02

Mimpiku bertemu dengan-'nya'.
Namun bukan pertemuan seperti ini.

Jantungku berdegup lebih kencang ketika sepasang matanya berhasil menusukku hingga ke hati. Apakah aku bermimpi? Atau ini semua memanglah hayalanku? Apa aku terlalu berusaha berdoa untuk bertemu dengannya hingga Tuhan bahkan memberikan mimpi ini? Entah ini mimpi indah atau sebaliknya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya sekali lagi membuat lamunanku terhenti.

Aku mengangguk, "Kau... Ka..i?" tanyaku terbata dengan suara yang sangat pelan. KAI EXO???!!!

Ia melepas tangannya yang memegangi pundakku. Ia berdehem sebentar, "Kau tak menjawab pertanyaanku nona? Kau mengerti yang ku tanyakan'kan?" tanyanya lagi. Ia melihat kondisi tubuhku. "Apa ada yang terluka?" lanjutnya.

Aku menggeleng perlahan sembari tak melepas pandanganku. Selama ini, untuk menonton konser saja seolah itu seperti mimpi, dan kini dihadapkan langsung dengan idolaku. Rasanya ingin segera mengambil ponselku dan meminta berfoto bersama, atau mengambil pulpen dan kertas, untuk tanda tangan, tapi tunggu, Berhenti menjadi fangirl untuk saat ini! Situasi ini sama sekali tidak tepat untuk bersenang-senang.

"Kai, kau menemukan korban lainnya?" tanya seorang pria yang kini muncul dari belakang pundaknya.

Aku membesarkan kedua mataku lagi. Tidak... bukan hanya Kai? Dia? Benarkah? Bias nomor duaku! Aku bertemu dengan bias nomor dua dan tigaku sekarang juga! Siapapun harus mencubitku sekali lagi!

"Hyung!" tengok Kai. "Ya, aku menemukkan seseorang."

Pria itu berjalan kearahku. Jantungku kembali berdetak untuk kesekian kalinya. Tangannya perlahan menyentuh keningku. "Astaga kau terluka!" katanya sembari menyingkirkan poni rambutku. Aku segera tersadar dari lamunan dan menyentuh keningku.

"Akh," ternyata memang sakit, namun beruntung sepertinya tak terlalu parah. Hanya sebuah goresan.

"Kau ikuti kami, kita akan kembali ke mobil dulu. Disana ada kotak obat-obatan, mungkin bisa meredakan rasa sakitmu." Aku segera mengangguk ketika ia dengan segera berbalik. Wajahnya yang biasa tersenyum kini terlihat sangat jauh berbeda. Tak ada senyum sama sekali. Chanyeol- sang Happy virus yang kini hanya memperlihatkan wajah cemasnya.

"Ayo," ajak Kai. Ia tersenyum lembut berusaha menenangkanku. Hatiku meleleh begitu melihat senyumnya. Aku tau senyum itu hanya paksaan, tapi setidaknya ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

Aku terhenti sebentar untuk melihat keadaan teman-temanku. Apakah aku harus meninggalkan mereka?

Kai terdengar menghela nafasnya, "Aku tau kau merasa tak bisa meninggalkan mereka, tapi kau juga tak bisa diam disini."

Seolah membaca pikiranku, aku segera menoleh menatapnya dengan wajah sedih. Ia menepuk pundakku dan mengajakku untuk mengikuti langkah Chanyeol.

"Ah," Chanyeol menoleh lagi, "Kau bisa berjalan kan?" tanyanya kemudian.

Aku mengangguk perlahan, meski masih bergetar namun kakiku baik-baik saja, tidak terluka. Dia mengangguk dan kembali berjalan didepanku, sedang Kai disampingku, dengan penuh perhatian ia berjalan sangat pelan mengikuti langkah ku yang masih bergetar.

Pandanganku kini teralihkan dengan situasi yang kacau didalam terowongan. Mobil-mobil hancur, pengendara tak bernyawa berpenampakan sangat mengenaskan, luka benturan atau paling parah luka bakar. Jumlahnya memang tak begitu banyak, disamping taxi yang aku naiki setidaknya ada tiga mobil yang terpental. Satu mobil menindih depan taxiku, sedang duanya berbenturan dan aku bisa melihat dua mobil itu masing-masing hanya satu pengemudi yang duduk di bangku supir dengan keadaan yang sangat tak bisa terbayangkan bagiku sebelumnya. Dan jelas satu mobil yang menindih taxiku dengan satu pengemudi juga tak sadarkan diri.

Sesekali aku memandangi wajah Kai dan Chanyeol yang tampak menghela nafas mereka. Chanyeol berkali-kali mendekati mobil-mobil lainnya yang kemudian dapat kulihat didepan taxiku, untuk mengecek keberadaan orang lain yang mungkin masih bisa diselamatkan, begitu juga dengan Kai.

Pandanganku kini berganti lagi pada sebuah mobil yang kami tuju.

Ternyata mobil EXO berada tepat 100 meter didepanku. Mobil itu nyaris tertimpa reruntuhan karena tepat didepannya reruntuhan puing berhasil menutup rapat akses keluar terowongan. Manager yang menyupiri mereka kehilangan nyawanya. Beruntung sepertinya member tak ada yang duduk dikursi depan, karena posisi itulah yang paling rusak parah. Miris melihatnya.

Kini aku bisa mendengar sedikit keributan yang sedang terjadi diantara member lainnya. Ya, member lainnya. Yang pertama ku lihat tepat di pintu mobil adalah Suho.

"Kita harus mencari jalan keluar Sehun," keluh Suho. Sepertinya ia sedang membujuk Sehun untuk keluar dari mobil. Mataku menyeruak memperhatikan ke dalam mobil yang gelap itu. Dan kini aku bisa mengintip dua orang masih ada di dalam mobil.

Sehun menggeleng, sedang kemudian aku bisa melihat lagi seorang pria disebelahnya juga ikut membujuk, "Kita tak punya banyak waktu,"

"Aish!" Chanyeol menarik tangan Suho dan kemudian menyeruak di pintu mobil, "Sampai kapan kau didalam sana?!" bentak Chanyeol. "Keluar sekarang! Atau kami meninggalkanmu!"

"Chanyeol," panggil Suho menahan amarah Chanyeol. Chanyeol terlihat frustasi dengan keadaan yang ia rasakan saat ini.

"A-aku me-lihat mobil mereka tepat didepan kita hyung. Apa me-mereka akan baik-baik saja?" tanya Sehun terbata.

Aku tak tau apa maksutnya, namun wajah Sehun sangat pucat. Ia terlihat bergetar. Matanya kosong seperti melihat sesuatu yang sangat mengerikan.

"Tingalkan saja dia! Kita pergi!" bentak Chanyeol sembari mengusap keningnya. Sedang Suho segera memegangi pundak Chanyeol.

Ia menggeleng, "Sehun melihatnya Chanyeol, pasti ia sekarang benar-benar syok."

Mendengar itu Chanyeol terdiam lagi, ia menatap Suho seperti meminta maaf telah mengatakan ide buruk untuk meninggalkan Sehun. Namun aku yakin, Chanyeol tak sama sekali bermaksut begitu.

"Sehun, maaf. Sungguh." Chanyeol kembali berbicara di pintu mobil, ia menekan kedua matanya, "Ayo kita keluar. Kita harus cari jalan keluar, sungguh, kumohon." pinta Chanyeol.

Dengan ditambahi bujukan member lainnya, akhirnya Sehung mengangguk. Sehun membalas tatapan Chanyeol. Ia mengigit bibirnya untuk kemudian bangun perlahan. Seseorang disebelahnya membantunya keluar.

"Baiklah, apa kalian ada yang terluka?" Suho melihat member lainnya satu per satu. Mereka menggeleng perlahan. Sepertinya mobil yang mereka naiki adalah mobil mahal yang mampu menahan benturan sehingga mereka tak terluka. Hanya benar-benar bagian depan mobil yang memang tertimpa reruntuhanlah yang tak bisa menyelamatkan manager mereka.

Kai, Chanyeol, Suho, Sehun dan yang terakhir keluar adalah Baekhyun. Mereka anggota member EXO. Boy band / idol group yang sangat amat aku sukai, aku kagumi, dan bahkan mereka adalah orang-orang yang selalu aku harapkan ada dimimpiku. Sebatas mimpi yang nyatanya kini aku bertemu mereka, meskipun mereka seharusnya bersembilan. Namun dalam situasi seperti ini, bahkan aku ingin tak satupun dari mereka ada disini.

Chanyeol seolah mengingat sesuatu kembali masuk kedalam mobilnya, dan keluar segera.

"Maaf kalau aku terlihat sangat buruk tadi," ia mendekatiku dan menempelkan plester dikeningku. Aku segera mengangguk sembari menahan nafasku, karena kami sangat dekat.

"Baiklah, kita akan berjalan kesisi lain dari terowongan ini. Aku harap ada jalan keluar disana," Suho memegangi pundak member satu persatu. "Sehun, kau bisa kan bertahan?" tanyanya dengan cemas.

Dengan wajah yang masih belum sadar sepenuhnya, Sehun hanya mengangguk sekali. Baekhyun disebelahnya memegangi pundak Sehun, mencoba menenangkan.

"Aku akan membawanya Hyung, siapa tau kita bisa menemukan orang yang masih selamat lainnya," Kai mengambil kotak obat yang dipegang Chanyeol.

Suho kemudian memimpin berjalan didepan, diikuti Chanyeol, Sehun dan Baekhyun, sedang Kai berada disebelahku lagi.

"Aku sudah berjalan lebih dulu dengan Chanyeol, kami berusaha menemukan orang lain yang selamat. Dan kami menemukanmu." bisik Kai sembari jalan disebelahku.

Aku menengok, "Terimakasih," hanya itu yang bisa ku katakan. Bibirku masih bergetar dan aku tak tau harus berkata apa. Dan tampaknya yang menyadari kehadiranku memang hanya Kai dan Chanyeol. Ini sangat wajar, Suho sangat terlihat cemas meskipun aku tau dia berusaha menenangkan member lainnya, namun wajahnyalah yang paling pucat. Baekhyun terus mendampingi Sehun, sedang Chanyeol tak henti seolah berusaha mencari sesuatu yang bisa menyelamatkan mereka. Dan Kai mungkin satu-satunya yang  peka dan terlihat tenang.

Aku berjalan sangat perlahan karena nyeri di badanku belum seutuhnya pergi. Hening sesaat, hanya bunyi sisa-sisa percikan api yang terdengar.

"Apa ada yang selamat?!" teriak Kai tiba-tiba membuat kami terkejut.

Ya, tak seharusnya kami terdiam hening begini. Suho menoleh dan kemudian ikut berteriak, diikuti Chanyeol.

Kami berjalan menyusuri jalan sembari melihat keadaan. Masih belum terlihat ada kehidupan lainnya. Mobil paling ujung adalah mobil yang dikendarai beberapa member EXO, kemudian lima mobil dan kemudian taxiku. Kami melewati taxiku untuk berjalan kebelakang menuju sisi terowongan lainnya. Semuanya masih hening kecuali teriakan Suho, Kai dan Chanyeol.

"Oh, disana!" kataku sembari menunjuk sisi pinggir jalan. Dengan sebuah mobil terhimpit. Aku bisa melihat seorang kakek sedang berusaha membuka pintu mobil lainnya. Kakek itu tak bersuara hanya meraung mengeluarkan seluruh tenaganya.

Chanyeol segera berlari mendekati mobil itu. "Kakek, kau baik-baik saja?" tanyanya. Kakek itu mengangguk namun masih tak henti berusaha membuka pintu mobilnya. "Biar aku bantu."

Suho berjalan menghampirinya dan ikut menarik pintu mobil yang tampaknya terhimpit mobil lainnya. Sedang sepertinya kakek itu berhasil keluar dari jendela mobilnya.

Duak!

Akhirnya mereka berhasil membuka pintu mobil itu dan menyelamatkan seseorang yang ada didalamnya. Seorang nenek. Pasti mereka pasangan suami istri.

"Kau baik-baik saja?" tanya Suho. Nenek itu keluar perlahan sembari menggendong seekor anjing dan mengangguk.

"Aku baik-baik saja, ter-rimakasih." jawab nenek itu dengan gemetar.

Kai yang menyusul kemudian menghampiri nenek itu, "Biar aku yang menggendongnya," pinta Kai menggapai anjing yang digendong nenek itu.

Nenek itu mengangguk memberikan anjingnya, dan sang kakek dengan segera memeluk nenek itu.

"Apa kalian baik-baik saja?" tanya Suho lagi. Nenek dan kekek itu mengangguk. "Kami akan berjalan kesisi terowongan disana, apa kalian masih bisa bertahan?"

Nenek dan Kakek itu mengangguk, "Kami akan berjalan bersama kalian," kata kakek itu.

Suho mengangguk dan membantu mereka untuk berjalan. Chanyeol memimpin jalan didepan, diikuti nenek, kakek, Suho, Kai, aku dan Sehun, Baekhyun. Sedikit senang karena kami masih bisa menemukan orang yang selamat lainnya.

Kami melanjutkan perjalanan, hingga kini sepertinya kami tak menemukan orang yang selamat lainnya. Ku ulangi, keadaan benar-benar kacau. Dengan banyaknya mobil seperti ini, memang sangat mustahil bila ada yang selamat. Kecuali sebuah keberuntungan sepertiku atau seperti mereka.

Kini mataku memanas, semakin mendekati sisi ujung terowongan yang lainnya, keadaan semakin memburuk. Bahkan masih ada percikan api yang entah kapanpun bisa meledak tanpa diperkirakan. Mobil-mobil lebih hancur, dan benar saja.

Nafas kami seolah berhenti mendadak. Tidak! ini lebih parah dari bayangan kami.

"Sial!" celetuk Chanyeol begitu kami benar-benar tiba diujung terowongan. Ujungnya tertutup rapat, sama seperti ujung satunya. Bahkan situasi disini lebih parah. Dan bisa ditebak, disisi inilah semuanya bermula.

Aku bisa melihat sebuah truk besar bertuliskan bahan bakar minyak terguling. Dan sepertinya inilah penyebab segalanya. Truk ini sepertinya terguling dan kemudian menabrak mobil lainnya. Kemudian menyebabkan ledakkan hebat yang berhasil meruntuhkan sisi terowongan dari ujung satu ke ujung lainnya.

Dan aku tak tau persis seberapa panjang terowongan ini, apalagi akses mana yang bisa mengeluarkan kami.

"Kita harus bagaimana sekarang?" akhirnya aku mendengar suara Baekhyun.

Suho menatapnya, "Pasti ada jalan lain." Chanyeol juga berusaha melihat sekeliling.

"Ba-Bagaimana kalau atap jembatan runtuh?" Tubuh Sehun gemetaran dan berkeringat dingin, wajahnya tambah pucat.

"Benar, bagaimana? bukankah saat ini kita dikelilingi air?" kali ini Baekhyun terlihat mulai cemas. Padahal sedari tadi ia berusaha menenangkan.

Chanyeol menatapnya, "Berhentilah berpikir buruk, kita harus menemukan jalan keluar."

"Aku tak berpikiran buruk, sedari tadi aku menahannya. Aku hanya bertanya tentang fakta yang ada." Baekhyun berdecak.

"Tenanglah," jiwa leader Suho terlihat pada situasi seperti ini sekalipun. Ia berusaha menengahi dan menghentikan pertingkaian yang ada. "Chanyeol, aku paham kau berusaha mencari jalan keluar, dan Baekhyun aku paham kau hanya berusaha memberi tahu keadaan, jadi kita harus bekerja sama. Dan Sehun, percayalah kalau kita akan selamat, oke?"

Mereka terdiam sesaat. Sembari entah memikirkan hal apa, namun akupun tak yakin bisa keluar jika melihat keadaannya seperti ini. Kalau saja aku bisa berteriak, mungkin aku akan berteriak sejadi-jadinya. Aku sangat ketakutan.

Kami menghela nafas kami. Terlebih aku sangat kasihan pada nenek dan kakek itu. Baru saja seolah ada harapan, dan pintu harapan itu tertutup.

Duak!

Tiba-tiba saja tembok disamping kami retak dan hancur perlahan. Tak lama kemudian, airpun mulai masuk kedalam terowongan.

"Kita harus berjalan menjauh!" perintah Suho. Dan dengan segera kami berjalan menjauh dari ujung terowongan itu. Sedikit tertatih karena rasanya sangat menakutkan.

"Percuma!" Chanyeol menghentikan langkah kami. Ia melihat kesekitar. "Untuk saat ini, kita naik ke atas mobil, usahakan untuk tidak terlalu basah. Jika suhu didaratan saja mencapai minus 3 derajat Celcius. Bagaimana rasanya jika terendam air itu, kita bisa terkena Hipotermia."

Kami semua menatap Chanyeol. Apa yang ia katakan memanglah benar. Tapi bukankah jika hanya terdiam, air akan semakin tinggi?

"Benar, sementara kalian menunggu, aku akan mencari jalan keluar, jika kita semua mencari jalan keluar, pasti akan melelahkan dan membuang tenaga." Kai menatap lainnya meminta persetujuan.

Suho menggeleng, "Kau disini saja. Aku yang akan mencari jalan keluarnya."

"Aku akan ikut denganmu," pinta Chanyeol. Suho mengelak, namun Chanyeol dengan memaksa menemaninya. "Setidaknya jika berdua akan lebih baik." Ia tak  membiarkan Suho sendirian mencari jalan keluar. "Kai, kau disini menjaga yang lainnya."

Kaipun mengangguk setuju, kemudian Suho juga akhirnya sepakat.

"Baiklah, kalian naiklah, aku dan Chanyeol akan mencari jalan keluar, berdoalah." Suho menghampiri nenek dan kakek tadi untuk membantunya naik ke atas mobil yang masih terlihat kokoh.

Dert dert..

"Suara apa itu?" tanya Kai yang pertama kali menyadarinya. Semuanya terhenti dan mencari sumber bunyi.

"Disana!" tunjuk Baekhyun.Dan ternyata suara itu berasal dari sebuah kabel yang terpotong dan mengenai cipratan air.

"Ah benar, tunggu! Disini pasti ada CCTV! Kita harus cari CCTV! Pasti ada CCTV, mereka harus melihat keadaan kita yang masih hidup! Dan kemudian meminta mereka mematikan aliran listriknya!" Kata Suho.

"Benar, jika listrik menyala, kita semua bisa tewas tersetrum!" tambah Kai.

"Apa? Tidak! jika listrik mati, kita akan kehabisan oksigen, satu-satunya yang mengalirkan oksigen adalah tenaga listik!" Bantah Chanyeol.

"Dan juga, CCTV adalah satu-satunya cara para petugas bisa melihat keadaan kita." kali ini Baekhyun menambahkan.

"Tapi, kita tak tau apakah CCTV itu masih berfungsi atau tidak, kita tidak tau berapa lama petugas bisa menyelamatkan kita." Kai mengusap keningnya.

"Ba-gaimana jika.. tidak ada jalan keluar?" Sehun masih menunduk sembari mengatakannya, mungkin ia kini sedang diambang ketakutannya dengan segala pilihan yang ada, mati tenggelam, mati tersengat atau mati kehabisan oksigen. Seperti hanya itu yang ada dipikirannya.

Mereka terdiam. Mereka juga menyadari keadaan yang ada tidaklah memberikan kode akan nasip yang baik. Wajah nenek dan kakekpun bertambah berkerut. Merekapun bingung haruskah memulai pembicaraan atau tidak, karena aku yakin mereka juga ketakutan.

Sepanjang jalan tadi kami memang tak memperhatikan jalan keluar lainnya, karena satu-satunya jalan keluar yang dipikirkan kami adalah sisi terowongan di ujung ini. Namun nyatanya, percuma.

Aku ikut menghela nafasku. Apakah takdirku memang seperti ini? Hanya sampai disini? Tidak! Tidak akan ku biarkan impianku yang indah berakhir disini, tidak akan ku biarkan impian ku berubah menjadi mimpi buruk!

"Setidaknya kita harus berjuang," kali ini aku menatap mereka, terutama Sehun. "Aku tak tau harus bilang bahwa aku beruntung atau tidak bisa bertemu kalian disini, tapi  aku ingin kalian tetap hidup."

"Apa?" Tanya Kai bingung.

"Aku penggemar kalian. Aku EXO-L. Namaku Zahra. Aku datang ke Korea Selatan untuk melihat tempat tinggal kalian, kehidupan kalian, aku datang jauh-jauh bukan untuk melihat kematian kalian ataupun kematianku. Aku ingin kita bisa keluar dari sini, kemudian aku melihat kalian berada di atas panggung lagi. Kalian dinantikan, kalian tak bisa menyerah begitu saja. Jadi, ayo kita berjuang bersama. Setidaknya hingga benar-benar tak ada harapan sama sekali."

Mereka semua menatapku. Aku tak tau apa yang dipikirkan mereka tentangku. Beraninya aku wanita biasa mengatakan itu. Bahkan mereka tak menanyakan namaku sama sekali, atau bahkan tak menyadari kehadiranku yang dari tadi memang diam saja. Aku tak tau apakah mereka memperdulikan aku atau tidak. Namun mereka juga telah menyelamatkanku dalam tahap pertama, saat mengeluarkan ku dari taxi itu. Dan tentu tak membiarkanku sendirian. Mereka yang bahkan sedang dalam keadaan yang tak baik sekalipun tetap berusaha mencari orang-orang yang bisa mereka selamatkan secara sadar ataupun tidak, mereka melakukannya.

Setelah memperhatikan mereka cukup lama, aku tau bahwa mereka sebenarnya ingin hidup. Mereka ingin terus bertahan dan keluar dari tempat ini. Dengan segala ekspresi yang mereka berikan, sebenarnya mereka ingin mengatakan bahwa mereka ingin keluar bersama-sama. Meski dengan wajah marah, takut atau tersenyum. Mereka ingin saling menguatkan.

Aku ingin sekali mereka tau, bahwa hidup mereka berarti.

Mereka harus berjuang, meskipun perjuangan mereka kali ini lebih sulit dari yang dibayangkan, namun mereka harus mencari jalan keluarnya. Kita harus keluar dari sini.

Air mata, keringat, dan perpisahan pernah mereka alami. Mereka hidup bukan hanya untuk diri sendiri, namun untuk kehidupan lainnya. Dan aku tau mereka kuat, mereka bisa melakukan lebih dari apa yang mereka bayangkan, bukan begitu?

"Maaf karena aku terlalu pengecut," Kini Sehun menarik nafas untuk kemudian menatapku.

Aku sedikit terkejut bahwa akhirnya Sehun menatapku. Ia akhirnya melihatku.

"Maaf." bisiknya lagi.

Suho memegang pundakku, "Terimakasih sudah meyakinkanku, aku akan menemukan jalan keluar. Percayalah." ia tersenyum.

"Ayo, kita tak akan mati disini. Kita akan keluar, dengan bantuan petugas ataupun kitalah yang menemukan jalan itu terlebih dulu." tambah Chanyeol.

Sebelum mereka memutuskan pergi. Suho kembali membantu nenek dan kakek yang tadi untuk menaiki mobil-mobil yang terlihat masih kokoh. 

Baekhyun membantuku untuk menaiki sebuah mobil lainnya, dan kemudian Sehun duduk disebelahku, bersama dengan Baekhyun, sedang Kai di atas mobil bersama nenek dan kakek itu.

"Kalian tunggulah, kami akan segera kembali." perintah Suho.

"Kami akan mencoba mencari CCTV untuk memastikan apakah mereka bisa melihat kita atau tidak, dan kemudian mematikan aliran listrik mungkin oksigen akan bertahan beberapa jam setelah listrik dimatikan, jadi kita mengambil resiko yang lebih ringan dibandingkan dengan tersetrum," Chanyeol menjelaskan rencana yang ia pikirkan.

"Ohya, aku harap kalian harus menjaga tubuh kalian agar tetap kering, karena jika basah, kalian akan mati kedinginan." tambah Suho.

"Tapi," kali ini aku kembali memberanikan diriku untuk berbicara, "bagaimana dengan kalian, kalian akan basah."

"Aku mempunyai kekebalan tubuh yang baik, namun sebenarnya aku sedikit cemas padamu Yeol," Suho menepuk pundak Chanyeol.

Aku juga tau bahwa Chanyeol pernah hampir kehabisan nafas saat kelelahan, daya tahan tubuhnya sepertinya tidak terlalu baik. Namun ia menggeleng.

"Aku akan baik-baik saja," Chanyeol menepuk pundak Suho. Ia kemudian menatapku dan tersenyum.

Mereka berjalan menjauh. Suara percikan jejak kaki mereka perlahan lenyap semakin jauh. Dalam keheningan yang menakutkan aku bisa melihat Kai yang menggendong anjing dari orang tua itu masih bisa tersenyum seolah memberikan harapan pada nenek-kakek itu. 

"Jadi, sudah berapa lama kau menjadi EXO-L?" tanya Baekhyun memecah lamunanku.

Aku segera menatapnya, "Entahlah, tapi aku mulai menyukai kalian sejak debut."

"Hingga sekarang? Hm... atau mungkin tidak?" tanyanya lagi.

Aku terkekeh, "Hingga sekarang tentu saja." Meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, tentu saja aku masih penggemar mereka.

"Kenapa? Bukankah sekarang kami sudah tua?" tawanya terkekeh lagi.

Aku menghela nafasku, "Kau tau, menjadi seorang penggemar adalah sebuah perjalanan hidup yang tak pernah bisa aku lupakan."

"Maksutnya?" kali ini Sehun ikut bertanya dengan wajah yang lebih baik dari sebelumnya.

"Bermimpi bahkan dalam keadaan mata terbuka," aku menghela nafasku, "Hm.. aku tak pernah membayangkan jika aku bisa menyukai sesuatu yang bahkan tidak aku mengerti. Contohnya adalah bahasa kalian, aku sama sekali tak mengerti sebelumnya. Namun kalian membuatku mengerti. Aku belajar banyak dari menjadi seorang penggemar, em, mungkin ini agak konyol, tapi apakah kalian benar-benar ingin mendengarnya?"

"Tentu saja, kenapa tidak? Bukankah kisah itu berarti dalam hidupmu?" tanya Baekhyun.

Aku mengangguk, "Menjadi penggemar membuatku lebih hidup. Ada saat dimana aku benar-benar sendiri dan jenuh dengan segala hal. Dan ketika aku menemukan sesuatu hal yang terlihat berbeda, aku mencoba memahaminya hingga aku benar-benar merasa hidup kembali. Menjadi penyemangat hidup dan pengisi kekosongan, ya, aku pernah terjebak dalam situasi itu. Dan kalian membuatku merasa hidup."

"Benarkah?" kali ini Sehun terlihat teralihkan dengan pembahasan ini.

"Tentu saja dengan semua sakit juga yang kemudian aku rasakan," aku terkekeh mengingatnya, "pernahkah kalian merasa senang dengan kebahagiaan orang lain? sedih karena luka orang lain? yang bahkan orang lain itu tak tau bahwa aku terlahirkan didunia ini. Itu menyakitkan, sekaligus menyenangkan. Aku belajar mencintai tanpa harus dicintai. Dan dengan begitu aku juga bisa melihat mana kenyataan dan mana sebuah mimpi."

"Kenyatan atau mimpi?" tanya Baekhyun.

"Kenyataan bahwa setiap kerja keras akan menghasilkan sesuatu yang baik seperti yang kalian lakukan, aku belajar bermimpi dengan segala kemungkinan yang tak pernah terbayangkan. Ah, ini sedikit sulit dijelaskan, hanya bisa dirasakan." tawaku.

Baekhyun terkekeh mendengarnya, "Ah, pasti berat menjadi seorang penggemar, terlebih jika berbeda negara. Pasti melelahkan menyukai kami dengan segala macam perbedaan yang ada, benarkan?" 

Aku segera mengangguk, "Tapi bukankah kalian juga bekerja lebih berat lagi, kami hanya perlu mempelajari bahasamu, sedangkan kalian akan belajar banyak bahasa dari belahan dunia." tawaku.

"Benar juga," tawa Baekhyun.

"Dan kenapa sampai sekarang?" kali ini Sehun menatapku, "Kau masih menjadi penggemar kami, bahkan setelah kami hiatus lebih dari dua tahun?"

"Karena sekeras apapun aku melupakannya, aku tetap mengingatnya. Jadi aku berhenti dari usahaku untuk melupakan, dan aku akan mengingatnya."

Sehun dan Baekhyun terdiam. Mereka tersenyum mendengarnya.

"Kalian tau, di Negaraku atau mungkin entah ditempat lainnya, menjadi seorang penggemar dari beda Negara seolah menjadi bumerang. Rasanya cukup berat dan berkali-kali harus terima ocehan meremehkan. Namun aku atau penggemar kalian tetap bertahan menyukai kalian."

"Kenapa?" tanya Sehun.

"Aku pernah mendengar kalimat yang sangat hebat, 'My training period was 7 years long. Every time I stand on stage and hear this song (MAMA) I'll think about those past times.' - Suho (28/05/2013)' dia sudah bekerja keras selama itu, jadi kenapa aku harus melupakannya? melupakan kalian? Kalian telah bekerja keras bertahun-tahun demi debut, dan banyak orang bilang kalian melakukannya untuk diri kalian sendiri, namun bagiku setelah debut, justru kalian melakukannya untuk orang lain. Semua ini semacam transaksi, kalian melakukannya untuk kami dan kami melakukannya untuk kalian. Dan melupakan kalian? oh itu tidak ada dihidupku."

Aku menghela nafasku, aku senang bisa mengeluarkan semua yang aku rasakan pada mereka. Aku mungkin bukan penggemar yang terbaik. Namun aku beruntung bisa bersama mereka disaat sulit ini.

"Apa yang kau lakukan ketika kami tak muncul sekian lamanya?" tanya Baekhyun.

"Menungu kalian kembali." Tentu saja, itu tugasku untuk menunggu kalian. Mereka kembali tersenyum, sepertinya aku telah berhasil menyentuh hati mereka.

"Lalu, siapa bias nomor satumu?" tanya Sehun kemudian.

Aku menatapnya tanpa berkata-kata.

"Aku?" Tebak nya kaget. Aku hanya mengangguk. "Ah pasti apa yang baru saja ku lakukan membuatmu mengurangi kadar kesukaanmu padaku kan? Apa kau kecewa?"

Aku mengangguk sembari tertawa, "Ya, sedikit. Tapi aku akan menambahkan kadar kesukaanku padamu jika kau memberitahuku alasan kenapa kau tak bisa pergi dari dalam mobil tadi?"

Sehun terdiam lagi. Mungkin kata-kataku membuatnya mengingat kejadian itu lagi.

"Ia duduk didepan, sebelum Suho menyuruhnya kebelakang untuk melihat sesuatu di ponselnya," Baekhyun menatapku menjelaskan. "dan ketika ia pindah, kejadian itu terjadi. Dan persis didepan kami adalah mobil yang dinaiki member EXO lainnya, dan mungkin pikiran buruknya berpikir bahwa mobil mereka pasti tak akan terselamatkan."

"Kalian bahkan takut kehilangan member lainnya dibanding melihat diri kalian sendiri yang terjebak disini," heranku.

"Bagaimanapun, kami telah melalui banyak waktu bersama," Baekhyun menghela nafasnya.

Aku mengangguk mengerti, jadi Sehun sangat ketakutan dengan apa yang ia lihat. Tentu saja jika reruntuhan itu tepat ia lihat didepan kedua matanya. Bahkan dengan kemungkinan super buruk lainnya yang menghantuinya. Jika aku menjadi dirinya, mungkin aku tak bisa menggerakkan kakiku dengan syok yang teramat berat. Dan aku menyesal telah bertanya, karena wajah Sehun kembali pucat.

"Aku menemukannya!" teriakkan itu menghentikan obrolan kami. 

Aku bisa mendengar suara itu berlomba dengan langkah kaki dan gemercik air. 

Hosh Hosh.

Chanyeol berusaha mengatur nafasnya. "Kami menemukannya," Chanyeol tersenyum. Disusul langkah Suho yang berlarian.


***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top