemana saja. Biasanya sih, kalau ada kasus yang sudah dirasa buntu, Pak Indra akan memanggilku untuk membantu, atas izin para atasan, tentunya."
Rendi terdiam selama beberapa saat, kemudian mengangguk. Dia memang sudah mendengar kalau Hendra sering membantu dalam berbagai kasus, tapi tentu saja Rendi masih belum tahu banyak hal soal Hendra. Sepertinya cerita hidup pria yang satu ini cocok dijadikan sebuah buku, karena Rendi bisa meyakini kalau ada banyak sekali cerita menarik yang dimiliki oleh Hendra. Penuturan sang pria soal pekerjaan sampingan Hendra tadi tentu saja membuat Rendi semakin tertarik, dan menambah daftar hal yang tidak biasa dari Hendra.
"Wah, sangat Sherlock sekali~ jadi, kau semacam detektif konsultan begitu ya?"
"Bisa dibilang? Tapi aku lebih suka menyebut diriku sendiri sebagai detektif Underground. Karena memang aku adalah spesialis penyidik kejahatan bawah tanah."
Rendi mengangguk, "Baiklah, aku rasa aku sudah dapat garis besar dari pekerjaanmu. Lebih baik kamu lanjutkan ceritamu deh."
Hendra mengangguk. Sambil masih mengobati beberapa goresan yang ada di lengannya, Hendra memulai ceritanya. Ketiga rekannya menyimak cerita itu, sambil sekekali meminum kopi yang ada di hadapan mereka.
"Oke. Jadi begini. Sebagai latar belakang, aku melakukan penyelidikan ini karena kehendakku sendiri. Bukan karena klien atau orang lain, tapi karena aku memang ingin mencari tahu apa saja yang sudah terjadi di Underground. Terutama setelah aku bisa menghancurkan The Hunterz. Jadi, tadi aku jalan - jalan sebentar dan mencari kabar terbaru," tutur Hendra.
"Seperti yang kalian tahu, kita baru - baru ini sudah meruntuhkan kekuasaan dari The Hunterz. Kelompok ini lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok lainnya, tapi tentunya ini membuat kehebohan. Walau begitu, runtuhnya The Hunterz seharusnya tidak jadi halangan bagi mereka untuk tetap menjalankan kejahatan. Tapi, selama beberapa minggu ini aku mengamati perkembangan mereka, aku merasa kalau mereka kini mulai berani memunculkan batang hidungnya di kota, atau ada juga beberapa bisnis mereka yang sudah ketahuan."
"Misalnya, seperti berita hangat akhir - akhir ini. Kita tentunya mengetahui bahwa akhir - akhir ini kepolisian tengah dengan gencar melakukan penyelidikan terhadap peredaran narkoba yang entah kenapa semakin marak. Awalnya sih, tidak ada yang curiga soal perdagangan narkoba di Inkuria, karena memang bisnis ini diatur dengan sangat rapi oleh Underground. Tapi, kecurigaan polisi mulai merebak karena penemuan mereka akhir - akhir ini."
"Di mulai dari penemuan hampir satu kontainer berisi mariyuana oleh para petugas bea cukai. Disinyalir, barang haram ini berasal dari pulau Jawa. Lalu disusul dengan penemuan ladang ganja di sudut kota. Diikuti dengan penggerebekan para PNS yang tengah pesta ekstasi di sebuah hotel. Kemudian, kalian tentunya tahu kalau kemarin ada lagi satu kejadian, yaitu penemuan sebuah rumah yang dijadikan gudang narkoba yang letaknya sekitar lima kilometer dari tempat ladang ganja yang sudah ditemukan tadi."
Ketiga polisi ini saling memandang satu sama lainnya. Mereka mengerti apa yang dimaksud oleh Hendra, karena topik soal peredaran narkoba ini sudah jadi pembicaraan di seantero kantor mereka. Para atasan sudah memutuskan kalau mereka akan melakukan penyelidikan akan masalah yang satu ini. Tentu saja mereka kini jadi penasaran penyelidikan macam apa yang Hendra lakukan soal masalah ini.
"Kalau masalah itu, tentu saja kami tahu. Sekarang memang sedang gencar penyelidikan soal peredaran narkoba itu. Ada beberapa tim yang sedang mencari para buronan yang masih belum ditemukan. Jadi, kenapa kau melakukan penyelidikan sendiri soal itu?" tanya Yoshi.
"Karena aku tahu kalau ini masih ada hubungannya dengan Underground. Jadi begini, kan kalian bisa mendapatkan semua bukti itu karena melakukan beberapa penggeledahan, kan? Nah, penggeledahan itu bisa teradi karena ada beberapa bandar yang tertangkap dan terpaksa mengaku. Bagaimana bisa mereka tertangkap? Karena aku meminta bantuan pada beberapa orang untuk menjebak mereka, yang kalian ketahui sebagai beberapa informan yang ada di bawah suruhanku," sahut Hendra.
"Ah! Jadi para informan rahasia itu bekerja untukmu?" tanya Rendi.
"Tidak juga sih. Mereka semua agen dari kepolisian dan badan yang berwenang kok. Cuma, aku meminta beberapa di antara mereka untuk mengikuti jejak yang aku berikan atau orang - orang yang dicurigai. Karena itulah mereka bisa mendapatkan semua penemuan itu."
"Jadi, kau tahu kalau ini adalah ulah dari Underground?" tanya Pak Indra.
Hendra mengangguk, "Aku tahu kelompok mana dan siapa saja yang bisa membuat dan memasarkan benda haram yang bernama narkoba di bawah sana. Sudah lumayan lama aku mencurigai tindakan mereka di Inkuria, terutama soal ladang ganja itu. Ladang ganja dan gudangnya itu tidak terlalu jauh, yang mungkin bukanlah hal yang aneh bagi kalian. Tapi, satu hal aneh yang aku ketahui adalah, di dekat gudang narkoba itu ada sebuah pintu menuju ke bawah tanah. Kurasa itu bukan kebetulan karena di sana ada pintu untuk menuju ke blok 6, tempat di mana Underground memasarkan narkoba yang sudah mereka buat, dan ada juga beberapa tempat pembuatannya di sana."
"Kalau begitu, sepertinya mereka membawa apa yang mereka produksi ke Inkuria melalui pintu itu dan meletakkannya di gudang itu?" tanya Rendi.
"Tepat sekali. Coba pikir deh, yang kalian temukan di dekat gudang itu adalah sebuah ladang ganja, kan? Tapi, kenapa bisa pihak kepolisian mengatakan kepada masyarakat dan media massa bahwa ditemukan berbagai macam jenis narkoba di gudang itu? Bukankah mungkin saja kalau ini adalah ulah para bandar yang ada di blok 6 untuk mengedarkan dagangan mereka? Memang, keduanya sudah ditemukan oleh kepolisian, tapi aku melakukan penyelidikan lanjutan sendiri soal itu."
"Hmm, begitu. Aku memang tidak tahu banyak soal perkembangan yang ada di Underground, tapi jika aku jadi kau, aku pasti akan merasakan kecenderungan yang sama," ujar Pak Indra.
"Karena itulah aku melakukan penyelidikan sendiri. Tadi, aku habis jalan - jalan di blok 6. Aku tahu Pak Indra mungkin akan menabokku karena hal ini, tapi tadi aku habis menyusup dan mengunjungi rumah yang dijadikan gudang narkoba itu. Kalau kamu belum tahu Ren, di Inkuria, ada 11 gerbang yang menghubungkan antara Underground dan kota. Salah satu dari gerbang itu berada di daerah pembuangan barang bekas yang ada tepat di belakang rumah yang dijadikan gudang narkoba itu. Gerbangnya sendiri langsung terhubung ke blok 6."
Pak Indra menatap Hendra dengan tajam. Perkataannya tadi tentu saja hampir membuat Pak Indra langsung ingin untuk menabok Hendra. Ya siapa yang tahu kalau Hendra menyusup ke tempat yang diawasi oleh para polisi itu? Pak Indra tahu kalau itu memang sudah pekerjaan Hendra untuk menyusup dan lain sebagainya, tapi tempat yang kali ini dia datangi adalah tempat yang diawasi oleh para polisi.
Untungnya, Hendra tidak mendapat tabokan dari Pak Indra. Sebagai gantinya, sang kepala divisi itu menoyor kepala Hendra, yang membuat korbannya tertawa. Hendra tahu kalau Pak Indra akan protes akan kelakuannya yang agak ekstrim itu, tapi beliau tidak akan pernah marah karenanya.
"Kamu ini, kebiasaan. Kalau kamu memang mau melihat - lihat ke dalam rumah itu, kurasa kamu bisa minta izin dulu, kan?" tanya Pak Indra.
Hendra terkekeh, "Ah, saya malas. Saya cuma lihat sebentar kok. Setelah lihat, aku langsung menuju ke gerbang yang ada di sana,"
"Loh, bukannya di belakang rumahmu ada satu gerbang yang langsung menuju ke blok 17 ya? Yang sengaja dibuat oleh keluargamu?" tanya Yoshi.
Rendi yang tidak begitu tahu akan gerbang mana saja yang ada di Inkuria hanya terdiam dan menyimak pembicaraan mereka. Sementara itu, kini Pak Indra memandang Hendra dengan sebuah senyuman penuh pengertian.
"Pantas saja kau tidak pernah mau pindah dari rumah keluargamu itu. Ternyata ada sesuatu yang spesial dari rumahmu," kata Pak Indra.
Hendra tersenyum, "Yah, begitulah. Tapi kalau kamu tanya kenapa, Yo, aku malas kalau harus berjalan menyusuri sebelas blok dari rumahku ke blok 6 secara bolak - balik. Jaraknya lumayan jauh, tahu. Selain itu, aku ingin memastikan bagaimana keadaan gudangnya serta apakah kaitannya memang benar, jadi aku sengaja datang ke sana. Toh, aku kemarin sudah jalan - jalan ke blok 13, jadi kali ini aku memutuskan untuk langsung ke gerbangnya saja. Gudang yang mereka miliki cukup menarik, sebuah rumah kayu tua yang sudah ditinggalkan oleh pemiliknya dan dianggap angker oleh banyak orang," ujar Hendra.
Pak Indra mengangguk, "Jadi, apa saja yang kamu dapatkan dalam penyelidikanmu?"
"Hal yang pasti bisa kalian lihat adalah semua goresan yang ada di badanku ini. Seperti yang kubilang tadi, aku mendapatkannya saat aku berurusan dengan beberapa ranting dan semak. Aku bersembunyi dari beberapa petugas yang berjaga saat berusaha menuju ke pintu itu. Tapi selain itu, ada banyak hal menarik yang aku dapatkan. Satu hal utama dari para pengedar di Underground adalah, mereka sedang sibuk membicarakan cara apa yang bisa mereka gunakan untuk mengedarkan barang dagangan mereka dengan lebih aman karena gudang yang ada sudah diketahui oleh kepolisian. Aku juga mengorek beberapa informasi dan berbicara dengan para bandar. Mereka kini sedang ribut bersembunyi dari kejaran polisi."
"Kamu bicara dengan para bandar? Bukannya baru - baru ini kamu terlibat dalam menghancurkan salah satu kelompok mereka? Apa mereka tidak mengetahui itu kamu?" tanya Rendi.
Hendra terkekeh. Kalau mau jujur, Hendra sendiri tidak tahu bagaimana caranya dia bisa tidak diketahui oleh orang lain. Hendra tentunya bukan ahli menyamar yang ulung, tapi ya, dia sudah berusaha. Mungkin dia beruntung, atau bisa saja dia bisa memilih momen yang tepat kapan saatnya dia harus muncul atau menghilang.
"Eh, kalau soal itu, agak susah menjelaskannya. Jadi begini, di Underground, identitas aslimu tidak penting. Hanya pihak dari kelompok - kelompok besar Underground saja yang tahu siapa aku persisnya. Sementara itu, orang lainnya tidak begitu tahu. Selama kau punya uang, maka informasi akan mengalir dengan mudah. Para informan itu tidak akan menanyakan apapun soal dirimu, jadi tidak masalah. Selama kau bisa bertingkah sebagai orang jahat dengan baik, maka kau akan aman. Lagi, aku sudah dengan sengaja meluangkan waktu selama beberapa saat untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Jadi ... kau tidak perlu khawatir soal itu."
"Selain itu, entah bagaimana orang yang satu ini cukup beruntung dalam pekerjaan yang berbahaya seperti ini. Salut juga karena ini anak masih bisa hidup setelah lebih dari 16 tahun bertualang dalam bahaya seperti ini," kata Pak Indra.
Hendra terkekeh, "Ah, kalau soal itu, entahlah. Heran juga kenapa Tuhan masih membiarkanku hidup. Mungkin apa yang aku lakukan ini cukup baik, sehingga Tuhan ingin aku menyelesaikan misi hidupku ini. Atau bisa saja Tuhan sudah merencanakan sesuatu yang lainnya untukku, aku tidak tahu. Oh iya, selain itu, di Underground mereka lebih suka memanggil seseorang mengenakan julukan, inisial atau nama kecil. Kalau di Underground, aku sering kali mengenakan jaket hoodie, jadi banyak yang memanggilku "Hoodie Man". Beberapa orang yang cukup mengenalku biasanya akan memanggilku dengan sebutan "Hein". Nama Wardana sudah jadi musuh bagi Underground, tapi untung juga karena tidak banyak orang di Underground yang tahu akan siapa nama depanku."
"Jadi, intinya kamu dikenal karena usahamu untuk menjatuhkan Underground, tapi orang - orang di sana sebenarnya tidak begitu tahu siapa kamu?" tanya Rendi.
"Yah, mudahnya mungkin begitu. Tapi, aku bisa ceritakan soal itu lebih lanjutnya lain kali. Jadi, selama penelusuranku ini, aku menemukan banyak sekali hal yang menarik."
"Yang pertama dan mungkin kalian sudah tahu adalah, aku tengah jadi perbincangan di kalangan pemuka kelompok Underground. The Hunterz mungkin bukan kelompok yang besar, tapi mereka cukup penting keadaannya. Semalam, aku meyusup ke markas para pemuka di Underground, dan menemukan kalau mereka tengah melakukan rapat yang membahas soal peredaran narkoba dan bagaimana caranya agar bisa memusnahkanku. Jadi yah, keadaan di Underground cukup panas akhir - akhir ini. Mereka tentunya kesal karena aku berulah lagi," tutur Hendra.
"Setelah aku berhasil menyusup, aku menemui beberapa informanku. Aku terlibat berbagai perbincangan dengan para bandar yang ada, dan aku mendengar banyak hal remeh dan juga informasi yang berarti. Berita buruknya, mereka akan memindahkan distribusi mereka ke pintu masuk yang lainnya. Hanya saja, mereka belum tahu pintu mana yang akan mereka pilih, karena mereka masih menunggu perintah dari bos besar mereka. Aku bisa menyusun spekulasi, tapi tentunya aku tidak akan tahu mana yang benar. Nanti kalau aku sudah mendapatkan informasi lebih lanjut, akan aku beritahu di mana lokasi yang akan jadi pilihan mereka. Jadi, bersiaplah untuk hal itu."
"Setelah selesai mengobrol dengan mereka, aku kembali ke Inkuria, dan menuju ke daerah hutan bambu yang ada di belakang Sekolah San Rio. Aku masuk ke gerbang lain yang ada di sana, yaitu gerbang menuju ke blok 13. Nah Ren, seperti yang tadi mungkin sudah kusinggung, setiap blok punya spesialis kejahatan apa yang mereka jalankan. Untuk blok 13, ini sebenarnya digunakan sebagai tempat tinggal dan penyewaan beberapa kamar untuk tinggal. Selain itu, ada beberapa bar di sana, dan tempat ini dipenuhi dengan informan yang menjual belikan informasi apapun yang kamu inginkan."
"Kalau kau baru pertama kali berada di Underground, mungkin akan agak sulit untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dengan harga yang sepadan. Tapi, aku sudah cukup lama berkutat di sana, jadi aku tahu apa saja yang harus kulakukan. Aku tidak perlu bersusah payah untuk membeli untuk informasi yang aku inginkan. Aku cukup mengunjungi "Ricchie's Bar", dan aku bisa mendapatkan semuanya dengan gratis. Karena pemilik bar itu, Ricchie, adalah informan kepercayaanku dan juga pengumpul informasi paling lengkap di seisi Underground. Dia punya telinga yang sangat tajam dan info yang akurat, dan dia memberikannya spesial padaku secara cuma - cuma. Sejak awal menyelidiki soal Underground, aku memang disarankan kakekku untuk menemui orang ini, dan aku berusaha mendekati Ricchie sejak awal agar dia bisa percaya padaku dan memberikanku informasi. Untungnya, Ricchie ini sebenarnya orang baik, jadi aku bisa mendapatkan informasi darinya dengan mudah."
"Sesampainya aku di Ricchie's Bar, keadaannya sepi karena semua orang di Underground tengah sibuk "bekerja" pada malam hari, yang membuatku bisa dengan leluasa bicara dengan Ricchie. Aku duduk di hadapan meja bartender, dan bercakap dengan Ricchie mengenai informasi terkini yang terjadi di Underground ditemani dengan milkshake vanila racikannya yang menurutku adalah milkshake terbaik di Inkuria. Yah, walau tempat bisnis yang dijalankan oleh informanku ini adalah sebuah bar, Ricchie tetap menyediakan beberapa minuman tidak beralkohol, karena dia tahu tidak semu orang suka untuk mabuk - mabukan. Ricchie sendiri termasuk salah satunya, meski dia memang pintar meracik minuman dan apa yang dia buat biasanya memang enak. Aku berbasa - basi sejenak dengan Ricchie, kemudian aku menanyakan apa yang ingin aku tanyakan."
"Ricchie membenarkan kalau memang distribusi narkoba dari Underground akan segera dipindahkan tempatnya. Kata Ricchie, si pemimpin kelompok pengedar narkoba ini masih belum memutuskan kemana tempat baru ini nantinya. Tapi kemungkinan, besok mereka akan tahu tempat baru ini. Jadi, para bandar itu tidak berbohong padaku. Aku juga sudah mengantongi nama siapa saja buronan yang belum tertangkap beserta lokasi di mana mereka bisa ditemukan. Aku harus meneruskan informasi soal itu pada para penyidik yang mengurus kasus ini nantinya."
"Sepertinya kamu sudah melakukan banyak sekali penyelidikan akan apa yang terjadi ya? Bahkan kamu bisa tahu semua hal terlebih dahulu daripada orang lain saat kasus kemarin. Tidak heran kalau ada banyak orang yang meminta saran atau bantuan padamu," kata Rendi.
"Hendra akan terus melakukan penyelidikannya sendiri, makanya dia sering kali menghilang kalau dibutuhkan, kayak Avatar," sahut Yoshi, lalu terkekeh.
"Yah, Hendra memang kadang menyebalkan, tapi dia melakukan pekerjaan yang hebat. Lain kali, kamu mungkin bisa dengar cerita lengkapnya," ujar Pak Indra.
"Ah, tidak juga. Aku hanya meneruskan pekerjaan kakekku yang belum selesai, dan berusaha jadi warga kota Inkuria yang baik dengan menegakkan kebenaran. Intinya, kita tahu kalau peredaran narkoba dari Underground sudah mulai terkespos. Aku tentunya sudah tahu kelompok Underground mana yang ambil andil dalam kasus ini. Aku sudah dapat semua yang aku butuhkan, dan aku rasa mereka akan bisa dibekuk tidak lama lagi. Semoga saja para agen yang bertugas dalam masalah ini bisa menanganinya dengan cepat. Sepertinya hanya tinggal tunggu waktu saja untuk menghancurkan mereka," kata Hendra.
"Kedengarannya sangat sederhana. Tapi kenapa kamu memilih untuk mengurus soal kelompok yang mengedarkan narkoba terlebih dahulu? Bukannya masih ada beberapa kelompok Underground lainnya yang lebih besar ya?" tanya Pak Indra.
"Kedengarannya memang sederhana, tapi perjuangannya berat. Baru dua dari seluruh kelompok di Underground yang berhasil dilumpuhkan. Ada banyak sekali pengamatan dan penyidikan yang perlu dilakukan dalam masalah ini. Aku hanya sendirian, sementara mereka banyak, ya meski kadang aku mendapatkan bantuan dari kepolisian. Jadi semuanya tidak sesederhana itu. Aku sudah mengamati mereka semua sejak lama. Lalu kenapa aku memilih untuk mengurus soal peredaran narkoba terlebih dahulu, ya karena mereka sudah terekspos keberadaannya. Akan lebih mudah jika mereka yang dilumpuhkan terlebih dahulu. Selain itu, ada beberapa keuntungan tersendiri kalau kelompok pengedar narkoba ini yang duluan yang diruntuhkan."
"Memang apa keuntungannya kalau kelompok ini yang jatuh duluan? Apa mereka memegang peranan tertentu?" tanya Rendi.
Hendra tersenyum, "Tentunya. Underground punya perputaran ekonomi yang fantastis. Dari semua bisnis yang ada di sana, perdagangan narkoba mendapatkan posisi pertama, diikuti dengan bisnis prostitusi yang menghasilkan uang juga dalam jumlah banyak. Jadi, bisa bayangkan sendiri kan bagaimana kalau ekonomi mereka terganggu? Akan ada banyak sektor lainnya yang terganggu. Satu kontainer mariyuana yang ada di bea cukai itu bisa menghasilkan banyak sekali uang kalau sampai tidak ada yang tahu. Kalau keuangan mereka terganggu, maka yang lainnya akan goyah. Mungkin saja nantinya masih akan ada beberapa pengedar atau produsen yang bisa bertahan, tapi aku sudah memikirkan bagaimana cara membereskan mereka nantinya. Kalau Underground sudah agak goyah dan terpancing karena apa yang aku lakukan, maka mereka akan lebih mudah untuk dikalahkah. Aku ingin menamatkan riwayat kelompok yang punya pengaruh ekonomi terlebih dulu, karena kelompok yang lebih besar akan sulit untuk dikalahkan."
"Ah iya, kamu ada bilang kalau The Hunterz adalah kelompok yang cukup kecil. Tapi kamu memutuskan untuk membereskan mereka duluan. Tapi kenapa mereka bisa jadi kelompok yang menurutmu berpengaruh?" tanya Yoshi.
"Karena apa saja kebijakan yang dibuat di Underground, semuanya akan melalui pertimbangan The Hunterz. Mereka adalah mahkamah tertinggi yang dimiliki oleh Underground. Mereka memegang hidup dan mati banyak sekali orang yang berurusan dengan Underground. Toh, kan mereka tidak butuh begitu banyak orang untuk dijadikan pengadil yang menakutkan, iya kan? Nah, itu yang ada di dalam The Hunterz. Anggota mereka tidaklah banyak, tapi semua orang di sana lebih sadis dari makhluk apapun yang ada di muka bumi ini. Banyak di antara mereka juga cukup cerdas dalam membuat keputusan. Makanya mereka sangat berpengaruh. Hanya saja, tindakan terakhir mereka agak tergesa - gesa sesaat sebelum keruntuhan mereka, mungkin karena Heinrich tidak ingin melawanku lebih lanjut lagi."
"Rupanya mereka kelompok yang sangat mengerikan. Tidak salah kalau kamu mau membereskan mereka terlebih dahulu," ujar Rendi.
"Begitulah. Mereka agak sulit ditangani, dan aku senang karena tidak perlu berurusan dengan mereka. Sebelum bertemu dengan Heinrich, aku sering kali diganggu oleh orang - orangnya, kalau kalian belum tahu. Jadi yah, sekarang tidak akan ada terlalu banyak halangan untukku. Kini, kita akan berurusan dengan kelompok lainnya yang tidak kalah menyusahkannya. Kuharap kalian bisa bersiap kalau - kalau aku butuh bantuan kalian."
Pak Indra tersenyum. Beliau tahu kalau Hendra kini sudah berubah jauh dari saat dia masih lebih muda. Kini, dia sudah menyadari kalau ada orang - orang yang sepaham dengannya bahwa kejahatan bawah tanah di kota Inkuria harus segera diakhiri. Hendra menjadi lebih bijak dalam tindakannya, dan tidak lagi segan meminta bantuan orang lain. Mungkin saja, kini Hendra akan bisa menyelesaikan masalahnya lebih cepat daripada apa yang dia kira.
"Terima kasih atas peringatannya, Ndra. Kau bisa hubungi kami kalau kamu memang butuh bantuan," kata Pak Indra, lalu menepuk bahu Hendra.
Hendra tersenyum, merasa bersyukur karena dia memiliki teman - teman seperti EG Group. Kini, dia bisa merasa lebih yakin dengan adanya orang lain yang mau membantunya. Kehancuran Underground sepertinya sudah dekat, dan perjuangan Hendra akan terbayarkan sebentar lagi.
"Sepertinya akan seru dan ricuh deh kejadiannya," ujar Rendi.
"Kalau itu sepertinya tidak perlu ditanyakan lagi. Hendra akan selalu membawa kericuhan bersamanya. Tapi Ndra, apa nama kelompok Underground yang menyebarkan narkoba ini, kalau aku boleh tahu?" tanya Yoshi.
Hendra menepuk jidatnya. Dia hampir saja lupa mengatakan soal hal itu. Pak Indra hanya bisa menggeleng ketika melihat kebiasaan pelupa akut milik Hendra ini kambuh, dan Yoshi hanya bisa terkekeh. Yah, sehebat - hebatnya seseorang, pasti ada juga kan sisi begonya? Hendra tentunya tidak luput dari kecacatan ini.
"Ah iya, hampir saja aku lupa! Kelompok yang mengedarkan narkoba ini bernama The Spiders," jawab Hendra.
"Laba - laba? Apakah mereka memilih nama ini karena jaringan mereka yang besar seperti sarang laba - laba?" tanya Pak Indra.
"Yah, memang itulah asal namanya. Kalian masih ada pertanyaan lagi?"
"Sepertinya tidak? Kamu tentunya akan memberikan informasi lebih lanjut lagi nantinya, kan?"
Hendra mengangguk, "Tentu saja, kalian akan kukabari kalau ada apa - apa. Jadi, tetaplah berjaga kalau - kalau aku membutuhkan kalian. Kalau kalian sudah paham sampai mana masalahnya, aku akan pulang pulang sekarang. Sudah hampir jam dua malam, dan jam 10 pagi aku harus ke sekolah. Aku tidak mengajar lagi, tapi masih ada acara classmeeting dan aku harus tetap datang untuk absen."
Ketiga polisi itu memaklumi kalau Hendra memang harus pergi. Pria ini punya banyak sekali kesibukan, dan seharusnya mereka tidak menahannya lebih lama lagi. Hendra juga sudah selesai mengobati goresan yang dia dapatkan, jadi dia mengemasi barangnya kemudian berpamitan dengan tiga temannya. Mereka saling bertukar salam perpisahan, sebelum akhirnya Hendra berdiri dari posisi duduknya.
Setelah berdiri dan mengucapkan salam terakhirnya, Hendra langsung saja menuju ke tempat di mana motornya di parkir. Hendra mengenakan helmnya lalu menyalakan mesin motornya. Beberapa saat kemudian, Hendra sudah menghilang dalam keheningan malam.
Pak Indra, Yoshi dan Rendi menatap kepergian Hendra, sampai dia menghilang dari pandangan. Mereka tentunya tidak menyangka kalau Hendra akan datang malam ini, apalagi dengan membawa cerita semacam itu. Tapi, namanya juga Hendra, ada banyak sekali hal tidak terduga tentang dirinya. Pak Indra mengehela napasnya, kemudian tersenyum kepada dia yuniornya.
"Yah, sepertinya kisah jaga malam kita kali ini cukup menarik dengan adanya kedatangan si Hendra. Kalau mau jujur, saya tidak pernah tahu apakah kedatangan Hendra pada kita itu adalah sebuah pertanda baik atau buruk. Tapi satu hal yang aku tahu setelah sekian lama berteman dengan Hendra adalah, jika dia datang, maka kita akan memiliki sebuah kasus untuk diselidiki, atau ada sebuah masalah tidak biasa yang akan kita hadapi," ujar Pak Indra, lalu beliau menyeruput kopinya.
Yoshi terkekeh, "Saya sepertinya harus setuju sama perkataan bapak itu. Sebagai sepupunya, saya juga merasa akan ada sesuatu yang akan terjadi," sahut Yoshi.
Hendra mungkin sudah pergi, tapi dia masih menyisakan satu hal yang membuat tiga pria dari EG Group ini penasaran. Mungkin hal ini akan membuat mereka bertiga terjaga dalam sisa tugas mereka. Atau, bisa saja mereka jadi bosan karena memikirannya dan kembali ke keadaan awal sebelum Hendra datang. Siapa yang tahu?
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top