05
"One thing to do before I die."
.
.
.
Menit-menit paling menegangkan baru saja terlewati. Hening kemudian. Aku bisa merasakan sesak lagi. Kami kehabisan air minum, makanan, dan kini keadaan semakin buruk.
Chanyeol tiba-tiba bangun dan terduduk disampingku, ia membisikanku sesuatu, "Apa kau merasa sesak?" tanyanya.
Aku menoleh, jangan-jangan? Chanyeol... penyakitnya kambuh? Tapi aku memang merasakan sesak. Tapi ini karena dadaku terus bergemuruh memikirkan hal buruk yang akan terjadi berikutnya. Aku tak bisa berhenti membayangkan cuplikan demi cuplikan yang sungguh membuatku takut.
"Tidak?" tanyanya membuatku berhenti melamun.
Aku tersenyum, "Bagaimana kalau kau tak memikirkannya?"
"Jadi hanya aku yang sesak?" tanyanya. Aku menggeleng, jangan sampai ia berpikir kalau penyakitnya akan kambuh. Aku harus bisa membuatnya berpikir hal lain. Tapi jika aku banyak bicara, aku akan kehausan. Tak apa!
"Chanyeol, apa hidungmu sakit?" tanyaku melihat wajahnya memerah. Ia pasti kelelahan dengan semua hal yang ia lakukan. Chanyeol mengerutkan keningnya berpikir sejenak.
"Aku.. aku hanya lelah," Chanyeol segera menggeletakkan tubuhnya berbaring lagi. Aku memegang keningnya. Astaga dingin sekali! "Hei, apa yang kau lakukan?" tangannya menggapai pergelangan tanganku. Aku segera menarik tanganku.
Aku membandingkan dengan keningku, suhunya berbeda denganku. Keningnya lebih dingin dari pada aku. Kemudian aku memperhatikan bajunya, ia basah. Lebih basah lagi dari sebelumnya. Aku melihat member lainnya. Dan ya, mereka semua kebasahan.
Mereka sangat sangat mirip monster. Berantakan, kacau, dan sangat memilukan. Aku menatap Chanyeol kembali yang kini memejamkan kedua matanya, dan aku melihat ada sedikit luka di bawah matanya.
"Sejak kapan kau terluka?" tanyaku. Ia menghela nafasnya sembari mengangkat pundaknya. Aku mendekatkan kotak obat, "Ini obati dulu."
Chanyeol membuka matanya, "Kenapa?" tanyanya. Aku menaikkan kedua alisku bingung, "Kenapa kau tak mau mengobatiku? Bukannya kau tadi mengobati luka Sehun?" tanyanya.
"Eh, bukan begitu," aku jadi bingung sendiri mendengarnya.
"Apa karena kau tak menyukaiku? Dari awal bukankah aku memarahimu? kau sudah lihat kan aku memang pemarah." katanya terkekeh. Aku menggaruk belakang telingaku yang tak gatal. Mana mungkin aku tak menyukai pria tampan ini astaga! Masalahnya adalah letak lukanya, dan.. tanganku gemetaran karena dingin.
"Su-suho Oppa," panggilku sopan. Suho terbangun dan segera duduk. "Bisa.. bisa kau obati luka dia."
"Dia?" Chanyeol masih berbaring dan membesarkan kedua matanya, "Kau pikir aku siapa? Ashhh sudahlah, aku tak perlu diobati," Chanyeol memalingkan wajahnya dan berbaring membelakangiku.
"Sekarang kau memanggilku dengan sopan, apa umur kita berbeda jauh?" tanya Suho tak perduli pada Chanyeol yang sedang merengek.
Aku tertawa, "Ya, sepertinya agak berbeda jauh. Maaf kalau sebelumnya aku tak memanggil namamu sopan. Umurku dua tahun di bawah Sehun."
Chanyeol membalikkan tubuhnya menatapku, "Kalau begitu kau harusnya panggil aku Oppa juga?"
Aku terkekeh, "Atau ahjussi?"
Dia segera terduduk dan mengacak rambutku, "Tidak sopan!" dan kemudian ia kembali berbaring membelakangiku.
Aku menekan punggungnya, "Bangunlah, aku akan mengobati lukamu."
Ia tak merespon. Suho juga mengangkat bahunya terkekeh. Sementara itu Baekhyun tiba-tiba saja berdiri di atas kap mobil.
"Airnya.." wajah Baekhyun cemas menatap kami.
Aku dan yang lainnya segera terduduk dan menatap sekitar. Air semakin naik, dan anehnya semakin cepat naiknya. Sepertinya ada sisi lain yang membuat air ini bisa masuk secepat itu. Suho segera membantu Baekhyun mengangkat Sehun untuk naik ke atas atap. Kami duduk sangat rapat, space mobil ini tak besar dan kami berdesakkan diatasnya. Kai diseberang sana kelihatan lebih cemas lagi. Entah kenapa, tapi aku dan mengalihkan pandanganku pada Sehun segera. Wajahnya pucat sekali, persis seperti monster atau lebih parahnya mayat. Bibirnya putih pucat, matanya sayu, dan tubuhnya bergetar hebat.
Air sudah setinggi kap mobil, atau mungkin diatas pinggangku yang memiliki ketinggian tubuh keseluruhan 165 cm. Jika aku berada didalam air itu selama lima belas menit saja, mungkin tubuhku akan berubah menjadi balok es.
Duk. Aku merasakan seseorang menindih pundakku. Aku melirik sedikit, menyadari tubuh dingin dan basah itu menempel pada punggungku, sedang kepalanya tertunduk lemah di bahuku.
"Kau baik-baik saja?" tanyaku pada Sehun yang berusaha tersenyum tanpa memandangku.
"Ap-apa yang akan kau lakukan jika ini adalah sisa waktu dalam hidupmu?" bisiknya sangat pelan.
Deg. Jantungku terasa robek saat ini juga.
"Sehun-ah..." panggilku sedikit memiringkan kepalaku ingin menatapnya.
Ia hanya terkekeh, "jawab aku," bisiknya lagi.
Aku memalingkan wajahku, menatap Kai yang kemudian entah kenapa mengambil alih anak kecil yang dipangkuan nenek itu ke pangkuannya, dan tetap menjaga anjing yang kemudian terduduk disampingnya. Sang kakek yang kemudian memeluk nenek itu lebih erat. Baekhyun yang ternyata sedang mengobati luka Chanyeol, dan Suho yang mengatur entah sesuatu disampingnya. Kami semua terduduk merapat.
Aku kembali melirik Sehun, "Kau belum menemukan jawabannya?" tanyanya.
Aku menghela nafasku, tak ingin menjawab. Pertanyaan yang cukup membuat bulu kuduk merinding, darah berdesir dan otak melayang-layang. Bagaimana tidak begitu? Benarkah ini akhir dari hidupku? Aku sudah memikirkannya sejak detik aku membuka mata dari kejadian buruk ini. Aku telah mereka-reka apa ini takdir ku untuk mengakhiri hidupku?
Tentu semua orang akan mati, dan kemudian jika terjebak di tempat seperti ini, tentu saja yang akan ku ingat tentang betapa banyak kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Jika memiliki waktu setidaknya lebih banyak lagi dan tak terjebak di tempat ini, tentu aku ingin melakukan banyak kebaikan agar aku bisa masuk ke dalam surga-Nya. Namun sekarang? Apa aku masih bisa menebus dosaku? Apa aku bisa menyampaikan kata maaf pada semua orang yang pernah aku sakiti? Apa aku bisa mengucapkan kata terimakasih pada orang tuaku dan orang-orang yang mencintaiku? Aku bisa apa? Bisa apa jika begini keadaannya?!
"Apa sekarang kau menangis?" suara lemah itu terdengar berbisik lagi, ia terkekeh dalam hempasan suaranya yang lemah. Nafasnya terasa menggelitik pipiku. Aku masih terdiam. "Setidaknya kau bisa bilang, kiss someone famous?" ledekknya.
"Like you?" tawaku. Ia terkekeh. "Jadi, apa yang ingin kau lakukan jika ini adalah waktu terakhirmu di dunia?" tanyaku berbalik padanya.
"I want to kiss someone, because I've never been kissed." tawanya membuatku membesarkan kedua mataku.
"Benarkah?" tanyaku terkejut. Ia berusaha meneggakkan kepalanya.
Ia terkekeh menatapku, "Kau percaya? Ayolah, siapa juga manusia di dunia ini yang belum pernah berciuman diumur yang hampir 30!" katanya dengan nada pelan.
Aku terdiam mengigit bibirku, sebenarnya ini percakapan paling tidak masuk akal dalam hidupku. Dan Sehun menatapku menahan tawanya. "Apa?" kesalku, ia menatapku sembari mengangkat kedua alisnya, "Ya! Aku orangnya!"
Dan dia tertawa, aku memang belum 30 tahun, tapi benar aku belum pernah melakukannya.
"Kenapa? Ka..u cantik," tanyanya kini mengerutkan keningnya.
Aku memutar kedua bola mataku, "Prinsip." jelasku, dan ia kembali mengerutkan keningnya, "Mungkin kau tak mengerti, tapi aku menghargai diriku sendiri. Masa bodo dengan pikiran orang lain yang akan mengatakan aku berlebihan atau apapun itu, tapi setiap orang memiliki prinsip, dan bagiku.. semua bagian dari diriku hanya untuk seseorang yang akan menyerahkan semua bagian dirinya dihidupnya padaku. Dan kita akan menikmatinya bersama. Suatu hari nanti, ketika aku dan dia bertemu dan menjalin sebuah hubungan yang pasti."
Sehun mengangguk seolah takjub, ia hanya tersenyum menatapku dan aku tak mengerti apa maksutnya, apakah ia mengerti atau tidak. Dan ia kembali meletakkan kepalanya di bahuku.
"Baiklah, jadi.. apa yang akan kau lakukan?" tanyanya lagi.
"Entahlah, aku hanya percaya kita akan selamat dan tak mati disini," aku menghela nafasku lagi.
"Kau sangat berbeda denganku, aku sedari tadi membayangkan akan mati disini, seperti ini," ia ikut menghela nafasnya. "Jika saja aku bisa, sekarang aku ingin sekali bernyanyi. Aku ingin sekali bernyanyi dengan baik," aku tak melihatnya menangis, tapi aku cukup bisa memahami ia mengatakannya dengan sungguhan. Namun, bernafas saja sulit, bagaimana caranya bernyanyi? Aku paham bahwa selama ini ia selalu dihina akan kemampuan bernyanyinya, dan mungkin ketika ia telah bekerja keras, dan malah takdir seperti ini yang ia dapat, ia pasti hancur. Hatinya pasti hancur. "Sebentar lagi airnya akan naik, tak ada jalan keluar, kita akan kehabisan waktu."
"Before I Die, I want to give people a reason, to remember my name," aku terkekeh, Sehun menghela nafasnya seolah bertanya, "Jika kau mati, semua orang mengenalmu. Tapi aku? Siapa aku? Aku juga tak tau. Maka dari itu, andai saja ada keajaiban. Aku tak ingin mati sekarang, karena aku bukan siapa-siapa, tak seperti kau, atau yang lainnya." Aku kemudian menatap Sehun yang memejamkan matanya, "Tapi bagaimana ini? Sepertinya aku akan mati sekarang juga."
Sehun segera membuka matanya, ia mendenga menatapku, "Tidak. Kau akan hidup," ia tersenyum, kemudian ia menutup kembali matanya.
"Kita." sanggahku segera. Aku membiarkan dirinya memejamkan matanya, dan aku melihat sesuatu yang agak aneh dihadapanku, tapi aku tak menghiraukannya.
"Chanyeol!" suara Suho terdengar meninggi, dan aku segera menengok kebelakang. Sehun memaksakan dirinya juga ikut terbangun.
Tangan Chanyeol menggenggam baju Baekhyun kuat-kuat. Matanya berair. Nafasnya sangat pendek dan tersenggal.
"Tarik nafasmu pelan, kemudian hembuskan," Baekhyun berusaha membuat nafas Chanyeol membaik. Ia menyuruh Chanyeol meneggakkan badannya dan bernafas teratur. Seharusnya hal ini bisa diatasi dengan meminum air, tapi kami kehabisan.
Aku membalikkan tubuhku dan menggosok kedua tanganku, meskipun hal ini membahayakan diriku sendiri, karena ketika kedinginan, sebaiknya jangan sering menggosok telapak tangan, karena akan menyebabkan serangan jantung, tapi tak apa. Aku menggosoknya hingga hangat dan menyentuh leher Chanyeol. Baekhyun mengikuti dan menghangatkan tangan Chanyeol.
Astaga! Dia sangat dingin! Tak berbeda jauh dengan Sehun. Dan aku... ada apa denganku? Aku ingin menangis! Aku tak bisa melihat semua orang yang begitu aku kagumi tersiksa seperti ini!
Melihat keadaan mereka lewat layar kaca saja membuatku tersiksa, dan kini aku melihatnya secara langsung. Tidak, jangan ... jangan menangis!
Duk.
"Sehun!" kali ini Suho berteriak nama Sehun, dan kalau saja ia tak menarik lengan Sehun, mungkin pria itu sudah terjatuh ke bawah.
Suho menarik tubuh Sehun yang tergulai lemas dan ia sandarkan pada pahanya yang bersila. "Sehun.. sehun!" panggil Suho.
Aku meninggalkan Chanyeol dan beralih pada Sehun, berusaha ikut menghangatkan lehernya.
"Oppa, jangan biarkan dia kehilangan kesadaran," kataku menatap Suho. Suho mengangguk menepuk pipi Sehun. "Sehun, bertahanlah, buka matamu, jangan biarkan kau kalah." pintaku.
Dalam keadaan seperti ini, siapapun tak boleh tertidur. Dalam keadaan dingin, jika seseorang kehilangan kesadaran meskipun itu hanya untuk tidur, mungkin ia tak akan bisa merasakan dirinya bangun lagi. Karena perlahan semuanya akan kaku kemudian.... akh! Aku tak bisa memikirkannya!
Tanganku bergetar hebat, sembari memanggil namanya, "Sehun-ah... Sehun..." panggilku.
If...
...you...
...die
If you die right now...
If I die right now...
If we die right now...
We???
If you died right now, know that i'd die too!
Mataku mengerjab menahan sesak. Dadaku sesak, sangat amat sesak. Nafasku jadi ikut sulit sekali berhembus dengan baik. Tanganku bergetar dan rasa dinginnya semakin mendalam. Kepalaku terasa kencang dan leherku menjadi kaku.
Hingga tak sengaja aku menekan pundak leher Sehun dengan kencang, aku masih memanggil namanya dalam sesak nafas yang ku rasakan. Namanya jadi terpenggal-penggal dan nyaris aku seperti orang yang tak sadar diri.
Aku tak mau ini terjadi! Tidak boleh seorangpun disini menghembuskan nafas terakhirnya! Tidak boleh!
"Se..hun Se..hun..nn" panggilku sembari menggoncang tubuhnya. Kepalaku tertunduk masih dengan mengenggamnya. Mataku tak kuasa lagi menatap tubuhnya yang kaku.
Terdengar suara samar Baekhyun juga yang terus masih membantu Chanyeol. Dan suara nafas Chanyeol yang terbatuk-batuk. Aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi meski ini semua memang sudah sangat buruk!
Tanganku masih memegan baju Sehun keras. Air mataku yang sedetik kemudian mendingin pun menetes tiada henti. Aku rela tak pernah bertemu mereka seumur hidupku asal hari ini adalah hanya mimpi! Aku... aku tak ingin semua ini terjadi! Jangan biarkan mereka pergi dengan cara seperti ini!
Aku ingin melihat mereka bersinar di atas panggung! Aku ingin mereka menjadi bintangku lagi! Tak apa jika mereka bahkan tak melihatku, asal mereka bisa berdiri disana, aku ingin menjadi setitik cahaya di bawah panggung yang bahkan tak mereka ketahui keberadaannya! Aku ingin semua berjalan tetap seperti itu! Aku rela mereka menikah bahagia, mempunyai anak yang manis, berkarir hingga rambut mereka memutih alami.. bisakah? bisakah seperti itu saja?
Aku akan membunuh impianku untuk bertemu kalian dikehidupan nyataku jika bertemu dengan kalian hanya seperti ini caranya. Aku tak akan meminta pada Tuhan untuk mempertemukan ku dengan kalian bila ini jalannya. Aku akan melenyapkan semua keegoisanku untuk sekedar bertatap dengan kalian.. jika seperti ini takdirnya.
"Sehunnn... kau tanya apa yang aku inginkan jika ini adalah waktu terakhir untukku kan?" aku berbisik dalam tangisku, menangis, aku menangis, "aku ingin kau bernyanyi untukku!" aku menggoyang-goyangkan tubuhnya. Aku tak mau tau jika dia bahkan sangat sulit bernafas, aku hanya ingin ia bernyayi.
Jahat. Aku memang jahat menyuruhnya bernyanyi. Tapi aku hanya ingin mendengar suaranya. Saat ini, aku hanya ingin ia membuka matanya.
Tes.
Aku bisa merasakan air mataku menetes. Aku sudah benar-benar merasa bahwa ini memang akhir hidupku!
"Ga-gge-um i.. mu-neul... dad-go nan sae-ngga-ge pp-ajyeo...
...mu-dae wi nae mo-seubeul ..sang-sang-hagon.. hae-sseo...
Sehun... ia bernyayi. Tangan dinginnya perlahan menyentuh pipiku, menghapus air mataku. Ia tersenyum dalam pilunya, sekuat tenaga menyanyikan lagu terindah yang paling ku suka.
..seo-tureun.. nae moseu..bdo.. joha--hae jun neo-yeossjiman..
gwa-bun..han ..geu sa-rang-eul ...badado doe..neunji..
..eon-jena geu.. jar--ie gi-..daryeo-jun neo.. du pa-llo gam-ssa ana-jun.. gom..aun neo"
Nafasnya tersenggal. Ketika keheningan sebagai musik pengiring suaranya yang serak dan terbata.
"Jeoldaero ijji anheul geoya...
..haengbokage mandeureojul geoya hanaran geu malcheoreom," Aku menatap Baekhyun yang ikut bernyayi, persis ketika lirik itu adalah bagiannya.
Aku bisa melihat ada setetes cairan di sudut mata Baekhyun. Dengan merdunya suara itu mengalun. Chanyeol bersandar pada pundak Baekhyun dengan lemas. Ia mengigit bibirnya menahan apa yang ia rasakan.
Aku menarik nafasku, menikmati lagu itu, dan mulai ikut bernyayi. Kami bernyanyi bersama, dengan nada yang bukan sebenarnya, dengan sepelan-pelannya, dengan serendah-rendahnya, dengan terbata.
"Sigani jinado... malhaji motago... mamsogeuro samkineun na...
...mianhadago ..neol saranghandago..
...jigeumcheoreom mideodallago."
Suho mengambil alih lirik selanjutnya, "neol anajulge du son jabajulge ne mami...
...pyeonhaejil su itdamyeon, nae modeungeol bachilge."
Diujung sana, Kai ikut mengigit bibirnya, matanya memantulkan sesuatu yang ingin menetes disana, namun masih berhasil ia tahan, "Ne unneun geu moseubeul jikyeojugo sipeo..."
Mataku kemudian menatap Chanyeol, harusnya ia bernyayi, tapi sepertinya ia tak kuat. Ia terdiam memejamkan matanya, suaranya tertatih sembari berbisik, "jikyeo...jugo ....sipeo."
"Hangsang neol...," Baekhyun melengkapi kalimatnya.
Masih menunggu Chanyeol untuk menyanyikan part nya, namun ia menarik nafasnya.
"Hhh.... hhh.... " ia mengusap kedua matanya, nafasnya tersenggal. Baekhyun dan Suho segera menepuk pundak pria itu. Tak bisa, Chanyeol tak bisa melanjutkan partnya. Tak bisa ketika keadaannya seperti ini. "Hhh.... hhh.... " ia terisak menangis, "Maafkan aku," katanya berbisik. Meminta maaf karena tak bisa melanjutkan partnya.
Suho kemudian merengkuh pundak pria itu, begitu pula dengan Baekhyun yang menjadi sandaran mengusap kedua matanya sendiri yang berair. Sehun yang masih dipangkuan Suho hanya tersenyum menatapku. Ia menggenggam tanganku erat seolah berterima kasih, mungkin berterima kasih untuk memintanya tersadar. Aku memintanya bernyanyi, seperti permintaannya untuk bernyanyi.
Aku tak tau mesti tersenyum atau menangis. Tapi ternyata, aku melakukan keduanya. Dengan air mata menyentuh bibirku yang tersenyum. Aku mendengar mereka bernyayi secara langsung, dan bahkan bernyanyi bersama. Meskipun dengan keadaan seburuk ini. Karena kami tak tau harus berbuat apa lagi selain merasakan tubuh yang semakin kaku.
Suara angin kemudian mengisi keheningan isakkan tangis mereka. Tidak, tangis kami.
Suara air seolah menjadi waktu kehidupan yang tersisa untuk kami.
Even after time, I couldn't say anything and just swallowed my words
Words saying, I'm sorry, I love you, please believe in me like you do now
I'll hug you, I'll hold your hands
If we can be together forever
I'll give you my all
I promise you.
Aku berjanji pada diriku sendiri. Demi waktu yang tersisa, aku tak akan membiarkan sedetikpun kedua mataku terpejam. Jika ini memang takdirnya, biarkan aku menikmati waktu ini. Biarkan aku... menggengam tangan dingin-nya. Dan membentuk senyum semu penuh kebohongan.
Jika kita harus pergi dari dunia dengan cara seperti ini, siap-kah?
***
TBC
Author Notes:
"Gomawo.. mianhae... saranghae!!"
Tau dong ya lirik tadi lagu apa??? Lagu yang cocok sekali menemani part ini.
"PROMISE."
Aku juga mau minta maaf karena sangat lama meng-update part ini. Maaf sangat sangat minta maaf ya, semoga kalian tetap membaca cerita ini meskipun sangat lama updatenya, semoga kalian tetap setia menunggu dan bersabar, meskipun itu melelahkan.
Terakhir, untuk menemani tangisan kalian karena malam ini ga bisa ikutan seru-seruan di Korea ( "EXOPLANET #3 - THE EXO'rDIUM ) aku suka banget sama lagu dibawah ini, "dear, you - response version of promise exo" Terimakasih sudah buat lirik yang begitu indah :')
xoxo
Dwen_michan
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top