10
Ketika impian berubah menjadi mimpi buruk, bangunlah!
***
Pagi ini, setelah tak tidur seharian. Aku kembali memaksakan diriku untuk berjalan kesebuah ruangan. Hanya untuk memastikan, bahwa dia benar ada disana. Dan untuk sebuah harapan, bahwa ia akan terbangun. Apapun yang terjadi setelah ia terbangun, aku berjanji akan tetap dibelakangnya, menjadi pendorong semangatnya. Menjadi lampu untuk membiarkannya bersinar sedang aku bersembunyipun tak apa. Apapun itu, asal ia membuka kembali matanya.
"Kau sudah sarapan?" seseorang berdiri dibelakangku. Aku hanya mengangguk. "Bohong!" Ia mengacak rambutku dan mengajakku keluar dari ruangan itu. Ruangan dimana seseorang sedang memperjuangkan hidupnya.
Chanyeol mengajakku untuk keluar, dan aku menurutinya. Kami berjalan menuju kamarnya, dan member lainnya.
Saat pintu terbuka, aku bisa melihat, "Xiumin? K-kau sudah bangun?" tanyaku segera mendekatinya. Ia tersenyum namun mengerutkan keningnya juga, siapa aku? pasti itu yang ada dikepalanya saat ini. Namun aku tak perduli dan tetap tersenyum menatapnya.
Dan, disana.. Chen. Ia ikut menatapku dengan wajah yang juga sama bingungnya. Namun aku bahagia, bahagia bukan karena tatapannya. Tapi karena keduanya sudah sadar. Sudah bangun, dan bisa menatap dunia kembali.
***
Sudah lebih dari 25 hari sejak kecelakaan itu, dan seseorang disana masih terbaring. Belum ingin melihat duniakah? Sedang hari ini juga, aku sudah diizinkan untuk meninggalkan rumah sakit. Namun karena kasus ini belum selesai, aku sudah diberitahu untuk menginap di hotel dan dalam waktu tak lama lagi, sidang pertama untuk kasus ini akan diadakan.
Aku juga sudah berganti pakaian, dan berkemas. Hanya kakiku belum bisa meninggalkan ruangan yang satu ini. Setiap pagi dan malam aku datang kesini untuk menengoknya, berharap ia akan membuka kedua matanya.
Aku menghela nafasku, kemudian berjalan keluar ruangan, tempat dimana Sehun sedang berjuang untuk hidupnya, sendirian. Langkahku terasa sangat berat, dan lagi, diluar sana.. musim salju akan segera berakhir. Tak ada musim salju yang indah dalam liburanku. Yang tersisa hanya menikmati salju pertama dengan keadaan paling mengerikan dalam hidupku.
Langkahku semakin menjauh dari ruangan hening itu.
Dug.
"Ah, maaf," kataku pada seorang pria yang ku tabrak. Aku membulatkan mataku, dan menguceknya untuk memastikan seseorang yang baru saja ku tabrak.
Pria pirang dengan topi dan masker itu hanya mengangguk, kemudian berlalu dari hadapanku.
"Tu-tunggu!" panggilku membuat langkahnya terhenti. "Kau?"
Ia tak menoleh dan melangkahkan kakinya berlalu. Namun, ia menuju sebuah ruangan yang ku tau hanya beberapa saja diantara orang-orang disini tau bahwa itu ruangan Sehun.
Aku mengikuti langkahnya perlahan. Mengintip melalui pintu yang masih terbuka sedikit. Dan disana, pria itu membuka topinya. Matanya memerah berkaca-kaca.
Tanpa ku sadari langkah kakiku memasuki kembali ruangan itu dan menatap pria itu lebih dekat untuk memastikan.
Deg.
Mata kami saling bertatapan begitu ia menoleh menatapku.
"Lu?"
"Panggil perawat!" katanya menyuruhku, membuatku terkejut bukan main, "Cepat!"
"Ah apa? ... Eh..." Aku melihat kearah Sehun yang membuka.... "Oke!" aku bergegas berlari keluar ruangan. Kakiku melangkah sangat cepat sebelum aku sadar, diruangan itu sebenarnya ada tombol memanggil perawat? Ah, aku memang bodoh. Namun ketika aku ingin membalik badanku. Ya, tak apa. Lagi pula aku harus memberitahu yang lainnya.
Aku melewati meja perawat dan menyuruh mereka yang ternyata memang sudah bersiap-siap menuju ruangan Sehun, sepertinya pria itu terkejut dan menyuruhku namun sepertinya ia pasti sudah memencet tombol memanggil perawat didalam sana. Bodohnya aku!
Grek.
Aku membuka pintu sebuah ruangan, "Sehun... hosh hosh hosh..." aku terengah menghela nafas, "Ia sudah sadar!" lanjutku. Membuat semua mata mereka tertuju padaku.
.
.
.
Aku? Aku tak ikut masuk. Kenapa? Ya, kenapa juga aku harus masuk? Siapa aku?
Namun disini, diluar ruangan itu. Aku bahagia, karena baru saja melihat Sehun membuka kembali matanya. Dan lagi, aku melihat... Luhan.
Mereka semua didalam sana, membutuhkan waktu bagi mereka sendiri. Dan aku akan menjadi penggemar yang sopan dan baik hati untuk tidak mengganggu waktu mereka.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top