30: Tamu Tidak Terduga
Zoey bersumpah saluran air kuno ini sebenarnya hidup.
Gadis itu berpikir jangan-jangan saluran air ini adalah mahakarya gila Dinding Surga lainnya. Atau mungkin, Zoey sedang berada di dalam saluran lambung monster yang sedang tertidur. Entah sudah berapa kali dia berdecak kesal setiap kali menahan gaunnya yang terus tertarik ke dalam air seolah ingin menelannya hidup-hidup. Padahal gaun yang dikenakannya sangat ringan, bahkan sepuluh kali lipat lebih ringan dari gaun yang biasa dipakainya di istana. Satu waktu, Elijah berhasil menghancurkan jeruji kecil yang menjadi pembatas dengan batu besar di bawah air. Mereka perlu membungkuk rendah agar bisa lewat. Namun saat Zoey melakukannya, dia tergelincir dan air segera menahan tubuhnya di bawah. Andai Maia dan Mia tidak membantu menariknya, alhasil Zoey bisa mati konyol tenggelam di air dangkal.
"Kita sudah jauh dari gedung Kejaksaan," umum Elijah. Pria itu memandang pintu gerbang yang terukir sebuah simbol bergambar burung, lalu naik ke atas dan menggunakan batu yang dipegangnya untuk membuka rantai yang digembok.
"Mari, Yang Mulia. Saya bantu." Maia mengulurkan tangannya. Saat Zoey berusaha naik, air terus menarik gaunnya mundur seperti monster obsesif.
"Lepaskan aku!" teriak Zoey, kesal sendiri.
"Maksud Anda saya?" Maia bertanya bingung. Wanita itu susah-payah membantu Zoey naik ke atas bersama Mia.
"Bukan, maksudku air sialan ini!" Zoey mendorong tubuhnya sekuat tenaga. Setelah berhasil keluar, buru-buru dia memundurkan pantat dan memelototi saluran air di depannya dengan murka.
"Aku yakin ada hantu di sana!" tuduhnya.
"Bukan hantu. Sihir. Efek dari transaksi Anda dengan Evelina," tutur Maia.
Zoey hampir percaya diri kalau transaksinya dengan Evelina tidak akan berdampak apa-apa pada dirinya. Tapi Zoey lupa dia tinggal di Dinding Surga. Tidak ada hal yang masuk akal di tempat ini!
"Seingatku aku membayar Evelina dengan keberuntunganku, bukan dengan nyawa. Ini namanya percobaan pembunuhan."
"Anda baik-baik saja?" Elijah berjongkok di samping Zoey dengan tatapan khawatir. "Seharusnya Anda mendengarkan saya. Kita tidak akan mengalami kesulitan seperti ini kalau saja lewat pintu keluar rahasia di barat gedung."
"Dan berisiko ditangkap?" Zoey bersungut-sungut sembari berdiri.
Zoey tahu semua pintu keluar sudah dijaga, terutama karena Ellusiant sudah sampai di gedung Kejaksaan. Jangan tanya bagaimana gadis itu bisa mengetahuinya, dia hanya tahu. Hatinya tidak mungkin salah.
"Ke mana kita akan pergi sekarang?" tanya Elijah lagi.
"Motel Vertusa."
Baik Elijah dan Hugo Bashville sama-sama membulatkan matanya, kemudian saling melemparkan pandangan. Zoey tidak punya waktu untuk mendengar protes mereka, jadi dia mengangkat tangannya dan berkata, "Nanti. Sekarang kita harus mencari tempat bersembunyi paling aman, dan motel itu adalah jawabannya. Kebetulan aku sudah menginap di sana selama satu malam. Ayo, kita keluar dari sini dulu. Sebelum aku mati konyol karena keberuntunganku sudah habis."
Tepat setelah Zoey mengatakan itu, tiba-tiba pagar di depannya rubuh dan hampir menindihnya kalau saja Elijah tidak sigap menahan benda itu.
"Sepertinya saya memukul rantai tadi terlalu keras sampai engselnya jadi copot," kata Elijah.
"Engselnya memang sudah karatan," gumam Hugo.
"Tidak. Memang aku yang sial," rutuk Zoey.
Mereka menemukan tangga yang mengarah kepada gudang berisi banyak karung dan lemari-lemari terkunci. Seorang petugas berseragam hijau hampir kena serangan jantung tatkala melihat mereka, terutama karena mereka muncul dalam keadaan basah kuyup dan meninggalkan jejak genangan air di lantai. Elijah menyapanya, menghampiri petugas itu sebelum dia berteriak dan membuat kegaduhan. Setelah berhasil meyakinkannya bahwa situasi mereka 'sangat rumit' dan 'tidak perlu diperbesar', mereka buru-buru kembali naik ke lantai atas.
"Bagaimana kalau petugas tadi melaporkan kita ke penjaga dan semacamnya?" Zoey bertanya khawatir.
"Tidak akan. Pintu gudangnya tidak sengaja saya kunci." Elijah tersenyum jail saat mengatakan tidak sengaja. Jelas pria itu memang sengaja. "Jangan khawatir. Seseorang pasti akan turun ke bawah dan membukanya."
Sesampainya di atas, Zoey melihat orang-orang membawa berbagai macam barang yang dibungkus oleh plastik, kardus, atau sekadar amplop. Ruangan yang menyambut mereka sangat luas dan disesaki banyak orang. Ini kantor pos, Zoey tersadar.
Elijah yang sempat berjalan cepat ke pintu keluar kembali lagi dengan tergopoh-gopoh. Dia melaporkan ada banyak prajurit kerajaan yang mondar-mandir di depan kantor pos. Asumsinya, mereka ditugaskan berjaga sejauh radius beberapa ratus Hetter dari gedung Kejaksaan.
"Bukankah Anda bisa minta perlindungan pada mereka?" tanya Elijah.
Zoey merasakan kepanikan membuat lidahnya mudah tergelincir. Dengan gugup dia menjawab, "Bukankah sudah kubilang Ellusiant menyuruhku menolong Hugo diam-diam? Para prajurit itu adalah suruhan Violetta."
Zoey tidak memberitahunya kemungkinan kalau alasan luasnya parameter penjagaan di sekitar gedung Kejaksaan adalah karena Ellusiant ada di sana.
Elijah tampak hendak menanggapinya, lalu bibirnya kembali tertutup dan mengangguk—kendati ekspresinya masih menyiratkan pertanyaan.
Zoey mengarahkan mereka untuk berdiri di sudut yang jarang orang memperhatikan untuk menunggu sebentar, setidaknya sampai Asher dan Ellusiant pergi dari Kejaksaan. Juga, tampaknya tempat ini begitu sibuk. Sekalipun ada orang yang melihat mereka berdiri dengan baju basah di sudut ruangan, tidak ada yang melihat dua kali dan mengerutkan kening. Zoey memeluk tubuhnya yang menggigil kedinginan dan mengamati sekitarnya. Lalu, tatapannya berhenti pada konter pengiriman barang. Dia melihat seekor kuda mini—saat Zoey mengatakan mini, yang gadis itu maksud benar-benar mini, hanya sebesar ibu jarinya saja!—berwarna biru muda meloncat-loncat dalam botol kaca. Kepalanya memercikkan serbuk warna-warni serupa gemintang. Anak perempuan yang memegang botol itu tersenyum cerah saat menyerahkan botolnya kepada petugas di loket.
"Mau layanan yang mana?" tanya si petugas dengan nada jutek. "Reguler menggunakan kapal, estimasinya bisa empat belas hari paling cepat dan satu bulan jika ada masalah di pelabuhan. Jika Anda ingin lebih cepat, kami menawarkan berbagai paket sihir dengan beragam harga."
Zoey melihat papan harga yang menawarkan banyak opsi pelayanan pengiriman. Paket reguler seharga lima Prazkel. Sihir yang bisa mengantarkan paket selama tiga hari seharga satu rahasia tergelap seseorang. Tapi jika ingin barangnya sampai dalam waktu dua puluh empat jam, mereka meminta satu hari usia. Zoey bergidik membayangkan harus memberikan satu hari kehidupannya hanya demi mengirim barang. Namun tak semua orang takut akan kematian seperti dirinya. Pendar keemasan menyeruak di beberapa konter sebelum disusul oleh debu berwarna biru keunguan. Begitu transaksi sihir selesai, barang akan langsung menghilang tanpa jejak dan orang-orang meninggalkan konter dengan wajah datar.
"Apa mereka tidak takut mati lebih cepat?" gumam Zoey.
"Di kerajaan ini, orang-orang lebih takut miskin, Yang Mulia." Hugo Bashville tampak berdiri kikuk di sampingnya. Dia tidak berhenti menggosok-gosok tangannya karena kedinginan.
"Bagaimana denganmu? Apa kau takut miskin juga?" tanya Zoey.
"Saya tidak lahir dan besar di sini, jadi saya tidak takut miskin, Yang Mulia. Lagipula, saya memang miskin sejak dulu."
Air wajah lelaki itu tampak beriak sesaat. Zoey ingin menanyakan dari mana asalnya sebelum dia berakhir di pasar budak dan dibeli keluarga Adams, tapi Zoey tidak punya banyak waktu. Nanti.
Setelah lama terdiam dan menonton orang-orang mengantri, mendadak Zoey teringat dengan mutiara-mutiara plastik dari Farell. Zoey tidak yakin apa yang bisa dilakukan mutiara-mutiara ini, tapi Farell mungkin sedang mencarinya setelah mengalihkan perhatian orang-orang Bythesea agar dia bisa kabur kemarin. Sebenarnya, Zoey tergoda untuk berpura-pura lupa. Rasanya konyol melempar benda ini ke suatu tempat dan berpikir seseorang bisa melacak jejaknya dengan itu. Zoey paham, Farell bukannya ingin menemuinya. Pria itu diawasi dari berbagai arah dan jika mereka tertangkap basah berada di tempat yang sama lagi, keadaan bisa semakin memburuk. Mutiara-mutiara ini adalah jejak, dan pria itu akan menelusurinya, memastikan Zoey memenuhi janjinya membebaskan Hugo Bashville dan mencaritahu apa yang membuat Bythesea mendadak ingin menolongnya. Farell menginginkan rahasia pria berkulit hitam ini lebih dari apa pun, sampai berani mempertaruhkan nyawanya demi hal itu.
"Tunggu sebentar," katanya.
Zoey mengeluarkan kertas kecil dan pena dari saku gaunnya.
- Lewat saluran air di bawah tanah dan keluar di tempat ini
- Ellusiant hampir berhasil menemukanku
- Objek perjanjian kita sudah bebas
Zoey bingung harus menulis apa lagi. Dia hanya menulis poin penting dari apa yang ingin dikatakannya. Setelah dirasa cukup, dia mengubur kertas itu ke dalam pasir plastik dalam vas bunga tak jauh darinya, lalu ditaruhnya tiga mutiara berwarna biru itu di atas pasir. Tidak terlalu mencolok, tetapi Zoey tetap bertanya-tanya bagaimana Farell akan menemukannya.
Elijah menawarkan diri untuk melihat keadaan di depan kantor lagi. Tak lama kemudian, dia kembali dengan ekspresi gusar.
"Masih banyak penjaga, tapi saya berhasil mendapatkan Cabrioler yang baru saja menurunkan penumpang. Kita naik sekarang?"
Zoey mengangguk cepat. Setelah mereka berhasil naik ke Cabrioler, Elijah memberikan pertanyaan aneh.
"Boleh saya lihat petanya? Supir Cab perlu tau di mana lokasinya, Yang Mulia."
"Peta apa?"
"Anda bilang Anda menginap di Motel Vertusa. Seharusnya Anda punya petanya."
"Aku ... tidak mengerti. Aku tidak dapat peta dan semacamnya." Zoey mengerutkan kening, lantas memandang kedua dayangnya untuk meminta petunjuk. Mungkin Evelina memberikannya kepada Maia atau Mia?
"Motel itu ada di Bukit Estia, kok," kata Zoey lagi.
"Apakah Anda yakin?"
"Kenapa kau bertanya seperti itu?"
Elijah tidak langsung menjawab pertanyaan Zoey dan menoleh ke belakang, pada kaca pembatas supir Cab yang masih menunggu. Dia menyebutkan Bukit Estia sebagai tujuan mereka dan meminta agar mereka tidak melewati Kejaksaan. Segera, Cab mereka naik ke atas dan melaju dalam kecepatan sedang. Elijah berdeham, dia kembali menatap Zoey dan menjelaskan.
"Motel itu milik salah satu Araclee Bersaudari bernama Evelina dan mustahil ditemukan jika tidak membuat reservasi terlebih dulu. Untuk bisa menginap di sana, kita mengirim segudang surat kepada Evelina untuk memohon-mohon. Jika dia berkenan, dia akan memberikan peta khusus kepada calon tamunya, karena lokasi motel itu berbeda-beda untuk setiap orang."
Mendengar itu Zoey langsung dilanda kepanikan. "Itu aneh. Aku tidak pernah mendapatkan peta semacam itu. Temanku hanya memberitahuku motelnya ada di Bukit Estia!"
Zoey ingat mereka sempat kesulitan mencari motelnya sebelum tempat itu muncul mendadak saat mereka sudah putus asa. Dipikir-pikir, motel itu memang terlihat janggal. Saat Zoey keluar tadi pagi, dia baru menyadari pemandangan di depan motel sudah berubah dari yang tadinya gedung bertingkat empat menjadi bangunan satu lantai yang sederhana. Zoey tidak ingat bangunan apa tepatnya. Bagaimana kalau motel itu sudah berpindah tempat?
Tidak mungkin. Aku belum membayar kamarnya, Zoey menenangkan dirinya.
"Kalau begitu, teman Anda mungkin mengatakan sesuatu tentang Anda yang memancing rasa penasaran Evelina. Mungkin juga dia melihat sesuatu tentang Anda. Hati-hati. Araclee Bersaudari memang bukan orang jahat, tapi mereka juga bukan orang baik. Saya dengar mereka sudah bekerja untuk klan Frisia sejak Frisia pertama, sebelum akhirnya Ellusiant mengusir mereka ketika beliau naik takhta. Beliau adalah Kaisar pertama yang tidak menggunakan Araclee Bersaudari sebagai penasihatnya."
Sesuatu tentang Araclee Bersaudari menggelitik benak Zoey. Rasanya dia pernah mendengar namanya, bahkan mencaritahunya. Bukan hanya itu, rasanya mereka juga memiliki peran penting dalam misi Zoey ke Artemist. Sesuatu tentang ... pesta ulang tahun Ellusiant. Mabuk. Seorang wanita yang mencoba menerobos masuk ke dalam aula. Dan ... tong sampah.
Kenapa Zoey melupakannya? Memangnya apa yang dia temukan dari tong sampah pada saat itu?
Zoey menutup matanya lelah. Dia menyandarkan kepalanya pada dinding Cab, berusaha menata isi kepalanya. Selain dia jadi frustrasi karena tidak berhasil menggapai ingatan apa pun tentang Araclee Bersaudari, Zoey juga merasa tidak nyaman dengan gaunnya yang basah kuyup. Zoey ingin cepat sampai dan mandi dengan air hangat, lalu mengempaskan tubuh di atas kasur untuk tidur. Tidur yang lama. Setidaknya, dia sudah berhasil mendapatkan Hugo Bashville. Zoey bisa beristirahat untuk beberapa hari ....
Kling! Kling! Kling! Kling! Kling!
Gadis itu nyaris menjerit ketika suara bel berbunyi begitu keras di samping telinganya, lalu sungguhan menjerit saat matanya menangkap makhluk kecil yang melayang-layang di samping kepalanya dan bergelenyar seakan dia terbuat dari asap. Makhluk itu botak, berhidung panjang, dan berkulit kuning. Dia memakai setelan jas rapi lengkap dengan dasinya yang berwarna biru malam. Elijah dan Hugo juga terloncat di kursinya karena kaget.
"HANTU!" jerit Zoey.
"Hootie! Sang Pengantar Pesan! Imut sekali!" Mia menepuk tangannya girang dan hendak menyentuh makhluk itu, sebelum akhirnya ditepis kasar sekalipun sentuhannya ... menembus.
"Bukan." Makhluk itu memasang wajah masam. "Saya mengantar sebuah pesan untuk Nona ... Nona dua nama ini!"
Makhluk yang disebut Hoothie oleh Mia itu berdecak sebal tatkala melihat Zoey, lantas menggerutu, "Evelina memerintahkanku untuk memanggilmu Yang Mulia saja, padahal sudah tugasku untuk menyebut nama penerima dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan pengiriman."
"Anda masih bisa menyebut nama selir dengan lengkap," timpal Mia.
Hoothie mengerling ke arah Zoey, lalu mendengkus. "Tidak bisa. Evelina melarangku. Aku juga sudah dibayar untuk itu."
Zoey tidak tahu mana yang paling membuatnya hampir kena serangan jantung; ada makhluk yang bisa melayang di depannya, atau fakta bahwa Evelina membayar makhluk ini agar tidak keceplosan memanggil namanya yang lain. Zoey mencatat dalam hati, dia betul-betul akan bicara empat mata dengan Evelina.
Kemudian, sebuah amplop muncul begitu saja di depan Zoey.
"Silakan diambil. Ini adalah pesan dari Evelin—pelan-pelan, ya ampun!"
Makhluk itu mengomel saat Zoey mengambil amplop di depannya dengan terburu-buru dan kembali memundurkan tubuhnya dengan tatapan horor. Dia lantas mengembuskan napas panjang dan mengeluarkan buku catatan mini, menceklisnya sebentar sebelum akhirnya benda itu menghilang lagi.
"Tahan wajahmu, Nona. Saya perlu mengambil gambar Anda sebagai bukti pengiriman. Jangan miringkan kepalamu. Tegak sedikit. Nah. Bagus." Tangan makhluk itu bergerak, memercikkan serbuk berwarna keemasan ke udara. Lalu dia lanjut mengomel lagi, "Evelina sangat cerewet jika pesan yang dikirimnya tidak sampai tepat waktu. Sekarang aku sudah mengirim bukti bahwa pesannya sampai lebih cepat dari waktu estimasi yang saya janjikan. Tolong tanda tangan di sini. Lihat kemari, Yang Mulia. Tangan saya ada di sini."
"Ya?" Zoey mengedip-ngedipkan matanya. Selembar kertas dan pena melayang di depannya tanpa dia sadari.
Melayang! Jerit Zoey dalam hatinya.
"Di sini, di sini. Cepat. Saya harus mengirim pesan lagi."
Zoey mengambil pena dan menandatangani kertas yang terus dijorokkan oleh Hoothie, semata-mata karena dia tidak mau diomeli lagi oleh makhluk mini botak berkulit kuning yang sangat galak.
"Pesan telah diterima dengan aman. Terima kasih atas waktunya, Yang Mulia ...." Hoothie melirik Zoey sedikit lebih lama dan bibirnya yang terkatup gemetar, seolah dia tidak tahan untuk mengatakan sesuatu. Lalu dia berbisik pelan, terlampau sangat pelan hingga hanya gadis itu yang bisa mendengarnya—itu pun hampir tidak tertangkap olehnya. ".... Zoey Edevane atau Claretta Eleantha."
Makhluk itu menghilang dengan cepat, meninggalkan jejak debu keemasan di udara.
Zoey masih tidak yakin dengan apa yang baru saja terjadi barusan. Dia memandang empat orang di depannya dengan bingung, "Makhluk cebol tadi bisa terbang dan bicara, dan dia memakai ... jas."
Bibir mereka semua melengkungkan senyuman geli.
"Tadi itu Hootie," jelas Maia dengan tenang. "Ada banyak opsi mengirim pesan kilat di Dinding Surga. Anda bisa menggunakan jasa kantor pos, membayar Etherian Pengirim Pesan, membeli sihir, atau Hootie. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya. Hoothie itu, mereka sangat mahal, tapi risiko keterlambatan dan salah kirimnya lebih kecil, bahkan mustahil. Anda bisa melihat betapa cerewet dan disiplinnya mereka. Hanya saja mereka tidak mau mengirim pesan yang isinya terdapat niat jahat."
"Maafkan saya jika pertanyaan saya lancang, tapi mengapa Anda tidak tau apa itu Hoothie? Mereka sangat terkenal," kata Elijah.
"Aku ... melupakan banyak hal," jawab Zoey seadanya. Dia menggelengkan kepala samar pada Maia dan Mia agar mereka tidak perlu menjelaskan tentang amnesianya. Zoey takut Elijah akan mengorek semakin dalam lagi dan menyadari kebohongannya.
Apalagi, Zoey memang tidak amnesia.
Mendengar Hoothie tidak akan mengirim pesan yang terkandung niat jahat, Zoey merasa lega dan buru-buru membuka amplop. Pesannya singkat sekali:
Ada tamu penting yang menunggumu, Nona. Dia memaksa ingin bertemu denganmu. Katanya sangat penting :)
"Apa katanya, Yang Mulia?"
"Ada tamu yang menungguku." Zoey menurunkan suratnya dengan perasaan campur aduk. "Bagaimana kalau ... bagaimana kalau tamu ini adalah suruhan Bythesea? Bagaimana kalau ini jebakan?"
"Itu mustahil," komentar Elijah. "Pertama, Hoothie tidak akan mau mengirim pesannya pada Anda jika si pengirim memiliki niat jahat, mereka sangat sensitif. Kedua, bukankah Anda adalah tamu di Motel Vertusa? Selama Anda masih menjadi tamu di motel itu, sihir akan terus melindungi Anda dari siapa pun yang berniat ingin mencelakakan Anda. Saya yakin, bahkan meskipun Bythesea memiliki Etherian pelacak terbaik di kerajaan ini, dia tidak akan bisa mengendus aroma jiwa Anda."
Zoey masih merasa skeptis. Pertama, sihir motel mungkin memang melindunginya, tapi sihir yang sama juga terus berusaha membuat Zoey terbunuh. Kedua, yah, gadis itu tidak memercayai Evelina sama sekali. Kalau begitu ... siapa yang ingin menemuinya? Kemudian, Zoey teringat pada Farell. Apakah mungkin pria itulah tamunya? Apakah secepat itu Farell membaca kertas di bawah vas bunga dan langsung bergegas menuju motel?
Kronologinya tidak cocok. Sepertinya bukan Farell, simpul Zoey dalam hatinya. Dibacanya kembali surat itu, lalu membalikkan kertasnya dan sebuah gambar muncul di sana.
"Peta!" kesiap Zoey.
Diberikannya peta itu kepada Elijah, yang membuat sipir itu melebarkan mata karena terpesona.
"Ini dekat sekali dengan istana Kerajaan Artemist berada."
Pantat Zoey bergerak-gerak gelisah di tempat duduknya. "Kenapa Evelina memindahkan motelnya ke sana? Aku tau mungkin kita akan aman. Tapi kita, kan, perlu turun dari Cab ini. Bagaimana jika ada ... orang-orang Bythesea yang berjaga? Bukankah mereka dekat dengan keluarga kerajaan Artemist?"
Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaannya.
Cabrioler mereka mengambil jalan memutar karena perubahan tujuan. Zoey membuka pembatas dan melihat pemandangan di luar Cab. Sepasang matanya membulat, antara terkejut dan terkesima melihat bangunan-bangunan yang menjulang tinggi di sekelilingnya. Dia sudah mengagumi Artemist kemarin, dan dia masih mengaguminya hari ini. Agak aneh bagi Zoey karena dia ingat betapa dinginnya pulau ini dari kejauhan. Gedung-gedung yang dilewatinya tampak seperti hotel klasik yang mewah. Anak-anak membuka jendela dari ketinggian dan tertawa menyapa semua kendaraan yang lewat. Sekilas, gadis itu melihat lampu kristal yang menggantung megah di belakang tubuh anak-anak itu. Di belakang mereka, para ibu mengenakan gaun berlengan balon, dan bandana yang dihiasi permata bertengger di atas kepala mereka. Zoey menanyakan apakah itu adalah hotel mewah yang diinapi oleh orang-orang kaya, pria itu menjawab tempat penginapan hanya ada di Bukit Estia. Apa yang dilihatnya barusan adalah Gerha, yang dalam kamus Perserikatan Negara merupakan apartemen. Hanya saja, Gerha tidak berbentuk persegi panjang membosankan dan terdiri dari ribuan kamar. Gerha hanya ditinggali paling banyak sepuluh kepala keluarga dan memiliki ciri khas yang berbeda untuk setiap kelas sosial. Gerha yang memiliki kubah raksasa dari kaca, adalah Gerha yang ditinggali orang-orang menengah ke atas. Sedangkan Gerha yang memiliki atap segitiga runcing ditinggali keluarga menengah saja.
Dan, tentu saja, orang-orang miskin tidak akan tinggal di ibukota.
Saat Cabrioler berhenti, peta di surat Zoey berpendar tipis, menunjukkan bahwa mereka telah sampai pada tujuan. Evelina mengubah penampilan motelnya menjadi lebih ... beradab. Maksud Zoey, dibandingkan dari yang dilihatnya kemarin, motel itu seakan seperti baru saja keluar dari kubur dan bersolek diri untuk memancing lebih banyak mayat ke dalam kuburnya, menarik lebih banyak orang bodoh untuk menyerahkan hidup mereka hanya untuk bersembunyi. Cat temboknya tidak lagi putih kusam melainkan biru pastel dan merah muda, dengan kaca-kaca tinggi yang memiliki mozaik rumit sebagai penghiasnya. Cabrioler mereka memutari air mancur dan berhenti di pintu lobi.
"Motelnya tidak seperti ini saat aku datang pertama kali." Zoey mendumel. Merasa tersinggung.
Apa pun itu, tamu yang ingin menemui Zoey tampaknya orang penting sehingga Evelina mau repot-repot mengubah tampilan motelnya menjadi lebih mewah. Memang bukan Farell, pikir Zoey. Pria itu memancarkan aura bajingan dan tidak ada mewah-mewahnya sama sekali. Zoey curiga jika Farell yang datang, Evelina akan mengubah motelnya menjadi gudang.
"Selamat datang!" sambut Evelina.
Lonceng berdencing begitu Zoey membuka pintu kaca. Seorang wanita menoleh ke arahnya, tersenyum.
Jantung gadis itu hampir berhenti berdetak.
Evelina memang mengambil semua keberuntungannya, bukan?
"Selamat siang menjelang sore, Claretta. Duduklah. Aku juga baru saja datang."
Violetta memakai gaun berwarna biru muda dengan belahan dada tertutup. Zoey tidak pernah melihatnya memakai gaun warna itu sebelumnya. Violetta pandai menyembunyikan niat dan hinaan di balik wajah lembutnya yang cantik, tetapi selera berbusananya cenderung frontal dan berani. Melihatnya memakai gaun tertutup dengan warna lembut seperti ini rasanya seperti melihat setan yang bertobat, dan setan tidak pernah bertobat, kecuali ada niat tersembunyi.
Di depan Violetta, Evelina menyesap teh dengan santai. Violetta melihat Hugo Bashville yang berdiri di belakang Zoey, dan meskipun dia terlihat seolah tidak peduli, dari cara bibirnya mengatup dan menahan senyum cukup memberitahu Zoey bahwa ada yang dipikirkan wanita itu saat melihat Hugo.
Zoey baru saja hendak memundurkan langkah saat Violetta menyela, "Tidak perlu kabur. Ellusiant tidak ada di sini. Yah, sebenarnya dia yang mengirimku ke sini. Tapi bukan untuk menangkapmu. Duduk, Claretta."
Zoey merasa jengkel mendengar nada memerintah dalam suara Violetta.
"Aku akan berdiri dan mendengarkan apa yang kau inginkan."
Violetta tidak mengatakan apa pun, tapi dari caranya menatap Zoey seolah dia tidak terbiasa dengan ketidakpatuhan seseorang terhadapnya.
"Ellusiant menitipkan pesan. Itu saja," katanya.
Darah Zoey berdesir hanya dengan mendengar nama lelaki itu. Lalu dia teringat ada Elijah di belakangnya. Apa pun pesan yang ingin Ellusiant sampaikan, pastinya akan bertentangan dengan kebohongan yang diberikan Zoey kepada Elijah.
Dia menatap Evelina dan bertanya, "Apakah masih ada kamar kosong satu lagi? Aku membawa dua tamu baru. Biarkan mereka sekamar saja."
Evelina tersenyum unjuk gigi. "Ya, aku tau."
Elijah berkelit dan bertanya sopan, "Bolehkah saya tau berapa harganya dulu?"
"Oh, tenang saja, Tuan. Aku akan memberikan harga murah!"
Seolah paham dengan apa yang Zoey inginkan, Evelina menghela Elijah dan Hugo pada lorong terdekat.
"Khusus untuk kalian berdua, aku akan memberikan fasilitas pijat gratis pada jam enam sore nanti. Lalu ada ruang sauna di lantai tiga—"
Zoeu menghadap pada kedua dayangnya. "Maia, Mia, kalian berdua pergilah ke kamar duluan. Aku akan menyusul."
Mereka membungkuk hormat padanya, lalu kepada Violetta, sebelum kemudian menyusul Evelina menuju lorong untuk menaiki tangga.
Setelah hanya ada mereka berdua di ruang lobi, Zoey kembali memandang Violetta dan melanjutkan, "Apa yang Ellusiant katakan?"
Violetta menaruh cangkirnya di meja dan keningnya berkerut tipis. "Dia memberitahuku bahwa kau hanya perlu menemuinya jika ingin pulang ke rumah. Awalnya aku tidak begitu mengerti. Tapi kurasa Ellusiant bersedia memberimu ampunan seandainya kau mau kembali pulang ke istana, dengan itikad baik, tentunya. Tapi ... dia juga ingin aku memberimu ini."
Violetta menyerahkan dus berisi permainan Ogitama kepada Zoey. Gadis itu menemukan secarik kertas di dalamnya.
Bermainlah denganku sekali lagi. Yang kalah akan mengabulkan pemenangnya. Bahkan jika itu permintaan konyol dan tidak masuk akal seperti, katakanlah, ingin menyebrang ke Perserikatan Negara.
Dan, jika kau masih penasaran, cara untuk membunuhku. Kau tidak melakukannya dengan benar terakhir kali.
Minggu depan. Pada hari perayaan Sankta Ethernal. Sampai jumpa di alun-alun ibukota.
-E-
Ellusiant masih terlihat sama arogannya seperti biasa. Kepercayaan diri laki-laki itu membuat Zoey terkesan sekaligus ingin menggigitnya.
Ellusiant menyebut Perserikatan Negara. Apa itu disengaja? pikirnya. Apa itu hanya ungkapan hiperbola untuk menunjukkan bahwa pria itu akan mengabulkan permohonannya, sekalipun terdengar tidak masuk akal? Atau ....
Tidak. Ellusiant tidak tahu. Zoey mengangkat kepalanya dan masih hanya ada Violetta di depannya. Evelina masih mengantar Hugo dan Elijah ke kamarnya. Wanita itu jelas tahu siapa Zoey, matanya mampu melihat lebih jauh dari siapa pun. Tapi ... Ellusiant?
Mau tidak mau, Zoey memikirkan mimpi yang didapatkannya semalam. Tentang Ellusiant yang menyuruh Claretta untuk membunuh dirinya sendiri. Itu hanya mimpi buruk, bukan? Sihir motel ini memang sengaja ingin mempermainkan pikirannya sampai gila.
"Sudah selesai membacanya?" tanya Violetta.
"Kau sudah baca isi suratnya, ya?" tuduh Zoey.
"Dia hanya memohon padamu untuk pulang." Violetta memutar bola matanya. "Agak mengecewakanku karena Ellusiant tidak biasanya senaif ini. Dia bahkan memberikan permainan konyol itu karena berpikir kau akan merasa bernostalgia."
Zoey menyimpan rasa terkejut di hatinya. Violetta tidak tahu. Dia menunduk dan melihat huruf-huruf di suratnya berenang-renang acak sebelum kemudian menyusun kalimat yang sama sekali tidak terdengar seperti Ellusiant.
Aku merindukan saat-saat kita bermain Ogitama berdua di taman belakang Istana Barat. Aku harap kau mau pulang dan bermain lagi denganku. Aku akan berpura-pura apa yang terjadi kemarin tidak pernah ada. Kau tidak perlu khawatir. Kumohon, pulanglah.
-E-
Zoey sadar bahwa Ellusiant mengunci suratnya dengan ilusi. Bukan ini bunyi pesan aslinya, jadi Violetta sama sekali tidak tahu ajakan Ellusiant untuk menemuinya di alun-alun Artemist. Lagipula, Ellusiant tidak membujuk, pria itu hanya tahu cara memerintah, mengancam, dan menantang seseorang. Zoey terkejut—dan agak jengkel—karena dia terlihat seperti sudah mengenal pria itu selama ratusan tahun hingga tahu persis kebiasaannya.
"Aku tidak tau kenapa dia berpikir memberimu mainan bisa membuatmu pulang ke rumah." Violetta tertawa mencemooh.
"Sejujurnya, aku memang merindukan saat kami bermain berdua. Itu adalah momen damai yang jarang sekali terjadi di antara kami," balas Zoey. Sengaja memanasinya.
Sepasang mata Violetta langsung menyambarnya dengan galak. Cemburu.
"Jadi? Apakah kau akan pulang ke istana dan menghadapi hukuman yang menantimu?" tanyanya lagi.
"Ellusiant mengatakan dalam suratnya dia akan berpura-pura yang kemarin itu tidak terjadi."
Violetta mengedipkan matanya, ada keheningan ganjil yang gadis itu bentangkan tanpa dia sadari, membuat Zoey sadar ada yang tidak beres dengan situasi ini. Lalu Violetta tersenyum. "Yah, itu mungkin saja. Ellusiant mungkin akan bermurah hati untuk tidak menghukummu. Aku pun akan sepakat. Maksudku, karena pernikahan kami sebentar lagi, aku tidak mau ada kendala yang bisa jadi penghalang. Tapi kau tetap akan diberikan sanksi, tapi tidak akan berat. Satu perserikatan akan mengingat kebaikan kami, dan kau akan diingat sebagai pengkhianat. Masyarakat akan membencimu, begitu juga dengan seluruh penduduk istana. Itu hukuman yang adil dan paling ringan untukmu, kurasa, karena sudah berani mencelakai Kaisar."
"Ya." Zoey hanya mengangguk. Tidak peduli. Toh, dia bertekad tidak akan pernah kembali ke istana lagi. "Ada lagi yang ingin kau katakan?"
"Tidak. Kalau begitu, aku pamit dulu."
Violetta beranjak dan mengambil tas kecilnya. Kemudian, dia menyentuh pundak Zoey tanpa aba-aba. Sentuhannya mengirimkan sinyal peringatan sampai ke ujung kaki Zoey, membuatnya memundurkan langkah tanpa disadari. Zoey meringis tatkala sentuhan di pundaknya berubah menjadi cengkeraman keras, dan kulit telapak tangan Violetta sontak mengeluarkan asap dan memerah. Sihir motel ini langsung bekerja untuk melindunginya.
Meskipun begitu, Violetta tidak gentar dan mencodongkan wajah ke telinganya sedikit untuk berbisik, "Ngomong-ngomong, terima kasih sudah meringankan pekerjaanku, Claretta. Jujur saja, bayaran yang diminta kepala Kejaksaan agak terlalu tinggi, dan Adams mengancam akan membongkar rencana kami kepada Ellusiant."
Zoey tidak berjengit sama sekali mendengar itu. Dia tahu persis untuk alasan apa Violetta berterima kasih. Dia memberikan senyuman manis dan membalas dengan sama lirihnya, "Sama-sama, Violetta."
Violetta menepuk-nepuk pundaknya dan berjalan melewatinya, mengabaikan telapak tangannya yang hampir terbakar karena sihir. Wanita itu tidak menunjukkan respon apa pun, kernyitan sakit pun tidak. Benar-benar monster.
Farell memang benar, simpul Zoey selagi memandangi Violetta yang membuka pintu. Sebuah Cabrioler mendarat di depannya. Ada yang diinginkan Violetta dan keluarganya dari Hugo Bashville.[]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top