The Darkness (Bagian 19)
Bum! Duar!
Suara itu menggelegar, tubuh Sasuke terpelanting, terguling, hingga menabrak para pasukan perangnya sendiri, ia terseret beberapa meter karena tekanan kuat yang menghantam perutnya.
Suara ledakan memenuhi pendengaran dua pasukan perang.
"Sasuke-kun!" teriak Sakura, gadis itu melunturkan kekkainya tanpa ia sadari, berdiri dan menyaksikan orang yang dicintainya terkapar tak berdaya.
Sasori tertawa, terbahak karena menyaksikan Gaara yang berhasil menyerang sang kepala klan Uchiha. Wujud Gaara yang dikuasi iblis, dengan fisik nyaris menyerupai monster di sebagian tubuh. Serangan bola energi yang mengakibatkan ledakan dahsyat cukup mengenai perut Sasuke, laki-laki itu tak sempurna menghalau serangan dengan kekuatan iblis yang dikendalikannya. Walau hanya secara tak langsung mengenainya, karena Sasuke menggunakan sebelah sayapnya untuk melindungi diri, tetapi ia merasakan efek ledakan yang menghantam perutnya, hingga menyebabkan keadaannya menjadi terluka cukup parah dengan rembasan darah yang mengalir dari perutnya.
.
.
.
The Darkness
Story by zhaErza
Naruto milik Kishimoto Masashi
SPESIAL MOMEN SASUSAKU FANS DAY 2017
Terinspirasi dari Inuyasha
Summary: Sakura dan neneknya hanyalah seorang tabib yang terkenal sangat mujarab, mereka akan mengobati siapa pun yang terluka, hingga seorang pelayan salah satu klan terpandang meminta bantuannya untuk mengobati tuan muda mereka yang sakit parah.
.
.
.
Chapter 19
.
.
.
Ngingggg!
Telinga yang berdengung membuat Sasuke tak bisa bergerak sedikitpun, tubuhnya kaku, tatapannya buram dan nyaris menghitam, ia terkapar di tanah dengan darah yang menghiasi perut dan dada. Susah payah ia mencoba menahan kesadarannya agar tak pingsan karena serangan musuh, namun hal itu tak semudah yang ia kira, karena untuk sekarang ini mengangkat kepala pun ia sudah tak bisa.
Tubuhnya dibiarkannya telungkup, dengan kepala disandarkan penuh ke atas pasir. Napasnya terengah, karena nyeri yang terus menggerogoti tubuh. Sayapnya mengepak, salah satunya telah hilang dikarenakan ledakan yang menghantam dan menyebabkan hancur tak bersisa, meninggalkan salah satunya yang kemudian menyusut dan menghilang dari balik punggung.
Wujud iblisnya masih bisa dipertahankan, seseorang datang dengan cepat, itu adalah Obito yang tiba-tiba sudah ada di depan mata, meski pandangannya masih cukup buram untuk mengenali langsung sang paman. Suara familier pun menyadarkan kalau yang sedang memanggil namanya adalah Obito, laki-laki itu lalu mengangkat tubuhnya, dan membantunya untuk mendudukkan diri.
"Sasuke! Oy! Sasuke!"
Juugo yang berada cukup jauh dari Sasuke hanya bisa menyaksikan sang tuan, walau dirinya juga merasa khawatir, namun karena melihat kekkai yang dimiliki Suna telah menghilang, dirinya pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Teriakannya langsung membangkitkan semangat para prajurit, mereka berlari menyerang pasukan Suna yang sudah tak memiliki pelindung yang mengelilingi.
Riuh perang terjadi, kedua kubu saling menyerbu dengan senjata mereka masing-masing, pedang-pedang dilayangkan, tombak dilemparkan, hingga anak panah dilesatkan. Saling tangkis, dan menyerang, membunuh musuh masing-masing demi mengambil gelar kemenangan.
"Untuk Itachi-douno dan Sasuke-douno, serang!" gelegar suara pasukan Uchiha menyertai serangan demi serangan yang mereka lakukan, memperjuangkan kemenangan desa mereka.
Dari arah berlawanan, Sakura masih menatap sosok yang telah memenjara hatinya, di belakangnya ada Nagato yang memegangi pundak, menahan agar Sakura tak limbung karena kehilangan daya. Mata emerald itu melebar, menatap Sasuke yang terkapar di tanah, air matanya menetes kala ia melihat Sasuke didudukkan dengan kondisi yang memprihatinkan.
Nagato tak mengerti, awalnya ia hanya ingin melindungi sang nyonya, namun alisnya mengerut kala ia menyaksikan perubahan wujud yang tak terduga. Kala rambut merah muda itu memutih dan memanjang hingga helainya tergeletak di pasir, bola mata hijau yang berubah menjadi kuning keemasan dan bersinar, serta adanya pedar cahaya yang mengelilingi tubuh gadis Haruno.
"Sasuke." bibir itu berbisik, gemetar suaranya bisa didengar Nagato.
Tiba-tiba, auman mengerikan terdengar oleh Sakura, lantas tatapannya langsung berpindah kepada sumber datangnya suara. Ia terhenyak, saat menyadari laki-laki yang disayanginya dan selalu bisa menenangkannya, kita terlihat tersiksa dengan tubuh mengerikan dan tak bisa dikendalikan. Gaara mengamuk, mengeluarkan sesuatu dari mulutnya yang terbuka lebar, energi positif dan negatif terkumpul, hingga menjadikan sesuatu yang terlihat hitam menyerupai bulatan, ditembakkan menuju pasukan Uchiha, dan ledakan pun kembali menggetarkan pasir yang mereka pijak.
Setetes air mata kembali mengaliri pipi, Sakura meremas tengah dadanya, menatap dalam Gaara yang terlihat tersiksa dengan keadaan ini, leher lelaki itu diikat rantai yang hanya bisa dilihat olehnya, jika melawan dan mencoba melepaskan diri, maka rantai tersebut akan memerah seolah membakar leher Gaara.
"Graaaarrrgggg!"
.
.
.
Aura Sasuke menggelap, ia mencoba menyembuhkan luka dengan energi Sang Kegelapan. Obito yang ada di belakangnya mengawasi, merasakan energi yang meningkat hingga perlahan-lahan luka Sasuke bisa disembuhkan, hal ini cukup berisiko untuk dilakukan, karena jika salah langkah bisa saja jiwanya akan termakan kekelaman Sang Kegelapan.
Tatapan mata merah Sasuke menajam, ia menyaksikan Sakura yang berfisik berbeda. Wujud itu lagi, yang pernah disaksikannya saat berada di kediaman Gaara. Sasuke mengerutkan alisnya, gadis itu sedang menatap kepada Gaara yang sepertinya tengah diluar kendali. Ia harus bisa menghentikan Gaara, agar laki-laki itu tak menghabisi pasukannya dengan senjata mematikan itu.
"Sasuke, kau tak masalah dengan pemulihan ini? Cukup berisiko untuk kaugunakan."
Mata laki-laki bungsu Uchiha itu memejam, bibirnya ia gigit, pemulihan sebentar lagi selesai. Walau ia tak akan bisa mendapatkan keutuhan sayapnya lagi, setidaknya lukanya bisa ia sembuhkan.
"Aku sudah lebih kuat, Paman. Seperti yang kujelaskan, walau ada kalanya dia berusaha untuk memasuki dan memakan energi spiritualku, tapi aku masih cukup kuat untuk ditaklukkan."
Napas Sasuke dikeluarkannya dengan lambat, sekali lagi memfokuskan energi spiritualnya, menekan Sang Kegelapan yang mencoba menghitamkan jiwanya. Sasuke bersyukur karena dia adalah orang yang bisa mengendalikan energi spiritual dengan baik, dia adalah orang yang spesial sama seperti Sakura.
Laki-laki itu lantas berdiri, meningkatkan energi dan menatap sang paman ketika dirinya telah dipenuhi aura Sang Kegelapan. Ia akan menghentikan Gaara terlebih dahulu, untuk menyelamatkan pasukannya. Ia tak punya pilihan, meski harus menghilangkan nyawa ketua klan Suna yang sekarang kehilangan kendali dari tubuh. Terlalu sulit baginya menyerang Sasori, karena Gaara ada di depan lelaki itu.
"Biar Paman yang melakukannya, kau urus saja Gaara, Sasuke. Lalu, apakah yang berhadapan dengan kita adalah tubuh aslinya? Laki-laki itu bisa memakai sihir kagutsu, bukan?"
Sasuke mengerutkan alis, ia menatap Sasori yang masih gencar terbahak karena melihat kekacauan yang ia sebabkan. Laki-laki berambut kelam itu lantas menggeleng, ia tak tahu yang berhadapan dengan mereka apakah benar tubuh asli Sasori atau hanya boneka sihirnya.
"Kita serang saja!"
Obito menganggukkan kepala, dan ia mulai terhisap ke dalam dimensi yang dimiliki mata sharingannya. Sedang Sasuke berlari kencang untuk mendekati Gaara yang masih menjadi senjata terkuat Suna.
Saat jarak antara Gaara dan Sasuke nyaris hanya tinggal beberapa meter, ketika sebentar lagi Obito nyaris tiba di belakang Sasori, sedang Sasuke telah mengacungkan tinju untuk menghantamkannya ke wajah Gaara, tiba-tiba saja kilatan petir menyambar tubuh Obito. Laki-laki yang merupakan adik dari ayah Sasuke pun terpelanting, tubuhnya tersengat kilatan petir hingga menimbulkan ruam-ruam luka karenanya.
Kilatan listrik menyetrumnya hingga tubuhnya mati rasa, Obito tergeletak, tak disangkanya kalau tubuh Sasori dilindungi kekuatan sihir seperti itu.
Sasuke yang melihat Sasori masih terfokus oleh Obito, pun tak ingin melewatkan kesempatan, namun sebelum pukulan itu melayang ke wajah Gaara, sesuatu yang kuat menghalanginya. Matanya yang merah melebar, kala ia melihat kristal hijau yang menghalaunya untuk menyerang sang ketua klan Suna.
Ia terdiam, terpaku karena menatap Sakura yang ada di sampingnya, sementara Gaara berteriak mengerikan karena merasa panasnya rantai tak kasat mata. Sakura melindungi Gaara? Kenapa gadis itu terlalu berpihak kepada Suna? Apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Sasuke menggeram di dalam hati, mendelikkan mata menunjukkan sorot marah, tetapi sebelum ia menyadari dan Sasori mendekati mereka, Sakura telah melakukan sesuatu yang membuatnya tercengang untuk yang kesekian kalinya.
Sakura dengan kekuatannya memutuskan rantai yang membelenggu leher Gaara, dengan sekali hempasan tangan saja, setelah itu tangan sang gadis yang dilingkupi pedar cahaya pun menyentuh tengah dada Gaara, membuat kilau pada mata laki-laki berambut merah itu kembali menghampiri. Sosok mengerikan keluar dari dalam tubuh Gaara, berbentuk aura kelam tanpa tubuh, jeritan menggelegar pun terdengar, dan kemudian sirna diembus angin gurun yang panas. Tubuh monster Gaara rontok menjadi pasir, mengembalikan diri sang lelaki seperti sedia kala.
Mereka semua terdiam, Sasuke tak mengeluarkan suaranya walau ia ingin mengatakan sesuatu. Sementara Gaara masih mengambil napas karena merasa lelah, Sakura membantunya berdiri dan menatap Sasuke yang ada di depan mereka.
"Hentikan, aku mohon. Kau juga tahu kalau Gaara-douno dikuasai sesuatu," bisiknya lirih. Suasana perang yang mengerikan tak mereka pedulikan, Sakura ingin kedua belah pihak melakukan gencatan senjata.
Dalam perang ini, jika Sasori bisa dikalahkan Sasuke, maka mereka akan terlepas dari ancaman.
Dari jarak yang tak cukup jauh, Sasori melihat sesuatu yang susah payah dikendalikannya kini hancur karena kekuatan yang dimiliki gadis Haruno. Sihir yang sudah lama dipelajarinya, dengan mudah dihempaskan Sakura yang notabenya baru menguasai kekuatan klan. Laki-laki itu menggigit bibirnya hingga berdarah, menatap sosok yang tengah berbicara di suasana perang dengan ketua klan Uchiha.
Sasori menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, segala yang direncanakannya berakhir sudah, gadis itu sangat licik karena mengambil kesempatan di situasi perang. Gadis itu berniat menggunakan Uchiha untuk memusnahkannya, kah?
Sialan! Sialan! Sialan! Haruno,sialan!
Tangannya gemetar karena kemarahan, kemudian menggenggam gagang pedang dengan erat, dan mengeluarkannya dari sarung pedang. Menatap sejenak Obito yang masih tidak berkutik karena dilingkupi sihir listriknya, dan berlari dengan segenap kekuatan, dengan cepat dan berniat menghabisi gadis Haruno dengan tikaman pedang.
Kubunuh kau! Tak akan kuampuni!
Gadis itu masih mencoba meyakinkan sang Uchiha, situasi yang sangat bagus, semakin dekat, dekat dan dekat.
"Mati Kau, HARUNO!" Sakura, Gaara dan Sasuke terbelalak, menyaksikan sesuatu yang tak akan pernah mereka lupakan seumur hidup.
Cras!
Tikaman itu menghantam tepat pada tengah dada, sosok itu jatuh terduduk, menggenggam pedang yang tertancap di dadanya agar tak ditarik kembali oleh Sasori. Sementara itu, tangan dari sosok yang lain sontak dengan refleks langsung menghantamkan kepalannya pada wajah Sasori, pukulan telak diterima. Laki-laki itu terpelanting hingga terseret beberapa meter dan terguling, menyebabkan tulang pada lengan dan kakinya patah. Darah keluar dari kepala dan mulut, tetapi seringai dan tawalah yang terdengar, tak ada rintihan mewakilkan rasa sakit itu.
"Gaaraa!" Sakura berteriak, gemetar karena menyaksikan Gaara yang melindungi dirinya dari tikaman pedang Sasori, laki-laki yang merupakan kepala klan Rei itu merosot jatuh dan terduduk di pasir gurun. Sakura pun berjongkok, menyamakan tingginya dan memegangi pundak Gaara yang berhadapan langsung dengan wajah Sasuke yang berada di sebelah Gaara, menjadi sandaran laki-laki itu karena tak kuat menopang tubuhnya sendiri.
Amis itu keluar dari mulut dan hidung, cairan yang kental dan semakin banyak berceceran membasahi tubuh. Gaara terbatuk kecil, namun efeknya mengerikan karena darah yang terus keluar dari dua lubang di wajahnya.
Tatapan Gaara setengah terbuka, wajahnya miring ke samping, menyandar ke arah dada Sasuke yang menjadi topangan tubuh tak berdaya. Mulutnya sesekali terbatuk-batuk, menjadikan darah semakin banyak keluar dari tubuh. Pasir yang diduduki Gaara mulai berubah warna dan terembas membentuk noda-noda merah.
Sakura menggigit bibirnya, memandang dada Gaara yang tertancap sebilah pedang. Di sisi lain, Nagato datang dengan berlari kencang, menatap sang tuan berkondisi mengerikan. Berinisiatif mengamankan Sasori yang telah menyakiti sang kepala klan Suna.
Air mata kembali tertetesi, Sakura memejamkan kelopaknya.
"Suruh berhenti, suruh berhenti mereka semua, Sasuke!" dengan bentakan Sakura yang terdengar, kekkai seukuran dua meter teraktifkan dan masing-masing menghalau para prajurit yang sedang berperang satu lawan satu. Pasukan yang tak bisa menyentuh lawannya masing-masing pun menghentikan gerak, dan menatap Sakura yang satu-satunya pemilik kemampuan legendaris ini. Mereka terdiam, ketika gadis itu kembali berteriak meminta perban atau apapun yang bisa menghalau darah dari dada Gaara.
"Hentikan perang ini! Pasukan Uchiha mundurlah!" Sasuke berteriak, sedangkan Gaara memanggil salah satu bawahannya, Pain. Mengatakan dengan suara nyaris menyerupai bisikan, agar pasukan Suna ditarik mundur. Sementara itu, di sisi lain Sasori berteriak mengerikan, memaki Gaara dan mengatakan laki-laki itu tak berhak memerintah perang ini, sebelum jambakan kuat dihadiahi Nagato dengan senang hati.
Gadis berambut merah muda itu merobek baju Gaara, sosok yang terluka tak memakai zirah karena sudah terbuka paksa berkat tubuh monster yang menguasainya, pedang yang tertancap di dada kini perlahan ditarik Sasuke atas perintah Sakura, menyebabkan luka menganga tertangkap oleh penglihatan sang merah muda. Gadis itu memejamkan mata dan mengerutkan alis, dengan cepat mengambil perban di balik bajunya, dan mengumpulkan perban lainnya yang dimiliki Gaara sendiri ataupun pasukan ini.
Mengerikan.
"Aku akan menggunakan pertolongan pertama untuk menghentikan pendarahannya."
Cairan kental semakin banyak mengalir, Gaara hanya bisa mengerutkan dahinya untuk menahan kesadarannya.
"Ya, aku mengandalkanmu," bisik lelaki itu dengan suara gemetar.
Tangan mungil Sakura mulai melilitkan perban, memutari bagian dada Gaara, mencoba menghentikan pendarahan dengan pertolongan pertama seadanya.
"Gaara-douno, setelah melewati situasi ini, kita akan kembali ke desa untuk mengobatimu lebih lanjut." tatapan emerald itu masih mengarah kepada perban yang terus coba ia lilitkan. Wajah Gaara yang tertunduk dan tak ada jawaban dari pernyataan Sakura, membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya sejenak.
"Gaara-douno, apa kau bisa mendengarkanku, Gaara-douno!" panik dirasakan Sakura saat Gaara masih tak bergerak, kepalanya di posisi yang sama, dengan Sasuke yang memengangi tubuh laki-laki yang tengah terluka parah.
"A-aku ... mendengarmu, Nona Sa-kura." Laki-laki itu bebicara dengan terbata, jangan ditanya volume suara yang dikeluarkan karena sangat pelan seperti bisikan. Padangan mata Gaara yang mengarah ke bawah dengan kelopak setengah terbuka, membuat Sakura tak bisa menemukan cahaya di jade indah itu.
"Kau pasti akan baik-baik saja, aku akan berusaha dengan segenap yang kubisa."
"Tentu, kau ... adalah tabib terhebat ... bukan, Sa-kura?"
Tarikan napas Sakura tedengar, ketika perban telah selesai dililitkan ke tubuh Gaara. Gadis itu masih terdiam, dengan pandangan yang melebar karena menyaksikan darah yang merembas ke perban, hingga kembali membasahi dada Gaara yang terluka parah. Tangannya gemetar, ia mulai berkaca-kaca, dan teresentak kala mendapati mata Gaara sudah terpejam.
"Gaara-douno! Kau mendengarku? Gaara-douno, kumohon, tidak!" kedua tangannya menyentuh dan menggoyangkan dengan pelan kedua lengan Gaara yang terkulai tak bertenaga.
Sasuke yang masih menjadi sandaran Gaara pun mengerutkan alis. Tidak mungkin?
"Ugh, kenapa ... kau berteriak-teriak, hm?" dahi Gaara berkerut saat mengatakan hal itu, namun ia tak membuka kelopaknya.
Kepala Sakura tertunduk, ia manangis dan mengigit bibirnya agar suaranya tidak terdengar. Apa yang harus ia lakukan? Perban sepenuhnya telah tertutupi darah segar Gaara yang masih juga merembas keluar.
"Gaara?" Sasuke merasakan kejanggalan, laki-laki itu terlalu banyak kehilangan darahnya dan Sakura pun tak bisa berbuat banyak karena tak ada peralatan medis yang mendukungnya.
Laki-laki yang merupakan tuan muda Uchiha pun terdiam sebentar, suasana yang awalnya ricuh dan penuh kekerasan serta pertumpahan darah mendadak sunyi. Beberapa petinggi tak percaya kalau tuan muda mereka yang selalu dibangga-banggakan itu telah melukai anak dari tuan dan nyonya besar klan Rei. Laki-laki yang mereka agung-agungkan, telah menusuk dada anak sah dari klan Rei.
Shiranue, salah satu petinggi yang ikut berperang dan juga selalu menjunjung Sasori, kini menatap lelaki itu dengan pandangan tidak percaya. Sosok yang sekarang terbaring telungkup yang dijaga Nagato dan Obito, sosok yang masih memaki dan tertawa terbahak entah karena apa.
"Aku akan memakai energi Sang Kegelapan, untuk membantu penyembuhannya ... jadi−"
"Tidak, Sasuke-douno. Sudah ... cukup." Kelopak mata Gaara terbuka setengah, berkedip beberapa kali. Ia lalu menggerakkan kepalanya, menghadapkan wajah ke arah Sakura.
"Tetapi, Gaara-douno ... yang dikatakan Sasuke benar, untuk menyelamatkanmu tak akan masalah memakai kekuatan terlarang itu!"
Senyum Gaara tersungging, laki-laki itu menggelengkan kepalanya.
"Jangan panik, Sakura. Aku ... baik-baik saja." Telapak tangan Gaara terangkat, dan menyentuh pipi Sakura, menggerakkan ibu jarinya untuk mengahapus air mata sang gadis berambut merah muda. Tangan itu lalu bergerak pelan, mengarah ke leher Sakura, mengenggam bandul berlambang matahari yang merupakan simbol dari klan Rei. Dengan sekali tarik, kalung yang melingkari leher Sakura pun terlepas, terbawa oleh genggaman tangan Gaara yang kembali jatuh tak berdaya di samping tubuh, sementara Sakura hanya bisa melebarkan matanya.
"Jangan berwajah seperti itu. Kau telah ... bebas, Nona Sakura. Nii-sama, juga korban, kumohon ... bijaksanalah, Douno. Gomen ne." Mata jade itu tertutup, napas laki-laki itu terhenti, detak jantungnya melambat hingga tak dapat dirasa lagi.
Hening menyelimuti, angin membelai rambut mereka yang dipenuhi keringat yang menempel, sementara Sakura terperangah sebelum akhirnya ia menggunakan kedua tangannya kembali untuk menggoyangkan tubuh Gaara. Di depannya, Sasuke yang masih menjadi sandaran Gaara pun memejamkan mata, lebih dulu menerima lelaki yang keadaannya telah tak bernyawa.
"Gaara-douno! Gaara-douno! Tidak, Gaara-douno!" sang gadis bergetar, menangis dengan isakan yang menyayat hati, menjatuhkan kepalanya kepada dada Gaara dan memeluk laki-laki yang sempat beberapa bulan menjadi suaminya.
Laki-laki berambut kelam yang menyaksikan pun hanya bisa menghela napas dan matanya terpejam, menyentuh bahu Sakura dengan tangannya untuk menenangkan gadis itu, juga memberikannya kekuatan hati. Para jendral perang berteriak, memberi penghormatan terakhir kepada sang kepala klan Rei. Membuka topi baja dan bersimpuh dengan lutut, menundukkan kepala menunjukkan rasa berkabung.
Kedua belah pihak memutuskan mengikuti perintah ketua klan mereka, dan sepertinya kedua belah pihak akan melakukan gencatan senjata. Sasori sudah dilumpuhkan, akan diberikan hukuman karena kepemimpinannya yang sangat bertolak belakang dengan perjanjian kepala klan terdahulu yang mengikat aliansi. Sasori yang ditakuti, dan selalu bisa memanfaatkan kelemahan orang lain, juga sangat anipulative dengan pemikirannya yang membuat para petinggi jatuh hati dengan harta dan kekuasaan yang dijanjikan pun, sekarang hanya bisa menghabiskan waktunya hingga akhir dari balik jeruji.
Rencana jangka panjang untuk merampas kekuasaan Uchiha, kini gagal total karena pengorbanan sang kepala klan muda yang mencintai kedamaian.
.
.
.
.
.
Bersambung~~
Catatan Erza:
Halooo.
Apa kabar semua?
Maafin Erza yang telantarin ff ini, tapi insyaallah nanti Erza publish lagi chapter terakhir perang.
Salam sayang dari istri Itachi,
zhaErza
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top