Extra Part 01.
Apa yang ada dalam benakmu, ketika mengagumi seseorang lebih dari 10 tahun?
Apakah kamu, mengharapkan sebuah balasan?
Atau kamu, hanya akan membiarkan rasa cintamu, berlayar tanpa henti?
Aku tahu, 10 tahun bukan sesuatu yang perlu dibanggakan, namun juga tak bisa di pungkiri, bahwa itu bukan waktu yang singkat. Dan aku berharap, waktu itu tak terhenti. Membiarkan diriku terlalu cinta. Mengapa semua ini terjadi padaku?
Tuhan maafkan diri ini, yang tak mungkin bisa menjauh dari rasa menganguminya.
Aku mengerti bahwa banyak hal telah berlalu dan berubah.
Namun biarkan perasaan ini menjadi kenangan yang tak perlu aku rindukan, karena nyatanya merindu hanya untuk masa lalu. Perasaan ini masih ada hingga masa ini.
***
Satu tahun terakhir ini, aku masih sibuk mengirimkan pesan padanya. Kami masih bertukar cerita dan seperti hari ini, aku yang sedang sibuk dengan urusan pengiriman barang untuknya tiba-tiba saja di panggil menemui tamu yang datang ke kantorku.
"Hai," ia menegakkan pandangannya. Kemudian, perlahan... berjalan mendekatiku. "Maaf membuatmu menunggu begitu lama," ia mengelus kepalaku dengan sangat lembut, "Dan terimakasih sudah percaya padaku."
Seseorang yang ku kagumi berjalan dengan ke dua kakinya yang telah lama lumpuh. Ia tersenyum dengan senyuman lembut yang mampu melayangkan jiwaku. Dan sebuah pelukan yang menghangatkan hatiku.
Satu hal yang pasti. Saat ia ingin melepaskan pelukannya. Aku membalas pelukannya lebih erat. Air mataku tumpah membasahi bajunya. Aku hanya berharap bahwa ini bukan sebuah mimpi. Dan aku akan membiarkan untuk sesaat seluruh penjuru kantor bingung menatap manager mereka sedang menangis di pintu ruangannya bersama seorang pria bernama Oh Sehun.
***
Seperti sebuah adegan film romatis yang di dramatisir, semua hanya berlalu beberapa menit ketika tanganku menarik tangan Sehun untuk keluar dari kantor. Aku tak perduli lagi apakah aku akan di pecat atau tidak-em.. perduli sebenarnya. Namun bagiku, lebih penting situasi saat ini.
Kami duduk saling berhadapan, dengan jarum jam ditangan menunjukkan angka satu siang hari. Tak sedikitpun tatapanku mampu teralihkan bahkan dengan raja ikan sambal gohu yang tersohor sedang menggoda di atas meja.
"Ini sangat enak." Katanya sembari menghabisi Steam Baramundi fish with andaliman menurut menu yang ditulis, alias Ikan barramundi kukus yang dimasak dengan menggunakan bahan khas Indonesia yang berasal dari dataran toba.
Aku hanya mengangguk membalas tatapannya.
Ia terkekeh, "Kau tidak makan?"
Aku mengangguk cepat, "Makan, nanti."
Pikiran pertama yang terlintas padaku adalah mengajaknya makan. Makan berat, harus. Dia harus makan nasi agar sehat, dia harus makan yang banyak. Aku bersyukur melihatnya yang tidak sekurus saat terakhir kali bertemu. Namun tetap saja, aku selalu ingin melihatnya makan dengan lahap. Karena terakhir kali, kami berpisah saat makan malam.
Aku memilih Pasola, yang merupakan restoran buffet milik Ritz Carlton yang terletak bersebelahan dengan Pacific Place dan berada di lantai 6 tidak begitu jauh dari kantorku di SCBD. Restoran buffet disini memiliki interior bar cantik dan menyediakan berbagai pilihan makanan dari region asia, eropa hingga makanan lokal kita sendiri juga banyak sekali pilihannya.
Sehun adalah pemilih. Dia tak bisa di ajak ke sembarang tempat untuk makan siang ataupun malam. Dulu atau sekarangpun, bagiku dia sama. Terkadang terlihat rapuh, meskipun sejujurnya dia merasa ingin menjadi kuat.
Sejauh apa aku mengenalnya? Aku jauh lebih mengenal dirinya yang di belakang panggung di banding di atas panggung. Kami berbagi duka bersama, dan aku rasa, itulah sebab kami tak bisa saling meninggalkan ataupun melupakan.
"Sushi?" tanyanya usai makanan di piringnya habis tak bersisa.
Aku mengangguk lagi dengan cepat. Ia tersenyum sembari memiringkan kepalanya. Aku bergegas berdiri untuk mengambil beberapa sushi yang tersedia di meja buffet. Ah, sekaligus mengambil Zuppa soup dengan tulang sumsum dan kuah soto betawi.
Ia tersenyum lebar hingga membuat kedua matanya terpejam sesaat ketika melihat kedatanganku dengan tangan penuh makanan. Tempat ini memang cocok dengannya, banyak konsultan dan eksekutif muda berdasi yang makan siang di tempat ini. Ketampanan Sehun sudah samar dengan pria-pria tampan lainnya. Akan berbeda jika mengajaknya ketempat lain. Kecuali jika di sekitar kami mungkin ada orang lain yang menyukai K-pop, mungkin akan terus terpana melihat dirinya disini.
"Aku akan makan jika kau makan." kali ini ia melipat tangannya di depan dada, menungguku.
Aku membesarkan kedua mataku, kemudian meraih mangkuk zuppa soup.
Kombinasi lembutnya sumsum dan kuah betawi gurih menambah kenikmatan yang hakiki saat tatapanku bertemu dengan matanya. Sempurna.
"Aku akan tinggal disini."
Uhuk!
"Hah???" Aku segera meraih air minum ku, sedang ia sedang tertawa.
"Aku akan tinggal disini beberapa hari." Lanjutnya lebih jelas.
"Kenapa?" tanyaku segera.
"Jadi bagaimana kabarmu?" tanyanya membuatku memutar kedua bola mataku.
Bertahun-tahun aku mengenalnya, ini dia sifatnya yang paling menyebalkan. Dia selalu menguasai pembicaraan, dia tak akan mengatakan apa yang ingin orang lain ketahui.
"Aku baik-baik saja. Em," Aku terdiam sesaat, "Bagaimana kabar yang lainnya?"
"Bagaimana kabarku?" katanya pura-pura membenarkan, "Kau harus tanya kabarku dulu."
Aku terkekeh, "Nanti kau akan menjawab kabar member lain."
"Aku baik-baik saja. Jauh lebih baik dari apa yang sedang kau bayangkan saat ini."
"Ck," aku tertawa mendengarnya, "Memangnya apa yang sedang aku pikirkan?"
"Aku senang bertemu denganmu." Seperti biasa, ia tak akan menjawab pertanyaanku dengan mudah. "Aku senang kita bisa saling mengenal."
Aku tidak tahu jika tanganku bisa sangat dingin dengan situasi saat ini. Aku tidak tahu jika wajahku bisa sangat memanas jika ia mengatakan hal itu. Dan aku tidak tahu kenapa jantungku berdegup dengan sangat cepat saat ini.
"Apa kau menyukainya?"
"Hah?" kagetku.
"Perkataanku tadi, ckck." ia terlihat sangat puas. "Apa hatimu berdebar?"
Sial. Sejak kapan Oh Sehun pandai membaca pikiran orang? Demi apapun sebenarnya ingin sekali aku menendang kakinya. Tapi aku tahu, aku tak akan pernah melakukan hal itu.
Aku menyipitkan mataku, "Aku seperti tidak mengenal pria di hadapanku." bisikku.
Ia tersenyum, "Aku Oh Sehun."
Aku mengangguk, "Seperti pernah mendengar nama itu."
"Pria tampan yang digemari banyak perempuan, contohnya seperti yang ada di hadapanku."
Aku mengangguk lagi, "Em.. sepertinya kau salah. Aku sudah tidak menyukaimu."
"Bohong." sanggahnya cepat. "Nanti malam kau ada acara?"
"Ada."
"Batalkan." katanya cepat.
"Tidak bisa." Jawabku tak kalah cepat.
"Kenapa?" tanyanya sembari mengerutkan keningnya.
"Karena ada pria yang jauh-jauh dari Korea Selatan akan mengajakku makan malam."
Ia terkekeh lagi. Kemudian menganggukan kepalanya dengan cepat, tahu bahwa jawabanku adalah dirinya.
"Aku akan tinggal disini beberapa hari, kau sudah tahu bahwa managementku membuka kantor di Jakarta kan? Aku juga ada beberapa kegiatan disana." jelasnya.
Aku mengangguk cepat, "Senang mendengarnya."
"Maaf karena aku tidak memberi kabar. Ini kejutan."
"Kau berhasil, aku terkejut." Aku meraih minumanku, meminumnya seteguk, "Dan aku senang bisa berjalan bersamamu."
Ia menoleh, menatap jendela yang persis ada di samping kami. Matanya seolah menerawang dengan pikiran yang tak tertebak.
"Belum lama," katanya masih menatap jendela kaca. "Tapi saat langkah kedua, aku langsung teringat semua member, langkah ketiga mengingatkanku dengan seluruh penggemarku di dunia, dan langkah pertama," ia menoleh menatapku, "mengingatkanku padamu."
Tanganku mengepal seketika, menahan kembali air mata yang ingin menetes.
"Aku selalu percaya padamu."
"Semua member masih di Korea, mereka punya banyak kesibukan masing-masing, kami jarang berkumpul karena kesibukan, tapi kami terus berkomunikasi." Sehun memperlihatkan layar handphonenya, "Dia mengisi acara the return of superman."
"Kai?" tanyaku cepat dengan bersemangat.
Sehun mengangguk cepat, "Episode pertamanya tayang besok."
"Ah, putrinya memang sangat menggemaskan! Dia cocok ada di acara ini."
"Kau pasti tidak akan lupa bulan depan pernikahannya siapa?" tanyanya.
Aku mengangguk cepat, bagaimana bisa lupa, jika waktu lamaran saja ada di depan wajahku sendiri. Cukup lama waktu yang ia butuhkan untuk memberanikan diri mengenalkan calon mempelai istirnya pada dunia.
"Park Chanyeol. In the end, I cared about him so much that I just thought he deserved someone who loved him more than he loved his fans. You know it. Dia berhak mendapatkan wanita yang paling baik di dunia ini."
"Aku tak pernah menyangka, perkataan Ibu nya adalah doa." Sambut Sehun.
"Menikahi penggemar?" tawaku.
Sehun mengangkat sebelah alisnya, "Menghabiskan waktu dengan musik dan menikahi orang yang sudah pasti mencintainya, bukankah itu sangat membahagiakan?"
Aku mengangguk, "Kau tahu, Chanyeol tak pernah menyembunyikan dirinya. Dia selalu apa adanya, baik di panggung saat ia meneteskan air mata. Saat ia ingin mengatakan hal-hal yang tulus dengan bernyanyi, ataupun melambaikan tangannya seakan mampu memeluk seluruh penggemarnya." ah, air mataku hampir saja menetes setiap mengingat betapa baiknya dia. "Dia selalu ingin berkarya untuk penggemarnya. Dia selalu ingin menunjukkan dirinya, sampai ia tak sadar bahwa dia juga butuh beristirahat sejenak saja."
"Dia terlalu berusaha keras, sedangkan aku tak pernah bisa sekuatnya."
Aku menghela napasku, "Kau masih sama. Masih mengira tak melalukan apapun, padahal kau sudah melakukan semua usaha yang kau mampu."
"Chanyeol memang pantas mendapatkan wanita yang benar-benar bisa membuatnya tenang. Bukan wanita yang mampu mengalihkan nya dari membuat musik, namun membuat musik bersama." Sehun kini mendekatkan dirinya padaku, ia meletakkan tangannya diatas meja, "Seperti apa wanita yang harus menemaniku?"
"Hm," aku pura-pura memijat keningku berpikir, "Seperti apa wanita yang kau sukai?"
Sehun mengangkat bahunya, "Jika Chanyeol yang sedang bertanya padamu, bagaimana tipe yang cocok untuk Sehun, akan kau jawab apa?"
"Yang dia cintai, tentu saja." Tawaku.
Sehun memundurkan tubuhnya sembari berdecak tak puas.
"Semua orang berhak jatuh cinta, memperjuangkan cintanya, dan bersama cintanya Sehun-ah." Aku melipat kedua tanganku di depan dada. "Kau akan menemukannya, setelah kau menemukan siapa dirimu."
"Mungkin akan seperti Chanyeol." Sehun berdecak kemudian menggaruk kepalanya, seperti sedang berpikir, "Atau mungkin seperti Baekhyun."
"Ah, kalau ada idol yang sayang banget sama fansnya, selain siapa lagi kalau bukan Park Chanyeol yang sampai buat tattoo biar fansnya menyatu dengan tubuhnya hingga maut memanggil, dia adalah Baekhyun."
Sehun mengangguk, "Cuma dia yang bilang beli makan aja dari pada beli albumnya."
Aku tertawa mendengar ocehan Sehun, "Atau beli baju hangat aja."
"Mereka begitu perhatian bahkan sampai saat ini, mereka selalu berkarya, Baekhyun masih dengan suaranya, Chanyeol masih dengan karya lagu-lagunya, meskipun publik belum mengetahui pasangan Baekhyun saat ini."
"Musisi?" tebakku.
Sehun membesarkan kedua bola matanya.
"Sama-sama penyanyi?" selidikku.
"Baekhyun akan memberitahukan nya langsung padamu." Sehun pura-pura mengunci mulutnya dengan jemarinya.
Aku tertawa, tak begitu terkejut.
Kekasih ya? Apa yang kau harapkan dari menjadi penggemar dari Idol yang kini usianya rata-rata sudah diatas 30 tahunan? Berharap mereka berjodoh denganmu? Atau setidaknya, biarkan mereka menemukan jodohnya.
Aku yang kedua.
"Kapan aku menemukannya ya." Kata Sehun tiba-tiba.
"Apa?"
"Jodohku." tawanya.
Aku ikut tertawa. Setidaknya bagus jika ia berusaha memikirkannya.
"Atau aku harus bernyanyi dulu? Apa yang harus aku lakukan?" lanjutnya.
"Semuanya. Semaumu." Balasku.
"Seluruh memberku selalu berusaha memberikan yang terbaik pada penggemar."
"Kau juga." kataku segera, "Kau juga. Masih berusaha ribuan kali bangkit demi mereka, demi kami."
Dia tersenyum, "Tapi belum berbuat apapun."
"You will." Kataku membalas senyumannya, "Aku percaya. Tujuan kau kesini untuk apa? Gak mungkin kan cuma ketemu aku, cuma kunjungan kantor."
"Kau lebih mengenal diriku dari pada diriku sendiri. Selalu."
Aku terkekeh, "Bukan karena tak mampu jadi kau berpikir tak bisa. Sehun-ah, kau cuma perlu seseorang yang yakinin dirimu, kalau kau akan melakukannya."
"Dan itu kau."
Aku mengangkat kedua alisku, "Sanalah cari pacar, pasti di bolehin kok sama penggemar. Caranya kaya Park Chanyeol, pelan-pelan, langsung ngenalin gak perlu di umumin sama media, buatin lagu, yang romantis gitu lah pokoknya. Jangan bikin aku jadi terlalu berbunga-bunga terus. Aku tahu diri kok, Oh Sehun."
"Ini lagi cari kok."
"Yaudah mana, sini kenalin aku dulu."
Sehun meraih lagi handphonenya, kemudian memperlihatkan layarnya.
"Udah gila ya?!" kesalku saat ia memperlihatkan kamera depan dengan wajahku.
Ia tertawa puas menatap responku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku tak habis pikir.
"Do Kyungsoo?"
"Oh, dia sehat."
"Bukan, itu telepon!" kataku cepat.
Sehun dengan segera mendekatkan layar handphonenya. Ia menjawab telepon itu dengan cepat dan berbicara beberapa hal seperti menanyakan kabar.
"Ini," katanya menjulurkan handphonenya. "Ingin bicara denganmu."
Aku membesarkan kedua mataku, kemudian meraihnya dengan cepat.
"Ha-halo," sapaku.
"Apa kabar?" sapanya dengan suara termerdu yang selalu aku suka.
"Baik, Oppa apa kabar?" tanyaku sembari tak bisa menghentikan senyum di bibirku.
"Baik. Apa Sehun merepotkanmu?" tanyanya.
Reflek aku menggeleng, "Haha, tidak Oppa. Tidak sama sekali."
"Kau sendiri?" tanyanya membuatku terdiam sesaat.
"Iya." jawabku.
"Aku ingin kau tidak sendiri lagi. Aku ingin kau juga menemukan bahagia lainnya."
Aku masih terdiam mendengarkan.
"Jika dia datang padamu, jangan menolaknya. Namun jika dia pergi darimu, berjanjilah kau tidak akan pernah membencinya, namun lari darinya dan lupakan kami."
"Oppa," aku mengigit bibirku.
"Aku tahu kau paham maksudku."
Aku masih terdiam.
"In the end we know that your feelings will soon change, you will meet someone who will make you feel the way you love to. Someone who will see what we haven't seen in you. Someone who you will think of every second."
"I will." balasku.
"Good." Balasnya cepat.
Aku menghela napasku, "I can't control my heart."
"You don't need a perfect one. You just need someone who can make you feel that you're the only one."
Aku terkekeh, "Seperti lagu kalian."
"Zahra," Dia terdiam sejenak, aku selalu ingin mendengar namaku disebut dengannya seperti ini, lembut, tenang dan kemudian akan ada petuah di akhir kalimatnya, "Orang itu sudah ada dalam hidupmu kan?"
Aku menatap Sehun ketika ia berusaha mendengarkan pembicaraan kami.
"Kenapa?" tanya Sehun.
Aku menggeleng menjawab tatapannya.
"Ada." jawabku pada Do Kyungsoo.
"Dia atau bukan dia?" tanya Kyungsoo tiba-tiba.
Aku terkekeh.
"Someone who will build a future with you and will stare at you—like you are the greatest thing that has ever happened to him. Dia?" tanyanya.
Aku menatap kedua mata Sehun lurus seraya pertanyaan itu mampu menusuk jantungku sangat dalam. Salah jika aku mengharapkan masa depan bersama pria yang ada di hadapanku, tentu saja. Aku paham dengan pertanyaan Do Kyungsoo.
Dia selalu membuatku berpikir apakah ini kenyataan atau kah hanya harapan. Alasan mengapa ia ingin berbicara padaku bukan hanya sekedar ingin bertanya kabar. Namun ia ingin memastikan bahwa apa yang akan ku harapkan dari kedatangan Sehun saat ini?
Do Kyungsoo memastikan, kami berdua tak akan terluka dengan perasaan masing-masing. Dia yang paling tahu perasaan yang tersembunyi di balik kata 'mengangumi' yang selalu aku tunjukkan pada nya. Jika perasaan aku dan Sehun tak sama, maka akan ada yang terluka. Bagaimana jika Sehun hanya menganggapku memanglah penggemar biasa, aku akan terluka. Bagaimana jika aku hanya menganggapnya idola, sehun akan terluka. Tapi jika kami memahami perasaan masing-masing, tidak akan ada yang terluka.
Dan Do Kyungsoo berusaha memastikannya.
"Jika bukan dia?" tanyaku berhati-hati.
"If I did anything right in my life, it was when I gave my heart to special one, no other."
Aku mengerutkan keningku, "No. Bukan itu." aku berdiri sejenak menjauh dari meja, kemudian berbisik, "Oppa-"
"Zahra," potongnya, "he loves you."
Aku terdiam sejenak. Apa maksudnya? Tunggu, apa maksud Do kyungsoo?
Do Kyungsoo memberikan sebuah pernyataan atau pertanyaan. Apa yang baru saja di katakannya? Bukannya ku pikir dia ingin bertanya perasaanku pada Oh Sehun? Jelas aku mengaguminya. Tapi, segala hal membuat ku terlalu terkejut. Melihat Oh sehun berdiri di hadapanku saja seperti mimpi, dan apa lagi ini?
"Jujur." suara Do Kyungsoo kini terdengar kembali. "Jujur dengan perasaan kalian masing-masing. Sampai sekarang aku tidak tahu bagaimana perasaanmu sesungguhnya Zahra." ia terdengar sedikit khawatir, ia menghela napasnya panjang, "Kalian berdua terlalu rumit."
"Apa?" tanyaku bingung.
"Katakan bahwa kau tidak hanya menganguminya dan berharap menjadi masa depannya?" tanya Do Kyungsoo tiba-tiba.
Sebentar, kepalaku terasa sangat sakit saat ini.
"Katakan jika kau melihat masa depanmu saat menatap matanya?" sambungnya lagi.
Dan jika aku boleh jujur, aku ingin mengatakan bahwa semua itu tak pernah terlintas di kepalaku. Maksudku, aku benar menganguminya, tentu jika perasaan Sehun mampu membalas perasaan itu aku sangat bodoh menolaknya, namun aku memahami kata Do Kyungsoo tentang 'masa depan.' Aku pernah berharap menjadi teman hidupnya, namun jauh saat aku belum mengenalnya lebih dekat, seseorang yang begitu rapuh ku harap akan menemukan wanita kuat yang mampu menemani hidupnya, dan aku? Aku tidak percaya dengan diriku sendiri. Aku tahu betapa rapuhnya Oh Sehun, dan aku takut suatu hari aku melukainya.
"Tinggal atau pergi?" tanya Do Kyungsoo sekali lagi.
"Oppa, kau terlalu menekanku." kataku kemudian mengigit bawah bibirku. "Beri aku waktu."
"Maaf." Balasnya. "Ah, maaf aku terbawa suasana."
"Tidak apa-apa Oppa, aku mengerti." Aku berusaha untuk tersenyum kembali, "Aku paham rasa khawatirmu, dia adalah pria yang sangat berarti bagimu. Aku bahkan tak tahu perasaanya padaku sebelum Oppa mengatakannya, mungkin itu hanya perkiraanmu atau entahlah, selama ini ia tak pernah memperlihatkan perasaannya padaku dengan cara serius."
Do Kyungsoo terdengar tertawa di ujung telepon.
"Aku terlalu memikirkan banyak hal." Balasnya.
"Kau bertindak seperti kakaknya, sudah sewajarnya. Itu cukup menegangkan." Balasku.
"Maaf, tapi aku berharap kalian akan baik-baik saja."
Aku terkekeh, "Tentu. Aku akan membuatnya tinggal nyaman disini."
"Tentang itu..."
"Aku akan memikirkan nya dengan baik-baik. Aku juga tak ingin terlalu percaya diri, ataupun menentukan apa yang tak bisa aku katakan."
"Aku paham. Kau sangat lebih dewasa kali ini." Tawanya di ujung sana.
"Tentu saja, aku sudah sangat amat dewasa. Ah, tua mungkin?" tawaku.
Ia terkekeh, "Perkataanku tentang menemukan teman hidupnya adalah tulus. Aku ingin kau juga bahagia. Cari kebahagianmu, karena kau sudah membantu kami terlalu banyak."
"Kalianlah bahagiaku, terima kasih Oppa." balasku.
Aku menutup telepon ketika kami telah menyelesaikan pertanyaan biasa hingga suara nya sudah tak terdengar lagi. Aku melangkah kembali ke meja makan dengan melihat tatapan Sehun yang meruncing penuh kecurigaan.
"Ini." Kataku mengembalikan handphonenya.
"Apa?" tanyanya.
"Bukan apa-apa." jawabku.
Sehun menggeleng penuh kecurigaan.
"Kau tahu, baru dua jam kita bersama, namun duniaku seperti berubah menjadi medan perang." Kataku sembari memperlihatkan layar handphoneku yang bertuliskan nama 'My Boss'
"Jika kau di pecat, aku akan mengenalkanmu dengan managementku." Tawa Sehun meledek.
Aku memutar kedua bola mataku, "Aku jawab telepon ini dulu."
Sehun mengangguk cepat. Namun ketika aku menjawab telepon bosku, Sehun malah menuliskan sesuatu di tisu makan dan memperlihatkannya padaku.
---aku menemukan sesuatu tentang Suho Hyung.---
"APA???!!!" kataku sembari membesarkan kedua bola mataku.
"Ha-halo?? Zahra kamu dengar suara saya??!!" suara di telepon terdengar membentak.
"Ma-maaf Pak, tadi saya bicara-"
Sudah dipastikan, aku akan di pecat karena tingkah Oh Sehun yang saat ini malah tertawa membalas tatapan ku yang ingin sekali menjungkir balikan tubuhnya.
***
to be continue? please Vote YES / END ??
***
Komen "Sehun" jika kamu ingin mengetahui kisah Sehun selanjutnya.
Komen "Suho" jika kamu ingin tahu bagaimana ia ditemukan/ tidak.
Komen "Kai" jika kamu ingin mengetahui kisah anaknya.
Komen "Chanyeol" jika kamu ingin mengetahui kisah pernikahannya.
Komen "Kyungsoo" jika kamu ingin mengetahui perjalanannya menjadi actor.
Komen "(nama member)" lainnya, yang ingin kamu ketahui dari kisah ini.
***
Untuk melanjutkan kisah ini, aku coba lihat antusiasme nya ya, jika mencapai 500 komen, akan aku lanjutkan, jika belum, artinya kisah ini biarlah menjadi rahasia para tokohnya, dan berakhir seperti pada BAB "AKHIR"
***
Author's note:
Ada yang rindu dengan kisah ini?
Ada yang sudah menebak kemana kisah ini akan berlanjut?
Sebetulnya, kisah mereka memang sudah berakhir di chapter 'Akhir' tapi karena aku lagi kangen banget sama EXO, tiba-tiba aku jadi pengen nulis lagi.
Em, satu persatu member udah berangkat wamil.
hhh... kangen ot9.
Thank you for staying.
xoxo
Temilladwenty.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top