Chapter 5

Jantung Betty berdetak dengan cepat. Dia segera memasuki mobil begitu pria yang bernama Chris membukakan pintu untuknya. Dia tidak bisa berfikir dengan jernih saat ini, dia hanya bisa menurut.

Betty mendengar kabar buruk. Rubby berada di rumah sakit. Entah apa yang terjadi dia tidak tahu. Betty sangat yakin jika Rubby tidak mempunyai riwayat penyakit apapun. Apa mungkin kecelakaan kerja? Tapi siapa orang-orang yang menjemputnya saat ini? Hal ini juga yang membuat jantungnya berdetak dengan cepat. Adrenalin yang sama seperti saat dia sedang bersama Aldric.

"Kalian siapa?" tanya Betty begitu keadaan mobil sangatlah hening. Dari semua orang yang menjemputnya, tidak ada yang menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Hanya pria bernama Chris yang berbicara dengannya, itupun juga secara singkat.

Tidak ada yang menjawab, Chris hanya melirik sebentar dan mengangguk. Seolah memberikan keyakinan pada Betty agar tidak perlu khawatir dan percaya pada mereka. Anggap saja Betty bodoh karena langsung percaya begitu saja, tapi apa yang akan kau lakukan jika mendengar orang yang berarti dalam hidupmu berada di rumah sakit? Keraguan Betty sirna begitu mobil benar-benar memasuki area rumah sakit.

Dia turun dari mobil diikuti tiga pria di belakangnya. Chris berada di depannya seolah menjadi petunjuk arah. Risih karena tatapan banyak orang akhirnya Betty milih menunduk dan mengeratkan mantelnya.

"Silahkan masuk," ujar Chris yang membuat Betty mengangkat kepalanya dan mengangguk.

Ruangan rawat Rubby yang terkesan luas dan mewah membuat Betty terperangah. Dari mana sahabatnya itu mendapat uang untuk membayar semua ini? Hutang saja dia belum membayarnya.

Betty menggelengkan kepalanya cepat begitu teringat dengan cek yang diberikan Chris, cek yang belum sempat dia isi. Kenapa harus mengisinya jika dia sendiri belum mengerti apa yang terjadi?

"Rubby..," gumam Betty dan berjalan mendekat ke arah ranjang.

Sahabatnya itu sedang terbaring lemah dengan wajah pucatnya. Seketika Betty merasa sedih. Dia lebih menyukai Rubby yang ekspresif dan menyusahkan dari pada yang seperti ini. Saat Betty akan bertanya pada Chris, pria itu sudah tidak ada di tempat. Dia sendirian.

Sialan! Sebenarnya apa yang terjadi Rubby?

***

Aldric menghentikan mobilnya di depan rumah sakit. Keningnya berkerut begitu mobil yang dia ikuti berakhir di tempat ini. Bermodal informasi dari Khalid dan berniat akan menemui Betty di perpustakaan harus sirna begitu melihat gadis itu keluar dengan beberapa pria di belakangnya. Tanpa ragu dia mengikuti ke mana Betty pergi. Bukannya apa, dia hanya khawatir jika Pedro yang merencanakan ini semua.

Khawatir, eh?

Cukup lama Aldric menunggu di dalam mobil hingga siluet gadis bermantel tebal dengan kaca bata besarnya keluar dari lobi rumah sakit. Melihat jika Betty hanya sendiri, Aldric tidak ragu lagi untuk menghampirinya.

Tanpa menyapa dan tersenyum, Aldric menarik tangan Betty untuk mengikutinya. Gadis itu reflek berteriak dan memukul tangannya. Kesal, Aldric menatap tajam Betty yang membuatnya langsung terdiam. Mungkin gadis itu terkejut karena tiba-tiba ada orang yang menarik tangannya.

Aldric membukuka pintu mobil dan membuang putung rokoknya, menginjaknya sebelum ikut masuk ke dalam mobil. Betty duduk dengan tegang dan membuat jarak sejauh mungkin dari pria yang tidak dia harapkan itu.

"Siapa tadi?" tanya Aldric tanpa basi-basi yang justru membuat Betty bingung.

"Siapa yang kau maksud?"

"Para pria yang membawamu tadi?"

Mata Betty membulat, "Kau mengikutiku?"

Aldric memutar kepalanya menatap Betty kesal, "Siapa mereka?" tanyanya lagi dengan nada yang lebih tinggi.

Betty menggigit bibirnya dan menunduk, "Aku tidak tahu."

"Bagaimana bisa kau tidak tahu?!" tanya Aldric tidak percaya. Gadis di sampingnya benar-benar bodoh.

"Aku memang tidak tahu! Mereka hanya memberitahu jika sahabatku berada di rumah sakit. Itu saja."

"Jadi kau tidak mengenal mereka?" tanya Aldric sekali lagi.

Betty menggeleng, "Memangnya kenapa?"

Aldric tidak menjawab dan mulai menjalankan mobil. Menjauh dari rumah sakit, "Lain kali jangan mudah percaya dengan orang asing."

Karena kau dalam bahaya saat ini.

"Aku hanya khawatir dengan sahabatku, tapi memang benar jika dia berada di rumah sakit sekarang."

Aldric membuka jendela mobilnya dan kembali mengambil putung rokok baru. Betty menyergitkan dahinya tidak suka melihat itu. Kenapa saat bertemu dengannya pria itu selalu merokok? Betty tidak menyukai bau rokok. Hal itu akan membuatnya ingat pada kakaknya yang sembrono itu.

"Bisakah kau tidak merokok?" tanya Betty memberanikan diri. Well, dia tidak setakut dulu. Ini sudah ketiga kalinya dia bertemu dengan Aldric, secara tak terduga.

"Tidak bisa," jawab Aldric begitu singkat, padat, dan menyebalkan.

"Aku tidak menyukai bau rokok."

"Bukan urusanmu."

Betty semakin kesal, "Kalau begitu turunkan aku."

Aldric melirik sebentar dan mendengus. Dia melempar putung rokok yang baru dia nyalakan itu keluar jendela dan menatap Betty, "Puas?"

"Ini lebih baik, terima kasih."

Tidak ada yang berbicara setelah itu. Mobil tetap melaju sampai melewati padang ilalang yang sudah layu, efek musim dingin yang akan segera datang. Sadar akan sesuatu, Betty menegakkan tubuhnya dan menatap Aldric bingung.

"Kau akan membawaku ke mana?"

"Ke tempat yang aman," ucap Aldric masih fokus dengan jalanan.

"Hei kau tidak bisa membawaku pergi begitu saja, aku harus menjaga sahabatku!" Betty mulai panik. Dia takut diculik.

"Jangan konyol, banyak perawat dan satpam di rumah sakit. Sahabatmu akan baik-baik saja."

"Aldric aku serius, kau akan membawaku ke mana?!" teriak Betty kesal.

"Kecilkan suaramu! Aku tidak tuli." Tegas Aldric, "Simpan pertanyaanmu untuk nanti, setelah sampai aku akan menjelaskan semuanya."

Memilih diam. Betty masih menyayangi nyawanya. Dia tidak mau tiba-tiba mati konyol hanya karena rasa takutnya pada Aldric. Pria itu begitu sulit ditebak. Sangat misterius dan tak tersentuh.

Mobil mulai memasuki pekarangan rumah sederhana dengan dua lantai. Tidak begitu istimewa namun begitu mencolok karena hanya rumah ini yang berdiri di pinggir ladang. Rumah-rumah lainnya saling berdekatan, berbeda dengan rumah ini.

Betty melirik jam tangannya sebentar, butuh waktu satu jam untuk sampai ke tempat ini. Dia bergerak turun dari mobil begitu Aldric sudah turun terlebih dahulu.

Pria itu terlihat memasuki garasi yang terbuka lebar. Banyak sekali mobil dan motor di sana, bahkan ada bangkai mobil yang habis karena terbakar. Seseorang pria keluar dari sana dan menatapnya terkejut, namun sedetik kemudian dia beralih pada Aldric dan menepuk bahunya pelan.

Ah ternyata pria menakutkan itu juga mempunyai teman.

"Hai!" sapa pria werwajah asia yang menyapa Aldric tadi.

Betty hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia merasa asing pada tempat ini.

"Tidak perlu canggung, anggap saja rumah sendiri." Pria itu tersenyum dan Betty merasa lega, setidaknya ada manusia yang tahu cara menunjukkan ekspresi di sini.

"Namaku Roy, teman Aldric atau bisa dibilang pegawainya juga."

"Aku Betty," jawab Betty dengan tersenyum. Namun matanya bergerak memperhatikan garasi yang cukup sesak dengan peralatan otomotif.

"Maaf dengan kekacauan ini, aku harus membereskan dua mobil sekaligus." Tunjuk Roy pada mobil Audi dan Range Rover di depannya.

"Ini bengkel?" tanya Betty polos.

Roy tertawa, "Bukan. Tapi bisa juga dibilang bengkel, bengkel pribadi."

"Pribadi?" tanya Betty terkejut. Tentu saja dia terkejut melihat banyak mobil yang cukup mahal dan dimiliki secara pribadi ini.

"Ya, Aldric menyukai otomotif."

Betty menatap Roy tidak percaya, "Ini semua milik Aldric?"

"Sudahlah, lebih baik kau masuk." Roy mendorong bahu Betty untuk masuk ke dalam rumah, melewati pintu garasi, "Aku tidak percaya Aldric benar-benar membawa gadisnya ke mari."

"Apa katamu?"

"Ah- tidak, lebih baik kau masuk sebelum Al mengamuk."

Betty melangkah pelan begitu tubuhnya mulai memasuki bagian rumah. Satu set sofa berwarna coklat langsung menyambutnya. Terdapat TV di tengah ruangan dan lemari besar yang penuh akan buku.

Sial! Betty senang melihat pemandangan itu. Dia menyukai buku. Jika tidak sedang sadar diri, mungkin dia akan berlari ke sana dan menubrukkan tubuhnya di atas tumpukan buku.

Betty berdiri di pinggir sofa, melepaskan tas dan mantelnya sebelum dia kembali masuk lebih dalam karena menghirup aroma wangi masakan. Langkahnya membawanya ke ruangan sebelah tanpa pintu yang merupakan dapur.

Aldric berdiri di sana dengan kaos putihnya. Entah apa yang Betty pikirkan namun pria itu terlihat mengagumkan saat berkutat dengan kompor seperti ini.

Menyadari keberadaannya, Aldric menoleh singkat dan memberi isyarat Betty untuk mendekat. Pria itu menujuk kursi di pantry dan meminta Betty untuk duduk di sana. Tidak lama Aldric menghampirinya dengan sepiring telur acak dengan roti panggang.

"Scrambel egg?" tanya Aldric meletakkan piringnya di hadapan Betty, "Aku hanya mempunyai telur."

Betty mengedikkan bahunya acuh dan menarik piring mendekat, "Ini memang menu sarapan, tapi tidak masalah. Aku sudah lapar."

Betty memang kelaparan sejak tadi. Niat awal keluar rumah sakit karena dia ingin membeli makan. Jam makan siangnya harus dia gunakan untuk menjaga Rubby tadi. Untung saja Max mau menggantikan pekerjaannya. Jika tidak, Betty akan bingung sendiri nanti.

Betty makan dengan diam. Bahkan keberadaan Aldric yang menatapnya makan dengan lahap tidak mengganggunya sama sekali. Harus diakui jika masakan sederhana ini begitu nikmat di lidah Betty. Entah karena efek lapar atau memang tangan Aldric yang lihai dalam mengolah bumbu.

"Ini enak," ucap Betty mendorong pring yang sudah kosong itu menjauh. Hanya butuh 7 menit untuknya menghabiskan makanan itu.

Mau tidak mau Aldric tersenyum tipis melihat tingkah konyol Betty. Tidak ingin memperlihatkan senyumnya, Aldric membawa piring kotor itu dan memasukkannya ke tempat cuci piring.

"Jadi kenapa kau membawaku ke mari?" tanya Betty memulai pembicaraan dengan serius.

Aku tidak tahu!

Aldric menatap Betty dalam. Lagi-lagi dia hanyut dalam mata indah itu. Bahkan kaca mata tebal yang digunakan Betty tidak menutupi keindahannya sedikitpun. Aldric menunduk dan mengumpat. Rasa ingin mendekat dan merengkuh wajah polos itu begitu hebat menyerangnya.

"Ada sesuatu." Aldric mengangkat kepalanya dan berbicara, "Mungkin untuk ke depannya kita akan sering berjumpa."

"Aku tidak mengerti," jawab Betty jujur.

"Aku belum bisa mengatakan apa yang terjadi. Hanya saja aku akan terus mengawasimu."

"Kau tidak bisa berbuat seenaknya seperti ini!" Betty mulai kesal dengan tingkah misterius Aldric.

"Jika aku mengatakan kau sedang dalam bahaya apa kau akan menurut sekarang?" Aldric menjauh dari area dapur dan duduk di sofa.

Betty mengikuti Aldric dengan bingung, "Bahaya? Aku tidak mengerti."

"Kau ingat saat aku membawamu ke bawah jembatan?"

Betty mengangguk. Tentu saja dia ingat! Aldric hampir saja membuatnya jantungan malam itu.

"Semua bermula dari sana. Kau tidak perlu khawatir, selama aku mengawasimu kau akan baik-baik saja."

Betty terdiam. Mencerna apa yang sudah Aldric jelaskan. Pria itu tidak memberitahunya secara detail. Apa Betty bisa percaya begitu saja, mengingat jika pria itu baru saja menasehatinya tadi untuk tidak mudah percaya dengan orang asing.

"Jadi apa yang harus kulakukan?" tanya Betty lirih.

Aldric berdiri, "Tidak ada. Kau bisa melakukan kegiatanmu seperti biasa tapi ingat, aku selalu mengawasimu."

Betty mengangguk seperti orang bodoh. Jika menyangkut bahaya dia tidak bisa melakukan apapun. Setidaknya apa yang Aldric katakan tadi akan membuatnya sedikit berhati-hati.

"Ayo ikut aku." Aldric menaiki tangga diikuti Betty di belakangnya. Setelah dilihat-lihat rumah ini begitu nyaman. Mungkin memang di bagian garasi yang sedikit berantakan tapi itu memang ciri khas sebuah begkel bukan?

Aldric membuka sebuah ruangan dan meminta Betty untuk masuk. Sebuah kamar tidur dengan ranjang berukuran sedang berbalut kain pink bermotif yang lucu. Merasa aneh, Betty berbalik menatap Aldric.

"Ini kamarmu?"

Aldric mendengus dengan kebodohan gadis di depannya, "Bukan, ini kamar adikku. Kau bisa beristirahat di sini."

Betty menggeleng cepat, "Aku ingin pulang."

"Tidak, nanti sore aku akan kembali mengantarmu ke rumah sakit."

"Tapi-"

"Aku ada di garasi jika kau mencariku." Potong Aldric cepat dan menutup pintunya keras membuat Betty mengelus dadanya. Dia harus ekstra sabar menghadapi tingkah Aldric yang aneh menurutnya.

Mengabaikan berbagai pertanyaan di otaknya, Betty mulai merebahkan dirinya di kasur empuk itu. Well, setidaknya dia bisa beristirahat sejenak dari perkerjaannya. Anggap saja ini liburan kecil.

***

Aldric membuka kulkasnya, mengambil satu botol air mineral dingin dan menegaknya hingga habis. Entah kenapa tubuhnya begitu panas. Apalagi saat berada di dekat Betty. Aldric tidak bisa membohongi diri lagi jika tubuhnya memang akan bereaksi berbeda jika berada di dekat gadis itu.

"Kupikir kau hanya akan menemuinya, tapi ternyata juga membawanya ke mari." Suara Roy yang memasuki dapur tidak mengusik Aldric sama sekali. Pria itu kembali mengambil botol baru dan meneguk isinya, kali ini hanya setengah.

"Jadi, ada apa Al?"

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti." Aldric berjalan menjauh menuju garasi.

Roy mengikuti langkah Aldric sambil mengelap tangannya yang kotor dengan kain, "Well, membawanya ke tempat ini, membiarkannya tidur di ranjang Abigail, dan membuatkannnya makanan? Itu yang pertama bukan?"

Aldric menghentikan gerakan tangannya yang mengelap mobil, namun dia kembali melanjutkan pekerjaannya dengan acuh. Seolah tidak terusik dengan ucapan Roy yang justru kebalikannya, Aldric mendengar itu semua dan jujur.. dia cukup terganggu.

"Ini yang pertama bukan? Betty adalah wanita pertama yang kau pedulikan setelah Kate pergi."

Aldric tetap diam dengan kegiatannya. Namun keahliannya dalam multitasking tidak menghentikan otaknya untuk berpikir. Dia mencerna ucapan Roy dengan baik, sesekali bibirnya menghisap rokok dari tangan kirinya.

Ketenangan itu yang justru membuat Roy yakin, yakin jika Aldric akan membuka hatinya kembali untuk gadis bernama Betty.

***

TBC

Ealah thor, belum beres si Pedro muncul lagi abigail sama kate.. piye to?
Ya nggak kenapa kenapa, baca aja wkwk 😂

INI SI KAMPRET ALDRIC MULAI PEKA LOH SAMA PERASAANNNYA, GIMANA INIHH? 😂

Anggap aja ini rumahnya aldric, namanya juga rumah bujang 😌

Follow ig : viallynn.story

Jangan lupa vote dan commentnya ya 😘

Viallynn

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top