12

"I do not say goodbye. I believe that's one of the bullshitiest words ever invented. It's not like you're given the choice to say bad-bye, or awful-bye, or couldn't-care-less-about-you-bye. Everytime you leave, it's supposed to be a good one."

.

Benar, aku Zahra. Seseorang yang menceritakan serentetan kisah paling menyedihkan dalam hidupku. Aku berharap bahwa ini adalah bukan kenyataan. Namun ketika aku membuka mataku, ini semua adalah takdirku yang telah berlalu. Ketika aku memejamkannya pun, kenangan itu tetap terlintas dengan sangat menyakitkan. Ajarkan aku melupakan kisah ini. Ajarkan aku untuk berhenti menangis setiap mengingatnya. Ajarkan aku cara untuk melupakan ini semua. Ya, semuanya.

Pertemuan lalu, saat takdir menuliskan bahwa ada seseorang yang menyelamatkan ku dari sebuah kejadian mengerikan, seseorang yang mengulurkan tangannya membantuku keluar dari sebuah pintu dalam kegelapan, seseorang yang mengantarkan langkah demi langkahnya untuk bersama-sama bertahan hidup, dan seseorang yang menyeretku keatas permukaan air untuk melihat dunia kembali. Seseorang itu adalah penyelamat hidupku.

Tak pernah aku menyangkanya, seseorang yang menyelamatkan hidupku adalah orang yang dulu ingin sekali aku lupakan dihidupku. Aku pernah membencinya karena aku terlalu menyukainya. Ingin sekali aku berhenti melupakan orang itu, yang membuat hariku bagai impian yang akan menjadi mimpi selamanya. Orang yang dulu sekali membuat waktuku terbuang hanya untuk melihatnya dari kejauhan, melihatnya dari layar, mendengar suaranya melalui headset. Seseorang yang sekuat tenaga ingin ku lupakan, ternyata menyelamatkan hidupku.

Seseorang yang menjadi impianku sekaligus mimpi indahku. Seseorang itu bukan untuk se'orang. Namun, mereka semua. Impianku bertemu mereka, menjadi kenyataan. Impianku agar mereka memanggil namaku, menjadi kenyataan. Impianku agar mereka menatap kedua mataku dari dekat, memang menjadi kenyataan. Apalagi ketika bisa menggenggam tangan mereka, impianku sungguh nyata.

Namun, apakah aku bahagia dengan pertemuan yang nyata itu?

Ketika dulu, mengetahui status hanya Sebatas Idol-Fans, kenyataannya memang 'Pahit' bagi semua penggemar. Saat aku menghabiskan uang untuk mereka, membeli album, menjalani project ulang tahun mereka bersama fandom, streaming musik mereka dan membeli merchandise idolaku. Apalagi ketika menonton konser, dan dapat berbalas pandang sekian detik, itupun kalau beruntung dari ribuan penonton yang melihat. Mereka segalanya bagiku, namun bagi mereka, siapa aku? Aku melihat mereka tersenyum padaku, tapi aku berpikir, 'Mereka pasti sudah punya pacar kan?' Dan ketika semua itu terpampang nyata didepan mataku, aku menyadari kalau hubungan kami hanya sebatas idol dan fansnya. Itupun kalau mereka menyadari kehadiranku, bagaimana kalau tidak? Bukankah artinya mereka tak tau bahwa aku ada di dunia ini? Itu menyakitkan.

Aku berkali-kali berpikir untuk keluar dari fandom tapi tak bisa. Aku bahagia melihat mereka bahagia. Aku sedih melihat mereka sedih. Karena kehadiran mereka, aku bisa merasakan 'me-time' yang berharga dalam hidupku. Hingga aku berpikir, apa mereka salah tak menyadari kehadiranku? Apa mereka salah tak bisa membalas perasaanku? Tentu bukan salah mereka.

Apa mereka diam saja menerima cinta yang begitu banyaknya? Apa mereka terlihat acuh? Apa mereka menghamburkan uang mereka begitu saja? Aku berpikir lagi, bahwa inilah kehidupan. Dimana mencintai menjadi sangat mudah dilakukan, dan melupakan begitu menyakitkan.

Apa mereka diam saja? Tidak, pernah semua anggota menyiapkan truk makanan untuk para penggemar di acara musik selama promosi Monster / Lucky One, Chen bahkan memutuskan untuk berhenti menerima hadiah dari para fans karena cinta fans sudah cukup baginya. Chen, Lay, dan Sehun memberitahu para fans untuk tidak membeli begitu banyak album dan menghabiskan uang untuk mereka.

Apa mereka tak membalas cinta fans? Tidak, Lay, Chanyeol, dan Chen menulis lyric 'Promise' (exo 2014) untuk fans, Apa mereka tak memperhatikan fans? Tidak, setiap kali Lay memiliki waktu di bandara, dia selalu membaca surat penggemar, Chanyeol terjaga sepanjang malam untuk menyelesaikan "Moon", sebuah lagu yang ia tulis dengan fans selama siaran VAPP, Baekhyun menyebut para penggemar adalah putrinya karena ia ingin melindungi dan menemani fans.

Jadi, apa menjadi fans berarti harus memiliki mereka? Apa harus idolmu menikahimu? Aku sadar bahwa mereka telah melakukan hal-hal yang mereka ingin lakukan bersama penggemar, meski itu bukan diriku. Aku paham bahwa kami tinggal di letak dunia yang berbeda, seandainya mereka memiliki tangan yang sepanjang lingkaran globe, mungkin mereka akan memeluk fans diseluruh dunia dengan eratnya.

"Hari ini kami datang bersama sebagai satu. Kami tidak perlu bahasa. Kita hanya perlu musik. Kita hanya perlu EXO dan EXOL" -Suho pernah mengatakan itu.

Dan apakah bertemu mereka adalah satu-satunya cara untuk menunjukkan rasa cintaku pada mereka? Sebenarnya, dan seharusnya tidak.

Aku lebih bahagia jika kami tak pernah bertemu jika bertemu menjadi malapetaka. Aku lebih bahagia jika impian ku tak pernah terwujud untuk bisa menatap mereka langsung, menggengam tangan mereka, jika caranya sangat menyiksa.

Sekalipun bertemu dengan idolaku, aku membencinya. Pertemuan paling mengenaskan dalam hidupku. Namun aku menyadari sesuatu, bahwa yang terjadi.. memang harus dilewati.

Aku bertanya-tanya, mengapa ada sebuah pertemuan jika akhirnya seperti ini? terbaca seolah kisah cinta kan? Namun tidak, ini bukan kisah cinta manis yang akan membuat ku tersenyum.

Suatu saat ketika kau selalu berdoa untuk bertemu dengan idolamu dan membayangkan kisah-kisah romantis nan realistis dalam drama dengan nya, urungkah kisah itu dan berdoalah hanya untuk keselamatannya, untuk kesehatannya, dan kebahagiaannya.

Karena cara Tuhan berbeda-beda untuk mempertemukan seseorang, tak tau akan indah atau sebaliknya.

.

.

"Zahra!" seseorang memanggilku, menghentikan lamunanku di sudut ruangan. Aku tersenyum memandangi seorang wanita yang berjalan mendekati kursi dipinggir jendela tempat aku menginap hari ini.

"Udah siapkan?" tanyanya, dan ku jawab dengan anggukan, "lightstick nya?"

Aku segera bangun dan berjalan menuju kasurku, ku ambil tas yang menggeletak dan menemukan lightstick di bawahnya. "Taram!" kataku terkekeh menunjukkannya.

Ia segera menarik tanganku untuk bergegas, "Cepet deh kayak gak tau antriannya aja!" kesalnya.

"Wait!!!" aku segera merangkul tasku dan berjalan mengikutinya dengan tergesa. Padahal hotel tempat kami menginap sangat dekat dengan gedung yang kami tuju. Namun rupanya, seperti fangirl biasanya, untuk menonton konser diperlukan waktu berjam-jam sebelum acara dimulai. Dan ia tak tau bahwa aku memiliki tiket yang sedikit berbeda. "Karina tunggu!" teriakku ketika langkahnya mulai meninggalkanku jauh.

Langkahku semakin berat ketika gedung besar itu sudah nampak benar-benar didepan mataku. Konser kali ini berbeda, sangat berbeda. Jika sebelumnya aku merasa tergesa-gesa ingin datang dan melihat idolaku. Kali ini, semua terasa berbeda. Langkahku berat. Sangat berat. Berkali-kali semalam sebelumnya aku terus menghapus air mataku. Berkali-kali aku ingin sekali memutar waktu. Namun semua nya hanyalah takdir yang Tuhan tuliskan untukku, dan untuk... mereka.

"Ra, antriannya panjang banget," Karina berhenti begitu melihat antrian yang cukup panjang didepan sana. Dan aku hanya menghela nafasku sembari tersenyum menatapnya yang ikut datang bersamaku sejak kemarin.

Aku mengeluarkan tiket yang ku miliki dari dalam tasku.

EXO PLANET #10  : EXO COMEBACK STAGE in Seoul
  올림픽체조경기장 

Aku kembali menghela nafasku. Berdiri didalam Olympic Gymnastics Arena, dimana konser pertama bagi EXO setelah masa hiatus beberapa tahun lalu. Masa dimana mereka kembali berdiri di atas panggung bersama.

Dan mungkin aku beruntung karena menjadi seseorang yang diundang mereka. Dan hari ini, bertepatan dengan dua tahun kejadian itu berlalu. Haruskah aku bahagia? Haruskah aku...

"Ra!" Karina menyenggol lenganku, membuat pikiranku terpecah kembali. "Yuk!"

"Kita masuknya lewat sana Kar," aku menunjuk sebuah pintu yang bebas dari antrian. Dan hal itu membuat kedua mata Karina membulat lebar-lebar.

"Serius Ra? Jangan bercanda!" Aku menggendeng tangan Karina sembari menyeretnya dengan 'tertawa'.

Langkah demi langkah ku tapakki. Beberapa ruangan telah terlewati. Dan sampailah pada hall dimana kursiku dan Karina tersedia. Ada namaku disana, label yang menempel disalah satu kursi penonton bagian depan. Karina tiada hentinya berfoto dan merasakan senang bisa duduk disampingku. Dan aku? Kenapa hatiku gelisah?

"Kar, tunggu disini sebentar ya." Dan Karinapun mengangguk.

.

.

.

Langkahku kali ini berjalan menuju belakang panggung, dan aku tau persis bahwa aku pasti dilarang untuk masuk kedalamnya. Namun dengan menelpon salah satu member sudah cukup bagiku bisa masuk kedalam sana. Semakin mendekati sebuah ruangan, dimana mereka masih bersiap. Aku berdiri persis di depan ruangan itu. Dan aku bisa melihat label EXO yang tertempel dipintu itu membuatku tersenyum bahagia, karena mereka bisa melewati masa-masa sulit yang lagi-lagi mereka harus hadapi.

Lagi-lagi aku terus berpikir, apakah aku beruntung? Haruskah aku bahagia? Rasanya ingin tersenyum dengan lepas, tapi tidak dengan mataku yang memerah.

Aku mengigit bawah bibirku menahan tangisku, dan ku langkahkan kakiku mundur. Aku tak bisa melihat mereka saat ini. Tidak untuk saat ini. Dan aku berlari untuk kembali ketempat dudukku.

Karina melihatku bingung karena sekarang, aku menangis. Karina hanya diam dan kemudian memelukku. Ia tahu kisah menyedihkanku. Dan ia paham, bahwa saat ini aku sedang tak baik-baik saja. Dan aku tau, disana mereka yang sedang menyiapkan konser bagi mereka juga sedang tak baik-baik saja.

Menit demi menit terlewati...
Beberapa jam telah berlalu...

Dan lampu dipadamkan...

Menyisakan lampu yang menyoroti panggung...

Menyinari para bintang yang memang seharusnya bersinar di atas sana...

Bagaimana jika.. pertemuan yang pernah aku impikan, menjadi kenyataan. Namun bagaimana jika pertemuan itu membuat orang lain merasakan perpisahan?

Tapi tampaknya, kata itu bukan lagi 'bagaimana jika' namun memang telah menjadi kenyataan. Kenyataan yang menyakitkan. Kenyataan yang menyiksa. Kenyataan yang membuatku...

Tsk..

tsk...

tsk...

"Ra..." Karina merangkulku. Tangisku masih menetes dan semakin bercucuran dengan derasnya. Sejak sinar itu menyinari mereka, aku menyadari ada yang berbeda di atas panggung itu. Tak ada bentuk panggung yang melingkar atau melebar. Hanya ada satu stage didepan sana. Beberapa kursi diatas sana tak akan diangkat. Kursi itu akan menemani seseorang disana. Seseorang yang tak mampu berjalan dengan normal lagi dengan kedua kakinya, untuk entah sampai berapa lama. Tak ada lagi tarian indah disana. Tak ada.

Tsk..

tsk...

tsk...

Meskipun semua telah berbeda,  mereka tetap tersenyum. Sesekali terlihat mereka sangat berusaha memperlihatkan senyum merekah mereka. Mereka tetap berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja.

Mereka bersinar diatas sana, dengan segala keterbatasan. Dengan segala perubahan yang ada. Namun hidup harus tetap berjalan. Dan ini adalah hal tersulit dalam hidup mereka untuk menentukan kelanjutan dari perjalanan karir mereka. Akhirnya mereka bisa memantapkan diri mereka berada diatas panggung lagi. Dengan cacian apapun itu, dengan makian, hinaan lainnya. Toh hari ini, terbukti dengan ribuan penggemar yang datang. Ada ribuan orang yang tetap menanti mereka. Ada ribuan orang yang masih mendukung mereka. Ada ribuan sinar yang akan menyoroti mereka. Apapun yang terjadi.

Mereka masih diatas sana.

Saat lagu pertama itu usai. Aku menghapus air mataku. Semua lampu menjadi gelap, menyisakan lampu dari lightstick kami yang menyinari ruangan nan besar ini. Seolah menjadi satu, titik demi titik diatas panggung bersinar. Para member menyalakan lightstick yang sama. Dalam kegelapan, seseorang disana berkata dengan nada yang tak bisa ditebak.

"Terimakasih karena kalian tetap datang, terimakasih karena kalian masih disini,"

Sebuah tulisan dari lightstick terbentuk dengan indahnya,

EXO

WE ARE ONE

Dan suara teriakan dari EXO-L terdengar dengan kencangnya, sama seperti apa yang terlihat.

"EXO! WE ARE ONE! WE ARE ONE! WE ARE ONE!"

I love you in the light, I love you in the dark,EXO. -Bisikku dalam hati.

"WE ARE ONE! WE ARE ONE! WE ARE ONE!"

Aku ikut berteriak, apapun yang terjadi, kita tetaplah satu, bukan begitu?

Karena hidup memang tak pernah abadi, suatu saat bisa saja terjadi banyak hal yang tak bisa dihindari. Hanya percaya, bahwa takdir itu adalah jalan terbaik untuk kehidupan selanjutnya. Percaya bahwa semua yang terjadi, memanglah salah satu perjalanan menuju jalan yang lebih tinggi lagi.

Aku memperhatikan sekelilingku, dan betapa bahagiannya bahwa jauh disana, dikegelapan yang hanya tersinari oleh titik sinar lightstick, tak jauh.. ada deretan orang-orang yang pernah bekerja keras bersama mereka. Dideretan yang tak jauh dariku, dengan masker diwajahnya dengan topi dikepalanya, namun aku tau siapa mereka. Sorotan mata itu tak berubah, tiga member yang dulu pernah bersama-sama berjuang dengan mereka yang ada diatas panggung saat ini. Aku bahagia, karena mungkin banyak yang tak menyadarinya, tapi mereka benar-benar disini.

Diluar sana, banyak hujatan dan cacian tentang mereka, yang bahkan aku pernah hanya menyebut nama salah satu mantan member di sebuah group internasional dan mereka mencaciku untuk tidak menyebut nama orang yang meninggalkan group nya demi kesuksesan diri sendiri. Namun masih banyak juga yang menantikan mereka bisa bersama lagi. Namun apapun pilihannya, semua itu ada ditangan mereka. Bagaimanapun pilihan mereka, tak ada yang benar-benar tau apa yang terjadi dan bagaimana hubungan mereka, kecuali mereka sendiri. Bukankah seorang penggemar harus mencintai idola dengan apa adanya? dengan mendukung, dan tidak mencacinya, apalagi mengikuti urusan pribadi yang menghakimi tanpa bukti.

Setidaknya mereka pernah bejuang bersama. Dan mereka tak lupa pernah menginjakkan kaki di tempat yang sama. Mereka mempunyai cara untuk berjuang dalam hidupnya masing-masing. Semua cara yang terkadang dilihat begitu miris, memuakkan dan memalukan. Mereka bisa saja berubah. Dinilai menjadi lebih baik atau lebih buruk. Tapi mereka adalah mereka yang tetap tersenyum didepan penggemarnya. Mereka membagi tawa mereka, dan menyimpan tangis sendirian.

Dan aku percaya, seseorang lagi yang tak ada diatas panggung itu, ataupun dideretan penonton ini. Ia melihat dari kejauhan. Dari suatu tempat yang setiap orang akan kesana jika waktunya tiba. Seseorang itu, yang akan kami kenang selama-lamanya. Seseorang yang selalu berusaha menjadi lucu untuk menghibur yang lainnya. Seseorang yang selalu menguatkan member lainnya, seseorang yang akan menghampiri member lainnya ketika menangis. Ia yang akan menghapus air mata itu. Ia akan memeluk member lainnya untuk menguatkan. Ia yang memegang tropi kemenangan disetiap penghargaan. Tak kan pernah ada yang bisa menggantikannya. Tak akan pernah. Terimakasih, telah menjadi pemimpin yang terbaik.

Walaupun aku masih ingat disaat-saat terakhir kebersamaan mereka yang seharusnya indah, terasa begitu... menyakitkan. Aku tau masih ada banyak kenangan indah lainnya yang menutupi rasa sakit itu.

***

Untukmu.
Untuk EXO, dari EXO-L.

Kadang aku bertanya-tanya bagaimana bisa suaramu terdengar begitu indah.
Setiap nada yang kau nyanyikan berikanku kebahagiaan.
Mataku seolah tak dapat lepas darimu.
Kau buat panggung terlihat seperti kanvas bagimu.
Kesedihanmu terkiaskan oleh senyuman, dan kau tahan semua kesakitanmu sendirian.
Kau tunjukkan semua baik-baik saja,
dan kau bersinar lebih terang dari apapun,
semua demi janjimu yang terdahulu.

Pasti ada kalanya kau terjatuh ke lembah terendahmu,
dan kau hanya menghakimi dirimu sendiri.
Jangan katakan maaf, jadilah dirimu sendiri.
Milikilah sedikit keyakinan dalam dirimu,
kau takkan pernah sendiri, kau takkan pernah berjalan sendirian.
Tegarkan dirimu dan bintangpun pasti dapat kau raih.
Percayalah pada dirimu sendiri.

Kau akan selalu memiliki kami sebagai tempatmu bersandar.
Semuanya akan baik-baik saja.

Setiap gerakan dan langkah yang kau pelajari dalam malam-malam yang melelahkan membuat kami khawatir.
Rasa lelah terlihat di wajahmu,
kau berjanji untuk selalu bekerja keras, hari demi hari.
Tapi rasa bersalah selalu menghantui kami.
Apakah kami berhak untuk meminta lebih lagi?

Melihat luka dan memar pada dirimu terasa begitu menyakitkan,
dan yang kau dapatkan dari pengorbananmu adalah rasa sakit dan luka yang baru?
rasa takut akan membuat kami kecewa selalu menghantuimu, rasanya seperti mimpi burukmu.
Maafkan kami karena menjadi salah satu sumber kesedihanmu,
walaupun kau meyakinkan kami bukanlah bebanmu.

Terimakasih sudah mencintai kami dengan tulus dan mempercayai kami sepenuh hatimu.
Walau dunia tak mengakuimu, kami akan selalu bersamamu.
Takkan kami biarkan kau berjalan sendirian.
Kau pasti akan mencapainya, kami berjanji akan membawamu kesana,
mendaki puncak dunia.

Walaupun badai menghadang, kami akan berdiri bersamamu.
Tidak ada yang bisa menjatuhkanmu.

Terimakasih atas musik yang indah yang kau tulis dengan sepenuh hati.
Melodi yang indah dan kata-kata yang tak terucapkan telah mengakhiri hari-hari senduku.

Aku berterimakasih atas semua kebahagiaan yang kau berikan.
( Ku berterimakasih atas semua kenangan yang indah )
Terima kasih telah meminjamkan sayapmu.
( Ku berterimakasih, terimakasih atas simfoni yang begitu mempesona )

Setiap kekuatan yang kau berikan kepada kami,
ini saatnya kami melakukan hal yang sama.

~Pasti ada kalanya kau terjatuh ke lembah terendahmu.
dan kau hanya menghakimi dirimu sendiri.
Jangan katakan maaf, jadilah dirimu sendiri.
Milikilah sedikit keyakinan dalam dirimu,
kau takkan pernah sendiri, kau takkan pernah berjalan sendirian.
Tegarkan dirimu dan bintangpun pasti dapat kau raih,
Percayalah pada dirimu sendiri.~

c : DEAR, YOU: a Response ver of "약속 (EXO 2014)"
by : applepoppi

***

EXO, I really hope you understand your fans' sincerity and know that you're never alone. We've got your back since the beginning and we'll help you soar and achieve your dreams.

This was so beautiful. Melihat kalian diatas panggung adalah keindahan yang melebihi apapun dalam hidupku. Dan melihat senyum kalian, adalah kebahagiaan bagiku. Dan kesedihan kalian, juga duka terdalam untukku.

***

Hari itu sebenarnya tidak pernah ada pemakaman.
Hari itu sebenarnya tidak pernah ada kata ditemukan.
Hari itu berakhir begitu saja.
Namun biar semua orang tetap mencari dan menunggu.

Terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top