The Darkness (Bagian 2)

The Darkness

Story by zhaErza

Naruto milik Kishimoto Masashi

SPESIAL MOMEN SASUSAKU FANS DAY 2017

Terinspirasi dari Inuyasha

Summary: Sakura dan neneknya hanyalah seorang tabib yang terkenal sangat mujarab, mereka akan mengobati siapa pun yang terluka, hingga seorang pelayan salah satu klan terpandang meminta bantuannya untuk mengobati tuan muda mereka yang sakit parah.

Chapter 2

Cover The Darkness by zhaErza lebih jelas cek ke= zhaerza.deviantart.com

.

.

.

"Akh!" Sakura meringis, itu karena tangan Sasuke berada di atas kepalanya dan menekannya kuat hingga ia kesulitan bernapas, air liurnya berceceran di atas futon, kimononya tersibak karena ia mencoba melawan dengan tendangan yang berutal.

"Jika kau berani melawan, kepalamu akan kupecahkan." Sasuke berbisik tepat di telinga Sakura. Gadis itu sekarang lebih tenang, dengan deru napas yang mengerikan.

Bagaimana bisa, sebenarnya Sasuke itu apa? Jika lelaki itu adalah iblis, lelaki itu tak akan bisa menyentuh tubuhnya, karena iblis yang mencoba untuk menyakitinya pasti akan langsung binasa dengan kekuatan spiritual yang ia miliki.

"Heh, anak baik."

Lelaki itu menyeringai, menarik kerah leher Sakura hingga menampakkan bahu sang gadis, kuku-kuku jari yang awalnya rapi dan terawat, kini mendadak memanjang secara ajaib. Menekan leher samping Sakura tepat di bagian biru yang terlihat menonjol keluar, ia membelai-belai dengan tenaga yang dijaga, karena jika sekali menambah kekuatan, maka diyakini gadis itu tak akan pernah menatap neneknya lagi.

"Lepaskan a-aku," bisik suara dari bibir sang gadis yang sibuk meraih napas pun terdengar Sasuke, namun lelaki itu sama sekali tak memiliki niatan untuk melakukan apa yang terucap dari tabib panggilan yang berada di bawahnya.

Sakura merasa ini adalah akhir dari hidupnya, lelaki itu tak jua melepaskan kedua tangannya, tubuh itu terlalu berat dan menimpah dirinya yang lebih mungil. Tetapi, tanpa diduga, Sasuke mengendurkan cengkeraman tangannya di pergelangan tangan Sakura, juga yang berada di kepala. Dengan gerakan kilat, lelaki itu membalikkan tubuh Sakura hingga sekarang mereka menjadi bertatapan muka.

Yang ada di hadapan Sakura adalah lelaki bermata merah, seperti yang dilihatnya dalam keadaan gulita tadi. Keringat dingin semakin membasahi tubuhnya, karena lelaki itu masih tak mau bergerak dari atas dirinya.

"Haruno Sakura, dengan berbaik hati, aku akan melepaskanmu," suara Sasuke terdengar berat dan tajam, sangat berbahaya. Ia lalu mengeluarkan senyum tipis yang membuat Sakura muak, lalu melanjutkan ucapannya, "Tetapi, segera tinggalkan istanaku."

"Aku akan tetap mengobati Tuan Muda Itachi-ahk," jeritan kecil itu terdengar, saat Sasuke mencengkeram bagian dagu dan rahang Sakura.

Gadis keras kepala, berani sekali mencampuri urusannya.

Auraku sama sekali tak bekerja kepadanya, kenapa?

Sasuke mengerutkan alis, biasanya jika tabib lainnya ingin melakukan tindakan yang berbahaya, maka dengan senang hati ia akan mengeluarkan auranya dan membuat sang tabib tak sanggup untuk berbicara bahkan bergerak. Tetapi, gadis ini sama sekali tak terpengaruh, bahkan yang lebih membuatnya terheran, bagaimana bisa tabib ini mengetahui kalau aura iblis menyelimuti istana? Sialan.

"Demi cahaya surga dan kegelapan neraka, pergilah iblis!" Sakura nyaris berteriak, sinar putih langsung muncul mengelilingi tubuhnya dan terpancar dari dua jari yang dihempaskannya ke arah muka Sasuke. Lelaki terpelanting, namun masih bisa berdiri seimbang dengan jarak beberapa meter dari Sakura.

Raut wajah Sasuke menjadi lebih dingin, tulang rahangnya mengeras dan sorot matanya yang merah semakin tajam. Ia seperti menguliti hidup-hidup sang gadis, namun seperti dugaannya karena aura kuatnya sama sekali tak berguna di depan gadis yang masih dilingkupi cahaya ini.

Sang tabib berambut merah muda berdiri, ia terenga dan merapikan kimononya yang sempat tersingkap karena ulahnya maupun ulah tuan muda bungsu. Ia menatap marah Sasuke yang sudah bertindak kurang ajar kepadanya.

"Kau, yang menyebabkan Tuan Muda Itachi tak bisa lepas dari dunia ini."

Sasuke menarik napas tajam, ia menggeram.

"Sudah kubilang jangan campuri urusanku, Sialan!" dalam sekejab mata, Sasuke sudah berada di depan Sakura dengan jarak hanya selangkah, namun ia tetap tak bisa menyentuh gadis itu. Kilatan langsung menyambar tangannya yang berkuku hitam tajam saat dirinya berusaha menusukkan kuku itu ke leher Sakura.

Sang bungsu kini menarik napas, mencoba menenangkan diri dan menekan aura mengerikan yang menyala-nyala di dalam tubuhnya. Sepertinya gadis tabib ini memang memiliki sesuatu yang istimewa, hingga iblis tak bisa berkutik saat berada di dekatnya. Sakura melihat hal itu dengan pandangnnya yang lain, dengan sekejab Sasuke seperti kembali memendam aura mengerikan itu, dan kembali ke sosok lelaki normal pada umumnya.

Gawat! Kalau begini ...

Gadis itu segera berlari menjauhi Sasuke yang seperti binatang buas, bagimana bisa lelaki itu menyembunyikan sosok dirinya yang lain, hingga penghalang yang dibuat Sakura tak berfungsi kembali? Sakura terbelalak, ketika tarikan kuat sudah diterimanya. Ia terhempas ke dada Sasuke dan diangkat di atas bahu, walau sudah memberontak, walau ia memiliki kekuatan spiritual, tetap saja hal itu hanya bekerja jika dia berintraksi dengan sosok dari dunia lain.

Ia kembali di atas futonnya dengan Sasuke yang berada di atas dirinya.

"Dengar gadis manis, aku bilang kalau aku akan berbaik hati, jika kau mau menurut. Jika tidak," suara Sasuke semakin lama semakin menyerupai bisikan. Ia melepaskan ikatan kimono Sakura dan tak memedulikan gadis itu yang matanya penuh dengan cairan bening, namun sepertinya sekarang Sakura tak ingin menunjukkan kalau dia gadis yang lemah, karena air matanya sama sekali tak menetes. Sasuke melanjutkan ucapannya, "aku akan membuatmu merasa ... mati pun tak ada gunanya lagi."

.

.

.

Pagi itu Sakura tak memakan sesumpit pun hidangan mewah yang diberikan oleh para dayang istana, ia tak memiliki selera makan setelah apa yang terjadi kepada dirinya kemarin malam. Hela napas berat Sakura keluarkan, ketika ia kembali memikirkan ancaman mengerikan Sasuke. Lelaki itu bisa saja membunuhnya jika dia tak berhati-hati, namun Sakura malah mendapatkan ancaman yang sangat menakutkan daripada hukuman mati untuk ukuran seorang gadis seperti dirinya.

Kalau saja tadi malam Sakura tidak menganggukkan kepalanya, maka sudah pasti hari ini ia akan memilih untuk menerjunkan dirinya dari tepi jurang.

Ia sudah memutuskan, kalau akan menolak permohonan tuan muda Itachi untuk mengobati lelaki itu. Sekarang yang harus dipikirkan bagaimana caranya agar ia membuat Itachi menyakini kalau dirinya harus segera pulang ke rumah. Alasan apa yang harus ia berikan?

Sakura memijit pelipisnya, pusing langsung menghampiri. Dengan sekali lihat saja, Sakura sangat nyakin kalau tuan muda Itachi adalah lelaki cerdas yang sulih dibohongi. Pembawaan lelaki itu terlihat berwibawa, ditambah jabatannya sebagai calon ketua klan, sudah dipastikan kalau ia harus memiliki rencana yang tepat untuk bisa keluar dari istana ini.

"Nona Sakura," suara penasehat istana terdengar, Sakura pun membenahi posisi duduknya dan menundukkan kepala seperti yang dilakukan lelaki itu.

"Tuan muda Itachi ingin segera bertemu dengan Anda. Apakah santap pagi Nona Sakura telah selesai?"

Anggukkan kepala Sakura berikan, mau bagaimana lagi, dirinya bahkan tak menyentuh makanan ini.

Mengikuti punggung sang penasehat istana, Sakura berjalan sambil melamun, hela napas tak henti-hentinya ia lakukan. Beberapa langkah lagi ia akan bertemu dengan tuan muda Itachi, apakah ia bisa mengelabui sang sulung untuk keluar dari istana megah ini. Tetapi, tetap saja hati kecilnya tak bisa melakukan hal itu, ia ingin membantu Itachi dan menyembuhkan derita lelaki malang itu.

Pengawal istana pun menyuarakan kalau dirinya dan sang tabib telah berada di depan pintu kediaman pribadi Itachi, setelah mendengar seruan agar mereka masuk, sang penasehat membuka pintu dengan sopan dan berlutut di depan tirai bambu yang menjadikan pembatas untuk berinteraksi dengan sang tuan muda.

"Tinggalkan kami, Penasehat."

Lelaki tua itu mengangguk, dan bermohon diri dari sang tuan muda yang berada di seberang tirai.

"Nona Sakura, kemarilah." Tangan pucat itu ikut bergerak saat suara Itachi memanggil, ada senyuman di wajahnya.

Mereka bersapa untuk berbasa basi, mengenai kenyamanan yang diberikan Itachi dan apakah gadis itu cukup menikmatinya? Mengenai kondisi sang tuan muda atau keadaan istana kemarin dan sekarang ini. Hingga, Sakura kembali terdiam saat ia memikirkan bagaimana caranya untuk meyakinkan tuan muda yang ada di atas futon itu?

Sakura terlihat resah, sesekali ia menyibak rambutnya ke belakang telinga, juga meremas pinggiran kimononya, dan hal itu tentu saja tertangkap oleh pantulan manik hitam sang tuan muda yang jaraknya hanya berpisah beberapa langkah saja dari sang tabib.

"Ada yang mengganggumu, Nona Sakura?"

Gadis itu tersentak kaget, seperti yang ia kira, Itachi menyadari keresahannya ini. Ia pun menggelengkan kepala dan tersenyum untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"Em ... begini, Tuan Muda ... saya rasa, saya harus kembali ke desa."

Ia mengintip sedikit wajah Itachi yang masih terlihat tenang.

"Apakah ini tidak terlalu mendadak, Nona Sakura?"

"J-jadi," ucapan itu terhenti, Sakura melirik arah samping dan memejamkan matanya lagi. Berbohong itu sangat tidak baik, tetapi kondisinya sangat mendesak.

"Ya?"

"Itu, nenek saya sebenarnya di rumah dan baru saja sembuh, saya khawatir dengan kesehatannnya. Itu sebabnya saya ingin pulang untuk melihatnya, Tuan Muda Itachi." Sakura menghela napas setelahnya, yang dikatakannya ini bukanlah kebohongan, tetapi walau kekhawatiran menyandera hatinya kepada sang nenek, ia sangat yakin sekarang kondisi neneknya baik-baik saja karena diurus oleh keluarga Mizuki.

"Hmm ... begitu, ya."

Itachi terlihat menundukkan kepalanya, ia seperti seorang yang tengah memikirkan sesuatu dan merasa putus asa, terlihat sangat menyedihkan dengan rambut yang semakin terlihat tipis.

"Aku akan mengizinkanmu pulang, Nona Sakura."

Sakura tersenyum, ternyata Tuan Muda Itachi berhati baik.

"Tetapi, katakana sejujurnya kepadaku ... apakah ada yang mengancammu?" tatapan Itachi kini terlihat tegas, sangat berbeda dengan ekspresi yang biasa Sakura saksikan selama berada di sini dan menjumpai tuan muda ini.

Sakura terkejut, dan menggelengkan kepalanya. Keringat dingin mulai menjaluri dahi dan beberapa tubuhnya. Jadi tuan muda Itachi memang sudah sadar dengan kebohongan yang terjadi, dirinya harus bagaimana.

"T-tidak, Tuan Muda." Walau sudah mengatakan hal itu, sialnya suara tergagaplah yang dikeluarkannya. Ia terlalu takut, karena kebohongan ini akan terbongar.

Itachi terlihat menutup matanya, sesaat kemudian suara lelaki itu terdengar dan pengawalpun datang. Sakura sudah semakin tidak tenang, jangan-jangan karena ketahuan berbohong ia akan mendapatkan hukuman penjara di istana ini. Bagaimana pun juga, sekarang yang berada di hadapannya adalah seorang tuan muda yang akan segera naik tahta menjadi kepala klan.

"Panggil Sasuke sekarang juga." Suara lelaki itu terdengar dingin dan Sakura semakin merasa gemetar.

Tidak! Jangan berurusan dengan orang itu lagi.

Beberapa saat setelahnya, Sakura tak juga membuka suara. Ia hanya diam dalam duduknya di hadapan Itachi, lelaki itu juga tengah menunggu kedatangan adiknya.

Dan derap langkah kuat itu datang, dengan suara pintu yang digeser cukup bertenaga. Sibakan penghalang yang terbuat dari rotan pun terdengar, dan Sakura bisa merasakan tiba-tiba aura kuat membara dari tubuh Sasuke yang berjalan semakin mendekat ke samping dirinya, berdiri di depan Itachi.

"Duduklah, Sasuke."

Lelaki itu tak menyauti, tetapi tetap melakukan apa yang dikatakan kakaknya. Alhasil, Sasuke duduk di samping Sakura yang terlihat sedikit bergetar, entah karena aura mengerikan Sasuke atau karena ancaman yang diberikan lelaki itu kemarin malam.

Mereka bertiga tak membuka suara setelahnya, Itachi sendiri memerhatikan gerik sang adik yang terlihat kesal entah karena apa. Lelaki itu hanya tersenyum sangat tipis dan Sakura bisa melihatnya. Sasuke sendiri menatap lantai ruangan pribadi sang tuan muda sulung, tangannya terlihat mencengkram hingga urat-urat itu tercetak jelas.

"Jadi, apa yang menyebabkanmu tidak berkelakuan baik kepada tamu kita, Tuan Muda Sasuke?" kakaknya itu terlihat amat tenang dan berwibawa, berbanding terbalik dengan Sasuke yang semakin terlihat tak tenang.

"Tuan Muda Itachi," bisikan Sakura dapat di dengar Itachi, kembali Sakura menundukkan kepalanya ketika ia bertatap mata dengan sang calon pewaris.

Gemeletukan gigi dapat Sakura dengar, gadis itu persis di samping Sasuke dan jangan lupakan aura yang semakin meletup-letup mengelilingi tubuh sang tuan muda yang berbalut kimono mewah. Untung saja, Sakura memiliki kekkai dan tak terpengaruh dengan kekuatan gelap Sasuke.

"Saya tak sedemikian, Nii-sama."

"Tak ada yang akan berani melanggar titahku, kecuali kau, Tuan Muda Sasuke. Walau kuyakin kau melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Hingga membuat Nona Sakura ketakutan dan resah. Kau sangat tidak terpuji, Tuan Muda Sasuke."

Sasuke tersentak di dalam benaknya, kakaknya benar-benar marah karena hal ini. Ia tidak bisa berbohong jika itu bersangkut paut dengan sang kakak. Lelaki yang lebih dewasa darinya itu benar-benar bisa membaca situasi sangat baik, jangan lupakan kejeniusan Itachi yang sangat terkenal, kekurangan lelaki itu hanya pada daya tahan tubuhnya yang buruk. Sangat lemah hingga selalu sakit-sakitan.

Sang bungsu masih terdiam, raut wajahnya tak terbaca dan Sakura sama sekali tak berani untuk sekedar mengintip lelaki yang duduk di samping dirinya.

Itachi masih menelisik sang adik, dan akhirnya ia menatap Sakura yang sama menundukkan wajah seperi lelaki di sebelahnya. Entah ada hal yang menarik, tiba-tiba saja lelaki yang berada di atas futonnya itu menyeringai, ia menemukan hukuman yang pantas untuk adiknya yang tak sopan dan semaunya sendiri itu.

Walau ia tak tahu ancaman macam apa yang dikatakan Sasuke hingga Sakura terlihat tak nyaman dan takut untuk sekadar duduk berdekatan dengan sang adik.

"Sudah kuduga kau akan melakukan hal ini, padahal Nona Sakura berniat baik ingin menolongku. Otoutou, tak semua yang kita inginkan di dunia ini, bisa kita miliki. Walau pun kau bisa memilikinya, tak akan ada yang abadi. Semuanya memiliki batas, termasuk hidup."

Sasuke tampak tak kuasa menahan rasa tertusuk di dadanya, ketika mendengar penuturan sang kakak. Bagaimana bisa kakaknya berucap sedemikian? Hingga keegoisan itu semakin menggelapkan matanya, untuk kali ini saja, ia ingin menjadi seorang yang sangat egois.

"Nona Sakura, jadi kau sangat terlihat ketakutan dengan adiku."

Gadis itu menggeleng dengan kaku, mencoba meyakinkan Itachi kalau pemikiran yang dipikirkan sang sulung tak benar. Walau suara bantahan pelan terdengar gelagapan.

"T-tidak, Tuan Muda. Maafkan saya."

"Baiklah, aku ingin mendengar, ancaman apa yang Sasuke utarakan kepadamu, Nona Sakura?"

Gadis itu mendesah resah, ia melirik sekilas sang lelaki dan sepeti yang diduga, Sasuke terkaku dengan mata membeliak dalam tundukan wajanya yang masih dapat dilihat, karena ruangan yang terang dengan sinar mentari. Sakura mencoba tak menambah masalah, ia sudah putuskan untuk tak mengadukan hal ini karena kemungkina Sasuke akan semakin memusuhinya, walau dalam hal ini sebenarnya Sakura hanyalah korban tak tahu menahu dari Sasuke. Lelaki itu dengan berutal menjadikannya musuh, hanya karena ia ingin membantu kebebasan Itachi. Luar biasa sekali dia itu.

"S-sudahlah, Tuan Muda. Tuan muda Sasuke hanya menegur saya saja. Iya ... hanya itu." Gadis itu kembali memejamkan matanya, ia meremas kedua tangannya yang sekarang bertautan di atas paha dengan putus asa. Tak ingin menlanjutkan penyelidikan Itachi.

"Hingga membuatmu teramat ketakutan hanya dengan kehadirannya? Nona Sakura, gestur tubuhmu terlalu gampang dibaca, jangan menutupi tindakan tidak terpujinya. Bagaimanapun sekarang kau berada dalam naunganku, jangan membuatku menjadi tak berguna karena ada pihak lain yang masih bisa mengusikmu."

Gadis itu menggigit bibir dan tertangkap oniks Itachi, terlihat masih ragu karena seperti sedang menimbang-nimbang keputusannya, sementara Sasuke masih mencoba mengunci bibir. Itachi sangat paham betapa keras kepalanya sang adik, jangan lupakan sifat Sasuke yang manja, hingga membuat lelaki itu terlihat merajuk walau dengan paras dingin dan keras.

"Katakanlah, Nona Sakura. Aku merasa kekecewaan kepada diriku sendiri." Sakura melihat sorot kesedihan di mata Itachi.

Dengan menelan paksa salivanya, Sakura pun kembali memantapkan hati. Ia tak tega menyaksikan sang tuan muda yang amat ingin melindunginya.

"Tuan muda Sasuke ... mengatakan kepada saya 'aku akan membuatmu merasa ... mati pun tak ada gunanya lagi' b-begitu."

Itachi terlihat memejamkan mata, rahang lelaki itu mengeras. Mencoba menahan emosinya agar tak sampai terlihat di depan dua orang ini. Setelah keadaannya menjadi lebih tenang, ia menyoroti Sasuke dengan pandangan meminta penjelasan, namun lelaki yang berada bersimpuh duduk di hadapannya itu masih mengukuhkan hati untuk tak membalas tatapan sang kakak dengan menenggelamkan wajah ke arah lantai.

"Jangan pura-pura berlagak tak bersalah, Sasuke. Aku membesarkanmu, bukan untuk menjadi seorang pengecut yang tak punya otak." Suara geraman terlihat sekali dari ucapan Itachi yang masih mecoba menahan diri, kesabarannya bisa habis karena mendapati sang adik bagai patung di hadapannya.

"Apa yang kaurencanakan kepada nona Sakura?" lelaki itu berucap semakin dingin. "Apa yang kaulakukan kepadanya?"

Sakura tak berani menyela, walau di dalam hati ia ingin segera mengakhiri penghakiman Itachi terhadap adiknya.

Saat ingin membuka mulut, tiba-tiba saja terdengar suara erangan dari Itachi, lelaki itu langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas futon dan mengusap dadanya. Sasuke yang melihat hal itu, sontak berdiri dan mendekati sang kakak.

"Ukh ... hehhh," suara napas itu terdengar menahan sakit.

Sakura pun mendekatkan diri, ia dapat melihat tubuh Itachi semakin rusak di dalam sana, sementara Sasuke mengusap wajah kakaknya yang teramat dingin, lelaki itu masih mengatur napas dan memejamkan mata dengan kerutan alis yang tercetak jelas.

"Nii-sama, gomen ne ... hontou ni," bisikan Sasuke yang sekarang terlihat tengah membenarkan selimut kakaknya dengan tubuh yang agak gemetar.

Sebagai pemerhati, Sakura bisa merasakan kalau pancaran aura Sasuke menjadi hangat. Sangat berbeda dengan beberapa saat sebelumnya, apa karena lelaki itu sangat menyayangi sang kakak, hingga bisa merubah secara signifikan terhadap sesuatu yang melekat pada diri lelaki itu?

"Maafkan saya sebelumnya karena menyela, Tuan Muda." Sakura berjalan semakin mendekat dan berada di samping Sasuke yang persis di sisi kakaknya. Gadis itu menatap sedih pancaran mata Itachi yang malang dengan kondisi tubuh rusaknya. "Dalam penglihatan saya, kondisi tubuh Tuan Muda Itachi semakin memprihatinkan. Jadi, saya saranka sebaiknya Tuan Muda Itachi untuk mengistirahatkan diri." Sakura menganggukkan sopan kepalanya.

"Itu benar, Nii-sama. Sebaiknya istirahatlah, kita akan membicarakan hal ini ketika kondsi Nii-sama sudah membaik."

Gelengan kepala terlihat oleh dua orang yang tengah bersimpuh di depan futon sang calon pemimpin klan, lelaki itu tetap pada pendiriannya. Bahwa Sasuke harus dihukum untuk menerima pelajaran dari perbuatannya. Ia tak akan tinggal diam, karena sikap semena-mena sang adik terhadap tamunya yang adalah seorang tabib muda. Bagaimana pun, ia merasa bersalah juga karena Sasuke lepas dari pengawasannya hingga mengancam dan kemungkinan telah menyakiti fisik Sakura. Ia sangat paham dengan kelakuan sang adik yang tak akan memandang bulu jika ia sudah tidak senang dengan orang tersebut.

"Kau tetap bersalah, dan akan kuhukum, Tuan Muda Uchiha Sasuke. Aku merasa berdosa kepada ciciue dan hahaue, juga kepada nona Sakura kerana kau telah berulah dan berlaku tak pantas kepadanya. Jadi, sudah kuputuskan kalau kau akan menjadi penjaga Sakura selama ia menangani tubuhku, kau disumpah untuk berkelakuan baik dan akan melindunginya dari ancaman yang akan merugikan nona Sakura. Kau akan selalu berada di dekatnya dan menjadi penanggung jawabnya. Jika kau membuat kesalahan, nona Sakura diperkenankan untuk menghukummu."

Sasuke terkejut medengar penuturan kakaknya, kenapa bisa sampai seperti ini. Kakaknya tidak salah memberikan hukuman yang begitu membelenggunya, daripada ini lebih baik ia dihukum cambuk seratus kali, daripada harus bertanggung jawab sebagai penjaga yang akan dihukum jika melakukan kesalahan.

"Nii-sama, saya tak menerima hal itu. Ini sangat berlebihan."

Sakura tersentak saat Itachi memerintahkan beberapa pengawal masuk untuk memanggilkan penasehat, ini adalah titah Itachi yang lainnya, hukuman sang adik yang tak akan bisa langgar.

"Sasuke, aku berharap banyak kepadamu. Aku ingin kau menjadi lelaki yang bijaksana dan dihormati, bukan hanya dari orang-orang yang segan dan mencintaimu, tetapi juga dari dirimu sendir.i Kau adalah Otoutou tersayangku, aku tak ingin kau kalah dengan ego dan emosimu. Kendalikan hal itu, tanya pada hatimu yang paling dalam, sudah patutkah dirimu yang sekarang ini. Kau akan menemukan kebahagian kelak, jika kau bisa mengetahui apa, kenapa dan untuk apa kau lahir ke dunia ini."

.

.

.

Seperti yang dikatakan tuan muda Itachi, sekarang Sasuke selalu mengekori Sakura ke mana pun, bahkan saat gadis itu harus tidur di kamar yang disediakan oleh pelayan. Menjaga sang gadis, kapan dan di mana pun. Membuat sang gadis terjaga dari ancaman dan tak perlu takut saat harus pergi ke hutan atau pasar untuk mencari tanaman herbal atau obat-obatan.

Mereka berprilaku seperti seorang yang tak menyadari kehadiran masing-masing, tidak juga sebenarnya, karena hanya Sasuke lah yang melakukan hal itu. Sebenarnya Sakura sendiri sudah memutuskan untuk memaafkan lelaki yang bertugas menjadi pengawalnya, tetapi kelihatannya Itachi masih ingin membuat Sasuke lebih berhati-hati dengan tindakannya agar tidak memperlakukan orang-orang sesuka hati.

Gadis itu bahkan tidak pernah membahas mengenai keanehan pada Sasuke lagi, walau begitu mungkin untuk beberapa saat ini saja ia menyimpan semuanya di dalam pikiran, karena saat perasaan Sasuke menjadi lebih baik, maka ia akan memulainya dari awal lagi. Menanyai lelaki itu secara empat mata.

"Apakah anda merasa lelah, Tuan Muda Sasuke? Kita berjalan sudah beberapa lama, namun tanamannya masih belum didapatkan." Gadis itu menatap lelaki yang berpakaian seperti seorang samurai kelas atas dengan membawa sebilah pedang, kadang gadis itu bertanya dalam benaknya, benarkan lelaki dingin ini bisa menangani para penjahat nanti?

Sakura mendudukkan dirinya di akar pohon yang sangat menonjol dan terlihat tua, ia menghapus peluh dan menatap sang lelaki yang lebih santai dengan menyandar di batang pohon, pejaman mata sedang menjadi pemandangan yang indah bagi Sakura, lelaki berparas tampan itu terlihat tengah memikirkan sesuatu yang entah kenapa membuat Sakura agaknya menjadi resah.

Sudah tiga hari semenjak Sasuke menerima hukumannya, dan Sakura sama sekali tak bisa berinteraksi dengan lelaki itu selain hanya melakukan pembicaraan satu arah. Ia seperti diikuti oleh patung yang bisa menggerakkan tubuh dan berparas amat tampan, walau memiliki aura mengerikan yang kelihatannya tak mau ditutupi jika mereka sedang berdua saja. Seperti sekarang ini, di dalam hutan.

"Aku sangat bingung," suara Sakura terdengar di telinga Sasuke, namun lelaki itu masih betah menutup mata. Hingga sang gadis melanjutkan katanya, "tuan muda Itachi memiliki tubuh yang mati, tapi kenapa ia bisa merasakan rasa sakit saat tubuhnya semakin rusak?" ketika kalimat Sakura telah lengkap, Sasuke membuka matanya dan rahangnya mengeras menatap Sakura.

"Apa maksudmu?"

Perkataan dengan intonasi tajam itu terdengar, dan Sakura hanya menganggukkan kepala.

"Apakah Tuan Muda Sasuke tak menyadari hal itu?"

"Jangan bertele-tele dan cepat jelaskan!" serunya tegas dengan geraman rendah.

"Aku juga kebingungan, karena tuan muda Itachi terlihat sangat menderita, ia merasakan setiap tubuhnya yang perlahan rusak, hingga sulit untuk menggerakkan tubuh."

"Nii-sama mengalami mati rasa pada tubuhnya, bagaimana mungkin ia bisa merasakan sakit?"

Gadis merah muda itu terdiam, ia menghela napas dan menundukkan kepala, terbayang wajah Itachi di kediaman pribadinya. Hingga sesuatu melintas di pemikirannya.

"Saya rasa, itu adalah akibat karena menentang takdir Tuhan, tuan muda Itachi mengalami penderitaan."

Angin bertiup mengembus rambut Sasuke yang dikuncir tinggi, poni-poni di masing-masing sisi wajahnya menari-nari bersama daun yang berguguran. Sasuke mendelikkan matanya, mencoba menahan untuk mencerca gadis yang duduk menundukkan kepala tak berani menatap dirinya di sebuah akar pohon. Ia lalu mengembuskan napas, menyilangkan kedua tangan di depan dada. Kalau bukan karena sumpahnya yang harus berkelakuan baik terhadap tabib ini, ia sudah pasti meninggalkannya sendirian di hutan agar dimanakan binatang buas.

"Kau tak perlu menceramahi, dan lakukan saja tugasmu sebagai seorang tabib seperti semestinya."

Sasuke berjalan pergi dengan langkah tenang, ia hanya bisa menahan diri dari godaan untuk menyelakai si rambut merah muda. Di lain pihak, Sakura hanya bisa mendesah pasrah. Ia tidak menyangka harus terus bersama dengan tuan muda bungsu klan Uchiha yang benar-benar angkuh, ini benar-benar menyulitkan. Jangan lupakan perangai kasar lelaki itu, kenapa bisa Sasuke dan Itachi amat berbeda. Bukankah seharusnya seorang tuan muda bersifat sopan, bijaksana dan tak gampang menampakkan emosi. Tetapi kenapa Sasuke bisa sedemikian?

Merasa tertinggal, Sakura pun mengejar lelaki itu dengan sedikit berjalan cepat, hingga ia berada di belakang Sasuke yang masih berdiam tak mengatakan sepatah katapun setelah mereka menemukan tanaman obat.

Ketika sedang berada di kediaman pribadi Itachi, dan memeriksa tubuh sang tuan, lelaki yang masih terus hanya bisa duduk di futon itu selalu menanyakan mengenai prilaku Sasuke kepada Sakura. Ia pun menceritakan kalau Sasuke sekarang tak pernah mengatakan hal-hal cercaan atau bersikap sesuka hati. Lelaki itu lebih banyak diam, dan berada di depannya untuk mengawasi sekitar jika mereka sedang ke luar istana untuk mencari obat herbal atau ke hutan.

Keberadaan Sasuke yang mencolok dengan kimono yang menurut Sakura mahal, namun menurut lelaki itu sederhana, sering kali menarik pandangan orang-orang miskin yang berkeliaran di pasar, tak jarang saat mereka melewati jalan sepi, mereka akan diikuti beberapa orang permpok yang ingin memeras harta benda yang mereka bawa.

"Ah, syukurlah kalau Sasuke bisa melindungimu, dia yang terbaik dalam kendo, dia belajar dari ahlinya."

Sakura mengaggukkan kepala, ia merasa lega karena Sasuke menjalankan sumpahnya untuk melindunginya, tapi ia semakin ketakutan saat lelaki itu dengan senang hati mencabut nyawa para perampok yang mencoba menyakiti dan memeras mereka. Sebagai seorang tabib, hal itu sangat berkebalikan kepada Sakura, ia tak ingin ada nyawa yang hilang karena pertikaian, namun kelihatannya para samurai dan perampok selalu bertarung tanpa henti untuk sesuatu hal yang menyebabkan mereka meregang nyawa.

"Tuan Muda, emm ... sebenarnya saya kurang meyakininya, tapi mungkin saya bisa menguatkan tubuh tuan dengan energi spiritual yang saya punya. Karena dengan cara pengobatan biasa tubuh anda tak meresponsnya."

"Bagaimana caranya?"

"Saya akan mencoba memurnikan energi anda, dan memancing aura kehidupan dari jiwa anda untuk merespons kehidupan pada tubuh yang rusak. Tetapi, karena ini sangat berbahaya bagi saya, saya juga memerlukan penopang yang bersedia membagikan energinya kepada saya. Sehingga saya tidak akan mati kelelahan karena pekerjaan ini."

Itachi terlihat berdiam diri dengan alis mata yang mengerut. Ia tak mengkhawatirkan dirinya sebenarnya, yang dikhawatirkannya adalah sang gadis yang bersedia merawatnya. Bagaimanapun, dirinya bukanlah penghuni dunia ini lagi, ia sadar dahulu ia telah mati, namun entah kenapa tiba-tiba ia kembali ke dalam jasad yang sudah tak berfungsi.

"Nona Sakura, kenapa kau tak membantuku untuk lepas dari jasad ini saja?"

Lelaki yang berada di depan sang tabib, melihat kepala merah muda itu menggeleng.

"Saya harus membunuh iblis yang menaungi tubuh dan istana ini, sayangnya itu sangat sulit. Bukan seperti iblis biasa yang langsung binasa ketika saya mengeluarkan kekuatan spiritual yang saya miliki."

"Jadi memang mustahil ya." Lelaki itu terlihat mengeluh kepada dirinya sendiri, dan untuk pertama kalinya Sakura melihat ekpresi Itachi yang seperti merajuk. "Kalau begitu lebih baik kita mulai saja, apakah harus memakai persiapan?"

"Tidak, kita bisa langsung mencoba ketika menemukan penopang untukku."

Tuan muda Itachi pun tersenyum, ia mencoba lebih bersemangat untuk bisa lepas dari pengaruh iblis ini, atau lebih tepatnya berdamai dengan tubuh matinya. Ia pun memanggil pengawal dan memintanya untuk segera mendatangkan Sasuke yang sedang berada di ruangan doujo pribadinya. Sakura tersentak sendiri, kenapa Itachi memilih Sasuke, padahal banyak penghuni lain di istana ini?

"Maaf, Tuan Muda? K-kenapa harus tuan muda Sasuke? Saya rasa, salah satu dari pengawal saja yang menjadi penopang saya tak masalah?"

"Tak masalah bukan, lagipula sejak kecil fisik Sasuke itu kuat, dia juga sekarang masih berada dalam sumpahnya untuk selalu bertanggung jawab atas dirimu, Nona."

Tak punya rangkaian kata lagi untuk mencoba bernegoisasi, lagipula Sakura hanya seorang tabib panggilan dan tak sepantasnya mendebad sang tuan muda. Ia pun hanya bisa mengagguk patuh.

"Apakah kau tak nyaman dengan Sasuke, Nona Sakura?"

"Ah! T-tidak, saya baik-baik saja, Tuan."

Sekali lagi, Sakura mengangkap raut tak biasa dari diri Itachi, lelaki itu terlihat melamun dan membesitkan senyum di bibirnya.

"Sasuke itu adalah anak yang baik, terlepas dari perangainya yang sekarang ini. Dia sangat manja kepadaku, mungkin karena memiliki figur ayah yang tegas dan kaku, juga telah kehilangan ibu sejak lahir, Sasuke melampiaskan perasaannya yang haus kasih sayang kepadaku. Namun, Sasuke yang semakin dewasa menyadari kalau aku tak akan lama di dunia ini. Tubuhku semakin lemah, dan ayah juga meninggal dunia karena bertempur dengan pemberontakan yang saat itu mengusik Istana."

Mungkin, Sakura sekarang terlihat tak mengerti kenapa Itachi menceritakan sosok sang adik kepada dirinya. Lelaki itu sepertinya ingin membuat Sakura merubah pandangannya kepada Sasuke yang selalu terlihat tak nyaman dan takut.

"Dia semakin dingin, dan tak mau tersenyum lagi. Tak seperti Sasuke yang dulu yang selalu bermanja kepadaku, ditinggkat kedewasaannya, ia mendapatkan pelajaran dan pelatihan yang semakin ketat, sehingga kami jarang berjumpa hingga akhirnya kondisiku semakin memburuk dan tak bisa diselamatkan. Aku tak tahu, apa yang terjadi selanjutnya, beberapa hari setelahnya aku terbangun dengan kondisi tubuh yang sangat berbeda, awalnya semua membaik. Aku tak merasa sakit lagi, aku bisa bekerja untuk persiapan peresmian, namun beberapa minggu setelahnya, kondisiku memburuk lagi hingga peresmian untuk menjadi kepala klan kembali ditunda. Hingga kau bisa melihat rusaknya tubuhku sekarang ini, aku bahkan tak bisa untuk sekadar menggerakkan kaki. Dan Sasuke, aku tak menemukan dirinya lagi, ia seperti amat jauh dariku."

Sakura terdiam, mendengarkan semua cerita masa lalu yang dikisahkan sang sulung, hingga lelaki yang menjadi pembicaraan mereka hadir dan menunduk hormat kepada kakaknya.

Lelaki berambut panjang dan dikuncir ekor kuda tinggi itu duduk dengan kedua kaki dilipat, kedua tangannya berada di atas paha, dan sorot matanya menatap sang kakak yang sekarang tersenyum entah karena apa.

"Nona Sakura akan membantuku untuk setidaknya membuat kondiri tubuh ini menjadi lebih baik. Namun, karena itu sangat berbahaya bagi tubuh nona Sakura sendiri, kau akan menjadi penjaga yang menopang tubuhnya. Nona Sakura, jelaskanlah kepada Sasuke mengenai rencanamu."

Ketika mendengar kalimat yang ditujukan untuknya itu, maka Sakura pun lekas menerangkan apa yang sempat dikatakan sang sulung. Awalnya, Sasuke mencoba terus bertanya, mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Ada beberapa yang menjadi ganjalan di hati Sasuke, kenapa bisa dirinya yang dipilih untuk menjadi penopang gadis ini? Gadis itu tak akan bisa menerima aura iblis yang berkobar pada dirinya, dan ia tak sudi membagi energi manusianya karena itu akan merepotkan dirinya dan berimpas pada kelelahan yang amat sangat.

Wajah Sasuke terlihat mencebik dan tak rela, ia sama sekali tak ingin menjadi bagian dari diri Sakura, bagaimana pun gadis ini telah menghancurkan harga dirinya dengan dijatuhinya ia hukuman tanggung jawab ini.

"Sasuke, jangan menolaknya, karena ini adalah tanggung jawabmu." Itachi bakhan mengatakan hal itu, kakaknya sudah sadar kalau Sasuke tak ingin membantu Sakura.

Decak malas mengakhiri perang batin di dalam diri Sasuke, jika bukan demi sang kakak dan tubuhnya yang akan diperbaiki, Sasuke sudah pasti menolak mentah-mentah hal ini. Sementara itu, Sakura menyoroti tubuh Sasuke dengan pandangan berbedanya, ia bisa melihat dan merasakan kalau lelaki yang berada di hadapannya sekarang ini menekan jauh-jauh energi iblis pada tubuhnnya, sehingga Sasuke seperti lelaki biasa pada umumnya, aura lelaki itu indigo dan mirip seperti dirinya. Apa artinya Sasuke juga memiliki kekuatan spiritual sendiri?

Tiba-tiba saja Sakura terbelalak, ia melihat Sasuke menyeringai menggodanya. Ternyata lelaki itu sadar betul kalau Sakura sedang menebak-nebak tentang dirinya.

Menyebalkan sekali dia ini.

Mereka pun memulainya, Itachi di tidurkan dengan kimono bagian atas yang dilepaskan, tubuh pucat itu benar-benar terlihat menyedihkan. Otot-otot perut itachi terlihat ada yang membiru karena pembusukan dari dalam, saat jari Sakura menekannya, bagian itu akan membentuk cekungan lembek, tidak seperti tubuh para pria sehat yang jika disentu maka yang dirasakan otot mereka terasa keras.

"Saya akan mencobanya."

Lengan kimono Sakura ia gulung dan ia ikat menggunakan kain ke belakang bahunya, sementara Sasuke diperintah dirinya untuk duduk di belakang Sakura, dengan memegang kedua bahu mungil yang ia punya. Awalnya Sakura sempat terkejut, karena ternyata tangan Sasuke memang berat dan lebih bertenaga, ia berjengit tak nyaman saat Sasuke meremas kecil kedua pundaknya.

Sekarang Sakura menganggukkan kepalanya, bertanda ia akan segela memulainnya, sementara Sasuke dan Itachi terlihat memerhatikan sang gadis yang tengah berkonsentrasi. Dan bola mata oniks sang bungsu bisa menangkap kerliban cahaya yang mengelilingi Sakura, jangan lupakan auranya suci yang sekarang berkibar dari dalam diri sang gadis.

Jika mata manusia biasa seperti Itachi yang melihat, maka telapak tangan Sakura yang berada di dada Itachi sama sekali tak mengeluarkan apa pun, namun lain halnya dengan yang dilihat Sasuke. Mata lelaki itu menangkap kedua telapak tangan itu mengeluarkan cahaya dengan pedar kehijauan, yang membuat energi spiritual Sakura tersalurkan ke dalam tubuh kakaknya. Keringat mulai membasahi tubuh Sakura, dan Sasuke sendiri bisa jelas merasakannya karena tangannya berada di bahu gadis itu.

Napas Sakura sudah terngah-engah dan Sasuke mulai membuka aura manusianya untuk menguatkan sang gadis yang sudah terlihat tak bertenaga. Hingga pedar yang awalnya akan memudar sekarang kembali seperti sedia kala. Sakura mengerutkan alisnya, ia melihat kalau Itachi sedang menatap langit-langit ruangan pribadinya dengan pandangan kosong. Sulung Uchiha itu sedang dalam kondisi tak sadarkan diri, karena jiwanya sendang dipancing Sakura untuk merespons tubuh mati sang tuan muda. Hingga Sakura tak tahan lagi dan tubuhnya gemetar, ia lunglai dan melepaskan tangannya dari penjagaan diri, hingga tubuhnya terjatuh ke arah Sasuke yang sedang menjadi penopangnya.

"Oi?"

Sasuke mengguncang tubuh Sakura, gadis itu bersandar penuh di dadanya, dengan wajah mendangak dan mulut yang terbuka karena mencoba meraup udara sebanyak mungkin, pakaian mereka basah karena perbenturan energi yang beberapa kali terjadi, aura iblis di sekeliling istana tak membiarkan kemudahan untuk Sakura dan Sasuke.

Walau lelah, setidaknya Sasuke tak berkondisi seperti Sakura yang sekarang masih gemetaran. Tanpa sadar, manik tajam lelaki itu menyoroti tubuh Sakura yang tak bertenaga dan pasrah kepada keadaan. Sasuke hanya bisa medecak, gadis ini berlebihan dalam menggunakan kekuatan spritualnya. Ia pun hanya bisa menghela napas dan membagi energinya agar Sakura setidaknya bisa lebih mengendalikan diri. Tatapan matanya beralih kepada sang kakak yang masih seperti sedia kala, seperti boneka yang tak merspons apa pun di sekitarnya. Kemungkinan Sakura belum menetralkan jiwa Itachi, itu sebabnya sang sulung masih berada di ambang dua dunia.

"Kau bisa lanjutkan? Kautahu, kau berlebihan hingga aku juga menjadi sangat lelah."

"Tetapi ... Tuan Muda, tubunya mulai merespons."

Kedua telapak tangan Sasuke mendorong bahu Sakura, agar gadis itu bisa kembali duduk di tempatnya seperti sedia kala.

Bahu kecil gadis itu dan punggungnya tercetak jelas dari balik kimono berbahan sederhana yang Sakura bawa dari rumahnya sendiri, menjadi pemandangan tersendiri bagi diri Sasuke.

Ck, sial.

"Saya akan menetralkan jiwanya."

.

.

.

.

.

Bersambung

AN:

Sila beri kesan dan pesan di chap ini. :)

Haduuuhhhh ... maafkan saya yang lemah dengan alur cepat. Saya benar-benar gak bisa menjadikan fic ini hanya dua chapter, karena alurnya cukup panjang, dan kalaupun saya buat dua chap, itu akan membuat feel berkurang karena beberapa bagian mungkin akan dipotong.

Karena saya cinta genre Supernatural, dan ketika menulis genre inilah saya senang, setelah saya memutuskan untuk mulai mengurangi asupan menulis genre Horror dan Gore, saya merasa bahagia karena terobati dengan menulis supernatural.

Sebisa mungkin saya buat detil, karena sekali lagi saya gak bisa buat alur cepat karena fiksi ini cukup membutuhkan banyak penjelasan, dari siapa Sasuke dan Itachi, hingga siapa Sakura?

Kalau kalian merasa gak suka karena fic ini akan saya panjangkan chapternya, kalian boleh meninggalkan fic ini. Saya bukannya labil, atau tak tetap pendirian, saya hanya tak memperkirakan untuk mencapai konflik akhir dan ending, alurnya akan sepanjang ini ketika saya jadikan tulisan.

Kalau bisa, fic ini akan saya usahakan selesai dengan 5 chapter. Saya juga usahakan tiap chapternya akan mencapai sekitar 4-5 k atau bahkan lebih.

Salam sayang,

zhaErza

Anjerrrr 5,5k ketikan, hebat banget Erza zaman doeloe. 😂😂😂
Republish tanpa edit yaaa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top