The Darkness (Bagian 5)
The Darkness
Story by zhaErza
Naruto milik Kishimoto Masashi
SPESIAL MOMEN SASUSAKU FANS DAY 2017
Terinspirasi dari Inuyasha
Summary: Sakura dan neneknya hanyalah seorang tabib yang terkenal sangat mujarab, mereka akan mengobati siapa pun yang terluka, hingga seorang pelayan salah satu klan terpandang meminta bantuannya untuk mengobati tuan muda mereka yang sakit parah.
.
.
.
Chapter 5
Nyala pedar merah menemani langkah mereka di sepanjang lorong yang awalnya gelap. Terdengar bunyi tapak yang bersaut-sautan, suara napas dan juga keringat yang menetes dari dahi. Ke empat orang yang masih berada di dalam labirin pun kembali menghentikan langkah, seperti yang sudah dikatakan sang tuan, setiap mereka menjumpai persimpangan, maka Itachi akan memberikan petunjuk. Sudah lebih dari 30 menit mereka berjalan.
"Persimpangan ke empat belas," bisik Sakura mengomentari perjalanan mereka.
"Berdiri di tengah, tiga langkah ke belakang." Itachi mengatakan hal itu kepada Sai, dan lelaki berambut hitam pendek itu langsung melakukannya. Ia lalu berjongkok dan meraba lantai yang terbuat dari batu.
"Bulan sabit, Tuan Muda."
"Terus saja."
Mereka pun menganggukkan kepala dan dalam diam mengikuti perintah dari sang tuan muda. Dalam benaknya, Sakura merasa bahwa ia sama sekali tak mengerti dengan simbol-simbol labirin ini. Masalahnya, untuk menentukan arah yang benar, simbol yang terukir selalu berbeda di setiap persimpangan. Dari empat belas yang sudah mereka lewati, semuanya memiliki corak yang berbeda, hingga dirinya bahkan tak mengingat apa yang terkandung di dalam ukiran penunjuk jalan itu.
"Anu, Tuan Muda Itachi ... apakah ini memang jalan yang sesuai?"
Lelaki yang berada di gendongan Naruto, memahami kalau pengawal dan tabibnya pasti mengalami kebingungan mengenai ukiran yang berguna sebagai penunjuk jalan, dan selalu berbeda di setiap persimpangan. Tetapi, memang seperti itulah cara kerjanya. Para Uchiha yang mengetahui hal ini hanyalah ketua klan dan calon ketua klan. Bukan hanya itu, simbol tersebut pun dibuat beragam walau beberapa memiliki makna yang sama.
"Para pendahulu Uchiha lah yang membangun tempat ini secara rahasia, mengenai labirin pun tak sembarang Uchiha yang mengetahuinya. Kalau sekarang Sasuke yang berada di sini bersama kalian, maka sudah dipastikan kalian akan mati kehabisan napas, karena tak bisa keluar dari tempat ini. Hanya ketua klan dan calon ketua klan yang mengetahuinya."
"Tetapi, ini ... terdengar terlalu rumit, di setiap persimpangan selalu menunjukkan simbol yang berbeda?" Sakura menatap Itachi yang memandang lurus ke depan.
"Tidak juga." Hanya itu yang dikatakan Itachi, dan membuat mereka bertiga langsung menyadari kalau mereka tengah berhadapan dengan Uchiha yang jenius. Sial.
Setelah beberapa saat terdiam, tiba-tiba Sakura seperti baru menyadari sesuatu.
"Tunggu, jadi ... tuan muda Sasuke sama sekali tak mengetahui hal ini?"
"Tetapi sekarang kalian bersamaku, itu sebabnya Sasuke menyuruhmu untuk membawaku, Nona Sakura."
Kemungkinan, Sasuke menyadari kalau dirinya tak akan bisa membimbing mereka melewati jalur untuk meloloskan diri ini. Itu sebabnya, tuan muda bungsu mereka menyerahkan masalah ini kepada kakaknya. Lagipula lelaki itu harus berperang di wilayah Timur.
Sakura mengangguk mengerti, ia lalu melanjutkan langkah yang sempat terhenti.
"Lagipula, untungnya sebelum ciciue meninggal, beliau sempat membicarakan tentang jalur ini satu kali bersamaku." Naruto dan Sakura membelalakkan mata, bibirnya pun terperangah, sementara Sai menatap heran lelaki berambut hitam pajang dan dikucir rendah yang sedang berada di gendongan kapten Naruto.
"H-hanya ... satu kali?" Sakura ingin memastikan yang ia dengar, ia harap telinganya sedang dalam keadaan bermasalah.
Tetapi, seperti pedengarannya masih baik, karena setelah mendengar suara Sakura yang mencicit karena keheranan, lelaki Uchiha itu menggumam 'ya'.
Naruto bahkan sudar berteriak di dalam batinnya.
Uchiha Itachi yang paling mencolok. PALING MENCOLOK.
.
.
.
Tali kekang diremas sekuat tenaga, geraman terdengar hingga ke telinganya sendiri, bercak darah masih tersisa di wajah. Dengan perasan tak tenang, Uchiha Sasuke kembali menyemangati kuda dengan teriakannya, menjadikan lari hewan tunggangan itu lebih cepat dari sebelumnya. Ia melihat kilauan dari si jago merah, itu adalah rumah-rumah penduduk desa yang dibakar. Kakaknya sudah dipastikan akan bersedih jika mengetahui desa yang berada di bawah naungannya menjadi seperti ini. Dan semuanya adalah kesalahan Sasuke yang tak bisa jeli dalam menganalisis kecurigaan yang sudah ada di depan mata.
Dirinya harus menyelamatkan istana dan desanya, setelah itu ia akan menjemput kakak dan tabib panggilan itu di hutan terlarang. Walau di sana banyak terdapat hewan liar yang membahayakan, setidaknya hewan-hewan itu tidak akan mengganggu jika tidak diusik. Tak akan membabi buta, dan langsung menikam. Hewan-hewan itu lebih memilih untuk menyembunyikan diri.
Sepanjang malam mereka berperang di wilayah Timur, dan sekarang kuda-kuda sedang dipacu untuk kembali ke desa, memberikan bantuan kepada pasukan Yuki yang terpojok di sana. Malam telah menunjukkan waktu tikus, mereka harus lebih bergegas agar istana tak dibakar dan desa benar-benar dihancurkan, hingga kekuasaan klan Uchiha akhirnya diruntuhkan.
Sebentar lagi, mereka akan sampai, api dan mayat lah yang terlebih dahulu menyambut pandangan Sasuke ketika memasuki kawasan Timur desa. Bau asap dan darah menjadi satu.
"Membentuk barisan sejajar!" Sasuke berteriak.
Dan mereka menyerbu kawanan perampok yang telah berkumpul untuk sekali lagi mengadu pedang.
Teriakan kembali menggema di malam yang sunyi, udara dingin dari suhu dini hari sama sekali tak mereka pedulikan, sekarang fokus utama adalah mempertahankan kastil yang ingin dijatuhkan. Sasuke mengambil napas, dengan pasukan berkuda, walau jumlah mereka lebih sedikit daripada lawan, tetap saja mereka akan lebih unggul. Dari atas kuda gerakan mereka lebih memudahkan untuk menghantamkan pedang ke lawan.
Matanya yang merah menatap sesuatu yang tak asing, ia lalu mendekati sosok itu.
"Jendral Suigetsu!" Sasuke melompat turun, ia melihat bawahannya yang sedang terluka parah. Ia berjalan cepat dan menusukkan pedangnya ke tanah. Lengannya lalu membatu sang jendral agar bisa ia selamatkan.
"Tidak ... Tuan Muda. Luka ini terlalu parah."
"Diam dan jangan banyak berbicara, Suigetsu." Sasuke sudah bersiap untuk menggendong sang jendral dan membawanya ke atas kuda cokelat gelap itu. Namun, lelaki berambut keperakan itu menggeleng.
"Dengar, Tuanku ... p-penasehat Hiruzen telah dibunuh ... bajingan ... itu, yang kukatakan kepadamu ... benarkan. Temanmu ini t-tak pernah percaya padanya, tetapi kau tak membuka matamu, Sasuke. Dia akan ... m-membunuh tuan muda kita, Sasuke." Bersamaan dengan nama Sasuke yang diucapkan, Suigetsu meregang nyawa dengan mata yang tertutup indah. Sasuke menundukkan kepala, napasnya tak terkendali dan amarah langsung memenuhi kepalanya, untuk sekali ini ia ingin tak memikirkan perang, biarlah ia memeluk sahabatnya dan menenangkan jiwa yang telah mati.
Tanpa disadari Sasuke yang masih dalam kondisi berduka, seorang lelaki berbaju zirah mendekat dengan pedang yang siap memenggal kepalanya yang tertunduk lemah. Lelaki itu berteriak ketika jarak mereka hanya tinggal beberapa langkah lagi, dan saat pedang diayunkan menuju ke arahnya, terdengarlah bunyi dari besi yang diadukan.
"Tuan Muda Sasuke, apa yang sedang Anda lakukan?" Seorang lelaki berambut putih sedang berusaha menahan pedang dari musuh, agar tak mengenai tuan mudanya, lelaki itu menjadi tameng pelindung bagi sang tuan muda.
"Kapten Kimimaru," bisik Sasuke. Lelaki itu lalu berdiri dan meletakkan jenazah sahabatnya telentang di atas tanah. Pedang yang tadi ia tancapkan pun dipegangnya, digenggam erat dan ditarik. Lalu, sekali ayunan, benda tajam itu langsung memenggal kepala lawan yang mencoba menghilangkan nyawanya.
Mata merah Sasuke menatap Kimimaru yang bersiap pergi.
"Kapten Kimimaru!" panggilnya, lelaki itu lalu menunduk dan mengambil jasad Suigetsu yang terbujur kaku di tanah, ia menggendongnya dan menyuruh Kimimaru untuk meletakkan jasadnya di tempat yang aman agar bisa dikuburkan nanti, setelahnya ia manarik kuda dan memberikannya kepada lelaki yang memiliki jabatan sebagai kapten itu.
"Sebentar lagi pasukan Ame yang berjalan kaki akan datang untuk membantu kita, dan sekarang sudah memasuki waktu subuh. Begitu juga dengan bantuan dari klan Rei dari Suna, Gaara-douno mengirimkan pasukan yang akan dipimpin oleh Jendral Sasori, kastil Uchiha akan kita kuasai kembali."
"Tuan Muda," bisik Kimimaru.
"Keadaan Tuan Muda Itachi sedang terdesak, jika tak cepat menyusul mereka, aku takut kita tak akan sempat. Katakan kepada jendral Juugo untuk mengambil alih pimpinan pasukan saat aku tak ada."
"Tetapi, Tuan Muda. Itu akan sangat berbahaya, sebaiknya kita mengumpulkan pasukan dan menunggu jendral Juugo."
Sasuke menggelengkan kepalanya.
"Tak ada waktu lagi, Kapten Kimimaru."
.
.
.
Hampir sepanjang malam di dalam terowongan dan labirin. Akhirnya Sakura bisa bernapas lega setelah melewati sebuah mulut gua di bawah bukit. Ternyata, seperti yang dikatakan Sasuke, terowongan untuk menyelamatkan diri itu memang terhubung dengan hutan kematian. Sekarang, mereka berada di tengah hutan. Naruto dan Sai pun membawa mereka untuk menjauhi mulut gua, dikarenakan tak ingin mengambil risiko jika saja para pasukan lawan berhasil melewati labirin.
Mereka berjalan, Sakura sendiri sebenarnya sudah tak tahan ingin beristirahat, kakinya teramat pegal. Tetapi, ia harus menguatkan diri, tak apalah jika harus berjalan beberapa saat lagi. Mereka melangkah dalam gulita malam yang hanya diterangi oleh cahaya bulan, obor yang mereka bawa tadi sudah memadam. Jadi, Sakura yang tak paham dengan situasi hutan meminta bantuan Sai untuk membimbingnya. Untunglah, kedua orang kapten itu sangat memahami situasi hutan kematian. Sekarang Sakura tahu kenapa Sasuke menyuruh kedua orang ini untuk menjaga dan membimbingnya.
"Sebaiknya kita beristirahat di sini." Sai membantu Sakura untuk mendudukkan diri di sebuah akar pohon yang menjulur keluar dari tanah, gadis itu menghela napas dan mengelap wajahnya dengan kain dari lengan kimononya.
Itachi pun diturunkan, lelaki itu duduk dengan tubuh menyandar di pohon, Sai lalu berpamit untuk mengumpulkan dahan kering agar bisa membuat api. Lelaki itu tak terlalu jauh pergi, hanya berkeliling sebentar, kemudian datang kembali dengan ranting pohon di tangannya.
Ia menaruh kayu di tanah, membentukkan rongga-rongga agar api lebih muda untuk menyala, setelah membentuknya seperti sebuah kerucut, Sai menyalakan api pada rumput kering dalam genggamannya, lalu menaruhnya tepat di tengah-tengah paling bawah dari kumpulan kayu. Ia meniup-niup pelan, hingga api perlahan menyambar kayu di atasnya dan membara.
"Kapten Naruto, Kapten Sai, ambilah air ini." Sakura menyodorkan sebuah kantung air kepada dua pria itu, namun Sai dan Naruto malah menggelengkan kepala mereka.
"Sebaiknya tuan mudalah terlebih dahulu." Naruto berucap demikian.
Sang tuan yang menutup matanya pun hanya menggelengkan kepala, kelopaknya perlahan terbuka dan menatap para kapten yang masih menunduk di depannya dan memberikan kantung air itu.
"Aku tak memerlukannya."
"Tuan Muda, saya akan memeriksa anda sebentar. Saya sangat khawatir." Itachi lalu menganggukkan kepalanya.
Kimono lelaki calon pemimpin klan itu pun dibuka Sakura sebatas pinggang, lalu ia memerhatikan tubuh tuannya dalam balutan pedar kemerahan api unggun yang menerangi mereka. Gadis itu menatap prihatin, ia lalu mengambil napas dan menjulurkan tangannya. Mengeluarkan pedar kehijauan dari telapak tangannya dan berkonsentrasi.
Kedua kapten terlihat sedang memerhatikan hal ini dengan saksama, mereka memang mengetahui ada yang janggal dengan tubuh tuan mudanya itu, tetapi tetap saja mereka tak akan bisa menanyakan apa yang sebenarnya terjadi terhadap tubuh Uchiha Itachi yang penuh retakan. Mereka hanya membatin di dalam hati, karena bukanlah suatu kewenangan bagi mereka untuk mengurusi hal ini. Mereka hanya ditugaskan untuk melindungi sang tuan dan tabibnya.
Tangan itu lalu terangkat dari bagian dada Itachi, dengan pedar hijau yang sudah tak menyala lagi. Sakura menghapus peluh di dahinya, ia lalu membantu sang tuan untuk mengenakan kimononya kembali seperti sedia kala.
"Bagaimana, Nona Sakura?" Itachi hanya menatap gadis itu, ia masih terjaga karena Sakura hanya menggunakan energi spiritual untuk memeriksa tubuhnya saja. Itu sebabnya jiwanya tak akan berada di antara hidup dan mati.
"Perubahannya tak terlalu kelihatan. Mungkin saya bisa memancing aura kehidupan Tuan dengan menggunakan kapten Sai atau kapten Naruto sebagai penopang? Agar tubuh Anda tak semakin rusak?"
Gelengan kepala menjadi jawaban dari pertanyaan Sakura.
"Jika kita melakukan itu, kau dan salah satu dari mereka bisa kelelahan dan nantinya kita hanya memiliki satu orang yang bisa diandalkan."
Sakura mengerutkan alisnya, benar juga apa yang dikatakan tuan mudanya ini, kondisi mereka untuk sekarang dan beberapa saat ke depan tak bisa diprediksi, mungkin saja akan ada hewan buas yang menyerang atau bisa jadi ada perampok lain yang melewati hutan kematian.
"Mereka mengejarku, Nona Sakura. Walau ini hanya firasatku, tetapi dari apa yang mereka lakukan tadi, kemungkinan mereka sudah menyiapkan kelompok yang menyebar untuk mencariku di wilayah ini."
"Menurut saya, apa yang dikatakan Tuan Muda Itachi benar adanya. Mereka pasti sangat gigih untuk menemukan Anda." Naruto berkomentar.
"Ceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Uchiha berperang dengan apa?" Itachi menatap ke tiga orang itu dengan mata yang dingin.
"Ah, itu, Tuan Muda. Sebaiknya, Anda beristirahat saja. Biar permasalahan ini, kita serahkan kepada tuan muda Sasuke." Sakura bersuara sungkan, ia bahkan meremas-remas tangannya sendiri.
"Aku hanya ingin menggunakan firasatku untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Dan ini juga akan berguna untuk keselamatan kita."
Para kapten dan Sakura saling bertatapan, gadis itu telah menceritakan kepada Naruto dan Sai, kalau tuan muda Sasuke tak ingin kakaknya mengetahui masalah yang sedang dialami desa. Sakura mengerutkan alis, ia mencoba menggelengkan kepala, dan hal itu ditangkap oleh kedua kapten dan juga Itachi.
Itachi menghela napas.
"Jadi hanya aku yang tak mengetahuinya, Sasuke yang menyuruh kalian untuk menutup mulut." Sai dan Naruto hanya berwajah datar, mengubur ekspresi keterkejutan mereka, namun lain halnya dengan Sakura yang sekarang terlihat tersentak dengan wajah ngerih. Itachi bisa menebak isi kepalanya, pikir gadis itu resah.
"Anak itu, terlalu berlebihan."
"Tuan Muda, maafkan kami."
"Ceritakan lah, ini demi kebaikan kita." Ditekan dari kedua pihak yang sangat berpengaruh, apalagi sekarang mereka berhadapan dengan Uchiha Itachi, menjadikan Naruto dan Sai akhirnya menganggukkan kepala bersamaan, sedangkan Sakura masih mencoba untuk menyimpan rahasia ini karena ia merasa harus memegang janjinya kepada tuan muda Sasuke.
Namun, sekarang sudah terlambat untuk mendebat, dengan lancar Sai menceritakan apa yang sedang terjadi dengan desa yang berada dalam naungan klan Uchiha, mulai dari permasalahan desa kecil di bagian Timur, para perampok yang menguasai daerah itu hingga permintaan agar klan Uchiha menaungi desa mereka, pengawal yang dikirim untuk membantu desa Timur, dan deklarasi perang dari para perampok. Hingga, peperangan pun dimulai dan benarnya firasat tuan muda Sasuke mengenai penyerangan desa dan istana Uchiha.
"Begitu." Hanya gumaman itu yang terdengar, saat Sai terdiam setelah menceritakan hal yang terjadi belakangan ini.
Pria berambut hitam panjang yang dikucir rendah itu masih terdiam dan bersandar di batang pohon sambil menjulurkan kaki, alisnya berkerut karena memikirkan apa yang salah dengan semua ini. Sasuke dan penasehatnya telah menceritakan mengenai desa kecil yang berada di bagian Timur, mereka meminta izin dan pendapat darinya untuk menaungi desa itu agar perampok tak bergerak sesuka hati mereka.
"Terlalu ganjil," ucapnya.
"Begitu pula yang dikatakan tuan muda Sasuke saat rapat persiapan perang, Tuan Muda."
"Sebenarnya, aku tak ingin ikut campur dengan permasalahan desa lagi. Aku sudah mati hampir setahun yang lalu."
"Tuan Muda, apa yang Anda katakan."
"Kuyakin kalian tidak buta, Kapten."
Kedua kapten itu hanya menundukkan kepalanya.
"Sasuke harus bisa memecahkan permasalahan ini, sebagai calon ketua klan yang akan menggantikan ciciue. Tetapi, aku juga tak ingin ada korban lagi, dan ini juga menyangkut hidup Uchiha dan desa."
Sakura menatap Itachi, lelaki itu ingin menjadikan adik lelakinya agar lebih bijaksana dalam mengambil keputusan, dan berpikir kalau yang sudah terjadi harus dipertanggung jawabkan.
"Ada klan lain yang menjadi otak dari penyerangan yang dilakukan kelompok perampok, dan mereka sudah memikirkan kalau Uchiha akan menindak lanjutinya."
"Itu juga yang dipikirkan tuan muda Sasuke, Tuan Muda."
"Dan salah seorang dari kita memiliki andil dalam permasalah ini." Itachi menatap antara Sai dan Naruto.
"A-apa maksud, Tuan Muda?"
Itachi tersenyum tipis, dan Naruto juga Sai langsung berdiri berhadapan. Mereka mengeluarkan pedang masing-masing dan mengacungkannya antara satu sama lain.
"Jangan coba-coba kau mendekati tuan muda Itachi!" Naruto menggeram marah.
"Begitu juga denganmu, Kapten Naruto!" Sakura sudah ketakutan karena melihat Naruto dan Sai yang bersiap untuk adu kekuatan pedang, ia mendekat kepada Itachi agar bisa melindungi tuan muda itu, walau dirinya sendiri merasa gemetaran.
Tetapi, sebelum pedang itu saling berbenturan satu sama lain, mereka semua mendengar suara tawa kecil dari sang tuan muda. Sakura terperangah, kenapa Itachi mendadak terbahak seperti itu? Walau suara tawanya tak terlalu kuat, tetapi tetap saja Sakura dapat merasakan kalau tuan muda itu sedang mendapatkan sesuatu hal yang lucu, dari dua orang kapten yang hampir saling membunuh satu sama lain.
"Apa yang kalian pikirkan? Bukan kalian berdua maksudku." Itachi menggelengkan kepalanya.
"Apa? Jadi, Nona Sakura! Kau ... beraninya!" Naruto hampir menerjang sang gadis merah muda, tetapi Itachi terlebih dahulu menyerukan agar kedua kapten itu menenangkan diri.
"Tenanglah! Aku belum selesai mengatakannya, dan kalian sudah bermain hakim sendiri."
Sakura jantungan, ia sesak napas karena hampir dibunuh oleh dua orang kapten ini. Tubuhnya gemetaran, keringat mengalir di seluruh kulitnya. Apa-apaan ini? Ia bahkan tak mengetahui apapun dan hanya ingin membantu tuan muda yang sakit parah, dan ternyata tubuhnya telah mati dan jiwanya dikunci sang kegelapan bernama iblis. Dan hal itu ternyata dilakukan oleh sang adik dari tuan muda yang masih tersenyum menjengkelkan ini.
Kurang ajar!
Sakura meremas kimononya.
"Tenanglah." Itachi menghela napas.
"Tuan Muda! Bagaimana kami bisa tenang? Katakan apa yang sebenarnya terjadi, karena saya akan tak akan terselamatkan jika hal ini diteruskan."
"Aku hanya bercanda."
"Di saat seperti ini!" Sakura kehilangan kontrolnya.
"Onna, kau terlalu berisik." Sai memperingati, bagaimanapun mereka masih di dalam hutan kematian.
Sakura menggigit bibirnya, air mata mulai keluar dari manik hijau itu. Tubuhnya masih gemetaran, bagaimanapun beberapa saat yang lalu ia sudah diacungi dua pedang dan nyaris dibunuh oleh orang-orang yang memiliki jabatan sebagai kapten, dan hal itu dikarenakan ucapan dari seorang Uchiha Itachi. Sedang lelaki berambut hitam dan dikucir rendah hanya menghela napasnya, seolah yang terjadi barusan hanyalah bualan semata.
"Tidak, itu juga bukan candaan sepertinya. 'Kita' yang kumaksud itu bukan hanya kita berempat, tetapi kita semua yang ada di dalam istana. Nona Sakura, istirahatlah. Kau terlihat sangat lelah."
Gadis itu menggelengkan kepala, ia menarik napas dan menghapus air matanya. Itachi hanya menatap prihatin gadis di sampingnya ini, ia sebenarnya tak bermaksud untuk membuat keributan kecil seperti tadi, apalagi sampai melibatkan Sakura yang tak tahu apa-apa. Tentu saja, Naruto dan Sai langsung memercayai kalau Sakura bagian dari mata-mata yang ingin menjatuhkan klan Uchiha, gadis itu terlalu banyak tahu, bahkan tentang lorong rahasia yang ada di istana.
"Ada mata-mata dari klan lain yang ingin menjatuhkan Uchiha, dan dia menetap di istana. Menurutku, dia itu sudah cukup lama menjadi bagian dari istana, hingga mengetahui prihal lorong rahasia yang ada di perpustakaan. Dan sepertinya dia juga memanfaatkan tubuh lemahku dan kematian ciciue, juga Sasuke yang masih terlalu polos untuk memikirkan kekejian di dunia ini."
Mereka semua terdiam, Itachi mengerutkan alis.
"Tetapi, bagaimana ia mengetahui kalau istana memiliki ruangan rahasia? Nona Sakura, Anda bilang tuan muda Sasuke yang memberitahukan bahwa di dalam perpustakaan ada sebuah lorong rahasia? Apakah dia itu telah mencuri dengar?" Naruto penasaran.
Sakura menggelengkan kepala, ia tak tahu karena saat berbicara dengan Sasuke, mereka memang berada di lorong istana, tetapi di sana hanya ada mereka berdua saja.
"Aku memang pernah mengatakan kalau di dalam perpustakaan ada lorong rahasia, tetapi aku belum sempat menjelaskan mengenai labirin dan simbol-simbol untuk arah yang benar kepada Sasuke."
"Menurut saya, kemungkinan orang itu telah menggeledah istana cukup lama, hingga akhirnya ia menemukan jalur rahasia, dan meninggalnya tuan besar Fugaku menjadi pemicu bagi mereka untuk mempertimbangkan perang.
"Dia bermain sangat baik hingga aku tak mencurigai apapun. Ini semua karena keadaan tubuhku dan ketidak-ikut-sertaanku untuk mengurus istana lagi." Itachi mengerutkan alisnya, kalau memang mereka memanfaatkan tubuhnya yang memburuk dan kematian ayahnya, maka orang itu bergerak bebas saat tubuhnya mulai membusuk, sekitar enam bulan lalu. Dan saat adiknya lah yang diberi wewenang untuk menggantikannya atas saran sang penasehat pribadinya, Kaito Dan.
Sasuke, lebih memikirkan aku daripada desa, dan dia juga masih sangat polos hingga sangat gampang untuk dipengaruhi.
Itachi menutup kelopaknya, sama sekali tak memedulikan ketiga orang yang menatap heran dirinya. Ia ingin menganalisis sesuatu, menggali ingatannya dan memprediksi apa yang sebenarnya terjadi di dalam istana? Adanya mata-mata yang tinggal di istana, membuatnya bertanya-tanya, apa penyebab orang itu bisa tak dicurigai jika melakukan aksinya? Tak mungkin dia bisa seleluasa itu, jangan bilang dia dilindungi oleh seseorang yang memiliki kedudukan tinggi hingga selalu bisa mengubur kecurigaan.
"Aku sudah lama menutup diri dari istana ... tidak, ada yang memengaruhi Sasuke dan para petinggi untuk tak mengikut sertakan aku dalam tugas keistanaan lagi, dengan dalih kekhawatiran atas tubuhku yang semakin memburuk."
"Apakah Tuan Muda sudah mendapatkan gambaran dari semua ini?" Sai menatap Itachi yang mengerutkan alisnya, lelaki itu menarik napas dan menggelengkan kepalanya.
"Aku harus menyelidiki beberapa bagian lagi, untuk bisa menyimpulkannya dan meyakinkan diri, kalau firasatku memang benar mengarah kepadanya."
"Tuan Muda, sudah mengetahuinya?" Sakura terbelalak.
"Ini hanya firasatku."
"Tetapi, firasat Tuan Muda Itachi selalu tepat sasaran." Naruto membenarkan apa yang dikatakan Sai, karena Itachi tak pernah salah jika sudah mencurigai sesuatu.
"Aku harus bertemu dengan tuan muda Sasuke untuk membenarkan ini semua."
Sai dan Naruto menganggukkan kepala, saat ini tuan muda bungsu itu sedang berperang di wilayah Timur, walau tabib berambut merah muda ini mengatakan kalau nanti sang tuan muda akan menjemput mereka di hutan kematian, jika dia bisa menghadapi perang dan merenggut kemenangan .
Semua orang tahu, kalau perang lebih banyak membawa kesedihan dan kesengsaraan, hidup tuan mudanya sedang di ambang kematian, mereka juga tak tahu pasti apakah sang bungsu Uchiha bisa menyelamatkan diri atau malah telah terbujur kaku.
"Tuan muda Sasuke mengatakan kalau dirinya akan menjemput kita nanti, setelah peperangan berhasil mereka menangkan. Kita harus percaya kalau beliau pasti bisa."
"Aku lebih mengkhawatirkan, apakah Sasuke memikirkan seperti yang kupikirkan tentang perang ini?"
Itachi hanya bisa membatin, semoga adiknya tidak terkecoh dengan semua keadaan ini. Lelaki itu yang sekilas tatapan menunduk ke bawah karena memikirkan adiknya, sekarang kembali melihat dua orang di depannya.
"Istirahatlah, kalian harus menyimpan tenaga untuk perjalanan ini. Beberapa jam setelahnya kita akan mencoba keluar dari desa dengan jalur Selatan. Tidak perlu menunggu Sasuke, dia harus berkonsentrasi dengan permasalahan desa." Itachi mengatakan hal itu, tetapi dirinya sendiri tidak yakin.
.
.
.
Malam yang dingin tak dipedulikannya, Sasuke sekarang sedang membuka baju zirah perang dan kimononya sebatas pinggang, sabuk dari penyangga pedang menghalangi kain itu untuk terjatuh ke tanah. Lelaki itu lalu menajamkan aura iblisnya, dan seketika tubuh yang seputih pualam berubah mejadi cokelat, bibirnya menghitam. Jika diperhatikan ke arah wajah, bagian putih pada mata Sasuke kini telah menghitam. Jari lelaki itu dihiasi kuku-kuku panjang yang hitam dan runcing, dan di bagian punggungnya perlahan muncul sepasang sayap yang terlihat mirip cakar raksasa dan berbentuk mengerikan.
Ia yang berada di halaman sepi bagian belakang dan di bawah pohon, kini mengepak sayapnya, sesekali mengawasi sekeliling dan membatin, apakah perampok itu akan menemukannya dan berusaha untuk mengejarnya. Setelah berada di langit, Sasuke menambah kecepatan terbangnya, aura iblis yang menguar dari tubuhnya membuat langit menjadi gelap dengan awan hujan yang langsung mengelilingi sekitar dirinya.
Dengan terbang, hanya butuh waktu beberapa jam untuk sampai ke hutan kematian.
Beberapa jam sebelum fajar, Sasuke telah berhasil menapakkan diri ke tahan hutan kematian. Ia lalu mengunci aura iblisnya, dan memakai kimononya kembali. Lelaki itu lantas berjalan, dan menyusuri hutan. Ia sesekali terdiam dan memejamkan mata, untuk lebih fokus merasakan kehadiran aura Sakura yang sudah dikenalinya.
"Tak ada di sekitar sini," bisiknya dengan bibir yang memucat karena udara dingin.
Dirinya pun kembali melangkah dan menyusuri hutan.
Terletak cukup jauh di bagian hutan kematian yang lainnya, Naruto dan Sai sudah bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Lelaki berambut hitam pendek itu membagunkan Sakura yang masih tertidur, sedangkan Naruto terlihat sedang mematikan api dengan menguburnya menggunakan tanah. Itachi tak pernah tidur, ia membuka matanya saat Naruto meminta izin untuk mengangkat tubuhnya.
Mereka melangkahkan kaki dalam sunyi, hewan malam sesekali berkicau untuk meramaikan perjalanan menyelamatkan diri ini. Hanya bermodalkan cahaya bulan dan sebuah kayu yang dililit kain dan disiran minyak, mereka menyusuri bagian hutan yang sudah sangat familier bagi para kapten yang sering melatih prajurit-prajurit mereka.
Itachi dalam benaknya masih memikirkan, bahwa firasatnya memang tak pernah salah. Dan jika hal itu sampai terjadi, Sasuke akan mengalami kesulitan untuk bisa merebut kekuasan Uchiha yang akan dijatuhkan. Kalau dianalisis lagi, semuanya memang berkaitan, mereka mengincar kemakmuran negeri Uchiha. Padahal pemimpin klan yang dahulu sudah membentuk aliansi, sebagai perjanjian perdamaian. Tetapi, mereka menghianati perjanjian demi merebut kekuasaan Uchiha dan desa. Atau semua ini memang rencana jangka panjang mereka untuk bisa memiliki desa di bawah naungan Uchiha.
Ia hanya bisa menutup matanya, berharap agar ia bisa bertemu dengan adiknya dan memperingati sang adik agar bisa menyelamatkan klan mereka.
Sunyi senyap itu, tiba-tiba saja membuat langkah mereka terpaksa terhenti, ketika Naruto membentuk sebuah isyarat agar mereka mendiamkan diri. Suara dari daun-daun semak yang bergoyang, membuat Naruto dan Sai menjadi awas, lelaki berambut kuning itu memundurkan langkah, dan digantikan dengan Sai yang sudah memengang pedang berjalan ke depan mereka. Membuat kuda-kuda agar bisa langsung menyerang jika di balik sana adalah sesuatu yang akan membawa bahaya.
Sai mengangkat alis, ketika yang dilihatnya adalah seseorang yang dikenali mereka. Lelaki berambut panjang magenta.
"Penasehat Kaito Dan." Suara kapten Naruto menjawab pertanyaan Sakura di dalam hatinya.
"Tuan Muda Itachi, kami mencari Anda ke mana-mana. Dan saya mendapat pemberitahuan kalau Anda berada dalam perlindungan Kapten Naruto dan Kapten Sai. Syukurlah. Di luar hutan kami meninggalkan tandu dan kuda untuk Tuan Muda. Ikutlah bersama kami."
Dari belakang Kaito Dan, muncul beberapa anggota lagi. Sekitar delapan orang prajurit yang menggunakan baju zirah perang mereka.
Sang tuan muda tak menjawab perkataan dari penasehatnya, ia hanya mengerutkan alis. Saat Naruto dan Sai menganggukkan kepala dan ingin berjalan mendekati Dan, Itachi pun berbisik ke telinga Naruto.
"Hati-hati." Sai dan Naruto kembali terdiam di pertengahan jalan. Lelaki berambut kuning itu memundurkan langkahnya lagi, begitu juga dengan Sakura dan Sai yang sekarang menatap awas lelaki berambut magenta itu.
"Ada apa, Kapten?"
"Tuan muda Sasuke sudah mengutus kami untuk melindungi tuan muda Itachi. Tanpa pengecualian." Sai kembali membentuk kuda-kudanya, tidak peduli kalau yang ada di depannya ini adalah sang penasehat tuan muda Itachi.
"Saya adalah penasehat tuan muda, sudah semestinya saya mengkhawatirkan beliau."
"Tetapi, ini bukanlah kawasan istana. Tuan muda Itachi sekarang berada di dalam perlidungan kami, dan kami tak ingin mengambil risiko. Jika kalian memang benar ingin membantu, cukup pergi dari sini dan biarkan kami mengerjakan tugas ini." Sai berparas dingin, bagi seorang kapten, tugas atasan adalah fokus utama. Dan dengan apa yang telah dijelaskan Itachi, maka dia memutuskan untuk tak memercayai siapa pun di istana, termasuk sang penasahat Itachi.
"Tenanglah, Kapten. Kami hanya ingin," suara lelaki itu terhenti saat Sai mengacungkan pedang dan meneriaki agar lelaki itu jangan mendekat kepada meraka.
"Baiklah kalau itu keinginmu, Kapten." Lelaki itu menganggukkan kepala hormat dan berbalik arah.
Sai tak ingin terkecoh, ia masih terfokus kepada lelaki berambut magenta, setelahnya tiba-tiba saja dengan gerakan cepat, sang penasehan mencoba untuk melumpuhkan kaki sang kapten dengan ayunan pedangnya.
"Rambut terurai!" teriak lelaki yang merupakan penasehat Itachi. Seperti suatu tanda, para prajurit berbaju zirah itu langsung membentuk dua kelompok dan mengeluarkan pedang, bersiap menerjang mereka.
Sial, Naruto mengumpat dalam benaknya.
Itachi langsung diturunkan dan Sakura berinisiatif untuk memegangi tubuh tuannya, menaruh sebelah tangan lelaki itu di atas bahunya dan menyingkir dari area pertempuran yang tersaji di depan mata. Naruto berdiri melindungi ke dua orang itu, ia mengeluarkan pedangnya dan menatap para prajurit yang jumlahnya empat orang. Ia melirik Sai yang sedang beradu pedang dengan si berengsek Dan, lelaki berambut hitam pendek itu menendang beberapa prajurit yang mencoba mendekatinya.
Naruto maju, dan langsung menerjang dua orang sekaligus, ia memberikan ayunan pedang di tangan kanan dan pukulan telak di wajah dengan menggunakan tangan kiri, membalikkan tubuh untuk melompat dan menendang seseorang yang berusaha mendekati Sakura dan Itachi. Gadis itu kembali memundurkan diri dengan tuan muda yang berada di topangan bahunya.
Tangkis, hantam dan tusuk. Naruto berteriak saat ia menancapkan pedang pada seorang prajurit, seketika darah memuncrat dari leher yang terkena tusukan itu, dan membasahi wajah Naruto. Satu orang tumbang, ia lalu melompat saat seorang lagi datang untuk menyayat kakinya. Tendangan di wajah diberikan Naruto. Ia menarik kepala prajurit yang terjatuh, lalu dengan tenaganya ia mematahkan leher itu hingga terdengar bunyi krek.
"Kapten Sai!" fokus Naruto pecah, saat ia mendengar suara teriakan Sakura. Ia menatap lelaki yang sedang beradu dengan Dan, dan ia pun terbelalak saat melihat dada Sai telah ditusuk hingga lelaki itu memuntahkan darah. Beberapa prajurit menikamkan pedangnya lagi di bagian perut dan sebelah tangan Sai yang memegang pedang kini telah terpenggal hingga lelaki itu terjerembap jatuh.
Trang! Suara tangkisan pedang teredengar, saat Naruto kini menyerang prajurit yang berada di depannya dengan membabi buta. Ia kalap dan langsung memukulkan pedangnya kebagian kepala bertopi baja itu hingga ia melihat rembesan darah yang keluar dari kepala. Satu orang lagi ia tinju dan diantukkan kepala itu dengan dengkulnya. Suara napas Naruto terdengar menggebu saat ia berhasih membereskan prajurit yang ada di sekitanya, ia lalu berlari ke arah Sai yang sedang terkapar dan langsung menyerang Dan dengan hantaman pedang.
Mereka bertarung sengit.
"Berengsek! Jangan mengganggu." Naruto berteriak nyaring saat ia menatap beberapa orang prajurit berlari ke arah sang tuan muda.
Lelaki berambut kuning itu mengejar dan memberikan tendangan di kepala, dan hantaman pedang di bagian kaki. Saat ia menarik napas, ia merasakan punggungnya dihantam oleh pedang yang tajam dan dingin. Suara robekan kain terdengar, dan pastinya dengan luka menganga yang sekarang menghiasi punggungnya. Naruto tak ingin kalah, ia berbalik karena kalah tidak ada di dalam kamus hidupnya. Menangkis pedang itu dan menahannya dengan kekuatan yang sudah berkurang karena darah yang terus mengalir dari sobekan di tubuhnya.
Tangan Naruto yang memengang pedang, kini di tahan oleh Dan, dan lelaki itu berteriak nyaring saat merasakan pergelangan tangannya telah patah akibat ulah lelaki berambut magenta itu.
"Kapten Naruto!"
Naruto jatuh terduduk, karena lutut kakinya telah di tendang dan dipatahkan. Ia menggeram dan menggigit bibirnya hingga berdarah. Sosok Dan berdiri angkuh dengan tiga orang prajurit di belakangnya.
Lelaki itu tersenyum, dan menggoyang-goyangkan pedang di depan sang kapten yang tedesak.
"Hentikan! Jangan menyakiti kapten Naruto lagi!" teriak Sakura. Gadis itu masih di belakang sang kapten dengan Itachi yang ditopannya agar bisa berdiri.
Sorot mata Dan yang awalnya memerhatikan Naruto yang sudah tak berkutik, kini beralih pada Sakura yang masih terus berusaha menjaga Itachi.
"Bawa onna itu ke sini." Dan menyeringai, dan dua orang prajurit itu pun tertawa menjijikkan.
"Jangan coba-coba kau menyakitinya, DAN!" Naruto berteriak dan ia menerima tikaman di dadanya, hal itu membuat darah langsung mengucur dari sana dan ia terbatuk mengerikan, tubuhnya oleng dan jatuh ke tanah yang sekarang dihiasi noda merah.
Tak memedulikan suara parau Naruto, dua orang prajurit itu pun mendekati Sakura dan mencoba menarikknya agar melepakan tangannya dari Itachi. Namun, tiba-tiba saja Sakura merasakan cairan amis yang terasa hangat menyembur ke wajah dan tubuhnya. Itu karena dua orang prajurit yang mencoba menariknya telah kehilangan kepala.
Sosok lelaki tinggi berdiri di depan Sakura dan Itachi.
"Tuan ... muda ... Sasuke," bisik Naruto lemah.
"Ah, kau datang terlam-" belum selesai ucapan itu, Dan terkejut dengan gerakan tiba-tiba sang bungsu yang langsung menusukkan perang pada mata seorang prajurit yang tersisa. Lelaki itu berteriak mengerika, mengguling-gulingkan tubuhnya, sebelum ia akhirnya mendapatkan injakan dari kaki Sasuke di bagian leher.
Walau begitu, lelaki berambut magenta itu memandang Sasuke biasa tanpa rasa takut.
Kuda-kuda mereka terpasang, dengan sebilah pedang yang masih di tangan. Tak mau berbasa-basi, Sasuke langsung mengeluarkan kemampuannya menggunakan pedang. Incar bagian kepala, tangkis, incar bagian dada, tangkis, incar bagian kaki, melompat. Gerakan Sasuke dapat dibaca dengan mudah, lelaki yang berada di depannya ini bukanlah orang biasa, bahkan Kapten Sai dan Kapten Naruto saja sudah terkapar di tanah.
Serang, tangkis, pukul, ayunkan pedang, tangkis. Semua itu mereka lakukan dan terlihat seimbang. Sasuke mendecih dalam dada, ia lalu memerahkan matanya dan gerakannya semakin cepat tak terkira. Pedangnya yang sedang ditahan Dan kini semakin menekan kuat, lelaki berambut magenta itu terlihat kesulitan, dan ia pun mendapati mata sang bungsu tak seperti biasanya.
Langkah Dan perlahan mundur, Sasuke terus menekannya dan Dan melompat ke belakang untuk bisa menyelamatkan diri dari tebasan pedang Sasuke.
Lelaki itu mengerutkan alis dalam.
Sasuke berlari menyerang, ia mengayunkan pedang, namun lawannya bisa kembali bertahan, hingga kaki kirinya bergerak membentuk sebuah tendangan dan mengenai perut Dan. Pria itu terjatuh telentang karena kekuatan kaki Sasuke yang menghantam perutnya, ia lalu melihat Sasuke mendekat dan menusukkan pedangnya ke arah leher, namun Dan memegang senjatan panjang yang tajam itu dengan jemarinya, walau darah keluar dari telapak tangan, Dan masih berusaha untuk menahannya.
"Kyaaa!" Sakura berteriak, ia memberontak saat merasakan tubuhnya ditarik kuat dari belakang. Sasuke seketika menolehkan wajahnya, ketika mendapati bala bantuan dari musuh yang mendekat. Sekitar lima orang prajurit telah berada di sini dan menawan Sakura dan Itachi.
Sasuke mendapatkan sebuah dorongan pada tubuhnya, Dan sudah berdiri dan menebas perutnya dengan pedang lelaki itu. Ia merasa sakit yang membelah bagian pertuhnya, hingga darah merembas keluar dari balik kimono.
"Tuan Muda!" Sakura berteriak.
"Menyerahlah, jika tidak mereka berdua akan kubunuh."
Mata Sasuke yang merah terbelalak marah, ketika ia melihat Sakura dijambak dan lehernya diacungi sebilah pisau. Sementara itu, kakaknya sedang dipanggul seolah itu adalah sekarung padi.
"Berengsek! Seolah kalian bisa melakukan hal ini kepadaku!"
Kulit Sasuke langsung berubah menjadi cokelat, rambutnya yang panjang, terlihat halus dan terikat rapi menjadi kaku dan terurai mengerikan. Sakura sendiri bisa merasakan dengan jelas aura hitam keluar dari tubuh Sasuke, menjadikan orang-orang yang berada di sekitar Sakura terkaku dan tak bisa bergerak.
Sang kegelapan telah diperlihatkan kembali. Gadis itu memasang kekkai, melepaskan diri dan merangkak menjauh, sementara Itachi sudah terjatuh ke tahan. Sakura berdiri dan mendekati tuan mudanya.
Lelaki itu lalu berjalan, dan dengan gerakan secepat kilat, seketika lima orang bala bantuan musuh pun terbunuh tak tersisa. Sakura gemetaran, ini adalah Sasuke yang sedang terlihat amat marah. Sekarang hanya menyisakan Dan seorang diri, lelaki berambut magenta itu sama sekali tak bisa menggerakkan dirinya. Sasuke melangkahkan kakinya, berjalan ke arah Dan, kemudian menghajarnya habis-habisan.
"Sasuke, jangan sampai membunuhnya." Itachi mengingatkan, Sasuke seperti orang yang sedang kesetahan. Sementara itu, Sakura sedang memeriksa Naruto dan Sai yang tergeletak tak berdaya, dua orang kapten itu telah gugur sebagai pahlawan perang. Sakura menahan diri agar tak menangis, ia harus tegar dan bisa menghargai jasa dua orang kapten yang telah melindungi jiwanya.
Dengan peringatan dari sang kakak, Sasuke kini membawa lelaki itu dengan menarik kakinya dan menyeret tubuh Dan, untuk mendekati kakaknya yang bersandar di batang pohon. Ia menekan aura iblis di dalam tubuhnya, hingga berwujud seperti sedia kala. Darah di bagain perutnya terlihat jelas.
"Tuan Muda!" Sakura menatap khawatir.
"Aku tak apa."
Mereka mengintrogasi Dan, namun lelaki itu seperti orang mati yang tak menyahuti apapun ketika diberi pertanyaan oleh Itachi dan Sasuke. Begitulah mata-mata, mereka lebih memilih mati untuk menyimpan rapat rahasia.
Lengan kokoh Sasuke mencekik leher Dan dengan tekanan kuat. Ia masih berusaha untuk membuat lelaki itu menjawab pertanyaannya, tetapi Dan malah menatapnya dengan pandangan remeh dan tersenyum sinis.
"Baka ga! Aku tak akan membiarkanmu lepas!" tekanan cekikan Sasuke semakin kuat, sementara Itachi hanya bisa menggelengkan kepala, karena ia tahu mereka tidak akan mendapatkan apa pun dari hal ini.
Hingga, saat Sasuke mulai menggeram dan tatapan Dan membeliak dengan lidah yang hampir terjulur, Sasuke merasakan ada tangan lain yang mencengkram lengannya. Ia menolehkan wajah, dan menatap Sakura yang memandangnya dengan air mata yang berkumpul di permata hijau itu.
"Jangan, Tuan Muda. Sudah cukup." Sakura menggigit bibirnya, ia tak sanggup menyaksikan hal mengerikan ini lagi. Dirinya adalah seorang tabib, dan sudah menjadi tugasnya untuk mengobati orang yang sakit dan terluka. Tetapi, melihat banyak kematian langsung di depannya, membuat dirinya merasa kalau ia benar-benar tak berguna.
Sasuke melepaskan tangannya dari leher Dan, dan lelaki berambut magenta itu langsung terbatuk mengerikan.
"Sakura, menjauhlah ke tempat kakakku, kemudian sebaiknya kau menutup mata." Walau mendengar suara Sasuke, nyatanya tak membuat Sakura melakukan apa yang lelaki itu perintahkan. Gadis berambut merah muda itu masih berada di dekat Sasuke, berusaha untuk menghentikan perbuat sang tuan muda.
Jari tangan Sakura masih mencengkeram bagian lengan dari kimono Sasuke, kemudian lelaki itu pun mendorong tangan Sakura dengan pelan, agar gadis itu tidak menghalang-halanginya lagi.
"Nona Sakura, lelaki itu harus mati. Karena informasi darinya nanti bisa membahayakan kalian." Itachi mencoba meluluhkan kekeras kepalaan Sakura yang masih mencoba menghentikan tindakan Sasuke.
"Kita harus cepat." Dengan terdengarnya ucapan Sasuke, lelaki itu mengeluarkan pedangnya dan menusuk leher Dan yang masih terkapar di tanah.
Mata hijau itu terbelalak, fokus tatapannya adalah leher bercucuran darah dan wajah Dan yang sedang meregang nyawa. Sakura merasakan napasnya sesak, ia gemetaran dan mengingat kejadian beberapa saat lalu, saat orang-orang yang berada di depan matanya mati satu persatu. Kapten Naruto, Kapten Sai, yang sudah mengorbankan diri mereka demi melindunginya dan Itachi.
Pandangannya tiba-tiba gelap, itu dikarenakan Sasuke sedang menutup mata Sakura dengan sebelah telapak tanganya yang besar.
"Jangan terus menatapnya." Tubuh Sakura tiba-tiba merosot, dengan dengan cepat Sasuke menangkapnya, sebelum ia sadar kalau dirinya juga memiliki luka robek di perut.
"Oi!" Sasuke mengerutkan alis, syukurlah kalau Sakura hanya lemas dan tidak pingsan. Dan kini dirinya merasa perih di perut itu datang lagi, karena terlalu banyak bergerak.
Ia menahan Sakura dan membantu gadis itu berjalan, sambil memegangi perutnya yang terluka cukup parah.
"Kita harus segera pergi dari sini." Sasuke menatap mayat-mayat yang bergelempangan, ia tidak bisa mengurusi mereka dengan layak. Karena darah mereka bisa saja memancing hewan buas menuju ke tempat mereka berpijak.
"Dengan lukanya yang seperti itu?" Itachi menatap darah yang kembali merembas keluar.
Telapak tangan Sasuke masih memegangi perutnya, wajahnya sekarang berkeringat karena ia merasakan sakit lagi. Sejak tadi kemarahan mengendalikan fokusnya, hingga sakit ini tak terlalu terasa.
"Biar .... saya lihat, Tuan Muda."
"Kita harus bergegas, apa kau punya perban? Agar darahnya tak semakin banyak keluar."
Sakura menganggukkan kepalanya, ia membongkar bungkusannya dan mengambil kain yang panjang dan digunakan untuk melilit luka. Ia lalu melilitkannya ke tubuh Sasuke, tanpa melihat luka itu terlebih dahulu, karena mereka tak punya banyak waktu. Dari ufuk timur, sinar matahari mulai menampakkan wujudnya.
Tangan-tangan Sakura bergerak cepat, dan ia menyelesaikan tugasnya. Sasuke menarik napas, dan ia mencoba untuk berdiri. Sakit itu masih terasa, namun dengan perut yang terlilit perban membuatnya merasa lebih baik.
Lelaki itu awalnya ingin mengendong kakaknya dipunggung, namun Itachi tak mengizinkannya.
"Sasuke, sekarang kau bisa melepaskan aku. Karena desa kita jauh lebih penting daripada kekonyolan yang kau perbuat ini."
Sasuke hanya terdiam, ia membelalakkan matanya. Tatapan Sasuke lalu berpindah ke samping, tak ingin melihat wajah kakanya yang penuh dengan retakan.
"Niisama," bisiknya.
"Desa lebih membutuhkanmu, Otoutou." Sasuke mencoba mengintip wajah Itachi dari lirikan matanya, dan ia menatap kakaknya tak memberikan ekspresi marah, tetapi senyuman itu yang dikembangkan.
"Cepatlah, selamatkan diri kalian. Aku hanya akan menjadi beban untuk kalian."
Kelopak mata Sasuke menutup, dan setelahnya Sakura bisa merasakan aura sang kegelapan menguar mengerikan, dirinya pun menggerakkan tangan untuk membentuk sebuah kekkai kembali.
Tubuh Sasuke menjadi cokelat, sepeti sosok mengerikan yang mereka lihat beberapa saat yang lalu. Setelah itu, Sasuke berbisik kepada kakaknya.
"Niisama, tatap mataku."
Itachi mengangukkan kepalanya.
"Kai." Sasuke berucap sambil membentuk segel di tangan. Dan Sakura bisa melihat kalau aura hitam yang mengelilingi Itachi perlahan menghilang.
Retakan-retakan itu semakin terlihat.
"Sasuke, dengarkan aku. Yang terjadi tak seperti yang kau ketahui, Uchiha akan segera dikuasi oleh mereka, jadi sebaiknya kau mempersiapkan diri. Pergilah ke jalur Selatan tempat klan Hyuuga menaungi desa di tanah Selatan. Paman Hiasi akan membantumu untuk mengambil kekuasaan Uchiha kembali. Selidiki dahulu apa yang terjadi, dan jangan gegabah. Kendalikan diri dan jadilah pemimpin klan yang akan melebihi ciciue dan leluhur kita." Senyuman mengakhiri ucapan Itachi, tubuh itu perlahan semakin terlihat keropos dengan retakan yang semakin menjadi, Itachi memejamkan matanya dan merasakan untuk terakhir kali adiknya menyentuh wajahnya dan bergumam terimakasih untuknya. Setelah itu, kesadarannya hilang dan ia lepas menuju peristirahatannya.
Kimono sang tuan muda berjatuhan ke tanah, tubuh itu telah hancur dan menjadi serpihan debu. Setelahnya, debu-debu itu menghilang karena tanah meresapnya hingga tak ada sisa lagi yang telihat.
Sakura ingin membiarkan Sasuke untuk sejenak menenangkan diri, namun ia sadar meraka tak punya waktu, semak di ujung sana terlihat bergoyang, menandakan ada sesuatu yang datang. Maka, Sakura memanggil nama tuannya dan menyadarikan lelaki itu dari keterpurukkannya karena ditinggal sang kakak sekali lagi.
"Kita sebaiknya pergi."
Kimono itu dibuka Sasuke, hingga menampakkan dadanya yang kecokelatan karena ia sedang memakai sosok iblisnya. Lalu, tiba-tiba saja ada sayap yang keluar dari punggung kokoh itu, Sakura dibuat terkejut dan melangkah mundur. Tetapi, sebelum jarak mereka semakin menjauh, Sasuke sudah memegang pergelangan tangan sang gadis dan menariknya mendekat, hingga ia bisa memengangi pinggang Sakura.
"Sebaiknya kaupengang pundakku." Sasuke berkata datar, dan ketika ia melakukan apa yang dikatakan sang tuan, lelaki itu langsung mengepakkan sayapnya.
.
.
.
.
.
Bersambung
Erza Note:
Halooo ... maafkan chap kemarin yang terlalu banyak typo dan misstypo. Soalnya Erza gak konsen edit karena cuaca yang panas wkwkwk. Tapi, udah Erza perbaiki kok, karena setelah dibaca ulang Erza sendiri nyadar beberapa kalimat ada yang ambigu dan beneran bingung ini maksud kalimat apa toh? Tapi setelah dibaca lagi, baru deh inget itu salah tulis haduh.
Ok, chap ini sampe 6,5 K loh. Panjang banget, kalau bisa selesai sampai 10 chap, karena konfliknya cukup ribet makkk. Erza kasih rating mature itu bukan karena bahas hal nganu ya, tetapi karena memang ada beberapa scene pembunuhan dan perang.
Erza sendiri susah jelasin ini era apa, keknya dibuat ke fantasi aja masalah eranya, jadi ini bukan di tanah jepang. Setting tempat di Negara Hi.
Oh ya, chap depan bakalan full SasuSaku, nih yang nungguin SasuSasu disatu tempat dan beduaan.
Oh ya, ada kabar duka. TAB WACOM ERZA KENA AIR DAN GAK BISA DIPAKE LAGI, SAYONARA ERZA GAK BISA GAMBAR DIGITAL LAGI.
Salam sayang dari istri Itachikoi,
zhaErza
6,7k gila banget kannn.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top