Chapter 8 : Rencana B
Seminggu telah berlalu semenjak penemuan Levitator itu. Setelah memikirkan selama beberapa hari, akhirnya disepakati kalau mereka akan mencoba cara yang disarankan oleh Sherlina. Awalnya, mereka agak ragu. Tapi mereka ingin mencoba mengetahui bagaimana ceritanya kalau mereka menginspeksi kotak milik Jamie itu.
Hal ini sebenarnya diragukan keberhasilannya. Tapi mereka setidaknya ingin melihat apa yang sebenarnya dimiliki oleh Jamie. Jadi, mereka merencanakan sebuah "skenario kecil" untuk ide yang penuh resiko itu.
Sebelumnya, Azka sudah memastikan kalau Jamie membawa kotak yang mereka incar bersamanya. Setelahnya, giliran Rista dan Sherlina yang beraksi, dengan cara yang paling klasik.
"Rista, bisa kamu ambilkan kacamata saya? Tadi saya meninggalkannya di kelas kalian," ujar Pak Indra, saat pelajaran Penjaskes sedang berlangsung di gedung serbaguna SMP 7.
"Oh, bisa pak! Bapak taruhnya di mana ya?" tanya Rista.
"Wah, sebenarnya saya lupa sih. Kalau tidak salah ya saya taruh di meja guru di kelas kalian, di atas buku absen. Kalau tidak ada, berarti masih ada di ruang guru, di meja saya. Kamu ambilkan ya?"
"Waduh, bisa ya bapak lupa begitu? Ya sudah deh, saya carikan sekarang ya."
Rista berdiri dari posisi duduknya. Tapi sebelum dia beranjak, seseorang menarik lengannya. Dia adalah Naomi, yang tadi duduk di sebelah Rista.
"Eh, sekalian aku titip dong, ambilin botol minuman yang ada di tasku," kata Naomi.
"Yaelah, pakai nitip segala," celetuk Sherlina, lalu terkekeh.
"Udaaah, kalau gitu mending lu sekalian ikut dah!" ujar Rista, lalu menarik lengan Sherlina.
"Eh, jangan tarik gua woy!"
"Saya bawa Sherlin sekalian ya pak?"
"Yah, bolehlah. Tapi jangan kelamaan kalian!" sahut Pak Indra.
Sherlina yang paham akan kode sang guru langsung saja berdiri. Kedua anak itu langsung kabur dari ruang serbaguna, sebelum ada yang bisa protes. Mereka segera ke kelas secepat yang mereka bisa.
"Naomi tadi agak menyusahkan, tapi itu justru memberi kita alasan untuk lebih lama berada di kelas," ujar Sherlina.
"Makanya, bersyukurlah! Ayo, Pak Hein pasti sudah menunggu kita, kan?" sahut Rista.
Inilah rencana mereka. Levitator dan Hendra akan membangun sebuah alibi. Kalau Jamie melihat kotaknya hilang, dia pasti akan segera menuduh Sherlina dan Rista. Tapi, keduanya akan punya alibi dari Hendra, karena dia akan bersaksi bahwa dia melihat kedua muridnya, dan mengawasi apa yang mereka lakukan. Kedua anak ini juga tidak akan membawa kotak itu, karena Hendra yang akan menyimpannya. Jadi Jamie tidak akan tahu kemana kotak itu pergi, dan mungkin dia akan menuduh anak yang paling pertama masuk ke dalam kelas.
Ketika Sherlina dan Rista sampai di depan kelas mereka, Hendra sudah ada di depannya. Tapi dia terlihat sedang mengamati pintu kelas dari celahnya yang ada. Kedua anak itu bingung, dan Rista menepuk lengan sang guru.
"Heh? Bapak ngapain?" tanya Rista, dengan berbisik.
"Ssstt, coba kalian lihat sini!" ujar Hendra, lalu menunjuk ke celah pintu tadi.
Mereka bertiga mengintip melalui sela pintu kelas yang terbuka sedikit, seperti kata Hendra. Ketika mereka mengintip, mereka dapat melihat bahwa ada seorang anak perempuan yang sudah mendahului mereka.
"Kalian kenal dia?" bisik Hendra.
"Kalau saya jelas enggak, soalnya saya saja nggak kenal satu orangpun dari kelas lain. Saya payah dalam mengingat nama atau seseorang yang saya nggak kenal," sahut Rista.
"Aku kenal beberapa wajah, tapi untuk yang ini, aku nggak begitu kenal. Kalau aku bisa melihat wajahnya dengan jelas, mungkin aku akan tahu dia dari kelas mana. Sejak kapan dia ada di sini, Pak Hein?" tanya Sherlina.
"Sebelum saya datang dia sudah ada. Mau ngapain dia?" kata Hendra.
Jawabannya rupanya lebih mudah daripada yang mereka kira. Si anak perempuan ini membuka tas Jamie, dan mengeluarkan sebuah kotak. Kotak cokelat yang menyerupai kotak perhiasan milik Jamie. Kotak yang berisi foto - foto yang dikumpulkan oleh Jamie. Dia mengambilnya, dan mengecek laci, dan tas Jamie. Selama beberapa saat, dia berkutat dengan kombinasi yang ada di kotaknya.
Sepertinya dia menyerah setelah beberapa saat. Karena, kemudian dia membereskan kekacauan yang dia buat dan membawa kotak itu bersamanya. Hendra menepi, begitu juga dengan kedua muridnya.
"Dia akan keluar sekarang! Lebih baik kita ke depan kelas IX C!" bisik Hendra.
Mereka bertiga langsung menjauh, dari depan kelas. Hendra berpura - pura sedang berjalan, dan menghampiri Sherlina dan Rista yang hampir saja mencapai ke kelas mereka. Mereka bertiga mengobrol, seperti rencana mereka sebelumnya. Supaya perempuan ini tahu "alibi" mereka. Si perempuan agak kaget saat melihat mereka, dan langsung saja kabur. Dia mengira kalau ketiganya tidak melihat bahwa dia berada di dalam kelas dan baru saja keluar.
Karena dia tidak curiga, maka dia berjalan melewati mereka dengan biasa saja. Ketiga orang itu mengamati kepergiannya dari sudut mata, dan melihat bahwa dia memasuki kelas IX D.
Levitator dan Hendra saling berpandangan. Kemudian, mereka memandang ke arah pintu kelas yang terbuka lebar. Mereka sadar, rupanya ada juga orang yang berpikiran sama seperti mereka.
"Kalau pengelihatanku benar, maka dia baru saja mendahului kita dalam mencuri kotak fotonya Jamie. Kalau tidak, berarti aku harus pergi ke dokter dan meminta resep untuk kacamata baru. Ayo kita lihat lebih dekat," Ujar Hendra.
Ketiganya memasuki kelas IX B yang kosong melompong. Tanpa melupakan "tugas" mereka yang sebenarnya, Rista langsung menemukan kacamata Pak Indra, yang memang sengaja ditinggalkan di kelas. Sementara itu, Sherlina mengambil botol minum Naomi, yang bisa ditemukannya dengan mudah, sekalian dengan botol minumnya sendiri.
Hendra mendekati bangku Jamie. Dia mengenakan sarung tangan karet yang sejak tadi ada di sakunya, sebagai langkah pencegahan. Hendra tahu biasanya kalau ada kasus pencurian di sekolah, tidak akan ada penyelidikan yang sangat menyeluruh seperti pemeriksaan sidik jari. Tapi dia tetap melakukannya dengan alasan keamanan.
Dengan perlahan, Hendra membuka tas Jamie. Isinya normal saja, karena di dalamnya ada buku - buku pelajaran. Ada juga sebuah kamera digital yang sering digunakan oleh Jamie. Hendra membukanya, dan melihat apa saja isinya. Ada banyak sekali foto. Beberapa di antaranya bisa jadi akan diedit oleh Jamie, tapi ada jug banyak foto dia dan teman - temannya. Hendra juga mengecek laci meja Jamie. Tidak ada apapun yang berarti yang bisa ditemukannya di sana.
"Yap, anak perempuan itu sudah mendahului kita. Dia sudah mengambil kotak fotonya Jamie," ujar Hendra.
"Huh? Kukira Jamie tidak punya musuh selain kami? Rupanya ada juga ya?" sahut Rista.
"Kurasa ada hubungannya dengan rencana Jamie untuk mengancam orang lain dengan hasil potretannya. Anak perempuan tadi kelihatan takut saat melihat kalau ada orang lain di dekatnya. Apa Jamie sudah mulai mengancam anak kelas lain dengan foto - foto yang dia miliki?" kata Sherlina.
"Mungkin. Kalian ada hipotesis?" tanya Hendra.
"Aku tidak tahu. Aku bukan anak hits di sekolah ini, jadi aku tidak begitu tahu soal gosip apa yang terjadi di antara mereka. Tapi aku punya beberapa teman SD di kelas IX D, mungkin aku bisa tanyai mereka. Setelah melihat wajahnya tadi, kini aku jadi yakin kalau dia salah satu anak yang cukup populer, namanya Monica. Kalau tidak salah, dia anggota dari klub basket puteri."
"Katanya tadi kamu nggak kenal? Lah kok itu kamu bisa tahu?" tanya Rista.
"Aku kan tadi tidak lihat jelas wajahnya! Ketika aku melihatnya dengan jelas, baru aku tahu! Aku bisa mengenali dia karena dua hal : kuncir ekor kudanya yang sempurna, dan tanda lahir di leher sebelah kanannya."
"Monica? Rasanya aku pernah dengar. Aku pernah sekali menggantikan Nira di kelas itu. Mungkin nanti aku bisa tanya dia. Sayangnya aku nggak ngajar di IX D," ujar Hendra.
"Aku juga akan tanyai gosip apa yang beredar soal Monica. Nanti saat jam istirahat, aku akan tanyai temanku itu."
"Lalu aku ... eh, entahlah? Mungkin aku harus meredam amarah Jamie? Karena dia pasti akan menuduh kita," sahut Rista.
"Kurasa strategimu berguna juga di saat yang tidak terduga seperti ini ya? Kalau begini, kita bisa melepaskan diri dari jeratan Jamie," kata Hendra, lalu terkekeh.
"Yah, aku kan tidak ingin berada dalam masalah. Meski sepertinya sekarang aku bisa merasakan hawa tidak bersahabat dari ruang BP di dekatku," ujar Sherlina.
"Karena rencana kita gagal, lebih baik kita segera kembali! Ayo, nanti ada yang curiga!" kata Rista.
Sherlina mendengus, "Wah, kampret sekali, sudah susah - susah bikin rencana, eh malah keduluan orang lain! Tapi ya sudahlah, kami kabur dulu! Masalah alibi, nanti kurasa kita bisa berimprovisasi!"
Hendra mengangguk. Dia mengembalikan barang - barang Jamie seperti keadaan dia menemukannya, lalu menyimpan kembali sarung tangan karetnya. Ketiganya langsung saja menuju ke luar kelas.
Saat mereka di luar, mereka sedikit melakukan aksi teatrikal, agar tidak ada yang curiga. Setelah dirasa cukup, Sherlina dan Rista kembali menuju ke gedung serbaguna, dan Hendra menuju ke kelas IX C, yang kebetulan sedang diajarnya. Kini, Hendra harus membangun alibinya di hadapan anak IX C.
Misi mereka gagal. Tapi setidaknya, kini mereka tahu kalau tidak hanya mereka yang ingin agar foto - foto yang dipotret oleh Jamie untuk dimusnahkan. Kalau Jamie sudah mulai mengancam satu anak, berarti tidak lama lagi dia pasti akan membuat satu sekolah heboh.
~~~~~
Kehebohan terjadi seiring dengan menghilangnya kotak cokelat itu. Jamie bisa dibilang mengamuk saat mengetahui kalau kotaknya hilang. Saat jam olahraga berakhir, wali kelasnya, Bu Amy, tidak bisa mengajar karena Jamie menuntut agar kotak itu ditemukan.
Awalnya, Jamie menuduh Rodin, karena dialah anak yang pertama kali masuk ke kelas setelah jam olahraga berakhir. Tapi si tertuduh tidak terima kalau dirinya dikambing hitamkan seperti itu. Jamie membentaknya, dan membongkar paksa isi tasnya. Tidak ditemukan apapun, bahkan di bawah mejanya sekalipun.
Saat itu, Bu Amy sudah memanggilkan guru BP. Beliau berusaha menenangkan Jamie, dan mengatakan kalau mereka akan mencari siapa pelakunya. Tapi Jamie tetap saja emosi karena dia tidak terima kalau barangnya dicuri.
Bu Mirna, sang guru BP tetap berusaha agar Jamie bisa diam. Pertama, dia menanyakan apa yang hilang. Kedua, apa isi dari kotak itu. Jamie hanya bilang bahwa isinya sangat berharga, tanpa keterangan lainnya yang sesuai dengan kenyataannya. Jamie hanya beralasan bahwa kotaknya adalah warisan keluarga lah, dan isinya adalah jimat kesayangannya. Bu Mirna hanya bisa menggeleng saat mengetahui jawabannya, tapi dia memutuskan untuk tidak mendebat Jamie lebih jauh lagi. Kemudian, beliau menanyakan apa yang terjadi saat jam pelajaran Penjaskes.
Apa yang terjadi selanjutnya, tentu saja Jamie menyadari apa yang terjadi dan langsung menuduh Sherlina dan Rista. Dia menuduh keduanya berkomplot untuk mengambil kotak kesayangannya karena mereka benci dengannya. Terutama karena keduanya keluar kelas saat jam pelajaran Penjaskes. Ide ini disanggah oleh Bu Amy, yang mengatakan kalau keduanya adalah murid yang baik. Jamie membalas dengan mengatakan kalau mereka adalah orang yang jahat dan lain sebagainya. Kedua anak ini malah tertawa karena ide yang dimiliki oleh Jamie, karena mereka sebenarnya tahu kalau yang jahat adalah Jamie, dan mereka juga tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Seseorang memanggil Pak Indra, dan beliau memberikan kesaksiannya. Dia mengatakan kalau memang melupakan kacamatanya, dan meminta seseorang mengambilnya. Karena Rista mengajukan diri dan dia sengaja menyeret Sherlina, maka Jamie menuduh Pak Indra telah memberikan mereka jalan untuk mencuri kotaknya.
Kedua anak ini santai saja menghadapi Jamie, yang membuatnya berang. Bu Mirna meminta keterangan dari Sherlina dan Rista, dan mereka memberikan jawaban yang identik walau beliau memeriksa mereka di saat yang berbeda. Hal ini tentunya sudah mereka rencanakan, saat keduanya berada di toilet untuk mengganti pakaian mereka. Ketika menatap keduanya, Bu Mirna juga bisa melihat kalau memang Sherlina dan Rista tidak berbohong. Tapi Jamie masih tidak terima akan kejadian itu.
Jamie mendekati tas si dua sekawan, dan berniat ingin membongkarnya. Sherlina tertawa saat itu, mengatakan kalau dia tidak akan menemukan apapun. Kalau dia tidak menemukannya, maka kedua sekawan itu tidak akan membantunya jika kesaksian mereka dibutuhkan nantinya. Ini sebenarnya bukan rencana awal mereka, tapi Sherlina dan Rista memutuskan untuk menyiksa Jamie dulu sedikit.
Ketika sudah berhasil menyidak tas kedua sekawan itu, mereka memang tidak bisa menemukan apapun. Wajahnya berubah jadi kosong. Memang Jamie tidak bisa menemukan apa yang dicarinya di dalam tas kedua orang yang dia tuduh. Teman - teman sekelasnya mulai berbisik - bisik merendahkan, yang semakin membuat harga diri Jamie tercoreng.
Saat itulah Bu Mirna beraksi. Belau bilang bahwa Jamie sudah menuduh orang seenaknya, dan tidak menghargai mereka. Jadi, Bu Mirna menuntut Jamie untuk minta maaf pada ketiga orang yang dituduhnya.
Rupanya bukan hanya Sherlina dan Rista yang memanfaatkan kesempatan ini. Rodin juga menyiksa harga diri Jamie sedikit. Jamie harus sampai tiga kali mengulanginya sebelum Rodin puas akan permintaan maaf Jamie.
Jamie kini menuju ke arah Rista. Si perempuan hanya diam, dan mendengarkan perkataan kumur - kumur dari Jamie. Jadi dia meminta Jamie mengatakan maaf sampai beberapa kali sampai akhirnya dia memaafkannya.
Beda lagi dengan Sherlina. Dia menyiksa Jamie habis - habisan. Awalnya, dia meminta Jamie mengatakan permintaan maafnya dengan baik dan benar. Kemudian, Sherlina menanyakan kenapa dia harus memaafkan Jamie. Setelah puas akan jawabannya, Sherlina bertanya akan apa yang berharga dari kotak itu. Kalau Jamie tidak mengatakannya dengan jujur, maka dia tidak akan memaafkannya. Mengira kalau Sherlina serius, maka dia mengatakan kalau isinya adalah foto - foto berharga. Sherlina tertawa saat mendengarnya, mengatakan kalau foto seperti itu bukanlah hal yang berharga. Tapi akhirnya dia memaafkan Jamie.
Setelah itu, barulah Rista "berpura - pura ingat" bahwa mungkin ada saksi mata lainnya. Karena sebelum memasuki kelas, mereka bertemu dengan Pak Hendra. Jadi, Rista bilang mungkin Pak Hendra lihat sesuatu.
Langsung saja Pak Hendra yang tengah mengajar di jelas IX A dipanggil. Beliau memang sudah ada di depan kelas saat si pencuri masuk. Saat itu dia "menerima telepon", yang sebenarnya adalah bagian dari aksi teatrikalnya. Ketika sedang menerima telepon, Hendra melihat seseorang masuk ke dalam kelas IX B. Kemudian, dia bertemu dengan Sherlina dan Rista setelah teleponnya selesai. Sekilas, dia melihat bahwa seseorang keluar dari kelas IX B sambil mendekap sesuatu. Hendra bilang kalau perempuan itu rambutnya dikuncir kuda, dan punya tanda lahir di lehernya.
Jamie kembali meradang, dan dia langsung berlari menuju ke kelas IX D. Dia langsung menarik dan menghujat Monica, tidak peduli bahwa Bu Risa sedang mengajar. Jamie langsung menuduhnya bahwa dia mencuri kotak milik Jamie. Saat digeledah, benar saja mereka menemukan kotak yang dimaksud. Jamie langsung mengambilnya, padahal Bu Mirna ingin menahan benda itu dulu agar bisa "diselidiki".
Begitulah akhir dari satu "kasus" yang terjadi hari itu. Jamie dipulangkan lebih cepat agar tidak membuat lebih banyak lagi keributan, dan Monica langsung diskors selama seminggu karenanya. Pelajaran kembali berlangsung dengan tenang.
Walau begitu, semuanya belum sepenuhnya selesai. Beberapa teman Sherlina dari kelas lain menemuinya saat jam istirahat. Rata - rata mereka adalah teman satu SD dengan Sherlina. Teman - temannya menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, dan Sherlina menjelaskannya dengan lengkap. Kemudian, dia menanyakan soal Monica pada temannya yang dari kelas IX D, dan masalah apa yang terjadi antara Jamie dan Monica.
Informasi berhasil di dapatkan oleh Sherlina dengan mudah. Katanya, Monica merasa diperas oleh Jamie. Semuanya diawali dari pertemanan mereka, yang awalnya biasa saja. Tetapi lama kelamaan, Monica merasakan kalau Jamie memanfaatkannya. Menyadari hal itu, Monica berusaha untuk melepaskan diri dari Jamie.
Tapi cara yang dilakukan oleh Monica bisa dibilang salah. Dia memutuskan untuk menjelek - jelekkan reputasi Jamie di hadapan anak kelas lainnya. Walau begitu, tidak semua yang Monica katakan kepada orang lain adalah kebohongan. Monica memang benar soal Jamie yang suka memanfaatkan orang lain. Hal ini tentunya disadari oleh beberapa orang yang dekat dengan Jamie. Karena itulah, akhir - akhir ini mulai dijauhi oleh "geng populer" di sekolah.
Jamie tentunya tidak suka akan hal itu. Karenanya, Jamie balas mengancam Monica. Salah seorang teman Sherlina adalah saksi saat perdebatan mereka soal ini terjadi. Saat itu, Jamie memberikan Monica selembar foto, yang membuatnya marah. Di sore harinya, saat jam latihan dan pertemuan untuk ekskul sudah selesai, mereka berdua bertemu dan beradu mulut.
Seorang teman Sherlina yang dekat dengan Monica mengatakan kalau Jamie mengancam Monica dengan sebuah foto saat Monica mencium seorang anak laki - laki dari klub basket putera. Monica sudah berusaha untuk merebut foto itu, tapi Jamie tidak akan memberikannya sampai akhirnya Monica mau kembali jadi "temannya" seperti dulu lagi. Karena itulah, akhir - akhir ini Monica mendekati beberapa orang dari Paskibra, mungkin untuk mencari keberadaan foto itu.
Tetapi, ada juga yang mengatakan fakta lainnya. Satu lagi teman Sherlina mengatakan kalau sebenarnya Jamie dan Monica sudah lama "perang dingin", tapi karena Monica sudah mulai muak terus - terusan dipermainkan oleh Jamie, maka kini dia beraksi. Pemicunya adalah, mereka memperebutkan Nahrawi dari kelas IX F. Seperti yang diketahui secara luas, Jamie dan Nahrawi adalah sepasang kekasih. Tapi sepertinya teman - teman Sherlina ini adalah calon wartawan gosip, karena mereka bisa mengikuti perkembangan masalah ini dengan sangat baik.
Katanya, Nahrawi sebenarnya menyukai Monica, karena keduanya sama - sama dari tim basket dan sering latihan bersama. Cuma, terkadang Jamie muncul di hadapan keduanya. Monica juga menyukai Nahrawi, sehingga dia berusaha untuk mengabaikan Jamie.
Hal inilah yang akhirnya jadi pertentangan di antara keduanya. Mereka memperebutkan laki - laki yang sama. Entah karena alasan apa, Nahrawi malah memilih Jamie sebagai pacarnya. Ada beberapa kabar yang mengatakan kalau diduga Jamie memeras Nahrawi. Apalagi dengan fakta bahwa anggota klub basket putera banyak yang mengatakan kalau sebenarnya Nahrawi menyukai Monica. Karena alasan inilah, ada yang menduga kalau pencurian tadi adalah sebuah rangka balas dendam bagi Monica.
Sherlina mengangguk, sambil menyusun berbagai informasi dan kemungkinan yang dia dapatkan. Apa yang dikatakan teman - temannya sejak SD itu sangatlah lengkap, yang membuat Sherlina tersenyum. Sherlina kemudian terkekeh, mengatakan kalau dia tidak menyangka kalau masalahnya lebih pelik daripada yang dia duga, dan dia tidak terlalu tahu semua itu karena dia tidak mengikuti perkembangannnya. Teman - temannya hanya memaklumi, karena mereka mengatakan kalau Sherlina pasti sibuk dengan tugas dan belajar serta tidak mengikuti ekskul, jadi dia tidak tahu banyak soal masalah anak populer.
Rista yang sejak tadi terlibat dalam pembicaraan itu karena dia pergi ke kantin bersama Sherlina hanya diam dan menyimaknya. Dia hanya memberikan komentar yang perlu dan beberapa pertanyaan karena dia tidak begitu akrab dengan "dunia orang populer" yang ada di sekolahnya. Saat jam istirahat berakhir, keduanya tertawa dan saling memandang satu sama lain, karena mereka bisa mengetahui semua hal yang mereka butuhkan dengan cara yang cukup mudah.
Mereka berdua menerima semua informasi itu, dan siap untuk kembali melapor. Berdasarkan apa yang mereka kumpulkan, sudah bisa dipastikan bahwa Monica adalah salah satu korban lainnya dari foto aib Jamie yang mungkin akan jadi target kejahatan Jamie yang berikutnya. Dengan kata lain, mereka harus segera bertindak. Karena sepertinya, Jamie akan menyebarkan foto itu tidak lama lagi, apalagi setelah keadaannya berubah jadi seperti ini.
~~~~~
Sepulang sekolah, kembali terjadi sebuah rapat dadakan. Ruang bendahara di penuhi oleh para penyidik penasaran yang menunggu kehadiran ketiga informan kecil mereka. Sherlina sudah memberi tahu bahwa mereka mendapatkan banyak info baru seputar Monica dan juga Jamie.
Apa yang terjadi hari itu memang di penuhi dengan kehebohan. Tapi ini membuat mereka semakin serius akan menghadapi kasus ini. Kalau baru kotaknya Jamie yang hilang saja satu sekolah sudah heboh, apalagi kalau sampai isi kotak Pandora itu keluar. Bisa gonjang - ganjing seisi kota Inkuria.
Levitator sengaja bertahan di sekolah setelah kelas tambahan mereka berakhir. Mereka menuju ke ruang bendahara, secara diam - diam. Lantai ruangan itu sudah di sapu bersih oleh Nira, sehingga mereka bisa duduk secara melingkar di lantai yang lumayan luas untuk berdiskusi. Setelah semuanya berkumpul, rapat mereka di mulai.
"Jadi, bagimana soal rencana kalian?" tanya Yoshi.
"Seperti yang bisa kalian semua lihat, gatot –gagal total–, Yo. Sudah kita keduluan sama si Monica, eh pakai ada kehebohan yang menyeret kami lagi. Untungnya, Jamie tidak curiga sama sekali," sahut Hendra.
"Hei, kamu jangan optimis begitu! Siapa tahu dengan keberadaan kalian sebagai saksi, Jamie malah curiga kenapa kalian bisa berada di sana. Kan bisa jadi malah dia mengawasi kalian sekarang ini!" kata Pak Indra.
"Saya nggak yakin soal sanggahan bapak. Alibi yang di berikan oleh Sherlina sangat masuk akal. Makanya saya mau coba ide yang dia sarankan. Saya yakin kalau alibinya bekerja, karena kita saling mendukung satu sama lainnya, tidak akan ada yang cacat, entah apakah rencana berhasil atau gagal."
"Saya bisa yakinkan kalau memang alibinya bekerja, Pak. Sebelum Jamie pulang, saya sempat menguping pembicaraannya dengan Rena, Rei dan Marcell. Mereka meyakini kalau Sherlina dan Rista hanya kebetulan ada di kelas saat itu, dan mereka melaksanakan permintaan Pak Indra," sahut Azka.
"Oh? Jadi kamu mau laporkan itu?" tanya Rendi.
Azka mengangguk. Dia kembali menceritakan apa yang terjadi setelah kasus soal hilangnya kotak Jamie itu. Saat itu, jam pelajaran keempat kosong karena Bu Amy memutuskan untuk tidak masuk saja dan memberikan anak muridnya kesempatan untuk membuat keadaan kelas jadi lebih tenang. Jamie tengah menenangkan dirinya, dengan ketiga "temannya" yang membantunya.
Jamie bersyukur karena kotaknya kembali dan semuanya lengkap. Untungnya dia memilih kotak yang di lengkapi dengan kunci kombinasi, sehingga tidak akan ada yang bisa membukanya. Tapi dia masih kesal karena Monica mengambilnya. Dia mengira kalau ancamannya pada Monica sudah ampuh. Tapi ternyata musuhnya lebih ganas daripada yang dia kira.
Walau begitu, Jamie masih saja menuduh Sherlina dan Rista kalau mereka bekerja sama untuk meloloskan Monica. Pendapat itu disanggah oleh teman - temannya. Hal itu tidak masuk akal, kalau di bandingkan dengan fakta yang ada.
Rena berkata, kalau memang Sherlina dan Rista membela Monica, seharusnya mereka tidak memberitahu soal bagaimana mereka bertemu dengan Pak Hendra sebelum masuk ke kelas. Mereka punya kemampuan untuk membuat Monica lolos dari masalah. Tapi mereka memilih untuk jujur. Kalau tidak, jelas keadaannya akan berbeda.
Kemudian Rei menambahkan, kalau memang sudah begitu tabiat dua sekawan itu. Mereka memang aneh, tapi sebenarnya mereka tidak begitu jahat. Mereka agak iseng saja pada orang lain. Karena kalau mereka memang jahat, maka mereka pasti akan menindas orang macam Azka, padahal faktanya ketiganya malah berteman akrab dengan Azka. Sejahat - jahat apapun mereka, keduanya tidak pernah benar - benar menyakiti orang lain.
Marcell menutup dengan mengatakan kalau sebenarnya Sherlina dan Rista lega karena kasusnya sudah selesai. Marcell mendengar kalau Sherlina dan Rista mengatakan mereka lega dan senang kalau kotaknya ketemu, saat dia kebetulan lewat di depan keduanya. Jadi, tidak mungkin mereka yang mengambilnya. Lagi, kan mereka berdua tidak tahu akan keberadaan kotak itu, jadi rasanya tidak mungkin mereka mengambilnya.
Rei memberi catatan bahwa, jika memang Sherlina dan Rista sejahat itu, maka mereka akan mengawasi Jamie sejak awal. Mungkin bisa saja kotak itu sudah hilang sejak lama. Apalagi, walau keduanya tidak kelihatan begitu mencolok, sebenarnya mereka cukup cerdas. Siapa yang tahu kalau mereka bisa mendapatkan kombinasi yang tepat dan bisa menyebarkan isi kotak itu? Tapi nyatanya, hal itu tidak terjadi.
Jamie ingin kembali mendebat, karena selama ini keduanya selalu berusaha mengganggunya. Rei kembali menangkis, karena mereka hanya melakukannya saat ada kesempatan. Mungkin menyakitkan, tapi kadang mereka sebenarnya hanya mengungkapkan kenyataan, bukannya berusaha cari masalah dengan Jamie. Lagipula, emosi Jamie cepat sekali di sulut, makanya mereka senang melakukannya. Lagi, dua orang ini memang terkenal cepat bosan, jadi tidak heran mereka berusaha mencari hiburan di tengah kebosanan rutinitas sekolah, meski caranya tidak biasa.
Jamie kini terdiam, karena dia tidak bisa melawan perkataan Rei lagi. Jadi dia menerima saja, dan mengatakan kalau dia akan balas dendam pada Monica nantinya.
"Hm, menarik. Aku tidak menyangka kalau Rei akan membela Sherlina dan Rista," kata Delia.
"Huh, padahal kan kami lega kalau kotaknya ketemu karena kami capek lihat si Jamie berisik begitu," sahut Rista.
Sherlina mengangguk, "Marcell kelewatan polos kadang. Padahal saat itu kan kami maksudnya sarkastik," ujar Sherlina.
"Tapi secara nggak sengaja kalian sudah memperkuat alibi kalian. Baguslah kalau Jamie tidak curiga pada kalian," kata Bu Risa.
"Kalau begini, berarti kita nggak bisa pakai strategi buat mengambil kotak itu kalau Jamie lengah kan? Karena kita nggak bisa memperkirakan kapan dia akan membawa kotaknya itu. Setelah kejadian ini, aku yakin kalau Jamie akan memperketat keamanannya," ujar Yoshi.
"Memang. Ide mengambil kotak itu memang beresiko, jadi sebaiknya kita gunakan cara lain. Sekarang, kita perlu rencana B! Kalian ada ide?" tanya Hendra.
"Apa nggak lebih baik kalau kita libatkan anak - anak lain seperti Monica? Mungkin dia bisa membantu kita dalam memcari kelemahan Jamie?" tanya Arin.
"Terlalu beresiko, Rin. Melibatkan anak lainnya yang tidak bisa di percaya malah bisa menjatuhkan posisi kita. Jamie bisa jadi malah tahu soal keberadaan kita. Jadi, kita tidak bisa melakukannya," sahut Pak Indra.
"Kalau aku jadi kalian, aku nggak bakalan mau percaya sama Monica. Dia tukang gosip yang suka menjatuhkan orang. Kelakuannya masih mirip Jamie, cuma minus sifat sok berkuasa dan kemampuan memeras orang. Kalau kalian butuh penghasut, mungkin dia orang yang tepat. Tapi kalau informan, kurasa tidak," kata Nira.
"Ide lainnya?" tanya Hendra.
Levitator tetap diam. Hingga akhirnya Rista menyerahkan flashdisk birunya kepada Hendra. Sang guru mengerutkan alisnya. Ketiga anak itu hanya tersenyum.
"Informasi untuk hari ini. Soal apa yang Sherlina korek dari teman SD - nya, dan pembicaraan yang di curi dengar oleh Azka tadi," kata Rista.
Hendra mengangguk, dan mengambil flashdisk itu. Dia memasukkan datanya ke dalam laptopnya yang sejak tadi sudah ada di hadapannya.
"Aku sebenarnya punya ide yang mirip dengan idenya Bu Arin. Kita sebenarnya bisa memanfaatkan orang lain sebagai informan tambahan kita, supaya bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat," kata Sherlina.
"Tapi kita tidak bisa menambah orang lagi, Sher. Terlalu mencurigakan," sahut Delia.
"Aku paham apa yang ada di dalam pikiran ibu, tapi bukan itu maksudku. Aku berpikir, setelah mendengarkan percakapan antara Jamie dan tiga orang yang di jadikannya anak buah, aku semakin yakin kalau sebenarnya mereka memang tidak mau di peralat. Apalagi memang ada sedikit perlawanan secara diam - diam akhir - akhir ini. Apa yang dilakukan Rei tadi bisa dibilang sebuah perlawanan, tapi secara halus."
"Kan memang tidak banyak orang yang benar - benar suka dengan Jamie. Jadi, kurasa itu masuk akal," kata Rendi.
"Memang. Tapi, karena itulah aku berpikir, akankah mereka mau melawan Jamie kalau mereka diberikan jaminan bahwa mereka akan berhasil? Nah, untuk membuktikan ide itu, aku meminta Azka menanyai Marcell seputar pencurian ini, dan soal Jamie. Dia beruntung, karena Marcell pas jam istirahat tadi sendirian, jadi Azka bisa bebas menanyainya. Rekamannya ada di data yang kami berikan tadi."
Hendra menatap ke arah data yang dia terima. Memang benar kalau ada tiga rekaman yang dia kopi. Ketika dia perhatikan lagi, Hendra melihat sebuah rekaman yang di beri judul "Pernyataan Marcell".
"Oke, jadi apa yang di katakan oleh Marcell?" tanya Bu Risa.
"Apa yang dia katakan berhubungan dengan ideku. Aku sudah membicarakannya dengan Azka dan Rista, dan kami bertiga menganggap ini bisa di coba, meski resikonya sama besarnya dengan mencuri kotak milik Jamie. Ini rencana B yang kami punya."
"Oke, kami akan dengarkan. Jadi, apa ide kalian?" tanya Hendra.
"Bagaimana kalau kita mencoba mengorek informasi dari Marcell, sambil mencoba menutup jarak kita dengan Jamie?"
"Kau yakin kalau Marcell akan mau membantu?" tanya Pak Indra.
"Coba putar rekamannya. Kalian akan paham kenapa kami sangat yakin kalau ini bisa bekerja," kata Rista.
Hendra menekan perintah putar pada audio yang dia terima. Semua orang diam, untuk mendengarkan pernyataan apa yang di buat oleh Marcell.
Di awali dengan Azka yang menanyakan bagaimana soal kotak yang di curi itu. Marcell mengatakan dia senang karena kotak itu bisa di temukan. Tapi dia akan lebih senang kalau kotak itu sekalian hilang saja. Isinya berbahaya, dan Marcell tidak ingin Jamie menggunakan isinya.
Azka bertanya kenapa, yang membuat Marcell mendekat dan mengatakan bahwa dia tahu kalau Azka bisa di percaya. Jadi dia akan menceritakan semua hal buruk tentang Jamie.
Marcell memulai dengan bagaimana dia bisa dekat dengan Jamie. Saat kelas VII, pernah sekali Marcell membawa kamera digital miliknya ke sekolah. Jamie mendekatinya, dan mereka membahas banyak soal kamera dan fotografi. Ternyata keduanya memiliki hobi yang sama. Sejak saat itulah, mereka jadi dekat.
Keduanya jadi teman, dan Marcell mengira kalau dia akan merasakan yang namanya keindahan masa SMP bersama teman - teman barunya. Tapi ketika memasuki kelas VIII, dia sadar kalau dia sudah terjebak, dan tidak bisa kembali lagi. Apa yang di lakukan Jamie sangatlah rapi, bahkan Marcell tidak bisa merasakannya.
Awalnya, Jamie hanya meminta bantuan dalam satu atau dua tugas. Marcell menganggapnya wajar. Sebagai teman yang baik, Marcell jelas akan membantu. Tapi lama kelamaan, Jamie semakin banyak bertanya. Marcell tidak kunjung juga sadar, karena dia merasa kalau ini adalah hal wajar. Ketika mengetahui kalau dirinya dimanfaatkan, Marcell tidak bisa melakukan apa - apa lagi.
Marcell mengetahuinya saat dia tidak sengaja menguping salah satu percakapan Jamie dengan Rena. Jamie mengatakan kalau Marcell hanyalah pionnya, yang bisa dia gunakan sesuka hati. Pernyataan ini jelas membuatnya sakit hati. Ketulusannya di balas dengan perlakuan yang tidak menyenangkan. Marcell diperbudak.
Marcell pernah mencoba untuk melepaskan dirinya. Hanya saja, Jamie selalu bisa menariknya kembali. Pertemanan yang dia alami di luar berbeda saat di bersama dengan Jamie. Dia tahu kalau itu tidak sehat, tapi Jamie menariknya terlalu kuat.
Akhirnya, Marcell memutuskan untuk pasrah pada keadaan. Toh, kalau dia lulus nanti, semuanya pasti akan berakhir. Lagipula, kalau Marcell berusaha memusuhi Jamie, yang ada malah dia yang akan kehilangan banyak teman. Jamie pasti akan menjelek - jelekkan reputasinya. Marcell tidak ingin hal itu terjadi padanya. Marcell takut jika dia tidak punya seorangpun teman pada akhirnya, yang bisa membantu di masa - masa kritis. Karena itulah, Marcell membiarkan mental pengecutnya menang.
Sejatinya, Marcell tak pernah suka akan perlakuan Jamie padanya. Tingkahnya yang selayaknya penguasa itu memuakkan. Tapi Marcell tidak punya pilihan lain selain bertahan. Dia tak pernah mengatakannya perasaannya ini kepada siapapun, sampai akhirnya dia berbicara dengan Azka.
Azka mengatakan kalau dia menyadari bahwa temannya memang berada di dalam kesulitan. Tapi mereka tahu sendiri bagaimana tingkah laku Jamie. Karena itulah Azka tidak bisa melakukan banyak hal. Sepertinya, memang mereka masih harus bertahan sebentar lagi, sampai kelulusan nanti.
Marcell mengatakan kalau dia lelah akan semua ini. Dia ingin sekali menjauh, dan menganggap semuanya tidak pernah terjadi. Tapi dia tidak bisa. Penyesalan dan rasa bersalah akan terus menghantuinya. Mendengar perkataan itu, Azka bertanya apa maksudnya.
Saat itulah Marcell mengatakan kenyataan soal foto aib yang dikumpulan Jamie. Sudah disinggung tadi kalau Jamie dan Marcell menyukai fotografi. Keduanya seringkali saling membagi hasil jepretan mereka. Hingga akhirnya Marcell melihat berbagai foto memalukan itu. Jamie santai saja, mengatakan kalau dia akan menggunakan foto - foto itu ketika ada orang yang macam - macam dengannya.
Mulai saat itulah, laptop Marcell digunakan untuk mengedit berbagai foto yang diambil Jamie. Ada banyak sekali kejadian buruk yang dia abadikan. Jamie memperburuknya dengan editan yang dia berikan. Jamie terlihat senang, tapi Marcell tidak. Dia tersiksa karena selama ini dia menyimpan foto - foto yang bisa digunakan untuk niat jahat.
Perasaan bersalah terus menghinggapi Marcell. Terutama karena dia juga membantu dalam mencetak foto - foto itu. Tapi dia tidak bisa menghentikan Jamie. Dia tahu kalau Jamie berniat membuat sebuah skandal besar di sekolah, dengan menebarkan foto - foto itu, dan Marcell tidak bisa menghentikannya. Dia tidak sanggup.
Karena itulah, dia senang ketika mendengar kalau kotak yang berisikan foto - foto jahat itu hilang. Andai saja kotaknya tidak bisa ditemukan lagi, maka Marcell akan sangat bahagia. Tapi nasib tidak berpihak padanya.
Azka menenangkan Marcell, dan mengatakan kalau semua ini bukan salahnya. Jamie pasti akan mendapatkan balasannya. Temannya mengiyakan, dan mengatakan bahwa dia sudah pasrah akan nasib.
Setelahnya, Azka sambil setengah bercanda mengatakan bagaimana jadinya kalau Jamie sampai melaporkan kehilangan ini pada kepolisian. Pasti akan heboh. Tapi mungkin saja itu akan membongkar kejahatan apa yang dia rencanakan.
Marcell mengatakan kalau Jamie tidak akan melakukannya. Dia terlalu pintar, jadi dia tidak akan melakukan hal macam itu. Kemudian Azka bertanya, jika saja polisi tahu tentang foto - foto itu, apa yang akan dilakukannya.
Marcell menjawab dengan mantap kalau dia akan bersaksi untuk memberatkan Jamie. Mungkin dia akan kena masalah, tapi dia yakin kalau dirinya akan aman dengan penjagaan polisi. Jamie tidak akan bisa menyentuhnya. Marcell akan mengakhiri semuanya, dengan mengatakan yang sejujurnya.
Seven Wonder dan Nira terdiam setelah rekamannya selesai. Mereka memang tahu kalau Marcell terperangkap, tapi mereka jelas tidak tahu kalau anak itu merasa bersalah akan semua hal itu. Padahal, secara teknis, semuanya bukan kesalahannya. Jamie sejak awal memang sengaja memberikan kesan yang baik pada Marcell.
"Marcell yang malang," ujar Rendi.
"Pantasan saja dia kelihatan seperti kerbau penurut. Rupanya, dia memang tak bisa melepaskan diri dari Jamie. Belum lagi dia juga dihantui oleh perasaan bersalah," tambah Yoshi.
"Kita nggak boleh membiarkan Marcell menderita lebih lama lagi! Anak itu nggak menginginkannya, kan? Jadi, ini nggak boleh dibiarin!" seru Delia.
"Sepertinya kamu sangat jengkel sama Jamie ya?" tanya Bu Risa.
"Tentu saja! Aku sudah menyaksikan Akira ditindas Bianca yang sebelas - dua belas kelakuannya sama Jamie. Aku nggak mau hal seperti itu terjadi sekali lagi di depan mataku."
"Kau dari dulu selalu sayang sama Akira ya? Bahkan kesannya kamu jadi agak brother complex sama dia," ujar Nira, lalu terkekeh.
"Aku kan sudah bilang, walau sekarang dia sudah mulai dewasa, tapi dia tetaplah adikku. Aku tidak ingin kehilangan laki - laki yang kuanggap sebagai saudaraku sendiri sekali lagi."
Sherlina menatap ke arah Delia. Keduanya saling berbagi pandangan. Senyum terlihat di bibir Sherlina, yang membuat Delia jadi sedikit lebih tenang.
"Karena itulah, kami ingin mencari info lewat Marcell. Kalau dia sendirian, maka kami akan bisa mendapatkan banyak hal. Kalau kalian bisa melindunginya seperti kalian melindungi kami, aku yakin Marcell bisa diam - diam berpihak pada kita," kata Sherlina.
Hendra menghela napas, "Baiklah ... sepertinya tidak ada salahnya dicoba. Aku yakin kalian bisa memilih waktu yang cocok untuk menanyai Marcell," sahut Hendra.
"Itu bisa diatur," kata Rista.
"Kuharap Jamie tidak curiga. Kita juga harus bertindak dengan cepat. Kalau Jamie memang harus tahu akan keberadaan kita, lebih baik itu terjadi ketika kita sudah memiliki foto - foto itu."
"Lebih baik kita diam saja dulu selama beberapa saat. Karena kalau tidak, Jamie akan curiga akan pergerakan kita," kata Pak Indra.
"Benar. Jangan ada yang berbuat mencurigakan ya? Kalian masih bisa mengorek informasi, tapi jangan sampai ketahuan. Selain itu, kita harus awasi Jamie via perangkatnya dengan lebih ketat lagi. Langsung beri tahu kami kalau ada pergerakan. Bagaimana soal analisa foto yang kemarin?"
"Biar kusampaikan soal pengawasan itu ke bagian IT. Soal foto, semua sudah dianalisis. Memang fotonya hasil editan, dan detilnya harusnya sudah disampaikan via e - mail tadi pagi. Nanti malam aku juga akan mengirimkan rincian dari temanku," kata Rendi.
Hendra menghela napas, "Oke, hari ini kita bisa selamat dari masalah. Tapi kita harus tetap jaga - jaga, kalau terjadi sesuatu. Kurasa, hanya ini yang bisa kita lakukan untuk saat ini."
"Lalu, bagaimana dengan kalian, anak - anak? Kalian tentunya bisa mencari info dari Marcell tanpa menimbulkan kecurigaan, kan?" tanya Yoshi.
"Serahka saja masalah yang satu itu pada kami," ujar Levitator.
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top